Вы находитесь на странице: 1из 6

Latar Belakang

Migrain Dan Periodic Limb Movement Disorders


Saat Tidur Pada Anak : Studi Kasus Kontrol Pendahuluan
1

2*

Maria Esposito , Pasquale Parisi , Silvia Miano dan Marco Carotenuto


The Journal of Headache and Pain.2013,14:57

Abstrak
Latar belakang : Hubungan antara tidur dan nyeri adalah kompleks dan bermacam-macam.
Bervariasinya fenomena yang dapat mengganggu struktur makro dari tidur dan berdampak kepada
fungsi restorasinya , dan periodic limb movements disorder (PMLD) dipertimbangkan sebagai yang
paling berpengaruh. Tidak ada studi yang membahas mengenai peran PMLD dalam patofisiologi
migrain pada anak-anak. Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai prevalensi PLMD dan migrain
serta hubungan keduanya dengan disabilitas dan intensitas nyeri pada sampel pediatri, yang dirujuk
dengan migrain tanpa aura oleh spesialis anak.
Metode
: Setelah awalanya dilakukan skrining mengenai kebiasaan tidur
dengan menggunakan skala Sleep Disturbances Scale for Children34 subjek dengan migraine tanpa
aura (20 laki-laki, 14 perempuan) (usia rata-rata 9.08; SD 2.28) dan 51 sukarelawan anak-anak
tanpa masalah kesehatan (28 laki-laku, 23 perempuan) (usia rata-rata 9.37; SD 1.81) menjalani
perekaman PSG sepanjang malam di Sleep Laboratory of the Clinic of Child and Adolescent
Neuropsychiatry, yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik struktur makro dari tidur dan
prevalensi PLMD. Selanjutnya, anak-anak dengan migraine dipelajari dengan tujuan untuk
mengetahui hubungan antara disabilitas, intensitas nyeri, dan respon terapi dengan adanya PLMD.
Hasil
: Pada kelompok anak-anak dengan migraine, individu dengan indeks
patologis PLM (PLMI5) adalah 26.47% sampel dan memiliki frekuensi nyeri kepala (p < 0.001),
intensitas (p < 0.001), durasi (p = 0.006) dan gangguan aktivitas yang lebih tinggi seperti dinilai
dalam PedMIDAS (p < 0.001) serta efikasi terapi farmakologis akut (p = 0.006) dan profilaksis (p =
0.001) yang lebih rendah dibandingkan anak-anak dengan migrain tanpa aura dan tanpa indeks
patologis PLMD.
Kesimpulan
: Studi pendahuluan ini mengindikasikan nilai potensial dalam
menentukan gejala dan tanda PLMD dan pentingnya evaluasi PSG pada anak-anak dengan migrain,
khususnya saat manajemen farmakologis dan klinis cenderung tidak berhasil dalam mengontrol
serangan.
Kata kunci
anak;migrain, tanpa aura

Polisomnografi,

periodic

limb

movements,

PLMD;

