Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan karena anugerah-Nyalah
tugas makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Makalah ini merupakan suatu kewajiban bagi kami sebagai mahasiswa Jurusan D-IV
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November,
yang mengambil mata kuliah Wawasan Kebangsaan. Tugas makalah ini kami susun secara
praktis, yang merupakan hasil metode sampling atau kuisioner untuk pengambilan data.
Dalam proses penyusunan tugas makalah Wawasan Kebangsaan ini tentunya kami
tahu banyak terdapat kekurangan untuk itu kritik dan saran yang bersifat membantu dan
membangun oleh rekan-rekan pembaca sekalian sangat kami harapkan. Kami berharap
dengan adanya tugas ini dapat menambah dan meningkatkan pengalaman maupun penalaran.
Akhir kata kami sebagai penulis makalah ini, mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada rekan-rekan yang telah membantu kami dem tercapai dan selesainya
makalah ini untuk memenuhi terlaksananya tugas mata kuliah Wawasan Kebangsaan.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1
Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................................6
1.3
Tujuan...........................................................................................................................6
1.4
Manfaat.........................................................................................................................7
1.5
Metodologi Penelitian..................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................8
2. 1
2. 2
2. 3
2.3. 1
2.3. 2
2.3. 3
2.3. 4
2.3. 5
2.3. 6
2.3. 7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................26
LAMPIRAN..............................................................................................................................27
DAFTAR GAMB
Gambar 1.1
http//:www.google.com )............................................................................................................4
Y
Gambar 2.1
Gambar 2.2
http//:www.92pulau.com ).........................................................................................................11
Gambar 2.4
http//:www.92pulau.com ).........................................................................................................11
Gambar 2.5
Pulau Fani Kabupaten Sorong Papua Barat yang berbatasan dengan negara
http//:www.92pulau.com )........................................................................................................13
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 1.1 Negara yang berbatasan dengan pulau terluar Indonesia ( Sumber :
http//:www.google.com )
Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau yang beberapa diantaranya merupakan pulaupulau yang berbatasan dengan negara tetangga atau dapat disebut dengan pulau perbatasan
atau pulau terluar.Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005, Indonesia memiliki
92 pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam,
Filipina, Palau, Australia, Timor Leste, India, Singapura dan Papua Nugini. Diantara 92 pulau
4
terluar ini, ada 12 pulau yang harus mendapatkan perhatian serius dintaranya: pulau Rondo,
pulau Berhala, pulau Nipa, pulau Sekatung, pulau Marore, pulau Miangas, pulau Fani, pulau
Fanildo, pulau Bras, pulau Batek, pulau Marampit dan pulau Dana karena posisi dan
keberadaannya sangat rentan dipengaruhi oleh negara-negara tetangga.
Pulau-pulau terluar memiliki arti strategis sebagai titik dasar dari garis pangkal
lurus kepulauan Indonesia dalam penetapan wilayah perairan Indonesia; zona ekonomi
ekslusif Indonesia, dan landas kontinen Indonesia; sebagai beranda depan Negara
Republik Indonesia; dan sebagai kawasan lalu lintas pelayaran internasional. Selain itu,
memiliki kekayaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan (environmental services)
yang sangat potensial untuk pembangunan ekonomi.
Wilayah perbatasan Indonesia khususnya yang berkaitan dengan pulau-pulau terluar,
masih dihadapkan padapermasalahan kejahatan perbatasan seputar pelanggaran batas
wilayah,penyelundupan barang dan orang, infiltrasi terorisme, penangkapan ikan ilegal,illegal
logging, dan kejahatan HAM.Berbagai bentuk pelanggaran ini kemudian memberikan dampak
seriusterhadap dimensi kedaulatan negara dan keamanan warga negara. Hinggasaat ini,
Indonesia masih memiliki wilayah laut yang mengambang statusnyajika dilihat dari
perspektif hak berdaulat (Zona Tambahan, Zona Ekonomi Ekslusif,dan Landas Kontinen)
sehingga seringkali memicu konflik.
