Вы находитесь на странице: 1из 21

PENDAHULUAN

Teori relativitas Einstein merupakan suatu terobosan besar yang


menggugah pemahaman mengenai definisi-definisi klasik tentang mekanika suatu
benda. Umumnya, teori relativitas ini merujuk pada dua elemen berbeda yang bersatu
ke dalam sebuah teori yang sama: relativitas umum dan relativitas khusus. . Kedua teori
ini diciptakan untuk menjelaskan bahwa gelombang elektromagnetik tidak sesuai
dengan gerak Newton. Gelombang elektromagnetik dibuktikan bergerak pada kecepatan
yang konstan, tanpa dipengaruhi gerakan sang pengamat. Inti pemikiran dari kedua teori
ini adalah bahwa dua pengamat yang bergerak relatif terhadap masing-masing akan
mendapatkan waktu dan interval ruang yang berbeda untuk kejadian yang sama, namun
isi hukum fisika akan terlihat oleh keduanya. Teori relativitas khusus telah
diperkenalkan dulu, dan kemudian berdasar atas kasus-kasus yang lebih luas
diperkenalkan teori relativitas umum.

Kegagalan Relativitas Klasik

Pemahaman tentang seluruh alam (universe), yang sebelumnya berasal dari


Galileo, mengatakan bahwa ruang dan waktu adalah mutlak. Juga dikemukakan bahwa
setiap percobaan yang dilakukan dalam kerangka acuan (pengamatan) kita berubah
bermakna fisika apabila dapat diakitkan dengna percobaan serupa yang dilakukan
dealam kerangka acuan mutlak, yaitu suatu system koordinat Kartesius yang padanya
tercantelkan jam jam mutlak. Sebagai contoh, pernyataan yang lazim dikenal bahwa
sebuah benda yang diam cenderung diam kecuali jika padanya dikenakan gaya luar.
Hukum hukum Newton (termasuk asas kelembaman) tidak berlaku dalam
kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap. Kerangka acuan (yang bergerak
dengan kecepatan tetap) ini, disebut kerangka lembam (inersial). Peristiwa peristiwa
yang diamati dari berbagai kerangka lembam dapat tampak berbeda bagi masing
masing pengamat dalam tiap kerangka itu. Perbandingan perbandingan pengamatan
yang dilakukan dalam berbagai kerangka lembam, memerlukan transformasi Galileo,
yang mengatakan bahwa kecepatan (relative terhadap tiap kerangka lembam) mematuhi
aturan jumlah yang paling sederhana. Transformasi Galileo menjadi :
V ' x=V X u
1

'

V y =Vy
V ' z=Vz
Tampak bahwa hanya komponen x kecepatan yang terpengaruh. Dengan
mengitegrasikan persamaan pertama kita peroleh
x ' =xut
Sedangkan diferensialnya memberikan
d v ' x dv z
=
dt
dt
Atau
a ' x =a x

Gejala gelombang secara umum dapat kita definisikan sebagai rambatan


gangguan periodic melalui suatu zat perantara. Maxwell memperlihatkan bahwa
kehadiran gelombang electromagnet diramalkan berdasarkan persamaan persamaan
electromagnet klasik, para fisikawan segera melakukan berbagai upaya untuk
mempelajari sifat zat perantara yang berperan bagi perambatan gelombang
electromagnet ini. Zat perantara ini disebut eter; namun, kerena zat ini belum pernah
teramati dalam percobaan; maka dipostulatkan bahwa ia tidak bermassa dan tidak
tampak, tetapi mengisi seluruh ruang, dan fungsi satu satunya hanyalah untuk
merambatkan gelombang electromagnet. Pengertian dasar eter dengan gagasan Newton
tentang ruang mutlak eter dikaitkan dengan Sistem Koordinat Semesta Agung.
Dengan demikian, keuntungan sampingan yang akan diperoleh dari penyelidikan
terhadap eter ini adalah bahwa dengan mengamati gerak bumi mengarungi eter, akan
terungkap pula gerak Bumi relative terhadap Ruang Mutlak.
Sebelum datangnya era Einstein, dipercayai secara mutlak bahwa pengamat
yang diistimewakan ini sama dengan pengamat yang menganut persamaan Maxwell.
Persamaan Maxwell menjelaskan teori elektromagnetika dan memperkirakan bahwa
gelombang
c=

elektromagnetik

akan

merambat

dengan

kecepatan:

1
8
=3 x 10 m/s

0 0
2

Ruang yang berada dalam posisi diam terhadap pengamat yang diistimewakan
dinamakan Ruang Mutlak Semua pengamat yang bergerak terhadap ruang mutlak ini
akan mendapati kecepatan cahaya yang berbeda dengan c. oleh karena cahaya
merupakan gelombang elektromagnetik, maka yang dirasakan oleh para fisikawan abad
19 adalah harus tersedianya suatu medium sebagai tempat perambatan cahaya.
Dengan demikian dipostulatkan eter untuk mewakili seluruh ruang mutlak.

