Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
CVA TROMBOSIS
A. Definisi
Stroke adalah disfungsi neurologis yang umum dan timbul secara mendadak
sebagai akibat dari adanya gangguan suplai darah ke otak dengan tanda dan
gejala sesuai dengan daerah otak yang terganggu (WHO, 1989).
Stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu pada setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak ( Sylvia A. Price, 2006 )
Stroke merupakan penyakit peredarah darah otak yang diakibatkan oleh
tersumbatnya aliran darah ke otak atau pecahnya pembuluh darah di otak,
sehingga suplai darah ke otak berkurang (Smltzer & Bare, 2005).
Stroke iskemik yang disebabkan oleh penyumbatan arteri akibat trombus
(bekuan darah di arteri serebri). Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi, biasanya karena aterosklerosis berat sehingga menyebabkan
iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti di sekitarnya.
Sering kali, individu mengalami satu atau lebih serangan iskemik sementara (TIA)
sebelum stroke trombotik yang sebenarnya terjadi. TIA adalah gangguan fungsi
otak singkat yang reversibel akibat hipoksia serebral. TIA mungkin terjadi ketika
pembuluh darah aterosklerosis mengalami spasme, atau saat kebutuhan oksigen
otak meningkat dan kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi karena aterosklerosis
mengalami spasme, atau saat kebutuhan oksigen meningkat dan kebutuhan ini
tidak dapat dipenuhi karena aterosklerosis berat. Berdasarkan definisi TIA
berlangsung kurang dari 24 jam. TIA yang sering terjadi menunjukkan
kemungkinan terjadinya stroke trombotik yang sebenarnya (Corwin, 2009).
B. Etiologi
Aterosklerosis (trombosis)
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme
berikut :
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
Embolisme
Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari penyebab utama stroke.
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung,
sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan
penyakit jantung, jarang terjadi berasal dari plak ateromatosa sinus carotikus
(carotisintema). Setiap batang otak dapat mengalami embolisme tetapi
biasanya embolus akan menyumbat bagian-bagian yang sempit.
Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan).
Trombosis sinus dura
Diseksi arteri karotis atau vertebralis
Vaskulitis sistem saraf pusat
Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intrakranial yang progresif)
Kondisi hyperkoagulasi
Penyalahgunaan obat (kokain dan amfetamin)
Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia atau leukemia)
Kelainan darah : trombositosis, polisitemia, anemia sel sabit, leukositosis,
hiperkoagulasi.
Polisitemia adalah
peningkatan
jumlah
sel
darah
merah
akibat
Faktor risiko
Faktor risiko adalah faktor yang meningkatkan risiko untuk terjadinya suatu
penyakit (Fletcher dkk, 1992). Faktor risiko stroke dikelompokan menjadi dua,
yaitu faktor-faktor yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah
(Bustami,
2007). Penjabaran faktor risiko tersebut sebagai berikut (Sacco dkk, 1996).
Faktor risiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi adalah :
Faktor Risiko
Umur
Keterangan
Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk stroke.
Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70% terjadi pada
mereka yang 65 ke atas. Risiko stroke adalah dua kali ganda
Seks
sehingga
tingkat
kelangsungan
hidup
lebih
tinggi.
besar.
Stroke juga terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang sangat
sejarah stroke
dalam
keluarga
Keterangan
Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan
pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi
memiliki faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat
dibandingkan orang yang bebas hipertensi. Sekitar 40-90%
penderita stroke ternyata mengidap hipertensi sebelum
terkena stroke. Secara medis, tekanan darah di atas 14090
tergolong dalam penyakit hipertensi. Oleh karena dampak
hipertensi pada keseluruhan risiko stroke menurun seiring
dengan pertambahan umur. Pada orang berusia lanjut, faktor
lain di luar hipertensi berperan lebih besar terhadap risiko
stroke. Pada seorang yang tidak menderita hipertensi, risiko
stroke meningkat terus hingga usia 90, menyamai risiko
stroke pada seorang yang menderita hipertensi. Sejumlah
penelitian menunjukkan, obat-obatan anti hipertensi dapat
mengurangi risiko stroke sebesar 38% dan pengurangan
angka kematian akibat stroke sebesar 40%.
Diabetes mellitus
Penyakit jantung
Merokok
bahwa
merokok
jelas
hematokrit
meningkat
hyperfibrinogenemia,
atau
hasil
dari
polisitemia,
paraproteinemia,
biasanya
tingkat fibrinogen
dan kelainan
sistem pembekuan
Hemoglobinopathy
Dapat
dengan
stroke
hipersensitivitas
vaskular
menyebabkan
alergi.
stroke
kurang
jelas.
Peningkatan
kolesterol
Diet
merah.