anak-

Hubungan antara tidur dan nyeri kepala adalah kompleks dan bermacam-macam, dengan
proses patogenesis yang khas. Di antara kausa dari gangguan tidur pada subjek dengan
nyeri kepala primer, sindrom sleep apnea dan restless legs syndrome (RLS) pertama kali
dipertimbangkan oleh Sahota dan Dexter.
Khususnya pada RLS, yang merupakan gangguan sensorimotor dengan
karakteristik dorongan yang tidak tertahankan untuk menggerakkan anggota gerak terutama
saat sore atau malam hari, umumnya disertai dengan rasa tidak nyaman yang ganjil pada
ekstremitas bawah yang sering dirasakan sebagai rasa creepy ataucrawly (merayap
atau menjalar) dengan insomnia dan dengan konsekuensi kelelahan saat siang hari.
Sesuai dengan kriteria edisi kedua International Classification of Sleep Disorders
(ICSD-2), PLMD adalah gerakan anggota gerak dengan episode repetitif periodik dan
dengan pola gerakan yang sama dan khas, yang muncul saat tidur, dengan frekuensi
>15/jam (pada anak >5/jam), dikaitkan dengan gangguan tidur atau keluhan kelelahan saat
siang hari.
Secara spesifik, gerakan tungkai dikatakan sebagai PLM jika merupakan suatu
bagian dari gerakan tungkai yang periodik, dengan ekstensi yang ritmik dari ibu jari kaki,
dorsofleksi pergelangan kaki, kadang disertai dengan fleksi lutut dan panggul. Secara
definisi, periodic limb movements bukan disebabkan karena gangguan neurologis secara
keseluruhan, yang pada umumnya muncul saat bangun maupun saat tidur, dan
digambarkan sebagai pergerakan tungkai sebanyak empat atau lebih yang berurutan dengan
durasi 0.5-10 detik, dengan peningkatan EMG > 8 v di atas garis dasar, dan interval
minimal 5 detik dan maksimum 90 detik diantara dua gerakan tungkai yang beurutan.
Pada umumnya, terdapat berbagai variasi yang mempengaruhi struktur makro
tidur dan dapat mempengaruhi fungsi restorasinya, dan PLMD dapat dipertimbangkan
sebagai salah satu faktor kuat yang mempengaruhi.
Meskipun akibat dari PLMD telah cukup banyak dipelajari pada orang dewasa,
namun laporannya masih terbatas dan tidak jelas pada kelompok usia perkembangan,
berhubungan dengan fragmentasi tidur dan terbangun dalam waktu singkat, yang dapat
merubah pola perilaku dan fungsi neurokognitif saat siang hari.
Pada anak-anak, adanya PLMD, seringkali dikaitkan dengan rendahnya kadar
serum besi dan kecenderungan kadar serum ferritin yang rendah.
Lebih-lebih lagi dengan adanya kondisi obstructive sleep apnea syndrome
(OSAS), autisma, ADHD, sindrom Williams, sindrom Tourette, narkolepsi, dan penggunaan
obat-obatan selective serotonin reuptake inhibitors, lithium, dan antidepresan Trisiklik
merupakan merupakan faktor risiko dari PLMD. Sejak dideskripsikan pada dewasa pada
tahun 1980an, prevalensi PLMD pada anak-anak, dan dewasa muda masih belum diketahui

dengan jelas. Angka prevalensi PLMD yang dilaporkan pada frekuensi 5/jam bervariasi
antara 1.2% sampai 10% pada anak-anak dan itupun tidak secara spesifik merujuk pada
PLMD atau restless legs syndrome (RLS), sementara prevalensi anak-anak dengan
migraine juga tidak diketahui. Chervin dan Hedger melaporkan bahwa restless legs
syndrome, nyeri yang bertambah di tempat tidur, insomnia, nyeri kepala pagi hari dapat
dipertimbangkan memiliki nilai prediktif untuk mengidentifikasi PLMD pada pediatri.
Bedasarkan pengetahuan kami, tidak terdapat data mengenai hubungan antara
PLMD dan migraine pada kelompok usia pertumbuhan, dan mekanisme yang mendasari
kedua kondisi tersebut. Sehingga, tujuan dari studi ini adalah untuk menilai prevalensi dari
PLMD, dan migraine, serta hubungannya dengan disabilitas, intensitas nyeri pada sample
anak-anak dengan migraine tanpa aura.
Metode
Studi Populasi
187 anak-anak yang dipengaruhi migraine tanpa aura (MoA), (74 perempuan,113 laki-laki)
usia 5-17 tahun, (rata-rata 9.92 2.86) secara berurutan di rujuk ke Center for Childhood
Head-ache of Child and Adolescent Neuropsychiatry Clinic di Second University of
Naples, mulai bulan September 2011 sampai Desember 2012. Mereka semua dirujuk dari
dokter spesialis anak pelayanan primer.
Diagnosis migraine tanpa aura adalah berdasarkan International Classification of
Headache Disorders. 2nd Edition (ICHD-2).
Seluruh ibu anak yang bersangkutan mengisi kuesioner untuk menilai kebiasaan
tidur dari anak-anak mereka (Sleep Disturbances Scale for Children, SDSC) dan
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang terdiri dari 766 anak-anak dengan kelompok
usia perkembangan yang sama (324 perempuan, 424 laki-laki; rata-rata 10.05 2.13) yang
dapat diperbandingkan sesuai usia (p = 0.494) dan jenis kelamin (Chi-square =1.374; p =
0.241),anak-anak tersebut diambil dari sekolah Campania Region.
Dari populasi awal sebanyak 187 anak-anak dengan migraine, anak-anak dengan
gangguan pernafasan saat tidur (Sleeping Disorder Breathing [SDB]), abnormalitas EEG
atau adanya gelombang epileptogenik, kelainan neuroanatomi atau penyakit kejiwaan
(depresi, gangguan tingkah laku dan ADHD) atau retardasi mental (IQ70) atau pasien
dalam perawatan dengan antikonvulsan atau obat-obatan psikoaktif dikeluarkan dari
penelitian.
Pada akhirnya didapatkan 34 subjek dengan migraine tanpa aura (20 laki-laki, 14
perempuan) (rata-rata usia 9.08; SD 2.28) dan 51 sukarelawan dengan usia perkembangan
yang sama (28 laki-laki, 23 perempuan) (rata-rata usia 9.37;SD 1.81) yang disetujui untuk
dilakukan pemeriksaan PSG.

