Вы находитесь на странице: 1из 4

LAPORAN PRAKTIKUM IDK

ADAPTASI, JEJAS, DAN KEMATIAN SEL


Oleh Khairunnisa Sita Devi 1406623940
Apakah perbedaan nekrosis koagulativa dan liquefactive?
a. Nekrosis koagulativa
Nekrosis koagulativa merupakan bentuk neckosis yang paling umum dan
mengacu pada perubahan mikroskopis cahaya dalam sel mati seperti gambar di bawah
ini

Nekrosis koagulativa ditandai dengan penghentian tiba-tiba fungsi sel dasar yang
disebabkan oleh penyumbatan aksi dari sebagian besar enzim. Karena aksi enzim
sitoplasma hidrolitik juga diblokir, tidak ada perombakan jaringan (yaitu, ada sedikit
autolisis). Oleh karena itu, garis keseluruhan dari jaringan yang mati tetap
dipertahankan. Jaringan nekrotik tampak lebih pucat dari bentuk normal dan daging
rebus.
b. Nekrosis lequefactive
Nekrosis liquefactive ditandai dengan pelunakan jaringan nekrotik ke titik dimana
berubah menjadi lem seperti bubur atau puing-puing berair. Pencairan jaringan terjadi
karena aksi enzim hidrolitik yang dilepaskan dari sel-sel mati, seperti dalam infark
otak, atau dari lisosom sel-sel inflamasi yang menyerang jaringan, seperti pada abses
(jaringan yang bernanah).

Dari etiologi, proses penyakit, dan manifestasi klinik yang terjadi pada neoplasia, apa
dampaknya terhadap biologi, psikologi, sosiol, dan spiritual pasien?
a. Biologi
Menurut Yunitri (2012) genetik merupakan faktor yang berperan dalam kejadian
depresi. Kelainan neurotransmitter dapat terjadi akibat adanya kelainan genetik atau
faktor lingkungan seperti efek terhadap pengobatan, kerusakan sel otak, kelainan
hormon, ataupun infeksi. Beberapa neurotransmitter dipercaya berhubungan dengan
status emosional, antara lain serotonin dan norepinefrin. Serotonin memiliki peran
dalam pengaturan mood, agre kecemasan, aktivitas motorik,selera makan, aktivitas
seksual, istirahat dan tidur, siklus jantung, fungsi neuroendokri, temperatur tubuhm
fungsi kognitif, persepsi terhadap nyeri yang biasanya muncul pada pasien depresi.
Secara fisik rasa nyeri dan disfungsi fisik akan dirasakan (Susanti, 2009)
b. Psikologi
Menurut Yunitri (2012) terdapat beberapa perubahan psikologis pasien diantaranya:
- Pasien cenderung tidak berharga atau malu dengan perubahan yang terjadi pada
tubuhnya. Perilaku yang biasanya muncul seperti pasien menutupi anggota
tubuhnya dengan pakaian agar tidak terlihat, pasien cenderung merasa tubuhnya
lebih tua dan merassa tidak bisa bekerja sebagaimana mestinya, dan khawatir akan
-

penampilan dirinya tidak menarik di depan umum


Reaksi psikologis paling banyak dialami adalah depresi dan kecemasan
Adanya efek langsung obat pada saat menjalani kemoterapi menyebabkan pasien

mengalami cemas, ketakutan, tegang, dan trauma


c. Sosial
Menurut Yunitri (2012) terdapat beberapa perubahan sosial pasien diantaranya:

Pasien mengalami perubahan sosial baik dari segi pekerjaan, keadaan ekonomi,

dan hubungan sosial dengan orang lain


Pasien cenderung akan merasa sendiri, tidak dimengerti oleh orang lain, merasa
bersalah terhadap keluarga karena tidak mampu menjalani perannya, tidak mampu
melakukan kegiatan sehari-hari yang disenangi hanya berorientasi pada kondisi
kesehatannya saja, bahkan akan memotivasi dirinya untuk segera mengakhiri

hidupnya
Dari segi ekonomi pasien merasa bahwa penyakitnya telah mempengaruhi kondisi

perekonomiannya
d. Spiritual
Menurut Susanti (2009) penderitaan yang dirasakan pasien akan membawa seseorang
ke dalam domain spiritual dan mengundang pertanyaan-pertanyaan yang menjadi isu
besar dalam kehidupannya sebagai proses pencarian arti dalam kehidupan. Susanti
(2009)

menambahkan

kompleksnya

masalah

penyakit

yang

diderita

akan

memunculkan kebutuhan spiritual.


Apa implikasinya dalam asuhan keperawatan kepada pasien neoplasia? Jelaskan
perannya dalam aspek preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif!
WHO sebagai organisasi kesehatan dunia menginisiasi pembentukan jaringan kerja
Promosi Kesehatan Rumah Sakit dengan tujuan reorientasi institusi pelayanan kesehatan
yang mampu mengintegrasikan promosi kesehatan dan edukasi serta pencegahan penyakit
dan pelayanan pelayanan rehabilitasi dengan pelayanan kuratif (Sangkot, 2008). Dalam UU
Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan khususnya pasal 10 yang menyatakan bahwa untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat upaya kesehatan dilaksanakan
dengan pendekatan pemeliharaan kesehatan. Upaya tersebut meliputi peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh serta berkesinambungan
(Sangkot, 2008).
Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya mengenai upaya peningkatan
kesehatan, implikasi dalam asuhan keperawatan seperti pada pasien neoplasia dapat berupa
perawat melakukan peningkatan kesehatan (aspek promotif) pada masyarakat dan upaya
pencegahan penyakit neoplasia (aspek preventif). Pada pasien neoplasia perawat dapat
melakukan perawatan pasien untuk membantu proses penyembuhan (aspek kuratif) setelah
itu dilakukan pemulihan kesehatan (aspek rehabilitatif)

Daftar Pustaka

Damjanov, Ivan. (2009). Phatology secrets 3rd edition. United States of Amerika:
Mosby Elsevier
Rubin, Emanuel dan Reisner, Howard M. (2004). Essentials of Rubins Pathology 6th
edition. Lippincott Williams & Willkins: China
Sangkot, Hartaty Sarma. (2008). Manajemen upaya promosi kesehatan rumah sakit (PKRS)
di rumah sakit umum pusat nasional dr. Ciptomangunkusumo (RSUPNCM) di Jakarta
Pusat tahun 2008 (Skripsi dipublikasikan). Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
Susanti, Dwi Dahlia. (2009). Pengalaman spiritual perempuan dengan kanker serviks di
RSUPN dr. Cipto Mangkunkusumo Jakarta (Tesis dipublikasikan). Universitas Indonesia,
Depok, Indonesia
Yunitri, Ninik. (2012). Pengaruh terapi kelompok suportif ekspresif terhadap depresi dan
kemampuan mengatasi depresi pada pasien kanker (Tesis dipublikasikan). Universitas
Indonesia, Depok, Indonesia

Вам также может понравиться