Вы находитесь на странице: 1из 10

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai

tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan
moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin
requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau
melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya
tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan
dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan
(tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor
perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

[1]

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara
berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut
Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang
dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan
kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah
satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum,
intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang
apabila mengalami kesulitan likuiditas.

Jenis-jenis Kebijakan Moneter


Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu: [2]
Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli
masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi
atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money
policy)
Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan
moneter, yaitu antara lain : [3]
Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan
menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika
ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga
pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang
mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk
membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank
sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang
beredar berkurang.
Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan
rasio.
Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti
menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan
kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank
meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar
pada perekonomian.
Tujuan Kebijakan Moneter

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7
tentang Bank Indonesia. [4]
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan
terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai
tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan
moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation
Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free
floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas
harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan
kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan
untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan
kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang
beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran
moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar
terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat
diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau
pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian
moneter berdasarkan Prinsip Syariah.

Pemulihan Ekonomi Melalui Kebijakan Moneter di Indonesia


Kestabilan harga dan nilai tukar merupakan prasyarat bagi pemulihan ekonomi
karena tanpa itu aktivitas ekonomi masyarakat, sektor usaha, dan sektor perbankan
akan terhambat. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan kiranya jika fokus utama
kebijakan moneter Bank Indonesia selama krisis ekonomi ini adalah mencapai dan
memelihara kestabilan harga dan nilai tukar rupiah. Apalagi Undang-undang No. 23
tahun 1999 tentang Bank Indonesia secara jelas menyebutkan bahwa tujuan Bank
Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang di
dalamnya mengandung pengertian kestabilan harga (laju inflasi) dan kestabilan
nilai tukar rupiah. Dengan perkataan lain, sesuai dengan UU No. 23 tahun 1999
sasaran kebijakan moneter Bank Indonesia hanya satu (single objective), yaitu
memelihara kestabilan nilai rupiah. Hal ini berbeda dengan Undang-undang tentang
Bank Sentral yang lama, yaitu UU No. 13 tahun 1968, yang menuntut Bank
Indonesia untuk memenuhi beberapa sasaran sekaligus (multiple objectives), yakni
mendorong kegiatan ekonomi, memperluas kesempatan kerja, dan memelihara
kestabilan nilai rupiah, yang pencapaiannya pada hakekatnya dapat saling bertolak
belakang, terutama dalam jangka pendek.
Untuk mencapai tujuan di atas, Bank Indonesia hingga saat ini masih menerapkan
kerangka kebijakan moneter yang didasarkan pada pengendalian jumlah uang
beredar atau yang di kalangan akademisi dikenal sebagai quantity approach. Di
dalam kerangka tersebut Bank Indonesia berupaya mengendalikan uang primer
(base money) sebagai sasaran operasional kebijakan moneter. Dengan jumlah uang
primer yang terkendali maka perkembangan jumlah uang beredar, diharapkan juga
ikut terkendali. Selanjutnya, dengan jumlah uang beredar yang terkendali
diharapkan permintaan agregat akan barang dan jasa selalu bergerak dalam jumlah
yang seimbang dengan kemampuan produksi nasional sehingga harga-harga dan
nilai tukar dapat bergerak stabil.
Dengan menggunakan kerangka kebijakan moneter seperti telah diuraikan di atas,
Bank Indonesia pada periode awal krisis ekonomi, terutama selama tahun 1998,
menerapkan kebijakan moneter ketat untuk mengembalikan stabilitas moneter.
Kebijakan moneter ketat terpaksa dilakukan karena dalam periode itu ekspektasi

