Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEMAM TIFOID
Demam tifoid disebabkan oleh kuman Salmonella enteritica, terutama
serotipe Salmonella typhi ( S. typhi ). Bakteri ini termasuk kedalam famili
Enterobacteriaceae, berbentuk batang, bersifat Gram negatif, memiliki flagel,
tidak berspora, motil, berkapsul dan bersifat
dengan menghubungkan gejala klinik yang sesuai dengan demam tifoid dan
adanya titer antibodi yang meningkat bermakna dalam darah terhadap antigen
O dan atau antigen H S. typhi pada tes Widal ( Muliyawan, 1999).
B. WIDAL
Widal adalah salah satu pemeriksaan serologis tertua yang dapat melacak kenaikan titer antibodi terhadap Salmonella sp. pada demam tipoid,
tes ini telah dipakai sejak 1896 oleh Felix Widal (Sacher, 2004)
Pemeriksaan ini didasarkan adanya reaksi aglutinasi yang terbentuk
antara antigen dan antibodi O yang berasal dari badan kuman maupun H yang
berasal dari flagel kuman Salmonella sp. Kadar aglutinasi tersebut diukur
dengan menggunakan pengenceran serum berulang-ulang yang dinyatakan
dengan titer aglutinin (Sacher, 2004).
Serum aglutinasi akan meningkat cepat pada minggu ke-2 dan ke-3
infeksi Salmonella. Hasil bermakna jika titer O dan H 1:160 atau lebih
(Jawetz, 2008). Antibodi O atau H sulit diinterpretasi pada orang yang
sebelumnya diimunisasi atau terinfeksi dengan Salmonella sero dignostik yang
baru, tapi akan sensitif jika dideteksi antigen Vi-nya melalui PCR
(Mandal et al, 2008 ).
Kerena pemeriksaannya yang mudah dan murah, sampai saat ini tes
Widal masih merupakan penentu diagnosa penyebab demam tipoid di
Indonesia, meskipun kenyataannya banyak para ahli yang meragukan
sensitivitas dan spesivitasnya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Schroeder pada tahun 1968 disimpulkan bahwa uji Widal ini kurang spesifik
dan
reagen
yang
ada
kurang
dibakukan,
sehingga
sukar
untuk
C. Kultur Darah
Kultur darah dilakukan untuk menenentukan jenis bakteri yang telah
menginfeksi manusia dan menyebar melalui darah. Keberadaan suatu bakteri
didalam darah disebut dengan bakterimia dan biasanya bakteri tersebut
bersifat patogen karena pada keadaan normal bakteri tidak ditemukan didalam
darah (Vandepitte et al, 2010)
Bakteremia dapat disebabkan karena masuknya mikroorganisme secara
intragenik
melalui
jalur
intravena:
melalui
cairan
intravena
yang
yang belum diobati, kultur darahnya positif pada minngu pertama. Jika sudah
diobati hasil positif menjadi 40% namun pada kultur sum-sum tulang hasil
positif tinggi 90%. Pada minggu selanjutnya kultur tinja dan urin meningkat
yaitu 85% dan 25%, berturut-turut positif pada minggu ke-3 dan ke-4. Selama
3 bulan kultur tinja dapat positif kira-kira 3% karena penderita tersebut
termasuk karier kronik. Karier kronik sering terjadi pada orang dewasa dari
pada
anak-anak
dan
lebih
sering
pada
wanita
daripada
laki-laki
D. Staphylococcus
Staphylococcus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, dengan
susunan berbentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur. Bakteri ini
mempunyai
enzim
katalase
yang
dapat
membedakannya
dengan
10
S. saprophyticus
Warna koloni
Kuning putih
Putih
Putih
Tipe hemolisa
Koagulase
Peragian manitol
Sensitif
Sensitif
Resisten
Novobiosin
E. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang patogen karena bakteri
ini mampu mengkoagulasikan plasma juga mampu menghemolisis darah,
menghasilkan berbagai enzim ekstraseluler dan toksin, itulah yang
membedakan Staphylococcus aureus dengan spesies Staphylococcus yang
lain (Jawetz, 2008).