Selain
itu,
alkohol
bisa
menyebabkan
dan autoregulasi.
Kegemukan Diukur dengan berat tubuh relatif atau body
mass indexs, obesitas telah secara konsisten meramalkan
stroke. Asosiasi dengan stroke dapat dijelaskan sebagian
oleh
adanya
hipertensi
dan
diabetes.
Sebuah
berat
pengembangan
dinding pembuluh
Homosistinemia
darah.
perubahan
Sifilis
inflamasi
meningovaskular
dalam
dan
stres.
Stres
psiokososial dapat
menyebabkan depresi. Jika depresi berkombinasi dengan
faktor risiko lain (misalnya, aterosklerosis berat, penyakit
jantung atau hipertensi) dapat memicu terjadinya stroke.
Depresi meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 2 kali.
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis yang sering terjadi antara lain;
-
Gejala muncul pada malam hari/ menjelang pagi hari karena penurunan
tekanan darah dan aktivitas saraf sensorik.
muntah,
E. Patofisiologi (TERLAMPIR)
Stroke trombosis adalah bentuk bekuan darah didalam salah satu arteri
otak. bekuan menyumbat aliran darah ke sebagian otak. Ini menyebabkan sel
otak di area tersebut berhenti fungsinya dan mati dengan cepat.
darah
yang
kemudian
menyebabkan
terjadinya
trombosis.
ketajaman
dengan
membaca,
perhatikan
jarak
baca
atau
f.
dan
coba
untuk
membukanya,
minta
pula
klien
utnuk
3. Kekuatan otot :
Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji. Klien secara aktif
menahan tenaga yang ditemukan oleh sipemeriksa. Otot yang diuji biasanya dapat
dilihat dan diraba. Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala Lovetts
(memiliki nilai 0 5)
0
= gerakan kontraksi.
= kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau melawan tahanan atau
gravitasi.
4. Refleks achilles
Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan refleks ini kaki
yang diperiksa bisa diletakkan / disilangkan diatas tungkai bawah kontralateral.
Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan
plantar fleksi kaki.
5. Refleks abdominal
Dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus. Kalau
digores seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah yang
digores.
6. Refleks Babinski
Merupakan refleks yang paling penting . Ia hanya dijumpai pada penyakit
traktus kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat bagian lateral
telapak kaki dari tumit kearah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung
kaki. Respon Babinski timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari
lainnya tersebar. Respon yang normal adalah fleksi plantar semua jari kaki.
Pemeriksaan khusus sistem persarafan, untuk mengetahui rangsangan selaput
otak (misalnya pada meningitis) dilakukan pemeriksaan :
1. Kaku kuduk
Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat
menempel pada dada, kaku kuduk positif (+).
2. Tanda Brudzinski I
Letakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain didada
klien untuk mencegah badan tidak terangkat. Kemudian kepala klien difleksikan
kedada secara pasif. Brudzinski I positif (+) bila kedua tungkai bawah akan fleksi
pada sendi panggul dan sendi lutut.
3. Tanda Brudzinski II
Tanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi panggul secara
pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.
4. Tanda Kernig
Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada
sendi lutut. Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1350 terhadap tungkai
atas.
Kernig (+) bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap
hambatan.
5. Test Laseque
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri
sepanjang m. ischiadicus.
Mengkaji abnormal postur dengan mengobservasi :
1. Decorticate posturing, terjadi jika ada lesi pada traktus corticospinal.
Nampak kedua lengan atas menutup kesamping, kedua siku, kedua
pergelangan tangan dan jari fleksi, kedua kaki ekstensi dengan memutar
kedalam dan kaki plantar fleksi.
2. Decerebrate posturing, terjadi jika ada lesi pada midbrain, pons atau
diencephalon.
Leher ekstensi, dengan rahang mengepal, kedua lengan pronasi,
ekstensi dan menutup kesamping, kedua kaki lurus keluar dan kaki plantar
fleksi.
Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara apesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur.
2. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti. CT scan
merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk PIS dalam beberapa jam pertama
setelah perdarahan. CT-scan dapat diulang dalam 24 jam untuk menilai
stabilitas
3. Pungsi lumbal
Tekanan yang meningkat dan di sertai dengan bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya haemoragia pada sub arachnoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukan adanya proses inflamasi.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi serta
besar/ luas terjadinya perdarahan otak.