inflasi di tengah masyarakat sangat tinggi dan jumlah uang beredar meningkat
sangat pesat.
Di tengah tingginya ekspektasi inflasi dan tingkat risiko memegang rupiah, upaya
memperlambat laju pertumbuhan uang beredar telah mendorong kenaikan suku
bunga domestik secara tajam. Suku bunga yang tinggi diperlukan agar masyarakat
mau memegang rupiah dan tidak membelanjakannya untuk hal-hal yang tidak
mendesak serta tidak menggunakannya untuk membeli valuta asing.
Upaya pemulihan kestabilan moneter melalui penerapan kebijakan moneter ketat
yang dibantu dengan upaya pemulihan kepercayaan masyarakat kepada perbankan
nasional mulai memberikan hasil positif sejak triwulan IV 1998. Pertumbuhan uang
beredar yang melambat dan suku bunga simpanan di perbankan yang tinggi telah
mengurangi peluang dan hasrat masyarakat dalam memegang mata uang asing
sehingga tekanan depresiasi rupiah berangsur surut. Sejak pertengahan tahun 1998
nilai tukar rupiah terhadap USD cenderung menguat dan kemudian bergerak relatif
stabil selama tahun 1999.
Sesuai dengan sistem nilai tukar mengambang yang diterapkan sejak 14 Agustus
1997, perkembangan nilai tukar rupiah lebih banyak ditentukan oleh mekanisme
pasar. Di dalam sistem tersebut, penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak
pertengahan 1998 hingga akhir 1999 lebih banyak disebabkan oleh meredanya
tekanan permintaan valas sejalan dengan terkendalinya jumlah uang beredar dan
turunnya ekspektasi inflasi.
Bank Indonesia hanya melakukan penjualan valas melalui mekanisme pasar pada
harga pasar untuk mensterilisasi atau menyedot kembali ekspansi moneter yang
berasal dari pembiayaan defisit anggaran pemerintah dan bukan terutama itujukan
untuk mengarahkan nilai tukar rupiah ke suatu tingkat tertentu. Pelaksanaan
penjualan valas itu pun tidak sampai membahayakan posisi cadangan devisa Bank
Indonesia karena menggunakan devisa yang berasal dari penarikan hutang luar
negeri pemerintah yang memang diperuntukkan untuk mendukung pembiayaan
defisit anggaran pemerintah.
Nilai tukar rupiah yang menguat serta didukung oleh pasokan dan distribusi barangbarang kebutuhan pokok yang membaik telah mendorong penurunan laju inflasi
sejak awal triwulan IV 1998. Bahkan, laju inflasi bulanan yang sempat mencapai
12,67% pada bulan Februari 1998, mencatat angka negatif atau deflasi dalam bulan
Oktober 1998. Deflasi tersebut kemudian berlanjut sebanyak tujuh kali berturutturut selama periode Maret September 1999. Dengan perkembangan tersebut,
laju inflasi selama tahun 1999 hanya mencapai 2,0%, jauh lebih rendah daripada
laju inflasi selama tahun 1998 yang mencapai 77,6%. Berarti Indonesia telah
berhasil mengelakkan bahaya hiperinflasi yang sempat mengancam selama paruh
pertama 1998.

Dalam perkembangan selanjutnya, laju inflasi yang sangat rendah dan nilai tukar
rupiah yang telah jauh menguat dibandingkan di masa puncak krisis telah
memberikan ruang gerak bagi Bank Indonesia untuk memperlonggar kebijakan
moneter dan mendorong penurunan suku bunga domestik. Sebagai cerminan
kebijakan moneter yang agak longgar, pertumbuhan tahunan sasaran indikatif uang
primer yang sebelumnya terus diturunkan hingga mencapai 11,2% pada Juni 1999,
sejak awal semester II 1999 mulai dinaikkan hingga mencapai 15,7% pada Maret
2000. Sejalan dengan itu, suku bunga SBI 1 bulan yang selama ini menjadi patokan
(benchmark) bagi bank-bank terus menurun dari level tertinggi 70,58% pada
September 1998 menjadi 11,0% pada akhir April 2000. Penurunan suku bunga SBI
yang cukup tajam itu diikuti oleh suku bunga pasar uang antarbank (PUAB) dan
simpanan perbankan dengan laju penurunan yang hampir sama.
Adapun para ekonom sepakat ciri-ciri suatu Negara yang rentan terhadap krisis
moneter adalah apabila Negara tersebut:
Memiliki jumlah hutang luar negeri yang cukup besar
Mengalami inflasi yang tidak terkontrol
Defisit neraca pembayaran yang besar
Kurs pertukaran mata uang yang tidak seimbang
Tingkat suku bunga yang diatas kewajaran
Jika ciri-ciri di atas dimiliki oleh sebuah negara, maka dapat dipastikan Negara
tersebut hanya menunggu waktu mengalami krisis ekonomi.
Peran dan Dampak Kebijakan Moneter yang Dilakukan Indonesia.
Kebijakan moneter yang dilakukan Indonesia dan dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia.Dalam sistem nilai
tukar bebas dan perfect capital mobility,kebijakan moneter lebih efektif dibandingkan kebijakan fiskal dalam upaya
mencapai keseimbangan dan stabilitas makroekonomi.Kebijakan moneter lebih berperan dalam menstimulasi
pemulihan ekonomi.Kebijakan moneter yang efektif menjanjikan tercapainya inflasi yang rendah,stabilitas nilai
tukar,dan suku bunga.
Salah satu dampak dari kapitalisme yakni uang berfluktuasi tak terkontrol tanpa ada standar acuan yang baku.
Konsep uang yang semula digunakan sebagai:
1.
alat pertukaran atau media pembayaran
2.
alat untuk menyimpan nilai
3.
alat satuan hitung
4.
juga dipakai sebagai alat spekulasi.
Ketika uang diperdagangkan di pasar valuta asing nilainya akan terus berfluktuasi mengikuti harga pasar (supply and
demand). Berdasarkan realita, kurs pertukaran uang sesungguhnya dengan fiat money, dimana uang dijadikan
komoditas perdagangan amat sangat merugikan individu maupun tatanan masyarakat. Sebagai contoh jumlah
hutang luar negeri Indonesia yang semula US$ 102 Milyar hanya dalam waktu satu tahun naik lima kali lipat menjadi
US$ 510 Milyar, akibatnya dana yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan kehidupan rakyat sesuai

