Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
'
V y =Vy
V ' z=Vz
Tampak bahwa hanya komponen x kecepatan yang terpengaruh. Dengan
mengitegrasikan persamaan pertama kita peroleh
x ' =xut
Sedangkan diferensialnya memberikan
d v ' x dv z
=
dt
dt
Atau
a ' x =a x
elektromagnetik
akan
merambat
dengan
kecepatan:
1
8
=3 x 10 m/s
0 0
2
Ruang yang berada dalam posisi diam terhadap pengamat yang diistimewakan
dinamakan Ruang Mutlak Semua pengamat yang bergerak terhadap ruang mutlak ini
akan mendapati kecepatan cahaya yang berbeda dengan c. oleh karena cahaya
merupakan gelombang elektromagnetik, maka yang dirasakan oleh para fisikawan abad
19 adalah harus tersedianya suatu medium sebagai tempat perambatan cahaya.
Dengan demikian dipostulatkan eter untuk mewakili seluruh ruang mutlak.
Postulat Einstein
Albert Einstein (1879-1955), warga Jerman-Amerika Serikat). Seorang
filsuf dan pencinta damai yang ramah. Dia adalah guru intelektual bagi dua generasi
fisikawan teori yang meninggalkan sidik karyanya dalam hampir setiap bidang kajian
fisika modern.
Permasalahan yang dimunculkan pada percobaan Michelso-Morley ini ternyata
baru berhasil terpecahkan oleh teori relativitas khusus, yang membentuk landasan bagi
konsep konsep baru tentang ruang dan waktu. Einstein menyatakan bahwa semua
pengamat yang tidak mengalami percepatan seharusnya diperlakukan sama terhadap
apapun. Teori ini didasarkan pada dua postulat berikut, yang diajukan Albert Einstein
pada tahun 1905.
1
2
Prinsip Relativitas
Hukum-hukum fisika tetap sama pernyataannya dalam semua system lembam.
Prinsip Kekonstanan Kecepatan Cahaya
Cahaya dapat merambat dalam vakum (misalnya, ruang vakum, atau ruang
bebas), kecepatan cahaya dinotasikan dengan c,yang konstan terhadap gerak
benda yang meiliki radiasi
Postulat pertama pada dasarnya menegaskan bahwa tidak ada satupun percobaan
yang dapat kita gunakan untuk mengukur kecepatan terhadap ruang mutlak , yang dapat
kita ukur hanyalah laju relative dari dua system lembamnya. Postulat pertama kelihatan
lebih masuk akal, tetapi bagaimanapun juga postulat kedua merupakan revolusi besar
dalam ilmu fisika. Einstein sudah memperkenalkan teori foton cahaya dalam
makalahnya pada efek fotolistrik (yang menghasilkan kesimpulan ketidakperluan eter).
Postulat kedua, adalah sebuah konsekuensi dari foton yang tak bermassa
bergerak dengan kecepatan c pada ruang hampa. Eter tidak lagi memiliki peran khusus
3
sebagai kerangka acuan inersia mutlak alam semesta, jadi bukan hanya tidak perlu,
tetapi juga secara kualitatif tidak berguna di dalam relativitas khusus. Postulat kedua
kelihatan tegas dan sederhana. Percobaan Michelson Morley memang tampaknya
menunjukan bahwa laju cahaya dalam arah lawan turut dan silang adalah sama. Dan
postulat kedua semata-mata menegaskan fakta ini : bahwa laju cahaya adalah sama bagi
semua pengamatan, sekalipun mereka dalam gerak relatif.
Pemuaian Waktu
Postulat relativitas khusus dapat digunakan untuk menyelidiki bagaimana gerak
relatif mempengaruhi pengukuran waktu. Sebuah lonceng yang bergerak terhadap
pengamat kelihatannya berdetik lebih lambat daripada jika lonceng itu diam terhadap
pengamat. Untuk lebih jelas melihat asal pemuaian waktu, marilah kita lihat cara kerja
lonceng sederhana seperti yang terlihat pada gambar 1.1 dan kita selidiki bagaimana
gerak relatif mempengaruhi pengukuran. Fokus kita yang terpenting adalah disini kita
membandingkan selang waktu antara lonceng yang diam dengan
lonceng yang bergerak.