Hingga saat ini, batas wilayah Indonesia dengan 10 negara tetangga belum seluruhnya
terselesaikan yaitu dengan Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, India, Palau,
Papua Nugini, Timor Leste dan Australia. Salah satu permasalahan di perbatasan yang paling
fenomenal adalah sengketa Sipadan-Ligitan antara Indonesia dan Malaysia pada 17 Desember
2002, Bangsa Indonesia dikejutkan dengan keputusan Mahkamah Internasional mengenai hak
kepemilikan Malaysia yang sah atas Pulau Sipadan-Ligitan.Berkaca pada peristiwa tersebut,
maka setidaknya ada dua permasalahan utama di perbatasan Indonesia yang harus segera
diatasi. Pertama, belum adanya penetapan dan peraturan yang jelas mengenai batas wilayah
Indonesia, terutama untuk wilayah laut. Kedua, tidak adanya wewenang yang jelas dalam
pengelolaan pulau-pulau perbatasan atau terluar.
Pengelolaan pulau-pulau terluar terutama pulau-pulau yang berbatasan langsung
dengan negara tetangga dilakukan setidaknya membawa tiga misi yaitu; menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Repubfik Indonesia, keamanan nasional, pertahanan negara,
dan menciptakan stabilitas kawasan, pemanfaatan sumber daya alam dalam rangka
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1
wilayah negara pada Pasal 25E berbunyi: "Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batasnya dan hakhaknya ditetapkan dengan undang-undang". Secara formal, Indonesia telah diakui oleh
masyarakat internasional sebagai negara kepulauan yang secara tertulis tertuang dalam
konvensi Hukum Laut Internasional atau UNCLOS-III (United Nations Convention On the
Law Of the Sea) pada tahun 1982, dan telah diratifikasi oleh Indonesia dalam Undang-undang
No. 17 tahun 1985. Sebagai konsekuensinya, Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk
memperjelas dan menegaskan batas wilayahnya dalam bentuk peta dengan skala yang
memadai untuk menegaskan posisinya. Atau dapat pula dibuat Daftar Koordinat Geografis
7
Titik-titik Garis Pangkal untuk menarik Garis Pangkal Kepulauan disertai referensi datum
geodetis yang diperlukan, yang menggambarkan perairan pedalaman, laut teritorial, zone
tambahan, zone ekonomi eksklusif (ZEE), dan landas kontinen wilayah perairan Indonesia,
sesuai dengan Undang-undang No. 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia dan
mendepositkannya pada Sekretaris Jenderal PBB (Wikantika, 2005).
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005, Indonesia memiliki 92 pulau
terluar. Sebanyak 92 pulau di wilayah Indonesia berbatasan langsung dengan negara tetangga
di antaranya: Malaysia (22), Vietnam (2), Filipina (11), Palau (7), Australia (23), Timor Leste
(10), India (13), Singapura (4) dan Papua Nugini (1). Ke-92 pulau tersebut tersebar di 18
provinsi Indonesia yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (6), Sumatra Utara (3), Kepulauan Riau
(20), Sumatra Barat (2), Bengkulu (2), Lampung (1), Banten (1), Jawa Barat (1), Jawa Tengah
(1), Jawa Timur (3), Nusa Tenggara Barat (1), Nusa Tenggara Timur (5), Kalimantan Timur
(4), Sulawesi Tengah (3), Sulawesi Utara (11), Maluku Utara (1), Maluku (18), Papua (6) dan
Papua Barat (3).
Gambar 2.1
Diantara 92 pulau terluar ini, ada 12 pulau yang harus mendapatkan perhatian serius
dintaranya: pulau Rondo, pulau Berhala, pulau Nipa, pulau Sekatung, pulau Marore, pulau
Miangas, pulau Fani, pulau Fanildo, pulau Bras, pulau Batek, pulau Marampit dan pulau
Dana.
Sedikitnya 12 wilayah pulau terluar di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berpotensi menimbulkan konflik dengan negara lain sehingga perlu mendapat perhatian dan
penanganan serius pemerintah dan instansi terkait, kata Wakil Ketua Tim Ekspedisi Garis
Depan Nusantara Prasidi W Sarjana, Sabtu (6/3).