dengan amanat UUD 1945, sebagian besar disedot untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Untuk menutup
defisit APBN kembali pemerintah harus mengandalkan hutang sebagai sumber pendanaan.
Para ekonom sepakat ciri-ciri suatu Negara yang rentan terhadap krisis moneter adalah apabila Negara tersebut:

memiliki jumlah hutang luar negeri yang cukup besar


mengalami inflasi yang tidak terkontrol
defisit neraca pembayaran yang besar
kurs pertukaran mata uang yang tidak seimbang
tingkat suku bunga yang diatas kewajaran

Jika ciri-ciri di atas dimiliki oleh sebuah negara,maka dapat dipastikan Negara tersebut hanya menunggu waktu
mengalami krisis ekonomi.

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan
untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal
sebagai banknote.[1] Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat penukaran uang [2].
Sedangkan menurut undang-undang perbankan[3] bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.[4]

Bank Sentral
A.

Pengertian
Bank Sentral adalah lembaga keuangan perbankan yang berbentuk badan hukum. Sebagai
sebuah bank, maka bank sentral mempunyai beberapa kesamaan dengan bank pada umumnya,
antara lain adalah:

1.

2.

Melakukan fungsi intermediasi


Sebagai fungsi intermediasi, bank sentral dapat memberikan kredit kepada bank-bank komersial,
khususnya melalui fasilitas diskonto.
Mengumpulkan dana

Dana yang dikumpulkan bank sentral ada yang bersifat wajib dipenuhi oleh bank komersial dan ada
yang dilakukan melalui mekanisme pasar. Dana yang bersifat wajib adalah Giro Wajib Minimum
(GWM), sedangkan dana yang dikumpulkan melalui mekanisme pasar misalnya melaui penjualan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Asetnya didominasi oleh aset finansial

3.
4.

Motivasi utama pendirian Bank Sentral bukanlah memperoleh laba


Bank sentral didirikan untuk menjaga stabilitas sektor moneter yang sangat menopang satbilitas
perekonomian. Namun bukan berarti bank sentral tidak dapat memperoleh laba.
Mempunyai hak monopoli mengedarkan uang kertas dan logam

5.

Kegiatan mencetak dan atau mengedarkan uang kertas dan logam hanya boleh dilakukan oleh bank
sentral. Selain itu, bank sentral juga mempunyai hak menarik dari peredaran uang kertas dan logam
yang lama atau dinyatakan tidak berlaku lagi.
Berkedudukan di ibu kota negara

6.

B.

Fungsi dan Tugas Bank Sentral


Tugas utama bank sentral umumnya adalah menjaga stabilitas moneter perekonomian
sebuah negara. Untuk dapat menjalankan tugas tersebut, bank sentral melaksanakan fungsi
pengaturan jumlah uang beredar.

1.

Dibawah ini adalah beberapa fungsi utama bank sentral adalah:


Agen fiskal pemerintah (Fiscal Agent of Government)
Bank sentral berfungsi memberikan nasehat dan bantuan untuk mengelola
maslah/transaksi keuangan pemerintah, seperti menyimpan asset milik pemerintah.

2.

3.

berbagai

Banknya Bank (Banker of Bank atau Lender of Last Resort)


Sebagai banknya bank, bank sentral memberi bantuan kepada bank-bank umum yang mengalami
kesulitan likuiditas tetapi sulit mendapatkan dananya dari sumber dana lain.
Penentu dan Pelaksana Kebijakan Moneter (Monetary Policy Maker)
Sebagai penentu dan pelaksana kebijakan moneter, bank sentral bertugas mengendalikan jumlah
uang beredar (dan tingkat bunga) dengan menggunakan instrument-instrumen kebijakan moneter.
4. Pengawasan, Evaluasi, dan pembinaan Perbankan (Supervision, Examination, and Regulation of
Members Bank)
Mengingat bahwa sampai saat ini bank adalah lembaga keuangan yang terbesar dan terpenting,
maka kesehatan dan kestabilan sektor perbankan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
stabilitas sektor keuangan. Oleh karena itu, pengawasan, evaluasi, dan pembinaan perbankan oleh
bank sentral sangat penting.

