Вы находитесь на странице: 1из 11

MAKALAH

PHYSICAL MOBILITY (PM) I

ASKEP AMPUTASI

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK III B :
1.
2.
3.
4.
5.

AMMARSAN FAHCHORY MS
FITRI ANNISA LESTARI
JIFRI APRIANDA
OKA SRI NUR WAHYUNI
SEPTIAN PRANANDA

PEMBIMBING :
Ns. ENDI SYAHALAM,S.Kep,MM

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Askep
Amputasi

ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami

berterima kasih kepada Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai manajememen dan kepemimpinan keperawatan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Bengkulu,

Agustus 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata pengantar ............................................................................................

Daftar isi ......................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG ......................................................................

1.2. TUJUAN PENULISAN ...................................................................

1.3. MANFAAT ......................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1. KONSEOP PERSIAPAN OPERASI
MUSKULO SKELETAL ................................................................

2.2. ASKEP PRE-INTRA-POST OP. MUSKULO SKELETAL ............

2.3. ASKEP PASIEN DENGAN PEMASANGAN GIPS ......................

14

BAB III PENUTUP


3.1. KESIMPULAN ................................................................................

22

3.2. SARAN ............................................................................................

22

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

23

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Footner (1992), mengemukakan 60% amputasi dilakukan pada klien dengan usia
diatas 60 tahun dan umumnya akibat iskemia (kematian jaringan) atau akibat penyakit
vascular perifer progresif (sering sebagai gejala sisa diabetes militus), gangren, trauma,
(cedera,remuk dan luka bakar) dan tumor gamas. Dari semua penyebab tadi penyakit
vascular parifer merupakan penyebab yang tertinggi amputasi pada ekstremitas bawah.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien dari
pada kehilangan ekstremitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi yang
sangat spesialistis. Amputasi dapat dianggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi
drastis dan digunakan untuk menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi dan
menyelamatkan atau memperbaiki kwalitas hidup pasien.
Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikasi dengan gaya positif maka
pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpartisipasi aktif
dalam rencana rehabilitasi. Karena kehilangan ektremitas memerlukan penyesuaian
besar. Presepsi pasien mengenai amputasi harus di pahami oleh tim perawat kesehatan.
Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen, yang
harus diselaraskan sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan harga diri rendah
pada pasien akibat perubahan citra tubuh.
1.2. TUJUAN
1.2.1. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada gangguan sistem

1.3. MANFAAT
1.3.1. Bagi penulis
Diharapkan

dapat

menambah

pengetahuan

dan

wawasan

serta

dapat

mengaktualisasikannya pada lingkungan sekitar, baik dalam lingkungan keluarga


maupun masyarakat.
1.3.2. Bagi pembaca
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai asuhan
keperawatan gangguan sistem muskuloskeletal
1

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. TINJAUAN TEORITIS
2.1.1. Definisi
Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih diartikan pancung.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam
kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah
tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan tekhnik lain atau manakala kondisi
organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ
tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. Kegiatan amputasi
merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen,
sistem persarafan, sistem muskuloskeletal dan sisem cardiovaskuler.
Amputasi adalah pengangkatan organ yang berada di luar tubuh (misal paha) dan
embel embel tubuh (misal ekor), baik sebagian maupun keseluruhan (kedaruratan
medik. 2000)
Amputasi adalah pengangkatan melalui pembedahan kaki karena trauma,
penyakit, tumor atau anomaly kongenital; terkelupasnya kulit secara umum diperbaiki
kembali untuk memudahkan penyembuhan dan penggunaan peralatan protetik (Standart
Perawatan Pasien Vol. 3. 1998)
2.1.2. Etiologi / Faktor Predisposisi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :


Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat
Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif
Deformitas organ
Trauma

2.1.3. Metode Amputasi


Amputasi dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh
dengan metode :
2

1. Metode terbuka (guillotine amputasi). Metode ini digunakan pada klien dengan
infeksi yang mengembang atau berat. Dimana pemotongan dilakukan pada
tingkat yang sama. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar
luka bersih dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.
2. Metode tertutup. Dilakukan dalam kondisi yang lebih mungkin. Pada metode ini
kulit tepi ditarik atau dibuat skalf untuk menutupi luka, pada atas ujung tulang
dan dijahit pada daerah yang diamputasi.
2.1.4. Jenis Amputasi
a. Amputasi guillotine
Amputasi ini dilakukan pada saat darurat jika penyembuhan primer luka tidak
mungkin berlangsung karena kontaminasi atau infeksi berat
b. Amputasi definitive
Amputasi hanya dilakukan pada kasus anggota badan yang sudah hancur
Menurut Tempat Amputasi :
a. Amputasi pada superior
1. Jari tangan
2. Setinggi / sekitar pergelangan tangan (amputasi transkarpal)
3. Lengan bawah
- Bagian distal
- 1/3 proksimal
4. Lengan atas
- Daerah suprakondiler
- Daerah proksimal suprakondiler
5. Bahu
b. Amputasi pada ekstremitas inferior
1. Paha
2. Lutut
3. Kaki
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
1. Amputasi selektif / rencana

Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secra terus-menerus. Amputasi dilakukan
sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
2. Amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan.
Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta
memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma
dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
2.1.5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada pasien dengan post operasi
amputasi antara lain :
Nyeri akut
Keterbatasan fisik
Pantom syndrome
Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
Adanya gangguan citra tubuh, mudah marah, cepat tersinggung, pasien cenderung
berdiam diri
2.1.6. Patofisiologi
2.1.7. WOC
2.1.8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto Rontgen
Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
b. CT Scan
Mengidentifikasi lesi neopalstik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
c. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah
Mengevaluasi

perubahan

sirkulasi

perfusi

jaringan

dan

membantu

memperkirakan potensial penyembuhan jaringan setelah amputasi


d. Kultur luka
Mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
4

e. Biopsy
Mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
f. Led
Peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
g. Hitung darah lengkap / deferensial
Peninggian dan perpindahan ke kiri di duga proses infeksi
2.1.9. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1. Mengajarkan klien tentang hidup sehat
2. Pemeriksaan kesehatan teratur untuk deteksi penyakit diabetes melitus, dan
mengajarkan perawatan kaki
3. Memberitahu kebiasaan berkendara yang aman
4. Memberitahu tentang penggunaan mesin industri dengan prinsip K-3
b. Tingkat Amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih
dapat mencapai penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi
ditentukan berdasar dua faktor : peredaran darah pada bagian
itu dan kegunaan fungsional.
Tujuan pembedahan adalah mempertahankan sebanyak
mungkin panjang ekstremitas konsisten dengan pembasmian
proses penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah
pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi
dapat dipasangi protesis.
c. Sisa Tungkai
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka
amputasi, menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak
nyeri tekan dengan kulit yang sehat untuk penggunaan
protesis.
Balutan

Rigid

Tertutup.

Balutan

Rigid

Tertutup

sering

digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata,


menyangga

jaringan

lunak,

mengontrol

nyeri,

dan

mencegah kontraktur.

Balutan lunak. Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi


dapat digunakan bila diperlukan inspeksi berkala puntung
sesuai kebutuhan. Bidal imobilisasi dapat dibalutkan dengan
balutan. Hematoma (luka) puntung dikontrol dengan alat
drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
2.1.10. Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. Karena
ada pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi
merupakan infeksi pada semua pembedahan; dengan peredaran darah buruk atau
kontaminasi luka setelah amputasi traumatika, resiko infeksi meningkat.
Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat prostesis dapat menyebabkan
kerusakan kulit.
2.2. ASKEP AMPUTASI
2.2.1. Pengkajian
2.2.2. Diagnosa
2.2.3. Intervensi
2.2.4. Implementasi
2.2.5. Evaluasi

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian
atau seluruh bagian ekstremitas. Selain ketidakmampuan fisik, perawat perlu juga
mengetahui aspek psikososial yang ditimbulkan karena aspek tersebut lebih sering
dijumpai. Amputasi akan mengubah gambaran tubuh dan harga diri. Proses
selanjutnya dapat diikuti melalui proses kehilangan.
Indikasi utama bedah amputasi, yaitu:
1. Iskemia akibat penyakit vaskular progresif (klien arteriosklerosis, diabetes
melitus)
2. Trauma berat akibat perang, kecelakaan kendaraan bermotor (cedera remuk),
cedera termal, luka bakar, tumor, infeksi (gangren, osteomieliis kronis) dan
kelainan kongenital.
Tindakan amputasi dilakukan pada bagian kecil sampai bagian besar tubuh.
Metodenya terbuka dan tertutup. Teknik terbuka dilakukan pada klien dengan infeksi
yang mengembang, kemudian dipasang drainase agar kulit bersih. Kulit ditutup
setelah infeksi teratasi (sembuh). Teknik tertutup, kulit penutup ditarik sampai ke
bagian yang diamputasi tertutup oleh kulit.
3.2. SARAN
3.2.1. Saran Bagi Penulis
Sebagai penulis kami berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat bagi kami, dapat menambah wawasan dan meningkatkan ilmu bagi
kami dalam ilmu keperawatan umumnya dan Physical Mobility khususnya.
3.2.2. Saran Bagi Pembaca
Kami juga berharap semoga makalah yang kami buat ini juga bermanfaat bagi
para pembaca dan menambah wawasan pembaca terkhusus Physical Mobility.
Kami juga berharap jika terdapat banyak kesalahan kami mohon untuk kritikan
dan masukannya agar karya karya ilmiah kami dan para pembaca kedepannya
menjadi lebih baik dan dapat mendekati sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Sabiston.1992. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

Bruner and Suddarth.2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta :
penerbit buku kedokteran EGC

Nurarif, Huda Amin.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA. Buku Jilid 1,2 Edisi Revisi.Yogyakarta

Nurarif, Huda Amin.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA. Buku Jilid 1,2,3 Edisi Revisi.Yogyakarta

Вам также может понравиться