Seluruh subjek berasal dari daerah tempat tinggal yang sama, seluruhnya ras
Kaukasian, dengan status sosial ekonomi menengah. Seluruh evaluasi dilakukan setelah
mendapat persetujuan orangtua, sesuai dengan World Medical Association. Studi ini telah
disetujui oleh Departmental Ethics Committee at the Second University of Naples.

Evaluasi Biokimia
Dengan tujuan untuk mengeksklusi gangguan metabolisme besi (kadar serum besi dan
feritin yang rendah), sampel darah untuk hemoglobin, dan evaluasi status besi diambil di
pagi hari (pada pukul 08.00) setelah puasa semalam. Hemoglobin diukur dalam whole
blood dengan menggunakan alat automated Coulter dengan nilai titik potong untuk
menentukan anemia berdasarkan persentil kelima dari kelompok referensi. Secara khusus,
status besi dinilai dari kadar besi serum, transferrin, dan konsentrasi feritin. Saturasi
transferrin telah diperhitungkan. Terutama untuk kadar besi serum, suatu metode kompleks
ferrozine besi digunakan dengan sensitivitas 5g/dl, transferrin serum diukur dengan
metode turbidimetrik dengan sensitivitas 70 mg/dl. Ferritin serum diukur dengan
immunometric assay. Saturasi transferrin dihitung dengan mendapatkan rasio molar dari
serum besi dan dua kali serum transferrin (karena tiap transferrin molekul dapat mengikat 2
atom besi) dengan menggunakan formula :
Saturasi transferring = [besi serum (microgram per desiliter) / transferrin (milligram per
desiliter)] x 71.2.

Evaluasi Antropometri
Bertujuan untuk menyingkirkan subjek dengan kelebihan berat badan atau obesitas, berat
badan dan tinggi badan diukur dengan menggunakan BMI. Nilai standar deviasi BMI
dikalkulasi dengan menggunakan metode LMS.

Penilaian Kebiasaan Tidur


Untuk menilai kebiasaan tidur dan gangguannya, seluruh ibu dari sampel awal, diminta
untuk mengisi kuesioner Sleep Disturbances Scale for Children (SDSC). Kuesioner ini
merupakan kuesioner yang sudah terstandardisasi untuk penilaian gangguan tidur pada
pediatri, terdiri dari 26 hal yang dikelompokkan ke dalam 6 subkelompok : DIMS
(Disorders in Initiating and Maintaining Sleep), SBD (Sleep Breathing Disorders), DA
(Disorders of Arousal), SWTD (Sleep-Wake Transition Disorders), DOES (Disorders Of
Excessive Somnolence), SHY (Nocturnal Hyperhydrosis). Kuesioner SDSC ini secara luas

digunakan pada kelompok anak-anak usia sekolah baik dalam bentuk asli maupun yang
telah dimodifikasi.
Hasil yang didapatkan dibandingkan dengan kusioner SDSC dari kelompok
kontrol yang terdiri dari 766 anak (342 perempuan, 424 laki-laki; rata-rata usia 10.05
2.13) sesuai distribusi usia (p= 0.494) dan jenis kelamin (Chi-square =1.374; p = 0.241),
direkrut dari sekolah Campania. Seluruh subjek dari kedua kelompok berasal dari tempat
yang sama, ras Kaukasian, dan dari golongan sosial ekonomi menengah.