Sekarang
dapat
dicari
berapa
yang bergerak diukur oleh pengamat di bumi dengan memakai lonceng identik yang
diam terhdapnya. Selama perjalanan bolak-balik, seluruh bagian lonceng yang bergerak
akan membentuk lintasan zig-zag yang diamati oleh pengamat di bumi. Pulsa cahaya
akan menempuh jarak horizontal vt/2 dan jarak total ct/2.
Dimana :
to = selang waktu pada lonceng yang diam
t = selang waktu pada lonceng yang bergerak
v = kelajuan gerak relatif
c = kelajuan cahaya
Efek Doppler
Dalam fisika klasik,efek Doppler bagi gelombang suara menerangkan
bahwa bila sumber dan pengamat bergerak dengan laju vs dan vo relative terhadap zat
perantara, maka frekuensi v yang didengar pengamat O berbeda dari frekuensi v yang
dipancarkan sumber S. hubungannya adalah
v = v
v vo
v vs
Postulat pertama Einstein mengatakan bahwa situasi yang terjadi tidak mungkin
berlaku bagi gelombang cahaya, karena gelombang cahaya tidak memerlukan zat
perantara. Oleh karena itu dapat mengisyaratkan bahwa bagi gelombang cahaya terdapat
rumus pergeseran Doppler yang berbeda, yang tidak membedakan antara gerak sumber
dan gerak pengamat, melainkan hanya melibatkan gerak relative.
Sebagai gelombang, cahaya juga mengalami efek Doppler, yaitu pergeseran
frekuensi akibat gerak relatif antara sumber cahaya dan pengamat. Frekuensi cahaya
yang diterima pengamat akibat efek Doppler (fp) dapat didekati dengan rumus:
Dengan c adalah
laju
cahaya,
fs adalah
frekuensi
cahaya
sedangkan vs adalah laju relatif sumber cahaya terhadap pengamat. Nilai vs positif jika
gerak relatif itu bersifat makin menjauh dan bernilai negatif jika gerak relatif itu bersifat
mendekat.
Efek doppler untuk cahaya juga dapat dianalisa melaui sumber cahaya yang
dianggap sebagai lonceng dengan frekuensi fo dan memancarkan cahaya setiap kali
bergetar.
Untuk pengamat yang bergerak tegak lurus antara pengamat dan sumber cahaya.
Waktu
propernya
t=/ (1
adalah
tp=1/fo,
sehingga
selang
waktu
antar
getaran
v2
) dalam kerangka acuan pengamat. Jadi frekuensi yang teramati
c2
f(transverse) = 1/t =
fo (1
v2
)
c2
v2
(1 2 )
c
to
efek doppler transversal cahaya
dengan sebelumnya. jadi waktu total antara kedatangan gelombang yang berurutan
adalah
to
v
v
1+
v
c
c
( 2 )=t o
c
v
v
1+
1
c
c
vt
1+v /c
T =t+ =t o
c
1+
v
c
v
1
c
1+
v
c
v
1+
c
Untuk pengamat mendekati sumber cahaya, dalam hal ini pengamat menempuh jarak vt
menuju sumber cahaya, sehingga masing-masing gelombang cahaya mengambil vt/c
lebih sedikit daripada yang sebelumnya. dalam kasus ini T=t-vt/c dan hasilnya
f ( apraching ) =f o
v
c
v
1
c
1+
Pengerutan Panjang
Pengerutan panjang sama juga seperti selang waktu dipengaruhi oleh gerak
relatif. Panjang L benda yang bergerak terhadap pengamat kelihatannya lebih pendek
dari panjang Lo bila diukur dalam keadaan diam terhadap pengamat.Gejala ini dikenal
8
dengan nama pengerutan Lorentz FitzGerald.Pengerutan serupa itu hanya terjadi dalam
arah gerak relatif.Panjang Lo suatu benda dalam kerangka diamnya disebut panjang
proper.
