Вы находитесь на странице: 1из 3

BAB III

RINGKASAN

Abortus provokatus kriminalis adalah tindakan pengguguran kandungan yang


sengaja dilakukan untuk kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu.
Secara hukum tindakan ini melenggar ketentuan yang berlaku.
Di wilayah Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan
setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko
kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250,
negara maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa
masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar.
Beberapa pasal yang mengatur abortus provokatus dalam Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP) yaitu pasal 299,346, 347, 348, 349, dan 535.
Terdapat berbagai metode yang sering dipergunakan dalam abortus provokatus
kriminalis yang perlu diketahui, yaitu : kuret isap, pemijatan, dilatasi, kuretase, jamu
obat tradisional, abortus yang dilakukan sendiri, dan prostaglandin atau suntikan.
Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan
pada payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula
dibukti adanya usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia
interna/eksterna, daerah perut bagian bawah.
Pemeriksaan toksikologik dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat yang
dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil usaha
penghentian kehamilan, misalnya yang berupa IUFD kematian janin di dalam rahim
dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan.
Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara melakukan
abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian.
Pada korban yang melakukan abortus dengan obat-obatan dilakukan
pemeriksaan toksikologik untuk mendeteksi obat yang dipergunakan. Obat yang biasa
ditemukan umumnya obat yang bersifat mengiritasi saluran pencernaan.

Abortus yang dilakukan dengan instrumen dapat diketahui bila terjadi robekan
atau perforasi dari rahim atau jalan lahir. Robekan umumnya terjadi pada dinding
lateral uterus sedangkan perforasi biasanya terdapat padaa bagian posterior forniks
vagina.
Abortus dengan penyemprotan diketahui dengan tampaknya cairan yang
berbusa diantara dinding uterus dengan fetal membran separasi sebagian plasenta
dapat dijumpai. Gelembung-gelembung udara dapat dilihat dan ditelusuri pada
pembuluh vena mulai dari rahim sampai ke bilik jantung kanan. Pengukuran
kandungan fibrinolisis dalam darah dapat berguna untuk mengetahui korban mati
secara mendadak.
Untuk pemeriksaan forensik, Pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan
aborsi, usaha dokter adalah mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan usaha
penghentian kehamilan, pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik, terhadap jaringan dan janin yang mati serta menentukan cara
pengguguran yang dilakukan serta sudah berapa lama melahirkan.
Gambaran klinis akibat aborsi yaitu : terlambat haid atau amenorhe kurang
dari 20 minggu, pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan
kecil, suhu badan normal atau meningkat, perdarahan pervaginam mungkin disertai
dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi, rasa mulas atau kram perut, didaerah atas
simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus .
Untuk pemeriksaan ginekologi, Pemeriksaan tanda kehamilan misalnya
perubahan pada payudara, pigmentasi, hormonal. Pemeriksaan luar pada perineum,
genitalia eksternal dan vagina harus diteliti dengan baik untuk melihat adanya tandatanda luka seperti abrasi, laserasi, memar dan lain-lain. Kondisi ostium serviks juga
harus diamati, dimana masih dalam keadaan dilatasi dalam beberapa hari. Besarnya

dilatasi bergantung pada ukuran fetus yang dikeluarkan. Adanya perlukaan, tanda
bekas forsep ataupun instrumen yang lainnya di sekitar genitalia harus diamati juga.
Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri.
Untuk pemeriksaan laboratorium dan diagnostik bisa dilakukan tes USG,
darah lengkap, DNA, kehamilan, penentuan darah, kimiawi, dan mikroskopis.
Komplikasi dari abortus provokatus kriminalis adalah perdarahan hebat, syok,
emboli udara, infeksi yang terkadang menyebabkan sepsis, fungsi ginjal rusak, dan
terjadi robekan pada rahim.

Вам также может понравиться