Perekaman Polisomnografi
34 subjek dengan migraine (20 laki-laki, 14 perempuan) (rata-rata usia 9.08; SD 2.28) dan
51 sukarelawan anak-anak sehat (28 laki-laki, 23 perempuan) (rata-rata usia 9.37; SD
1.81), disetujui untuk dilakukan pemeriksaan PSG di Sleep Laboratory of the Clinic of
Child and Adolescent Neuropsychiatry, setelah satu hari adaptasi, untuk menghindari
adanya efek malam pertama. Kelompok yang menjalani PSG disesuaikan sesuai usia (p =
0.516) dan distribusi jenis kelamin (Chi-square = 0.018; p = 0.893).
Seperti dilaporkan sebelumnya pada pemeriksaan PSG lainnya, perekaman EEG
dan penempatan elektroda sesuai dengan sistem 10-20 dan montase PSG sedikitnya terdiri
dari 19 channel (Fp2, Fp1,
F3, F4, F7, F8, C3, C4, T3, T4, P3, P4, T5, T6, O1, O2, Fz, Cz, Pz), referensi ke mastoid
kontralateral, elektrookulogram kanan dan kiri, elektromiogram di dagu, elektromiogram di
kanan dan kiri tibialis, elektrokardiogram, kanul nasal, thoraks dan abdominal, saturasi
oksigen perifer, pulsemetri dan posisi sensor.
Perekaman oleh Brain Quick Micromed System 98, sinyal pada 256 Hz dan
disimpan di hard disk untuk analisis lebih lanjut. Sinyal EEG difilter pada 0.1120 Hz,
dengan presisi 12-bit A/D. Sinyal tidur pada frekuensi 200 Hz atau 256 Hz dan disimpan
pada hard disk dalam format data Eropa untuk analisis lebih lanjut. Sinyal EEG pertama
didapatkan pada wide band analog filter (0.00170 Hz) dan secara digital difilter pada 0.1
50 Hz. Seluruh perekaman dimulai pada waktu tidur subjek seperti biasanya dan
dilanjutkan sampai bangun spontan pada pagi hari.

Skoring Tahapan Tidur


Tidur dibagi dalam 30 detik epochs, dan tahapan tidur diskoring dengan menggunakan
kriteria standar. Paramater tidur konvensional berikut dievaluasi :
Waktu di tempat tidur
Periode tidur; waktu mulai dari onset tidur sampai akhir tidur
Total waktu tidur: waktu dari onset tidur sampai akhir waktu tidur dikurangi
waktu terbangun

Latensi tidur: waktu mulai dari saat menutup mata sampai onset tidur,
didefinisikan sebagai dua awal epochs yang berurutan dari tahap I tidur atau satu
epoch dari tahap mana pun dari tidur, dalam beberapa menit
Latensi REM: waktu dari onset tidur sampai epoch REM yang pertama
Jumlah tiap tahapan/jam
Jumlah waktu terbangun/jam
Efisiensi tidur: rasio persentasi waktu terjaga selama waktu tidur setelah onset
tidur,yaitu waktu terjaga antara onset tidur dengan akhir dari tidur
Persentasi periode waktu tidur pada tahap I (S1%) dan tahap 2 (S2%), slow-wave
sleep (SWS%), dan tahap REM (REM%)

Semua variabel dianalisis dengan perangkat lunak Hypnolab 1.2 sleep (SWS Soft,
Troina, Italia). Seluruh perekaman dilakukan skoring oleh salah satu investigator dan
parameter tidur ditabulasikan untuk analisis statistik.
Dengan tujuan untuk mengeksklusi adanya sleep-related breathing disorders,
parameter respirasi nokturnal (seperti sentral, obstruktif, dan kejadian apnea campuran)
dihitung dengan menggunakan kriteria standar.
Indeks apnea-hipopnea didefinisikan sebagai jumlah apnea dan hipopnea tiap jam
dari total waktu tidur; indeks apnea obstruktif 1 dipilih sebagai batas nilai yang normal.
Kriteria standar digunakan untuk mengidentifikasi episode dari periodic limb
movements. Frekuensi gerakan tungkai adalah indeks gerakan tungkai yang periodik
(jumlah/jam waktu tidur). Episode dari periodic limb movements dijelaskan sebagai
gerakan tungkai dengan amplitude yang meningkat 8V dari batas dasar, dengan durasi
0.510 detik, jarak waktu antara dua gerakan yang berurutan adalah 5-90 derik, dan
minimal terdapat empat gerakan berurutan. Indeks gerakan tungkai yang periodic 5
dinyatakan sebagai abnormal.
Evaluasi Migrain
Pada kelompok pasien dengan migraine, dengan tujuan untuk membandingkan
karakteristik nyeri kepala pada anak-anak dengan PLMD dan anak-anak tanpa PLMD,
kami memperhitungkan frekuensi dan durasi serangan nyeri kepala tiap bulannya,
intensitas nyeri (VAS), skor PedMIDAS, dan respon subjektif terhadap pemberian terapi
farmakologis seperti untuk terapi akut (efikasi parasetamol) dan terapi profilaksis (contoh:
Flunarizine) yang didapat dari anamnesis klinis.
Visual analogue scale (VAS) digunakan untuk menilai tingkatan nyeri, dengan
meletakkan tanda pada garis horizontal sepanjang 10 cm, di antara 2 tanda (tidak adanyeri