Ia menjelaska di Biak, Provinsi Papua Sabtu, letak 12 pulau terluar Indonesia yang perlu
mendapat perhatian pemerintah itu karena berbatasan dengan negara tetangga. Negara
tersebut di antaranya adalah Filipina, Timor Leste, Malaysia, India, Vietnam, Singapura,
Australia dan Palau.
Gambar 2.2
Sejumlah terluar itu di antaranya Pulau Sebatek di Nunukan, Kalimantan Timur berbatasan
dengan Malaysia, Pulau Rondo di Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam berbatasan dengan
India, Pulau Sekatung Kepulauan Natuna berbatasan dengan Vietnam, Pulau Mianggas di
Sulawesi Utara berbatasan dengan Filipina.
Sementara pulau terluar lain yang juga rentan memicu konflik dengan negara lain,
lanjut Prasidi, adalah Pulau Berhala di Deli Serdang, Sumatra Utara berbatasan dengan
Malaysia, Fanildo, Brass Kabupaten Supiori, Papua dan Pulau Fani Kabupaten Sorong Papua
Barat yang berbatasan dengan negara Palau
Gambar 2.3
Sedangkan Pulau Batek di Laut Sawu Kupang, Nusa Tenggara Timur berbatasan dengan
Timor Leste serta Pulau Dana di Samudera Hindia Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur
yang berbatasan dengan Australia.
Gambar 2.4
10
"Pulau terluar yang juga perlu mendapat perhatian yang letaknya berbatasan dengan
negara Filipina yakni pulau Marore di Kabupaten Sangihe Provinsi Sulawesi Utara," kata
Prasidi dikutipAntara.
Ia berharap, untuk menjaga kepemilikan 92 pulau terluar di Indonesia perlu
melibatkan warga masyarakat setempat serta memberikan tanda batas berupa tugu milik
bangsa Indonesia.
Pihaknya mengajak semua masyarakat maupun instansi terkait dan jajaran Pemda
setempat untuk bersama-sama menjaga kepemilikan pulau terluar yang dimiliki bangsa
Indonesia dari Sabang hingga Merauke.
"Penduduk yang bertempat tinggal dalam kawasan wilayah pulau terluar perlu
diberikan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya menjaga pulau terluar sebagai bagian
integral keutuhan NKRI dari Sabang hingga Merauke," katanya.
Tum Ekspedisi Garis Depan Nusantara dijadwalkan pada Minggu (7/3) 2010 akan
menancapkan tugu lambang NKRI di Pulau Fanildo Kabupaten Supiori sebagai tanda dan
batas kepemilikan pulau terluar di Indonesia.
Gambar 2.5
11
Gambar 2.6
Gambar 2.7
2. 2
Pulau-pulau terluar biasanya adalah daerah terpencil, miskin bahkan tidak berpenduduk
dan jauh dari perhatian pemerintah. Keberadaan pulau-pulau ini secara geografis sangatlah
strategis, karena berdasarkan pulau inilah batas negara kita ditentukan. Pulau-pulau ini
seharusnya mendapatkan perhatian dan pengawasan serius agar tidak menimbulkan
permasalahan yang dapat menggangu keutuhan wilayah Indonesia, khususnya pulau yang
terletak di wilayah perbatasan dengan negara negara yang tidak/belum memiliki perjanjian
(agreement) dengan Indonesia. Ada beberapa kondisi yang membahayakan keutuhan wilayah
jika terjadi pada pulau-pulau terluar, diantaranya :
Hilangnya pulau secara fisik akibat abrasi, tenggelam, atau karena kesengajaan
manusia.
Hilangnya pulau secara kepemilikan, akibat perubahan status kepemilikan akibat
pemaksaan militer atau sebagai sebuah ketaatan pada keputusan hukum seperti yang
terjadi pada kasus berpindahnya status kepemilikan Sipadan dan Ligitan dari
Indonesia ke Malaysia
Hilang secara sosial dan ekonomi, akibat praktek ekonomi dan sosial dari masyarakat
di pulau tersebut. Misalnya pulau yang secara turun temurun didiami oleh masyarakat
dari negara lain.