5.

Penanganan Transaksi Giro (The Clearing)


Dengan fungsi ini bank sentral mengontrol dan mengelola kegiatan-kegiatan transaksi yang
menggunakan alat pembayaran giro, sebab transaksi-transaksi tersebut terjadi dalam jumlah yang
sangat besar, antarbank, antarwilayah, dan antarnegara.

6.

Riset-riset Ekonomi
Riset-riset yang dilakukan bank sentral terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah dan
perkembangan sektor moneter.

C.

Tujuan dan Tugas Bank Indonesia


Tujuan dan tugas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Republik Indonesia diatur secara
jelas dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
1. Tujuan
Tujuan Bank Indonsia adalah untuk mencapi dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Yang
dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa
serta terhadap mata uang negara lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur
dengan atau tercermin pada perkembangan laju inflasi. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang
negara lain diukur berdasarkan atau tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah (kurs)
terhadap mata uang negara lain.
2. Tugas
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang
merupakan bidang tugas Bank Indonesia, yaitu:

1. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter


2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran, dan
3. Mengatur dan Mengawasi bank
Pelaksanaan ketiga tugas di atas mempunyai keterkaitan dan karenanya harus dilakukan
secara saling mendukung guna tercapainya tujuan Bank Indonesia secara efektif dan efisien. Tugas
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dilakukan BI antara lain melalui pengendalian
jumlah uang beredar dan suku bunga dalam perekonomian. Efektivitas pelaksanaan tugas ini
memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal yang merupakan
sasaran dari pelaksanaan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Sistem
pembayaran yang efisien, cepat aman, dan andal tersebut memerlukan sistem perbankan yang
sehat yang merupakan sasaran tugas mengatur dan mengawasi bank. Selanjutnya, sistem
perbankan yang sehat, selain mendukung kinerja sistem pembayaran, akan mendukung
pengendalian moneter mengingat pelaksanaan kebijakan moneter dan efektivitasnya dalam
mempengaruhi kegiatan ekonomi riil dan mencapai stabilitas nilai rupiah terutama berlangsung
melalui sistem perbankan.

a. Tugas Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter


Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter BI berwenang:
1. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi.
2. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang termasuk tetapi tidak
terbatas pada operasi pasar terbuka, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib
minimum, dan pengaturan kredit.
3. Memberikan kredit atau pembiayaan untuk jangka waktu 90 hari kepada bank untuk mengatasi
kesulitan pendanaan jangka pendek bank.

4. Memberikan fasilitas pembiayaan darurat kepada bank yang mengalami kesulitan keuangan yang
berdampak sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis.
5. Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang telah ditetapkan.
6. Mengelola cadangan devisa.
b. Tugas Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Untuk mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan handal, Bank Indonesia
diberi kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, yaitu dengan:
1. Menetapkan pengguaan alat pembayaran
Secara umum, terdapat dua jenis alat pembayaran, yaitu alat pembayaran tunai (uang kertas dan
logam) dan non tunai (berbasis warkat, seperti cek, bilyet giro, dan wesel maupun berbasis
elektronik, seperti kartu kredit dan ATM). Kewenangan BI dalam menetapkan pengguanaan alat
pembayaran tunai meliputi mengeluarkan, mengedarkan, menarik, dan memusnahkan uang rupiah,
termasuk menetapkan macam, harga, ciri uang, bahan yang digunakan, serta tanggal mulai
berlakunya. Sementara itu, untuk alat pembayaran nontunai, BI berwenang menetapkan bentuk,
keabsahan maupun keamanan penggunaannya dalam berbagai transaksi ekonomi dan keuangan.

2. Mengatur dan menyelenggarakan sistem pembayaran


Pengaturan diperlukan untuk menjamin kelancaran dan keamanan sistem pembayaran. Untuk
itu, BI berwenang menyelenggarakan sendiri sistem pembayaran atau memberi izin kepada pihak
lain untuk menyelenggarakan jasa sistem pembayaran dengan kewajiban menyampaikan laporan
kegiatannya kepada BI. Selain itu,
menyelenggarakan kliring antarbank.

BI

juga

berwenang

mengatur

sistem

kliring

c. Tugas Mengatur dan Mengawasi Bank


Berdasarkan undang-undang kewenangan BI dalam mengatur dan mengawasi bank meliputi:
a. Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank
b. Menetapkan peraturan di bidang perbankan
c. Melakukan pengawasan bank baik secara langsung maupun tidak langsung
d. Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai ketentuan perundangan

dan

Вам также может понравиться