Вы находитесь на странице: 1из 3

Selama ini limbah dari pabrik kelapa sawit selalu terbuang sia-sia.

PTPN V di Riau menerapkan


teknologi terbarukan, mengolah limbah tersebut menjadi biogas.
PTPN V di Riau, merupakan perusahaan perkebunan BUMN, yang pertama menggunakan genset berbahan
dasar limbah cair dari PKS (pabrik kelapa sawit). Sebelumnya dua perusahaan kelapa sawit milik swasta juga
sudah menggunakan teknologi yang sama. Hanya saja, perusahaan swasta itu tidak lagi mengembangkan
seperti PTPN V di Riau.
Pihak detikFinance diberikan kesempatan untuk menengok sistem pengolahan limbah itu di areal Pabrik Palm
Kernel Oil (PKO) di Tandun, Kabupaten Kampar Riau, atau perjalanan sekitar 3 jam dari Pekanbaru. PKO ini
merupakan pabrik pengolah ampas biji sawit yang menghasilkan pakan ternak.
Selama ini ada tiga mesin pembangkit dengan daya seluruhnya mencapai 3 MW yang menghabiskan bahan
baku solar 11.000 per hari tentunya dengan harga non subsisi. Namun kini, dalam hitungan lebih setahun
perusahaan perkebunan plat merah ini menggandeng PT Karya Mas Energi (KME) dengan teknologi biogas.
Lewat kerjasama ini, PT KME menawarkan sebuah teknologi terbarukan dengan menggunakan bahan dasar
limbah cair kelapa sawit yang biasanya terbuang begitu saja. Alat genset bahan dasar gas itu memang
lumayan mahal, harganya menembus US$ 3 juta. Satu sisi harga genset dengan bahan dasar solar hanya
berkisar US$ 700 ribu.
Hitungan investasi awal, memang dirasakan seperti lebih mahal menggunakan genset bahan dasar gas.
Namun bila dirunut jangka panjang, ternyata jauh lebih murah ongkos dengan bahan dasar biogas.
Bahan dasar biogas itu, diambil dari limbah PKS Tandung yang jaraknya sekitar 2 Km dari PKO Tandun. Di
sana, sebuah limbah cair PKS baunya menyengat. Kolam limbah berukuran 110m x 50m dengan kedalam 6
meter, kini telah disulap menjadi bahan dasar biogas.
Kolam limbah yang berpagar besi itu dulunya terbuka begitu saja. Tak ada yang bisa dimanfaatkan untuk
apapun. Namun sekarang, kolam itu bak kubah. Sebuah plastik yang tahan dipergunakan selama 20 tahun
menutupi seluruh kolam limbah tersebut. Dengan ketinggian di tengah kubah sekitar 6 meter dari permukaan
air limbah. Inilah proses dari pembuatan biogas yang bisa jadikan pembangkit listrik.
Direktur PT KME Yusdhistira menjelaskan proses pembangkit biogas ini. Secara teknis Biogas plan mendapat
asupan limbah cair sekitar 420 M3/hari (21 M3/jam) dari PKS Tandun.
Limbah cair itu dialirkan ke kolam stabilisasi untuk kemudian dengan pompa kapasitas 20 M3/jam dialirkan ke
dalam kolam anaerobik digester kapasitas 24.000 M3(kolam bertudung yang mencegah limbah cair menguap
ke udara).
Pada suhu 300 C kandungan organik yang terkandung di air limbah di degradasi menjadi biogas dan air.
Biogas yang dihasilkan mengandung sekitar 60% CH4, 38% CO2 dan 2% H2S. Biogas yang dihasilkan adalah
sebesar 10.188,76 M3 biogas/ hari (509,44 M3 biogas/jam).

Biogas yang ditangkap kemudian dibersihkan dari kandungan H2S dan diturunkan kadar airnya untuk
kemudian dimanfaatkan sebagai bahan bakar guna menggerakkan Biogas Generator dengan kapasitas 1000
kW/jam, yang membutuhkan bahan bakar biogas sebesar 9.795,92 M3 / hari atau 489,80M3 /jam Listrik.
Listrik yang dihasilkan ini kemudian dialirkan ke PPKO Tandun untuk menggantikan diesel genset yang saat ini
digunakan oleh PPKO Tandun.
"Hasilnya adalah penghematan atas penggunaan solar di PPKO Tandun hingga 50% serta mengurangi
dampak pemanasan global melalui emisi GRK," kata Yudhistira.
Kolam limbah itu merupakan buangan dari PKS Tandun yang bisa menggiling 45 ton/ jam itu bisa
menghasilkan daya biogas yang disalurkan ke genset. Dari kolam limbah ini, lantas menghasilkan gas yang
bisa membangkitkan listrik saat ini sekitar 1,3 MW untuk PKO di Tandun.
"Dengan adanya pembangkit biogas ini, kami bisa hemat bahan dasar solar antara 4.500 sampai 60.00 liter
per hari. Ke depan kami akan terus mengembangkan biogas ini agar kita bisa zero solar, kata Manager PKO
Tandun, Gindo Saragi.
Gindo menjelaskan, untuk saat ini antara PTPN V dengan PT KME melakukan kerjasama sampai 10 tahun
mendatang. Setelah itu pembangkit biogas akan dikelola langsung oleh PTPN V.
Dengan pembangkit biogas bahan dasar limbah cair itu, menurut Gindo, selain ramah lingkungan, juga
menghemat biaya produksi. Kini dari kebutuhan solar rata-rata 11 ribu liter per hari, bisa menghemat sampai 6
ribu liter per hari. Keberhasilan ini, membuat pihak perusahaan akan mengembangkan kembali dari sejumlah
PKS yang ada di perusahaan plat merah itu.
"Sekarang kita tengah membangun dua pembangkit yang sama dari PKS kita. Ke depan biogas ini akan kita
lakukan kerjasama dengan ke PLN. Saat ini kebutuhan daya listrik dari biogas itu kita manfaatkan untuk PKO
dulu yang sudah berjalan sejak tahun 2012 lalu," kata Gindo.
Biogas dari limbah cair PKS ini, pun mendapat perhatian dari PBB. Belum lama ini PBB mengutus
perwakilannya untuk melongok biogas tersebut. PBB saat ini terus memantau biogas ini untuk nantinya diakui
sebagai pembangkit listrik yang ramah lingkungan karena turut mengurangi gas rumah kaca. Termasuk juga
dari sejumlah peniliti dari Jepang serta LIPI.
Itu sebabnya, Biogas PT Perkebunan Nusantara V hasil kerjasama dengan PT Karya Mas Energy berhasil
meraih berbagai penghargaan dalam acara BUMN Innovation Expo & Award 2013 di Jakarta pada 27 Juni
2013.
Penghargaan tersebut diserahkan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan dan diterima secara langsung oleh
Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara V (Persero) Fauzi Yusuf.
Pada acara yang diikuti oleh sedikitnya 43 BUMN tersebut, diberikan berbagai kategori penghargaan

berdasarkan kelompok sektor usaha BUMN seperti sektor agrobisnis, logistik, infrastruktur, jasa keuangan,
energi pertambangan dan manufaktur.(haidir tanjung/detik.com)

Вам также может понравиться