Postulat Einstein
Albert Einstein (1879-1955), warga Jerman-Amerika Serikat). Seorang
filsuf dan pencinta damai yang ramah. Dia adalah guru intelektual bagi dua generasi
fisikawan teori yang meninggalkan sidik karyanya dalam hampir setiap bidang kajian
fisika modern.
Permasalahan yang dimunculkan pada percobaan Michelso-Morley ini ternyata
baru berhasil terpecahkan oleh teori relativitas khusus, yang membentuk landasan bagi
konsep konsep baru tentang ruang dan waktu. Einstein menyatakan bahwa semua
pengamat yang tidak mengalami percepatan seharusnya diperlakukan sama terhadap
apapun. Teori ini didasarkan pada dua postulat berikut, yang diajukan Albert Einstein
pada tahun 1905.
1
2

Prinsip Relativitas
Hukum-hukum fisika tetap sama pernyataannya dalam semua system lembam.
Prinsip Kekonstanan Kecepatan Cahaya
Cahaya dapat merambat dalam vakum (misalnya, ruang vakum, atau ruang
bebas), kecepatan cahaya dinotasikan dengan c,yang konstan terhadap gerak
benda yang meiliki radiasi
Postulat pertama pada dasarnya menegaskan bahwa tidak ada satupun percobaan

yang dapat kita gunakan untuk mengukur kecepatan terhadap ruang mutlak , yang dapat
kita ukur hanyalah laju relative dari dua system lembamnya. Postulat pertama kelihatan
lebih masuk akal, tetapi bagaimanapun juga postulat kedua merupakan revolusi besar
dalam ilmu fisika. Einstein sudah memperkenalkan teori foton cahaya dalam
makalahnya pada efek fotolistrik (yang menghasilkan kesimpulan ketidakperluan eter).
Postulat kedua, adalah sebuah konsekuensi dari foton yang tak bermassa
bergerak dengan kecepatan c pada ruang hampa. Eter tidak lagi memiliki peran khusus
3

sebagai kerangka acuan inersia mutlak alam semesta, jadi bukan hanya tidak perlu,
tetapi juga secara kualitatif tidak berguna di dalam relativitas khusus. Postulat kedua
kelihatan tegas dan sederhana. Percobaan Michelson Morley memang tampaknya
menunjukan bahwa laju cahaya dalam arah lawan turut dan silang adalah sama. Dan
postulat kedua semata-mata menegaskan fakta ini : bahwa laju cahaya adalah sama bagi
semua pengamatan, sekalipun mereka dalam gerak relatif.

Pemuaian Waktu
Postulat relativitas khusus dapat digunakan untuk menyelidiki bagaimana gerak
relatif mempengaruhi pengukuran waktu. Sebuah lonceng yang bergerak terhadap
pengamat kelihatannya berdetik lebih lambat daripada jika lonceng itu diam terhadap
pengamat. Untuk lebih jelas melihat asal pemuaian waktu, marilah kita lihat cara kerja
lonceng sederhana seperti yang terlihat pada gambar 1.1 dan kita selidiki bagaimana
gerak relatif mempengaruhi pengukuran. Fokus kita yang terpenting adalah disini kita
membandingkan selang waktu antara lonceng yang diam dengan
lonceng yang bergerak.

Waktu proper to yang dibutuhkan pulsa cahaya untuk bolak balik

Sekarang

dapat

dicari

berapa

selang waktu t antara lonceng

yang bergerak diukur oleh pengamat di bumi dengan memakai lonceng identik yang
diam terhdapnya. Selama perjalanan bolak-balik, seluruh bagian lonceng yang bergerak
akan membentuk lintasan zig-zag yang diamati oleh pengamat di bumi. Pulsa cahaya
akan menempuh jarak horizontal vt/2 dan jarak total ct/2.