Pengerutan lorentz dapat dibuktikan dengan berbagai cara. Pendekatan kita akan
bersandar pada pemuaian waktu dan prinsip relativitas. Kita akan meninjau apa yang
terjadi pada partikel tak stabil yang disebut muon yang tercipta pada tempat tinggi oleh
partikel cepat dalam sinar kosmik. Muon adalah partikel atom dalam sinar kosmik yang
datang dari luar angkasa.Sewaktu sinar kosmik menembus lapisan atmosfir bumi,
terjadi tumbukan antara sinar kosmik dengan atmosfir bumi dan terciptalah partikel
atom yang disebut muon. Muon bermassa 207 kali massa elektron dan dapat bermuatan
-e atau +e,muon meluruh menjadi elektron dan positron setelah umur rata-rata 2 s[2 x
10-6 s].
Muon dalam sinar kosmik berkelajuan besar sekitar 2,994 x 108 m/s (0.998c)
dan mencapai permukaan laut dalam jumlah besar.Muon menembus tiap satu sentimeter
persegi permukaan bumi rata-rata lebih dari satu kali tiap meni.Tetapi dalam waktu to =
2 s, umur rata-rata muon, jarak total yang dapat ditempuh oleh muon sebelum meluruh
menjadi elektron dan positron hanya
muon
tercipta
pada
ketinggian
6.000
atau
lebih
Untuk memecahkan paradoks ini kita perhatikan bahwa umur muon 2 s didapat oleh
pengamat dalam keadaan diam terhadap muon. Karena muon-nya bergerak kearah kita
dengan kelajuan tinggi 0,998c, umurnya memanjang terhadap kerangka acuan kita
dengan pemuaian waktu menjadi
Apakah yang terjadi jika ada pengamat yang ikut dengan muon turun dengan
kelajuan v = 0,998c, sehingga terhadapnya muon dalam keadaan diam? Pengamat dan
muonnya sekarang berada dalam kerangka acuan yang sama, dalam kerangka ini umur
muon 2 s. Terhadap pengamat ini muon hanya dapat menempuh jarak 600 m sebelum
peluruhan. Satu-satunya cara untuk menerangkan pencapaian tanah oleh muon ialah
dengan menyatakan jarak yang ditempuhnya diamati oleh pengamat dalam kerangka
bergerak menjadi lebih pendak karena dalam pergerakan itu. Prinsip relativitas
menyatakan besarnya pengerutan harus sama dengan
Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa ketinggian h0 yang kita ukur harus menjadi lebih
kecil dalam kerangka acuan muon, menjadi
Pengerutan relativistik dari jarak merupakan contoh umum dari pengerutan panjang
Lorentz-FitzGerald dalam arah gerak :
Paradoks Kembar
Paradoks ini berkaitan dengan dua lonceng yang identik, yang satu tinggal di
bumi, sedangkan yang lainnya dibawa ikut dalam perjalanan ke ruang angkasa dengan
kelajuan v, kemudian kembali ke bumi. Biasanya lonceng diganti dengan sepasang
anak kembar yaitu A dan B. Setelah mereka berumur 20 tahun, si kembar A pergi
mengembara ke ruang angkasa dengan kelajuan v = 0,8c ke suatu bintang yang
berjarak 20 tahun cahaya, kemudian ia kembali ke bumi atau setara dengan 9,46.10 15 m.
Menurut si B, A telah kembali setelah pergi selama 50 tahun ( t 0=2L/V = 40c/0,8c = 50
tahun). Sedangkan menurut si A dia pergi selama 30 tahun. Jadi kini si A berumur 50
tahun dan si B berumur 70 tahun. Jika kita periksa situasinya dari pandangan si A yang
10
berada dalam roket, sedangkan B berada dalam keadaan gerak dengan kealajuan 0,8c.