5. USG Dopler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis).
6. EEG
Melihat masalah yang timbul dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
Pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap
Untuk
mengetahui
adanya
anemia,
trombositopenia
dan
G. Penatalaksanaan Stroke
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut:
2. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir
yang
sering,
oksigenasi,
kalau
perlu lakukan
trakeostomi,
membantu
pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
5. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
pengkajian
terdiri
dari
tiga
kegiatan,
yaitu
pengumpulan
data,
Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status
kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya,
spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi
dan gaya hidup klien. (Marilynn E. Doenges et al, 1998)
(a)
Data demografi
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
(b)
Keluhan utama
Didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
(c)
(d)
(e)
(f)
Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan
keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan
pikiran klien dan keluarga.(Harsono, 1996)
(g)
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran
Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,
kadang tidak bisa bicara
Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
Pemeriksaan integumen
Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu
juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah
yang
menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu
Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
Rambut : umumnya tidak ada kelainan
Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : bentuk normocephalik
Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan, adanya hambatan jalan
nafas. Merokok merupakan faktor resiko.
Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama,
dan kadang terdapat kembung.
Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
tidak
sama,
refleks
tendon
melemah
secara
kontralateral, apraksia
Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi, hilangnya
rangsang sensorik kontralteral.
Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali
didahuli dengan refleks patologis.
Sinkop/pusing,
sakitkepala,
gangguan
status
mental/tingkat
Pemeriksaan Fisik
a) Tingkat kesadaran
Tingkat Responsivitas
Klinis
Terjaga
Normal
Sadar
Letargi
dirangsang.
Sangat sulit untuk dibangunkan, tidak konsisten dalam
mengikuti perintah sederhana atau berbicara satu kata atau
Stupor
frase pendek.
Gerak bertujuan ketika dirangsang tidak mengikuti perintah,
atau berbicara koheren.
Semikomatosa
Koma
Respon verbal
Membuka mata
Menurut
Orientasi
Spontan
Terlokalisasi
Bingung
Terhadap panggilan
Menghindar
Terhadap nyeri
Fleksi abnormal
Hanya suara
Tidak dapat
Ekstensi abnormal
Tidak ada
Tidak ada
Sano dan tamura juga membuat klasifikasi klinis perdarahan subarakhnoid dan
dihubungkan dengan GCS. Berikut klasifikasinya: (Satyanegara, dkk., 2010).
Derajat
GCS
Klinis
15
15
3a
13-14
3b
13-14
8-12
3-7
2.
3.
DO
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
5.
Kelemahan
Parastesia
Paralisis
Kerusakan koordinasi
Keterbatasan rentang gerak
Penurunan kekuatan otot
6.
7.
8.
9.
h.
i.
j.
k.
PATOFISIOLOGI
Faktor
risiko
Aterosklerosis, polisitemia, dll
Trombosis serebral
Oklusi pembuluh darah secara mendadak
CVA
Iskemik perkepanjangan
Defisit neurologis
Frontal
Temporal
Gangguan
penilaian
Gangguan
penampilan
dan
kebersihan
diri
Gangguan
afek dan
proses pikir
Gangguan
fungsi
motorik
Gangguan
memori
kejadian
yang baru
terjadi
Kejang
psikomotr
Tuli
Konfabulas
i
(mengingat
pengalama
n imajiner)
Kehilangan
kontrol
volunter
Parietal
Afasia (tidak
mampu berbicara
dan menulis)
Agrafia
(kehilangan
kemampuan
menulis)
Agnosia (tidak
mampu
mengenali
strimuli sensori)
8. Kerusakan
komunikasi
verbal
Dominan
Nondomnian
Oksipital
Ganggu
an
sensorik
bilateral
Disorientasi
Apraksia
(kehilangan
kemampuan
melakukan
gerakan
bertujuan)
Distorsi
konsep
ruang
Hilang
kesadaran
pada sisi
tubuh yang
berlawanan
Kemampu
an
penglihata
n
berkurang
dan buta
Penurunan
kesadaran
Hemiplegia
dan
hemiparese
4. Kerusakan
mobilitas fisik
3. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
7. Defisit perawatan diri:
Mandi dan eliminasi
5. Risiko
tinggi
cidera
Usila
Arterosklerosis,
hypertensi
Penurunan aktivitas
simpatis
Penyempitan pembuluh
Darah otak
Penurunan tekanan
darah
Aneurisma
Emboli
Pecahnya pembuluh
darah
Perdarahan intraserebral
Perubahan perfusi jaringan serebral
N. VII
Gangguan
transmisi
Gangguan
koordinasi otak
Kerusakan
komunikasi verbal
Persepsi sensori
Kelemahan
Kerusakan
menelan
Perubahan
persepsi sensori
Kerusakan
mobilitas fisik
Kurang perawatan
Kurang pengetahuan
N.
Daftar Pustaka
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Jakarta, EGC.
Carpenito Linda Juall. 1995, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Jakarta
EGC.
Depkes RI. 1996, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta, Diknakes.
Doenges, M.E. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Hudak C.M.,Gallo B.M. 1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. Edisi VI,
Volume II, Jakarta, EGC.
Price S.A., Wilson L.M.