2Lo/C merupakan selang waktu to pada lonceng di bumi. maka

Dimana :
to = selang waktu pada lonceng yang diam
t = selang waktu pada lonceng yang bergerak
v = kelajuan gerak relatif
c = kelajuan cahaya

Efek Doppler
Dalam fisika klasik,efek Doppler bagi gelombang suara menerangkan
bahwa bila sumber dan pengamat bergerak dengan laju vs dan vo relative terhadap zat
perantara, maka frekuensi v yang didengar pengamat O berbeda dari frekuensi v yang
dipancarkan sumber S. hubungannya adalah
v = v

v vo
v vs

Postulat pertama Einstein mengatakan bahwa situasi yang terjadi tidak mungkin
berlaku bagi gelombang cahaya, karena gelombang cahaya tidak memerlukan zat
perantara. Oleh karena itu dapat mengisyaratkan bahwa bagi gelombang cahaya terdapat
rumus pergeseran Doppler yang berbeda, yang tidak membedakan antara gerak sumber
dan gerak pengamat, melainkan hanya melibatkan gerak relative.
Sebagai gelombang, cahaya juga mengalami efek Doppler, yaitu pergeseran
frekuensi akibat gerak relatif antara sumber cahaya dan pengamat. Frekuensi cahaya
yang diterima pengamat akibat efek Doppler (fp) dapat didekati dengan rumus:

Dengan c adalah

laju

cahaya,

fs adalah

frekuensi

cahaya

sedangkan vs adalah laju relatif sumber cahaya terhadap pengamat. Nilai vs positif jika
gerak relatif itu bersifat makin menjauh dan bernilai negatif jika gerak relatif itu bersifat
mendekat.
Efek doppler untuk cahaya juga dapat dianalisa melaui sumber cahaya yang
dianggap sebagai lonceng dengan frekuensi fo dan memancarkan cahaya setiap kali
bergetar.
Untuk pengamat yang bergerak tegak lurus antara pengamat dan sumber cahaya.
Waktu

propernya

t=/ (1

adalah

tp=1/fo,

sehingga

selang

waktu

antar

getaran

v2
) dalam kerangka acuan pengamat. Jadi frekuensi yang teramati
c2

f(transverse) = 1/t =

fo (1

v2
)
c2

v2
(1 2 )
c
to
efek doppler transversal cahaya

Untuk pengamat menjauhi sumber cahaya, pengamat menempuh jarak vt


menjauhi sumber antara dua getaran, hal ini berarti bahwa cahaya dari suatu getaran
tertentu mengambil waktu vt/c lebih panjabg untuk sampai kepdanya dibandingkan

dengan sebelumnya. jadi waktu total antara kedatangan gelombang yang berurutan

adalah

to

v
v
1+
v
c
c
( 2 )=t o
c
v
v
1+
1
c
c
vt
1+v /c
T =t+ =t o
c
1+

v
c
v
1
c
1+

Dan frekuensi yang teramati adalah


1 1
f ( receding )= =
T to

v
c
v
1+
c

Untuk pengamat mendekati sumber cahaya, dalam hal ini pengamat menempuh jarak vt
menuju sumber cahaya, sehingga masing-masing gelombang cahaya mengambil vt/c
lebih sedikit daripada yang sebelumnya. dalam kasus ini T=t-vt/c dan hasilnya

f ( apraching ) =f o

v
c
v
1
c
1+

Pengerutan Panjang
Pengerutan panjang sama juga seperti selang waktu dipengaruhi oleh gerak
relatif. Panjang L benda yang bergerak terhadap pengamat kelihatannya lebih pendek
dari panjang Lo bila diukur dalam keadaan diam terhadap pengamat.Gejala ini dikenal
8

