Вы находитесь на странице: 1из 5

Kriteria Eden

Kriteria Eden adalah kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia.


Kriteria Eden antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

koma yang lama (prolonged coma)


Nadi diatas 120
Suhu 39,4 C atau lebih
Tekanan darah di atas 200 mmHg
Konvulsi lebih dari 10 kali
Proteinuria 10 g atau lebih
Tidak ada edema, edema menghilang

Bila tidak ada atau hanya satu kriteria di atas, eklampsia masuk ke kelas
ringan; bila dijumpai 2 atau lebih masuk ke kelas berat dan prognosis akan lebih
buruk.
Jenis Antioksidan
Tubuh memiliki sistem pertahanan internal terhadap radikal bebas. Sistem
pertahanan tersebut dikelompokkan menjadi 3 golongan:
1. Antioksidan

primer,

(antioksidan

endogen/antioksidan

enzimatis).

Contohnya superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation


peroksidase. Enzim enzim ini mampu menekan atau menghambat
pembentukan radikal bebas dengan cara memutus reaksi berantai dan
mengubahnya menjadi produk lebih stabil. Reaksi ini disebut sebagai
chain-breaking-antioxidant.
2. Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan non
enzimatis). Contoh antioksidan sekunder ialah vitamin E, vitamin C, karoten, isoflavon, asam urat, bilirubin, dan albumin. Senyawa-senyawa
ini dikenal sebagai penangkap radikal bebas (scavenger free radical).
3. Antioksidan tersier, misalnya enzim DNA-repair dan metionin sulfoksida
reduktase yang berperan dalam perbaikan biomolekul yang dirusak oleh
radikal bebas (Winarsi, 2005).
Senyawa antioksidan sintesis seperti butil hidroksi anisol (BHA) dan butil
hidroksi toluen (BHT) bukan merupakan solusi untuk kontrol positif yang baik,
sebab pada pemaparan yang lama diketahui dapat mempengaruhi genetika sel-sel
tubuh (Poormorad et al., 2006).

Sumber antioksidan
Antioksidan sangat beragam jenisnya. Berdasarkan sumbernya antioksidan
dibagi dalam dua kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang
diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil
ekstraksi bahan alami).
1. Antioksidan sintetik Diantara beberapa contoh antioksidan sintetik yang
diijinkan untuk makanan, ada lima antioksidan yang penggunaannya
meluas dan menyebar di seluruh dunia, yaitu butil hidroksi anisol (BHA),
butil hidroksi toluen (BHT), propil galat, tert-butil 13 hidroksi quinon
(TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan tersebut merupakan antioksidan alami
yang telah diproduksi secara sintesis untuk tujuan komersial (Pokorni et
al., 2001).
2. Antioksidan alami Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal
dari:
a. Senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen
makanan.
b. Senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses
pengolahan.
c. Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan
ditambahkan ke makanan.
Kebanyakan senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami adalah
berasal dari tumbuhan. Kingdom tumbuhan, Angiosperm memiliki kira-kira
200.000 sampai 300.000 spesies dan dari jumlah ini kurang lebih 400 spesies yang
telah dikenal dapat menjadi bahan pangan manusia. Isolasi antioksidan alami telah
dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan, tetapi tidak selalu dari bagian yang
dapat dimakan. Antioksidan alami terbesar di beberapa bagian tanaman, seperti
pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, biji, dan serbuk sari (Pokorni et al.,
2001).
Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik
atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat,
kumarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid

yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin,


flavonol dan kalkon. Sementara turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam
ferulat, asam 14 klorogenat, dan lain-lain. Senyawa antioksidan polifenolik ini
adalah multifungsional dan dapat bereaksi sebagai:
a.
b.
c.
d.

Pereduksi
Penangkap radikal bebas
Pengkelat logam
Peredam terbentuknya singlet oksigen

Kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan


diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya, sehingga
flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar. Lebih lanjut
disebutkan bahwa sebenarnya flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau,
sehingga pastilah ditemukan pula pada setiap telaah ekstrak tumbuhan.
Kebanyakan dari golongan dan senyawa yang berkaitan erat dengannya memiliki
sifat-sifat antioksidan baik di dalam lipida cair maupun dalam makanan berlipida
(Pokorni et al., 2001).
Etiologi KET
Beberapa hal dibawah ini ada hubungannya dengan terjadinya
kehamilan
ektopik:7
2.3.1. Pengaruh faktor mekanik
Faktor-faktor mekanis yang menyebabkan kehamilan ektopik
antara lain: riwayat operasi tuba, salpingitis, perlekatan tuba
akibat operasi non-ginekologis seperti apendektomi, pajanan
terhadap

diethylstilbestrol,

(penonjolan-penonjolan

kecil

salpingitis

isthmica

ke

lumen

dalam

nodosum
tuba

yang

menyerupai divertikula), dan alat kontrasepsi dalam rahim


(AKDR).

Hal-hal

tersebut

secara

umum

menyebabkan

perlengketan intra- maupun ekstraluminal pada tuba, sehingga


menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri. Faktor
mekanik lain adalah pernah menderita kehamilan ektopik, pernah

mengalami operasi pada saluran telur seperti rekanalisasi atau


tubektomi

parsial,

induksi

abortus

berulang,

tumor

yang

tuba

yang

mengganggu keutuhan saluran telur.


2.3.2. Pengaruh faktor fungsional
Faktor

fungsional

yaitu

perubahan

motilitas

berhubungan dengan faktor hormonal. Dalam hal ini gerakan


peristalsis tuba menjadi lamban, sehingga implantasi zigot
terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri. Gangguan motilitas
tuba dapat disebabkan oleh perobahan keseimbangan kadar
estrogen dan progesteron serum. Dalam hal ini terjadi perubahan
jumlah dan afinitas reseptor adrenergik yang terdapat dalam
utrus dan otot polos dari saluran telur. Ini berlaku untuk
kehamilan ektopik yang terjadi pada akseptor kontrasepsi oral
yang mengandung hanya progestagen saja, setelah memakai
estrogen dosis tinggi pascaovulasi untuk mencegah kehamilan.
Merokok pada waktu terjadi konsepsi dilaporkan meningkatkan
insiden kehamilan ektopik yang diperkirakan sebagai akibat
perubahan jumlah dan afinitas reseptor adrenergik dalam tuba.
2.3.3. Kegagalan kontrasepsi
Sebenarnya insiden sesungguhnya kehamilan ektopik berkurang
karena kontrasepsi sendiri mengurangi insidensi kehamilan. Akan
tetapi dikalangan para akseptor bisa terjadi kenaikan insiden
kehamilan

ektopik

apabila

terjadi

kegagalan

pada

teknik

sterilisasi. Alat kontrasepsi dalam rahim selama ini dianggap


sebagai penyebab kehamilan ektopik. Namun ternyata hanya
AKDR

yang

mengandung

progesteron

yang

meningkatkan

frekuensi kehamilan ektopik. AKDR tanpa progesteron tidak


meningkatkan

risiko

kehamilan

ektopik,

tetapi

bila

terjadi

kehamilan

pada

wanita

yang

menggunakan

AKDR,

besar

kemungkinan kehamilan tersebut adalah kehamilan ektopik.


2.3.4. Peningkatan afinitas mukosa tuba
Dalam hal ini terdapat elemen endometrium ektopik yang
berdaya meningkatkan implantasi pada tuba.

Вам также может понравиться