Jadi menurut si A dia telah berumur 70 tahun dan B berumur 50 tahun.
Pemecahan paradoks ini bergantung dari asimetri kehidupa orang kembar itu.
Kembar B selalu ada dalam kerangka acuan inersial seluruh waktunya, sehingga B
boleh memakai rumus pemuaian waktu untuk seluruh perjalanan A.
Kembar A
sebaliknya, harus berubah dari satu kerangka inersial ke kerangka inersial lain ketika A
membalik arah roketnya, sehingga pemakaian rumus pemuaian waktu berlaku saat A
dalam perjalanan menjauhinya. Jadi kesimpulannya, B yang benar, yaitu A akan lebih
muda ketika ia kembali.
Kemagnetan dan Kelistrikan
Gaya magnetic adalah modifikasi dari gaya listrik sebagai akibat dari
gerak relative antara muatan. Karena pada umumnya muatan bergerak
(biasanya elektron) yang interaksinya menimbulkan berbagai gaya magnetic
yang kita kenal mempunyai kelajuan jauh lebh kecil daripada c , maka tidak
jelas bagi kita bahwa operasi suatu motor listrik, misalnya, bekerja berdasarkan
efek relativistic. Gagasan ini menjadi lebih jelas jika kita pertimbangkan
kekuatan gaya listrik. Gaya tarik menarik antara electron dan proton dalam
atom hydrogen, misalnya, 1039 kali lebih besar dripada gaya gravitasi antara
keduanya. Sehingga walaupun muatan kecil yang menyebabkan gaya
semacam ini yang ditimbulkan oleh gerak relative, yang dinyatakan oleh gaya
magnetic, akibatnya lebih besar. Lebih lanjut lagi, walaupun kelajuan efektif
electron individu dalam kawat pembawa arus (<1 mm/s)lebih kecil dari kelajuan
ulat yang kelelahan, tetapi terdapat sekitar 10 20 atau lebih electron yang
bergerak per sentimeter kawat senacan itu, sehingga efek totalnya bias
teramati.
Kelistrikan dan kemagnetan merupakan manifestasi dari interaksi yang
sama. Jelaslah bahwa konduktor pembawa arus yang terlihat netral dari suatu
kerangka acuan dapat terliha tidak netral
lain.
yang bergerak mempunyai muatan positif, misalnya, harus terdapat unsur arus
lain yang arahnya berlawanan yang terlihat oleh pengamat tersebut mempunyai
muatan negatif. Jadi gaya magnetik selalu beraksi antara bagian yang berbeda
dari suatu rangkaian, walaupun rangkaian itu secara keseluruhan terlihat netral
terhadap semua pengamat.
RELATIVITAS MASSA
Sekarang mari kita tinjau dua buah partikel A dan B bertumbukan elastik/lenting
masing-masing berad pada sistem koordinat S dan S.
Tumbukkan elastik teramati
Sebelum tumbukkan, partikel A dalam keadaan diam
terhadap
kerangka
S dan
partikel B
terhadap
saat
S. Pada
yang sama A dielmparkan dalam arah +y dengan
kelajuan VA, sedangkan B dalam
arah
Jadi kelakuan A seperti terlihat dar S sama benar dengan kelakuan B seperti
terlihat S. Ketika kedua partikel bertumbukan, A memantul dalam arah y dengan
kelajuan VA sedangkan B memantul ke arah +y dengan kelajuan VB. Jika partikel
tersebut dilemparkan dari kedudukan yang berjarak y, pengamat di S menemukan
bahwa tumbukannya terjadi pada y = y dan pengamat di S menemukan tumbukannya
terjadi pada y = y. Waktu pulang pergi To untuk A diukur dari kedudukan S menjadi
T o=
y
VA
12
T o=
y
V 'B
y
T
To
v2
c2
Menurut hasil yang sebelumnya, walaupun pengamat dalam kerangka melihat kejadian
yang sama mereka melihat perbedaan waktu yang diperlukan partikel yang dilemparkan
dari kerangka lain untuk melakukan tumbukkan kemudian kembali ketempat semula.