dengan nama pengerutan Lorentz FitzGerald.Pengerutan serupa itu hanya terjadi dalam
arah gerak relatif.Panjang Lo suatu benda dalam kerangka diamnya disebut panjang
proper.
Pengerutan lorentz dapat dibuktikan dengan berbagai cara. Pendekatan kita akan
bersandar pada pemuaian waktu dan prinsip relativitas. Kita akan meninjau apa yang
terjadi pada partikel tak stabil yang disebut muon yang tercipta pada tempat tinggi oleh
partikel cepat dalam sinar kosmik. Muon adalah partikel atom dalam sinar kosmik yang
datang dari luar angkasa.Sewaktu sinar kosmik menembus lapisan atmosfir bumi,
terjadi tumbukan antara sinar kosmik dengan atmosfir bumi dan terciptalah partikel
atom yang disebut muon. Muon bermassa 207 kali massa elektron dan dapat bermuatan
-e atau +e,muon meluruh menjadi elektron dan positron setelah umur rata-rata 2 s[2 x
10-6 s].
Muon dalam sinar kosmik berkelajuan besar sekitar 2,994 x 108 m/s (0.998c)
dan mencapai permukaan laut dalam jumlah besar.Muon menembus tiap satu sentimeter
persegi permukaan bumi rata-rata lebih dari satu kali tiap meni.Tetapi dalam waktu to =
2 s, umur rata-rata muon, jarak total yang dapat ditempuh oleh muon sebelum meluruh
menjadi elektron dan positron hanya

vto=(2,994 x 108 m/ s)x (2 x 106 s )=600 m


Sedangkan

muon

tercipta

pada

ketinggian

6.000

atau

lebih

Untuk memecahkan paradoks ini kita perhatikan bahwa umur muon 2 s didapat oleh
pengamat dalam keadaan diam terhadap muon. Karena muon-nya bergerak kearah kita
dengan kelajuan tinggi 0,998c, umurnya memanjang terhadap kerangka acuan kita
dengan pemuaian waktu menjadi

Apakah yang terjadi jika ada pengamat yang ikut dengan muon turun dengan
kelajuan v = 0,998c, sehingga terhadapnya muon dalam keadaan diam? Pengamat dan
muonnya sekarang berada dalam kerangka acuan yang sama, dalam kerangka ini umur
muon 2 s. Terhadap pengamat ini muon hanya dapat menempuh jarak 600 m sebelum
peluruhan. Satu-satunya cara untuk menerangkan pencapaian tanah oleh muon ialah
dengan menyatakan jarak yang ditempuhnya diamati oleh pengamat dalam kerangka
bergerak menjadi lebih pendak karena dalam pergerakan itu. Prinsip relativitas
menyatakan besarnya pengerutan harus sama dengan

Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa ketinggian h0 yang kita ukur harus menjadi lebih
kecil dalam kerangka acuan muon, menjadi

Pengerutan relativistik dari jarak merupakan contoh umum dari pengerutan panjang
Lorentz-FitzGerald dalam arah gerak :

Paradoks Kembar
Paradoks ini berkaitan dengan dua lonceng yang identik, yang satu tinggal di
bumi, sedangkan yang lainnya dibawa ikut dalam perjalanan ke ruang angkasa dengan
kelajuan v, kemudian kembali ke bumi. Biasanya lonceng diganti dengan sepasang
anak kembar yaitu A dan B. Setelah mereka berumur 20 tahun, si kembar A pergi
mengembara ke ruang angkasa dengan kelajuan v = 0,8c ke suatu bintang yang
berjarak 20 tahun cahaya, kemudian ia kembali ke bumi atau setara dengan 9,46.10 15 m.
Menurut si B, A telah kembali setelah pergi selama 50 tahun ( t 0=2L/V = 40c/0,8c = 50
tahun). Sedangkan menurut si A dia pergi selama 30 tahun. Jadi kini si A berumur 50
tahun dan si B berumur 70 tahun. Jika kita periksa situasinya dari pandangan si A yang

10

berada dalam roket, sedangkan B berada dalam keadaan gerak dengan kealajuan 0,8c.
Jadi menurut si A dia telah berumur 70 tahun dan B berumur 50 tahun.
Pemecahan paradoks ini bergantung dari asimetri kehidupa orang kembar itu.
Kembar B selalu ada dalam kerangka acuan inersial seluruh waktunya, sehingga B
boleh memakai rumus pemuaian waktu untuk seluruh perjalanan A.