ditandai dengan wajah tersenyum sedangkan nyeri yang sangat ditandai dengan wajah
kesakitan).
PedMIDAS merupakan tanya jawab dalam 6 pertanyaan yang sensitive, dapat
dengan mudah diaplikasikan baik kepada orangtua maupun anak-anak untuk menilai akibat
nyeri kepala berulang pada kehidupan anak-anak. Alat ini dapat diandalkan dan valid untuk
menilai disabilitas pada anak-anak dan dewasa muda serta mudah digunakan dalam situasi
klinis apapun. Instument ini dapat menyediakan informasi mengenai akibat migraine pada
aktivitas harian dan kualitas hidup keseluruhan dari anak-anak serta dapat menilai keluaran
dan membandingkan respon terapi individual.
Analisis Statistik
Untuk membandingkan karakteristik biokimia, antropometri dari kedua populasi,
digunakan t-Test dan
Chi-square test. Dalam mengevaluasi perbedaan scoring tidur patologis dari SDSC pada
populasi awal, digunakan batas nilai sedikitnya 3 episode tiap minggu, berdasarka criteria
yang telah divalidasi. Sehingga Chi-square test digunakan untuk menganalisis hasil.
Untuk memilih dari sampel awal (kelompok dengan migraine dan normal),
kelompok yang telah menjalani pemeriksaan PSG dikalkulasikan dengan perangkat lunak
http://www.dssresearch.com/toolkit/sscalc/size_a2.asp dengan Alpha Error Level 5% dan
Beta Error
Level 50%.
Pada kelompok yang menjalani pemeriksaan PSG (34 dengan migraine, 51 dalam
kondisi normal), perbandingan antara parameter arsitektur tidur diambil dengan
menggunakan non-parametric MannWhitney U test untuk data independen. Untuk
mengevaluasi pengaruh PLMD terhadap karakteristik nyeri kepala, sampel migraine dibagi
menjadi 2 kelompok berdasarkan indeks gerakan tungkai periodik (PLMI) 5/jam.
Kemudian dilakukan uji t-Test dan Chi-square untuk membandingkan karakteristik
migraine (frekuensi, intensitas, durasi serangan, gangguan hidup, dan efikasi terapi)dari 2
subkelompok (anak-anak migraine dengan PLMI >5/jam dan anak-anak migraine dengan
PLMI <5/jam).
Bertujuan untuk menganalisis hubungan antara PLMI dengan frekuensi, durasi,
intensitas, dan disabilitas dari anak-anak dengan migraine, uji Pearson dikomputerisasi.
Untuk analisis statistik, nilai p<0.05 adalah signifikan.