Infeksi oleh bakteri ini dapat menimbulkan tanda-tanda yang khas
yaitu, peradangan nekrosis,dan pembentukan abses. Infeksinya dapat berupa
furunkel yang ringan pada kulit sampai terjadi septikemia yang fatal
(Warsa, 1994)
11
F. Staphylococcus epidermidis
epidermidis
sering
kali
menyebabkan
infeksi
G. Staphylococcus saprophyticus
Termasuk spesies Staphylococcus koagulase negatif, mempunyai sifat
tidak memfermentasi manitol dan resisten terhadap novobiosin (Karsinah,
12
1994). Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih wanita
muda, selain itu Staphylococcus saprohyticus merupakan penyebab sistitis
selain Escherichia coli (Koneman, 1992)
overnight
dan
mempunyai
sifat
yang
sama
seperti
13
sehingga tidak berbahaya pada kulit manusia dan hewan. Namun, seperti
Staphylococcus koagulase negative lainnya S.hominis dapat menginfeksi
manusia yang kekebalan tubuhnya terganggu dan penyebab infeksi
nosokomial pada bayi usia neonatal. Koloni S.hominis biasanya 1-2 mm,
setelah inkubasi 24 jam pada suhu 35 C, akan berwarna putih atau coklat,
resisten terhadap Novobiosin dan dapat menjadi masalah dalam terapi
antibiotik (Chavez, 2005)
4. Staphylococcus lentus
Staphylococcus lentus merupakan bagian dari flora normal kambing
dan domba (Koneman, 1992) bakteri ini dapat diisolasi dari hewan dan
produk olahan yang berasal dari daging, dari beberapa kasus bakteri ini
mampu menyebabkan infeksi serius pada manusia: endocarditis, infeksi
saluran kemih dan infeksi pada luka juga salah satu penyebab infeksi
nosokomial di Rumah Sakit. Bakteri ini dapat diidentifikasi secara fenotip
( Api Staph) dan genotip (PCR).(Stepanovic, 2005)
5. Staphylococcus warneri
Staphylococcus warneri adalah Staphylococcus yang komensal pada
kulit manusia dan hewan, seperti staphylococcus koagulase negatif yang
lain bakteri ini mampu menyebabkan infeksi pada seseorang yang
kekebalan
tubuhnya
terganggu,
identifikasi
bakteri
ini
biasanya
14
I. ANTIBIOTIK
15
jangka waktu lama, tetap aktif dalam plasma maupun cairan tubuh lainnya
( Waluyo, 2008)
Penggunaan antibiotika di Indonesia yang cukup dominan adalah
turunan tetrasiklin, penisilin, kloramfenikol, eritromisin dan streptomisin.
Seperti juga di negara lain, pola penggunaan antibiotika tersebut telah
mencapai tingkat yang berlebihan dan banyak diantaranya digunakan secara
tidak tepat sehingga menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik
(Hadinegoro, 1999).
J. RESISTENSI ANTIBIOTIK
16
Meningkatnya
senyawa
yang
antagonistik
terhadap
antibiotik
(Sjahrurachman, 1996).
1. Perubahan permeabilitas
Resistensi akibat perubahan permeabilitas terjadi akibat perubahan
reseptor antibiotik, penurunan kapasitas transpor antibiotik, dan perubahan
struktur dinding sel bakteri (Sjahrurachman, 1996).
2. Proses inaktifasi oleh enzim
Bakteri patogen memacu terjadinya reaksi biokimia, melalui proses
enzimatik yang berperan mengurangi atau mengeliminasi antibiotik. Pada
mikroorganisme yang telah mengalami mutasi, terjadi peningkatan
aktifitas enzim atau terjadi mekanisme baru sehingga obat menjadi tidak
aktif( Hadinegoro, 1999 ), seperti yang terjadi pada Staphylococcus yang
17
antibiotik.
Sebagai
contoh
terjadinya
resistensi
terhadap
18
kloramifenikol,
trimetropim
disebabkan
oleh
plasmid
mediated
(Hadinegoro, 1999).
Tingkat resistensi yang tinggi terhadap kloramfenikol disebabkan
karena antibiotika ini paling banyak digunakan masyarakat. Resistensi
terjadi akibat pemindahan plasmid dari kuman resisten kepada kuman
sensitif, dan hal ini dapat juga terjadi bila kuman yang semula sensitif
terkena paparan obat( Suwandi, 1991).
K. UJI SENSITIVITAS
Pengujian sensitivitas antibiotik terhadap bakteri didasarkan dengan
mengukur kemampuan zat antimikroba untuk menghambat pertumbuhan
bakteri in vitro. Kemampuan ini dapat diuji melalui metode pengenceran atau
menggunakan metode difusi( penyerapan) (Jawetz et al, 2005).
1. Metode Pengenceran
Pengenceran
19