Kembar A

sebaliknya, harus berubah dari satu kerangka inersial ke kerangka inersial lain ketika A
membalik arah roketnya, sehingga pemakaian rumus pemuaian waktu berlaku saat A
dalam perjalanan menjauhinya. Jadi kesimpulannya, B yang benar, yaitu A akan lebih
muda ketika ia kembali.
Kemagnetan dan Kelistrikan
Gaya magnetic adalah modifikasi dari gaya listrik sebagai akibat dari
gerak relative antara muatan. Karena pada umumnya muatan bergerak
(biasanya elektron) yang interaksinya menimbulkan berbagai gaya magnetic
yang kita kenal mempunyai kelajuan jauh lebh kecil daripada c , maka tidak
jelas bagi kita bahwa operasi suatu motor listrik, misalnya, bekerja berdasarkan
efek relativistic. Gagasan ini menjadi lebih jelas jika kita pertimbangkan
kekuatan gaya listrik. Gaya tarik menarik antara electron dan proton dalam
atom hydrogen, misalnya, 1039 kali lebih besar dripada gaya gravitasi antara
keduanya. Sehingga walaupun muatan kecil yang menyebabkan gaya
semacam ini yang ditimbulkan oleh gerak relative, yang dinyatakan oleh gaya
magnetic, akibatnya lebih besar. Lebih lanjut lagi, walaupun kelajuan efektif
electron individu dalam kawat pembawa arus (<1 mm/s)lebih kecil dari kelajuan
ulat yang kelelahan, tetapi terdapat sekitar 10 20 atau lebih electron yang
bergerak per sentimeter kawat senacan itu, sehingga efek totalnya bias
teramati.
Kelistrikan dan kemagnetan merupakan manifestasi dari interaksi yang
sama. Jelaslah bahwa konduktor pembawa arus yang terlihat netral dari suatu
kerangka acuan dapat terliha tidak netral

dari kerangka yang

lain.

Bagaimanakah pengamatan ini dapat disesuaikan dengan invariansi muatan?


Jawabannya ialah kita harus meninjau seluruh rangkaian dimana konduktor itu
merupakan bagian. Karena rangkaian harus tertutup supaya ada alirab arus ,
maka untuk setiap unsur arus pada suatu arah yang terlihat oleh pengamat
11

yang bergerak mempunyai muatan positif, misalnya, harus terdapat unsur arus
lain yang arahnya berlawanan yang terlihat oleh pengamat tersebut mempunyai
muatan negatif. Jadi gaya magnetik selalu beraksi antara bagian yang berbeda
dari suatu rangkaian, walaupun rangkaian itu secara keseluruhan terlihat netral
terhadap semua pengamat.

RELATIVITAS MASSA
Sekarang mari kita tinjau dua buah partikel A dan B bertumbukan elastik/lenting
masing-masing berad pada sistem koordinat S dan S.
Tumbukkan elastik teramati
Sebelum tumbukkan, partikel A dalam keadaan diam

terhadap
kerangka

S dan

partikel B

terhadap
saat

S. Pada
yang sama A dielmparkan dalam arah +y dengan
kelajuan VA, sedangkan B dalam

arah

y dengan kelajuan VB dengan


VA=VB

Jadi kelakuan A seperti terlihat dar S sama benar dengan kelakuan B seperti
terlihat S. Ketika kedua partikel bertumbukan, A memantul dalam arah y dengan
kelajuan VA sedangkan B memantul ke arah +y dengan kelajuan VB. Jika partikel
tersebut dilemparkan dari kedudukan yang berjarak y, pengamat di S menemukan
bahwa tumbukannya terjadi pada y = y dan pengamat di S menemukan tumbukannya
terjadi pada y = y. Waktu pulang pergi To untuk A diukur dari kedudukan S menjadi
T o=

y
VA

Dan waktunya sama untuk B dan S

12

T o=

y
V 'B

Jika momentum kekal dalam kerangka s, harus berlaku


ma V A =m B V B
dengan mA dan mB menyatakan massa A dan B, dan VA dan VB menyatakan
kelajuannya diukur dari kerangka S. dalam kerangka S, VB didapat dari
V B=

y
T

Dengan T menyatakan waktu yang diperlukan B untuk melakukan pulang-pergi seperti


diukur dari S. dalam kerangka S, perjalanan B memerlukan waktu To, dengan
T=

To

v2
c2

Menurut hasil yang sebelumnya, walaupun pengamat dalam kerangka melihat kejadian
yang sama mereka melihat perbedaan waktu yang diperlukan partikel yang dilemparkan
dari kerangka lain untuk melakukan tumbukkan kemudian kembali ketempat semula.
Dengan mengganti T dalam persamaan VB dengan besaran yang sama dinyatakan
dalam To, dapat diperoleh