Hingga saat ini, batas wilayah Indonesia dengan 10 negara tetangga belum
seluruhnya terselesaikan yaitu dengan Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina,
Vietnam, India, Palau, Papua Nugini, Timor Leste dan Australia.
13
Belum adanya kepastian sebagian garis batas laut dengan negara tetangga.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Wilayah lautan Indonesia yang sangat luas memerlukan pengawasan secara kontinu,
sehingga semua perubahan yang terjadi dapat diketahui dengan pasti. Pengelolaan pulau
terluar bukan hanya bertujuan untuk menunjukkan integritas Negara Kesatuan Republik
Indonesia saja, akan tetapi juga mempunyai prospek di bidang ekonomi, sosial, pariwisata dan
budaya.
Secara umum terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan menyangkut
permasalahan pulau-pulau terluar sebagai suatu wilayah perbatasan, yaitu aspek hukum
dan aspek pengelolaan. Aspek hukum menyangkut bagaimana batas-batas Negara
Kesatuan Republik Indonesia memiliki dasar hukum yang jelas dan kuat. Dasar hukum
tersebut dikeluarkan oleh pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan
maupun ratifikasi dari perjanjian-perjanjian. Sedangkan aspek pengelolaan menyangkut
bagaimana wilayah perbatasan negara dikelola dengan suatu kebijakan yang jelas dan
terarah.
Pengelolaan pulau-pulau terluar terutama pulau-pulau yang berbatasan langsung
dengan negara tetangga dilakukan setidaknya membawa tiga misi, yaitu; 1) menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Repubfik Indonesia, keamanan nasional, pertahanan negara,
dan menciptakan stabilitas kawasan; 2) pemanfaatan sumber daya alam dalam rangka
pembangunan berkelanjutan; 3) memberdayakan masyarakat dalam rangka meningkatkan
kesejahteraannya.
2.3. 2
15
terlaksananya hal tersebut, pengakuan dan keamanan atas Wilayah Kesatuan Republik
Indonesia (pulau-pulau terluar) akan lebih terjamin dan termonitoring.
2.3. 3
dilaksanakan secara luas, utuh, dan bulat yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian, dan evaluasi padasemua bidang. Dalam kerangka negara
kesatuan, meskipun daerah diberikan otonomi secara luas, tetapi tetap diperlukan adanya
konsistensi baik hal keterpaduan substansi maupun kesamaan visi-misi secara nasional. Oleh
karena itu, sesuai dengan kewenangannya, pemerintah pusat berkepentingan dalam
merumuskan kebijakan-kebijakan strategis dan pedoman-pedoman teknis yang berlaku secara
umum.
Diberlakukannya undang-undang tersebut merupakan momentum untuk lebih
terperhatikannya pengelolaan terhadap pulau-pulau kecil terluar. Dengan kata lain, otonomi
daerah diharapkan dapat memfasilitasi percepatan pembangunan di wilayah tersebut, sehingga
potensi yang ada dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya.
2.3. 4
Pulau-pulau terluar Indonesia dijadikan kawasan Wisata dan Riset Indonesia dimulai
dengan menggali potensi wilayah, sumberdaya manusia, budaya dan sebagainya. Di Korea,
telah ada kawasan yang memberikan sentuhan The Real Korea, suatu kawasan di Korea
yang menyuguhkan pariwisata budaya korea yang keseluruhannya memamerkan budaya
Korea tempo dulu. Dimana seluruh kawasan tersebut disulap sedemikian rupa sehingga
memperlihatkan kondisi Negara Korea dijaman dahulu, dari kegiatan penduduknya, pakaian,
kuliner, hingga cara bertahan hidup dan sebagainya. Ini sudah barang tentu sangat menarik,
dimana Indonesia sangat tidak akan kalah, mengingat kultur budaya indonesia jauh lebih
beragam dibanding mereka, bagaimana tidak mungkin menjadikan pulau-pulau terluar yang
berbatasan langsung dengan negara tetanggasebagai desa pariwisata Indonesia", seperi
halnya yang dilakukan di Korea. Namun tentunya dengan konsep yang lebih menarik
sehingga masyarakat negara tetangga atau Internasional tertarik, juga yang sudah tentu
manfaat legalitas kepemilikan Indonesia di kawasan tersebut jelas.