Dengan mengganti T dalam persamaan VB dengan besaran yang sama dinyatakan
dalam To, dapat diperoleh
Y 1
V B=
V
2
C
To
Dan
V A=
y
To
m A=m B 1
v2
2
c
Dalam kerangka acuan dimana mA=mo dan mB=m sehingga persamaan diatas menjadi
m=
mo
v
2
c
13
p=
mo v
v
2
c
K= F ds
0
dengan menyatakan komponen gaya yang beraksi dalam arah perpindahan ds dan s
menyatakan jarak selama gaya tersebut beraksi. Dengan memakai bentuk relativistic
hokum gerak kedua.
F=
d(mv)
dt
14
momentumnya juga sama dengan nol. Namun secara relativistik, energi partikel
adalah mc2 dan momentumnya sama dengan mc. Untuk massa sama dengan nol
dan kecepatannya lebih kecil dari kelajuan cahaya, maka otomatis energi dan
momentumnya pun akan sama dengan nol, tetapai apabila partikel bergerak dengan
kelajuan cahaya v=c dalam ruang hampa maka energi dan momentumnya sama
dengan tak terdefinisikan, namun dapat bernilai sembarang. Sebuah partikel apabila
bergerak dengan kelajuan cahaya (v=c) maka partikel tersebut akan memiliki energi
dan momentum. Partikel inilah yang disebut dengan partikel tak bermassa. Jadi
partikel tak bermassa dapat memiliki energi dan momentum hanya jika mempunyai
kelajuan sama dengan laju cahaya.
Rumus relativistik untuk energy total :
xut
u2
1 2
c
.(1)
y '= y .(2)
z '=z .(3)
16
t
t '=
( cu ) x .(4 )
2
u
2
c
Anggap suatu peristiwa terjadi pada koordinat ruang waktu (x,y,z,t) menurut
pengamat di O dan pada koordinat ruang waktu (x,y,z,t) menurut pengamat di O.
Agar seluruh koordinat mempunyai dimensi yang sama, kalikan koordinat waktu
dengan c (kecepatan cahaya), sehingga penulisan koordinat peristiwa itu menjadi
(x,y,z,ct) untuk pengamat O dan (x,y,z,ct) untuk pengamat di O.
Y
x
z
17
a22=a33=1
a21=a23=a24 =a31=a 32=a34=0
Dengan demikian persamaan menjadi:
x ' =a11 x+ a12 y + a13 z +a14 ct
y'= y
z ' =z
'
11
u+a
c
(
14 )t +a13 z+ a12 y
0=
Karena t, y dan z tidak bergantung maka persamaan di atas akan dipenuhi hanya
jika:
a12=a13=0
a14 c=a11 u
Dengan demikian kita mempunyai persamaan berikut:
x ' =a11 ( x ut )
y'= y
z ' =z
'
ct =a 41 x+ a44 ct .(10)
Untuk menentukan konstanta a11 , a 41 dan a 44 gunakan postulat kedua yang
mengatakan bahwa kecepatan cahaya sama pada setiap kerangka inersial.
18
'2
'2
c t =x + y + z
'2
a
( 41 x +a44 ct ) =a211 ( x ut )2+ y 2+ z 2
19
a11 a 41=1
2
u a11 + c a 41 a 44 =0 .(13)
2
a 44 c u a11 =c
a11 =a 44=
a 41=
u2
1 2
c
u
c
2
u
1 2
c
.( 14)
.(15)
x'=
xut
u2
2
c
y '= y
z '=z
t
t '=
( cu ) x
2
u
2
c
Jika,
=
u2
c2
20
u
(
{ c ) x}
t ' = t
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, Arthur. 1999. KONSEP FISIKA MODERN Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Jewett, Serway. 2004. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba Teknika.
Krane, K.S. 1983. Modern Physics. New York: Jonh Willey and Sons.
Zemansky, Sears. 1981. Fisika untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
21