Y 1
V B=

V
2
C

To

Dan
V A=

y
To

Dengan subtitusi untuk VA dan VB dalam persamaan momentuk kekal, maka

m A=m B 1

v2
2
c

Dalam kerangka acuan dimana mA=mo dan mB=m sehingga persamaan diatas menjadi
m=

mo

v
2
c

Hal yang sama jug aberlaku untuk momentum linear dimana p = mv

13

p=

mo v

v
2
c

MASSA DAN ENERGI


Hubungan yang paling terkenal yang diperoleh Einstein dari postulat relativitas khusus
ialah mengenai massa dan energi. Hubungannya dapat diturunkan secara langsung dari
definisi energi kinetik K dari suatu benda yang bergerak sebagai kerja yang diperlukan
untuk membawa benda itu dari keadaan diam hingga mempunyai kecepatan v.
Perhitungan energi kinetik secara relativistik dirumuskan:
s

K= F ds
0

dengan menyatakan komponen gaya yang beraksi dalam arah perpindahan ds dan s
menyatakan jarak selama gaya tersebut beraksi. Dengan memakai bentuk relativistic
hokum gerak kedua.
F=

d(mv)
dt

Rumus energi kinetik menjadi

dengan menerapkan integral parsial, maka

14

jika v relative kecil, maka:

PARTIKEL TAK BERMASSA


Dalam Kusminarto (2011:22), partikel tak bermassa dapat mempunyai energi dan
momentum hanya jika mempunyai laju sama dengan laju cahaya.
Dalam Fisika partikel, partikel tak bermassa adalah sebuah partikel dasar yang
memiliki massa nol. Sampai saat ini, partikel tak bermassa yang diketahui hanyalah
Boson tolok: foton (pembawa elektromagnetisme) dan Gluon (pembawa gaya nuklir
kuat). Namun gluon tidak pernah ditemukan dalam bentuk partikel bebas.
Dalam mekanika klasik, energi kinetik partikel adalah 1/2mv 2 dan momentumnya
adalah mv. Dengan demikian, apabila massanya sama dengan nol maka energi dan
15

momentumnya juga sama dengan nol. Namun secara relativistik, energi partikel
adalah mc2 dan momentumnya sama dengan mc. Untuk massa sama dengan nol
dan kecepatannya lebih kecil dari kelajuan cahaya, maka otomatis energi dan
momentumnya pun akan sama dengan nol, tetapai apabila partikel bergerak dengan
kelajuan cahaya v=c dalam ruang hampa maka energi dan momentumnya sama
dengan tak terdefinisikan, namun dapat bernilai sembarang. Sebuah partikel apabila
bergerak dengan kelajuan cahaya (v=c) maka partikel tersebut akan memiliki energi
dan momentum. Partikel inilah yang disebut dengan partikel tak bermassa. Jadi
partikel tak bermassa dapat memiliki energi dan momentum hanya jika mempunyai
kelajuan sama dengan laju cahaya.
Rumus relativistik untuk energy total :

Rumus partikel tak bermassa :


E = pc
Semua rumusan itu tidak berarti bahwa partikel tak bermassa harus ada,tetapi
rumusan itu tidak melarang kemungkinan adanya partikel seperti itu ,asal saja v = c
dan E = pc berlaku
untuk partikel itu.
TRANSFORMASI LORENTZ
Transformasi yang sejenis dengan transformasi Galileo namun berlaku untuk
kecepatan yang sangat tinggi dinamakan transformasi Lorentz. Transformasi Lorentz
ini akan menjadi transformasi Galileo pada kecepatan rendah (lebih kecil dari
kecepatan cahaya) dan dapat menunjukan bahwa kecepatan cahaya tetap sama pada
semua kerangka.
Bentuk persamaan transformasi Lorentz ini adalah sebagai berikut:
x'=

xut

u2
1 2
c

.(1)

y '= y .(2)

z '=z .(3)
16

t
t '=

( cu ) x .(4 )
2

u
2
c

Anggap suatu peristiwa terjadi pada koordinat ruang waktu (x,y,z,t) menurut
pengamat di O dan pada koordinat ruang waktu (x,y,z,t) menurut pengamat di O.
Agar seluruh koordinat mempunyai dimensi yang sama, kalikan koordinat waktu
dengan c (kecepatan cahaya), sehingga penulisan koordinat peristiwa itu menjadi
(x,y,z,ct) untuk pengamat O dan (x,y,z,ct) untuk pengamat di O.
Y