Tabel 1. menunjukkan perbandingan 26 SDSC berdasarkan nilai batas patologis


(3/minggu) dari kedua kelompok sampel. Anak-anak dengan migraine lebih sulit untuk
tidur (latensi tidur 30 menit p <
0.001, sulit tidur pada malam hari p < 0.001, ansietas saat tidur p < 0.001, Hypnic jerks p
value = 0.009) dan tanda parasomnia NREM (berjalan saat tidur; p < 0.001 dan mengigau;
p =0.002) serta gangguan gerak saat tidur (Teeth grinding; p <0.001) pada kelompok SDSC
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Berdasarkan perhitungan besar sampel, jumlah kedua kelompok yang menjalani
pemeriksaan PSG (34 migrain, 51 kondisi normal) cukup mewakili untuk populasi awal.
Tabel 2. menunjukkan perbandingan karakteristik biokomia dan antropometri dari kedua
kelompok dengan pemeriksaan PSG. Tabel 3. menunjukkan perbandingan statistik antara
parameter arsitektur tidur pada anak-anak dengan migraine dan kelompok kontrol. Anakanak dengan migraine menunjukkan berkurangnya waktu di tempat tidur (Time In Bed
[TIB]) (p <0.001),waktu tidur (Sleep Period Time [SPT]) (p <0.001), waktu tidur total
(Total Sleep Time [TST]) (p <0.001) dengan waktu terbangun tiap jam lebih sering (p=
0.008) dan indeks gerakan tungkai periodik (p <0.001) lebih banyak dibanding kelompok
kontrol.
Tidak ada perbedaan persentasi tahapan tidur dan pada indeks respiratori seperti
indeks apnea/hipopnea (AHI) dan indeks desaturasi oksigen (ODI) di antara dua kelompok.
Pada kelompok dengan migraine, anak-anak dengan PLMI 5 sebesar 26.47% dan dengan
frekuensi (p < 0.001), intensitas (p < 0.001), durasi (p = 0.006) dan gangguan hidup yang
lebih tinggi karena nyeri kepala sesuai dengan scoring PedMIDAS (p < 0.001)
dibandingkan pada anak-anak dengan PLMI <5/jam. Mereka juga memiliki efikasi terapi
akut (p = 0.006) dan profilaksis (p = 0.001) yang rendah (Tabel 4). Uji analisis Pearson
menunjukkan hubungan positif antara PLMI dan frekuensi (r= .5925; p < 0.001), intensitas
(r= .4922; p = 0.003), durasi (r= .3968; p= 0.02), dan disabilitas karena migraine (r= .6931;
p < 0.001).
Tabel 1. Kebiasaan tidur pada anak-anak dengan migraine tanpa aura dan kelompok kontrol

Hasil

Tabel3 menunjukkan perbedaan struktur makro tidur, parameter respirasi (AHI,ODI) dan indeks PLM
(PLMI) antara kelompok migraine dengan kelompok kontrol, dikalkulasi dengan analisis t-Test
TIB time in bed,SPT sleep period time,TST total sleep time,SOL sleep onset latency,FRL first REM
sleep latency, SS stage shifts,AWN awakenings,SE sleep
efficiency,WASO wake time after sleep onset,S1 sleep stage 1,S2 sleep stage 2,SWS slow-wave
sleep,REM rapid eye movement sleep percentage.
AHIapnea/hypopnea index (nilai normal 1/jam),ODI oxygen desaturation index (nilai normal
1/jam),PLMIperiodic limb movements index (nilai normak 5%).NS not significan

Tabel 2.Evaluasi demografik, antropometrik, biokimia pada anak-anak dengan migraine


tanpa aura dan kelompok kontrol, yang menjalani pemeriksaan PSG
Tabel 4. Perbandingan antara karakteristik nyeri, disabilitas, dan efikasi terapi pada anakanak dengan migrain dengan nilai p< 0.05 dianggap signifikan

Tabel 2 menunjukkan perbandingan demografik dan hematologik antara kedua populasi yang
menjalani pemeriksaan PSG. Dilakukan uji Chi-square,dan karakteristik lain diuji dengan t-Test

