Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk social yang saling membutuhkan satu
dengan yang lainnya. Mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Salah
satunya adalah dengan jual beli. Dalam prakteknya tidak lepas dari hutang dan
piutang serta semua yang terkait didalamnya termasuk Hiwalah/ Hawalah.
Pada makalah ini akan dibahas pengertian hawalah/ hiwalah untuk
mempermudah pemahaman pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini antara lain :
a. Memberikan pengertian tentang Hiwalah/ Hawalah
b. Memberikan pemehaman dan pengetahuan tentang Hiwalah/ Hawalah
1.3 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Hawalah/ Hiwalah?
b. Apa Mekanisme Hawalah/ Hiwalah ?
c. Bagaimana contah Hawalah/ Hiwalah dalam kehidupan sehari-hari?

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hawalah/ Hiwalah
Hiwalah menurut arti bahasa adalah memindahkan. Sedangkan menurut
syara adalah aqad mengalihkan tanggung jawab membayar hutang dari seseorang
kepada orang lain.1
Dasar hukum Hiwalah adalah Firman Allah QS. Yusuf ayat 72 :

Dan barang siapa yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan
(seberat) beban unta dan aku menjamin terhadapnya.
Sabda Rasullullah SAW :

Abu Hurairah r.a berkata : Rasullullah SAW bersabda : Penundaan pembayaran


hutang bagi orang kaya (mampu) adalah dhalim. Maka apabila seseorang diantara
kami

memindahkan

hutangnnya

kepada

orang

lain

hendaklah

diterima

pemindahannya itu(H.R. Bukhari-Muslim).


Hiwalah ialah memindahkan utang dari tanggungan seseorang kepada
tanggungan yang lain.2
Sabda Rasullullah SAW :

Orang yang mampu membayar hutang, haram atasnya melalaikan


hutangnya. Maka apabila salah seorang diantara kamu memindahkan hutangnya
kepada orang lain, pemindahan itu hendaklah diterima, asal yang lain itu mampu
membayar. (Riwayat Ahmad dan Baihaqi)
Yang dimaksud dengan Hawalah ialah pengalihan tanggung jawab pelunasan
hutang debitur suatu bank syariah kepada pihak lain (yang memiliki hutang kepada
1

Saifulloh Al Aziz S, Moh. Ust. Drs. Fiqih Islam Lengkap (Surabaya : Terbit Terang. 2005) hal 385.

Rasjid, Sulaiman. H. Fiqih Islam (Bandung : Sinar Baru Algensindo. 2002) hal 312.

Muhammad

debitur). Jelasnya, pada saat hutang debitur tersebut jatuh waktu, bank syariah
menagih pelunasan piutangnya kepada yang berhutang kepada debiturnya (pihak
ketiga), dan bukan kepada debitur yang bersangkutan secara langsung.3
2.2 Rukun Hawalah/ Hiwalah
Menurut Saifulloh Al Aziz, rukun Hiwalah antara lain :
1. Muhil (Orang yang memindahkan tanggungan hutangnya).
2. Muhalalaih (pihak yang dibebani pemindahan tanggungan hutang atau dibebani
membayar hutang oleh Muhil).
3. Muntal (Orang yang piutangnya dipindahkan).
4. Hutang Muhil kepada Muntal.
5. Hutang Muhal alaih kepada Muhil.
6. Sighat (lafadh aqad).1
Sedangkan menurut Sulaiman Rasjid, rukun Hiwalah diantaranya :
1.

Muhil (orang yang berhutang dan berpiutang)

2.

Muhtal (orang yang berpiutang)

3.

Muhal alaih (orang yang berhutang)

4.

Utang Muhil kepada Muhtal

5.

Utang Muhalalaih kepada Muhil

6.

Sighat (lafadh aqad).2

2.3 Syarat-syarat Sah Menanggung Hutang


1. orang yang menanggung harus memberitahukan kepada orang yang menghutangi
(berpiutang)
2. waktu menanggungnya harus positif.
3. hutang yang lazim
4. Keadaan hutang diketahui pasti. 1
2.4 Mekanisme Hawalah/ Hiwalah
1. Penjual suatu barang/jasa mengadakan kontrak bisnis dengan pembelinya yang
pembayarannya baru akan dilakukan/ dilunasi setelah beberapa waktu kemudian.
1

Saifulloh Al Aziz S, Moh. Ust. Drs. Fiqih Islam Lengkap (Surabaya : Terbit Terang. 2005) hal 385.

Rasjid, Sulaiman. H. Fiqih Islam (Bandung : Sinar Baru Algensindo. 2002) hal 312.

Muhammad

2. Oleh karena memerlukan dana segera/ mendesak misalnya untuk modal kerja, si
penjual mengajukan pembiayaan Hawalah kepada suatu bank syariah untuk
sebesar jumlah tagihan dengan jaminan piutangnya kepada pembelinya. Sebagai
realisasinya, bank membayar pembiayaan dimaksud kepada debitur (penjual)
sebesar tagihan, dan debitur akan membayar biaya administrasi kepada bank.
3. Pada saat hutang debitur jatuh tempo, bank menagih pelunasan hutang debitur
kepada rekan dagang debitur-pembeli barang/ jasa debitur (pihak ketiga). 3
Umpamanya A(muhil) berutang kepada B (muhtal)
2.5 Contoh Hawalah/ Hiwalah dalam kehidupan sehari-hari

Saifulloh Al Aziz S, Moh. Ust. Drs. Fiqih Islam Lengkap (Surabaya : Terbit Terang. 2005) hal 385.

Rasjid, Sulaiman. H. Fiqih Islam (Bandung : Sinar Baru Algensindo. 2002) hal 312.

Muhammad

Вам также может понравиться