x
z

Gambar 1. Kerangka O bergerak dalam arah +x dengan kelajuan u relatif


terhadap kerangka O.
Hubungan secara lengkap antara x,y,zdan ct dengan x,y,z dan ct adalah:
x ' =a11 x+ a12 y + a13 z +a14 ct .(5)
y ' =a21 x+ a22 y +a 23 z+ a24 ct .(6)
z ' =a31 x +a 32 y +a33 z +a 34 ct .(7)
ct ' =a 41 x+ a42 y + a43 z +a 44 ct .( 8)
Dengan an adalah konstanta, untuk mencari an gunakan postulat Einstein. Postulat
mengatakan bahwa hukum Fisika sama dalam semua inersia. Dengan postulat ini
maka kita boleh mengatakan y=y dan z=z. Kondisi y=y dan z=z akan
memberikan:

17

a22=a33=1
a21=a23=a24 =a31=a 32=a34=0
Dengan demikian persamaan menjadi:
x ' =a11 x+ a12 y + a13 z +a14 ct
y'= y
z ' =z
'

ct =a 41 x+ a42 y + a43 z +a 44 ct .(9)


Karena tidak bergantung pada y dan z maka a 42 a43=0
Sekarang perhatikan persamaan pertama. Ketika sistem O bergerak dengan
kecepatan v, posisi sebuah titik pada x=0 setelah waktu t dalam sistem O adalah
x=ut . Sehingga:
'

x =a11 x+ a12 y + a13 z +a14 ct


0=a11 ut+ a12 y +a 13 z+ a14 ct
a

11
u+a
c
(
14 )t +a13 z+ a12 y
0=
Karena t, y dan z tidak bergantung maka persamaan di atas akan dipenuhi hanya
jika:
a12=a13=0
a14 c=a11 u
Dengan demikian kita mempunyai persamaan berikut:
x ' =a11 ( x ut )
y'= y
z ' =z
'

ct =a 41 x+ a44 ct .(10)
Untuk menentukan konstanta a11 , a 41 dan a 44 gunakan postulat kedua yang
mengatakan bahwa kecepatan cahaya sama pada setiap kerangka inersial.

18

Gambar 2. Gambar gelombang elektromagnetik dipancarkan ketika O dan O


berimpit.
Menurut pengamat O setelah waktu t gelombang mencapai titik P (x,y,z). Pada
kerangka bergerak ini kecepatan cahaya sama dengan c maka panjang lintasan OP
sama dengan ct.
O' P= x ' 2+ y' 2 + z '2=ct '
c 2 t ' 2=x ' 2 + y ' 2+ z ' 2 .(11)
Pengamat O mencatat gelombang ini mencapai titik P dalam waktu t dan posisi titik
P adalah (x,y,z). Ingat postulat kedua yang mengatakan bahwa kecepatan cahaya
sama pada setiap kerangka inersial. Maka jarak OP menurut pengamatan ini sama
dengan ct.
OP= x2 + y 2 + z 2=ct
c 2 t 2=x 2 + y 2+ z2 .(12)
Substitusikan persamaan (10) ke persamaan (11) :
2 '2

'2

'2

c t =x + y + z

'2

a
( 41 x +a44 ct ) =a211 ( x ut )2+ y 2+ z 2

( a211a241 ) x2 + y 2 + z 22 (u a211 + c a41 a 44 ) xt=( a244 c 2u2 a211 )t 2


Agar persamaan ini sama dengan persamaan (12) maka:

19

a11 a 41=1
2

u a11 + c a 41 a 44 =0 .(13)
2

a 44 c u a11 =c

Dari ketiga persamaan di atas kita peroleh

a11 =a 44=

a 41=

u2
1 2
c

u
c
2

u
1 2
c

.( 14)

.(15)

Dengan demikian kita peroleh rumus transformasi Lorentz

x'=

xut

u2
2
c

y '= y
z '=z
t
t '=

( cu ) x
2

u
2
c

Jika,
=

u2
c2

Maka transformasi Lorentz menjadi,


x ' = ( xut)
y '= y
z '=z

20

u
(
{ c ) x}

t ' = t

DAFTAR PUSTAKA
Beiser, Arthur. 1999. KONSEP FISIKA MODERN Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Jewett, Serway. 2004. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba Teknika.
Krane, K.S. 1983. Modern Physics. New York: Jonh Willey and Sons.
Zemansky, Sears. 1981. Fisika untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

21

Вам также может понравиться