Tabel 3.Struktur makro tidur, parameter respirasi, evaluasi PLM nokturnal

Diskusi

Penemuan utama dari studi kami dapat diringkas dalam menilai prevalensi PLMD pada
anak-anak dengan migraine tanpa aura, dan mengidentifikasi PLMD sebagai penyebab
potensial disabilitas dan intensitas nyeri pada anak-anak e dengan migraine tanpa aura.
Secara umum hubungan antara tidur dan nyeri kepala juga berkaitan dengan lamanya
waktu tidur: tidur yang berlebihan atau kurang atau kualitas tidur yang buruk atau tidak
cukupnya durasi tidur dapat menyebabkan nyeri kepala.
Faktanya, seorang dengan durasi tidur yang pendek cenderung untuk lebih sering
sakit kepala dibandingkan seseorang dengan durasi tidur lama serta lebih sering mengalami
nyeri kepala pagi hari saat bangun tidur.
Selain itu dari beberapa studi terdahulu, menggambarkan prebedaan kebiasaan
tidur seperti tingginya DIMS (Disorders in Initiating and Maintaining Sleep), SBD (Sleep
Breathing Disorders), DA (Disorders of Arousal), SWTD (Sleep-Wake Transition
Disorders), DOES (Disorders Of Excessive Somnolence), SHY (Nocturnal Hyperhydrosis)
kategori, dan pada struktur makro tidur seperti pengurangan waktu tidur total (total sleep
time [TST]), rapid eye movement (REM) dan slow-wave sleep (SWS), serta peningkatan
latensi tidur (sleep latency [SOL]) antara anak-anak dengan sakit kepala dengan anak-anak
normal, seperti dikonfirmasi pada studi kami.
Pada studi kami, mengkonfirmasi perbedaan yang dikemukakan berdasarkan
perbandingan latensi tidur lebih tinggi, sulitnya untuk tidur di malam hari, ansietas saat
tidur, hypnic jerks, tanda-tanda parasomnia NREM dan gangguan gerak berkaitan dengan
tidur pada SDSC dibandingkan kelompok kontrol. Sesuai dengan hasil studi Vendrame,
anak-anak dengan migraine menunjukkan menurunnya TIB
(p < 0.001), SPT (p < 0.001), dan TST (p < 0.001) serta jumlah waktu terbangun tiap jam
(p = 0.008) dan indeks PLM (p < 0.001) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol.
PLMD telah dilaporkan dengan prevalensi yang bervariasi pada kelompok usia
perkembangan, setelah deskripsi awal dari Pichietti dan Walters. Faktor genetic, kelainan
metabolisme besi, dan disfungsi dopaminergik diperkirakan ikut berperan pada
patofisiologi dari PLMD. Sesuai dengan sampel kami, semua kelainan dan gangguan
metabolisme besi dieksklusi.

Pada studi ini, pertama dinilai prevalensi PLMD berdasarkan diagnosis PSG pada
anak-anak dengan migraine yang berjumlah 26.47% dari sampel. Namun, karena
kurangnya prevalensi kontrol dari PLMS pada populasi umumnya, kami tidak dapat secara
yakin membandingkan prevalensi PLMD pada anak-anak dengan migraine dengan
prevalensi pada populasi pediatri pada umumnya.
Di sisi lain, migraine merupakan kondisi rasa nyeri yang membatasi aktivitas,
khususnya pada anak-anak dan sering disertai dengan gangguan berat, termasuk rendahnya
kualitas emosional, ketidakhadiran di sekolah, performa akademik yang buruk, begitu pula
dengan kurangnya fungsi kognitif, koordinasi motorik, kebiasaan tidur dan tinggi stress
pada ibu.
Tidak adanya konsensus mengenai etiologi, patofisiologis, perjalanan penyakit
jangka panjang pada migraine tanpa aura khususnya pada populasi pediatri, meskipun
beberapa neurotransmitter otak diperkirakan ikut berperan dalam migraine, seperti
glutamate, noradrenalin, dan neuromodulator serta dopamin. Dalam kondisi ini, datakami
mendukung bahwa PLMD dapat mempengaruhi presentasi klinis dari migraine,
meningkatkan derajat keparahan, frekuensi, dan seluruh aspek disabilitas, seperti efikasi
dari terapi
Sebaliknya, laporan terbaru menunjuk suatu hubungan antara ambang batas nyeri
pada dewasa yang dipengaruhi migraine dengan tidur, dimana para penderita cenderung
untuk mengalami kurang tidur dan membutuhkan waktu tidur lebih dibandingkan kontrol
kesehatan.
Kesimpulan
Kami perlu memperhitungkan batasan utama dari studi ini, bahwa subjek sampel kami
berasal dari kelompok kecil dari area di Selatan Italia. Dengan keterbatasan ini, studi ini
dapat dipertimbangkan sebagai laporan awal mengenai nilai potensial dari penentuan
tanda-tanda PLMD, dan pentingnya evaluasi PSG pada anak-anak dengan migraine,
khususnya jika manajemen klinis dan farmakologis cenderung gagal dalam mengontrol
serangan.

Вам также может понравиться