Begitu juga dengan lembaga-lembaga riset kelautan, sudah seharusnya keadaan balai
riset kelautan dan perikanan Indonesia menjadi garda depan pembangunan kesejahteraan di
Indonesia, mengingat Indonesia merupakan Negara Kepulauan. Pengetahuan yang didapat
dari hasil eksplorasi suatu kawasan pesisir nantinya ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat.
Pulau-pulau kecil ataupun terluar Indonesia dapat dijadikan sebagai balai-balai riset lapangan,
dimana letaknya sangat strategis, dekat dengan wilayah pesisir, kegiatan implementasi yang
dapat dirasakan langsung oleh masyarakat pesisir, dalam hal ini berkaitan erat dengan
penempatan kesesuaian spesialisasi. Seperti di Amerika menempatkan Balai Riset
antariksanya di Arizona, di Jepang, menempatkan seluruh balai riset kelautannya di kawasan
pesisir Jepang dan di Eropa khusunya Perancis menempatkan universitas-universitas sciencenya yang berhubungan dengan laut di wilayah pesisir Perancis, seperti Universit de Britagne
Sud, Universit de Nantes dan sebagainya. Keadaan ini sudah seharusnya bisa menjadi
cerminan bagi pemerintah Indonesia guna dijadikan dasar pembangunan, pengembangan dan
bentuk perhatian pemerintah kepada pulau-pulau terluar Indonesia. Di satu sisi pemerintah
dapat memajukan bidang pariwisata, ekonomi dan pendidikan serta kesejahteraan masyarakat
pulau-pulau terluar, disisi lain pemerintah sudah barang tentu dapat menghindari timbulnya
konflik perbatasan yang kerap kali muncul ketika pemerintah lengah pengawasan dan
perhatian terhadap keberlangsungan dan kesejahteraan pulau-pulau terluar.
2.3. 5
Pulau-pulau terluar Indonesia memiliki koordinat titik letak geografis yang sudah
tentu jauh dengan pusat pemerintahan Indonesia, hal ini menyebabkan pulau-pulau terluar
terlihat asing di negeri sendiri, dimana akses informasi yang sulit masuk, kemudian akses
transportasi yang masih sangat minim. Hal ini tidak hanya terjadi di pulau-pulau terluar
Indonesia, bahkan pulau-pulau atau bahkan daerah kecil yang sedikit lebih dekat dengan
pemerintah pusat saja masih banyak yang belum mendapatkan informasi dengan baik dan
mudah.
Mengenai hal tersebut, sangat membuktikan bahwa aksesibility atau pemerataan
sarana dan prasarana yang diberikan pemerintah kepada rakyat belum merata mengingat
bertentangan dengan sila kelima pancasila keadilan bagi seluruh rakyat indonesia. Pulaupulau terluar sebagai garda depan pertahanan Indonesia sudah sangat dipastikan
membutuhkan perhatian yang lebih dari pemerintah pusat, baik dari segi informasi hingga
pembangunan kawasan wilayah dan SDM.
Bagaimana bisa terjadi pemerintah tidak mengetahui bahwa mata uang salah satu dari
pulau-pulau terluar indonesia menggunakan mata uang dan bahasa dari negara lain atau
asing? Ini jelas membuktikan kurangnya perhatian dan pengawasan dari pemerintah terhadap
wilayahnya sendiri.
Pemerintah bertanggung jawab membangun akses yang lebih mudah untuk
mengkoordinir dan memonitoring kawasan-kawasan terluar dan terpencil Indonesia, juga
bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam pengawasannya.
Akses media yang saat ni terus berkembang sudah barang tentu dapat dijadikan
sebagai media informasi utama pemerataan kepada seluruh rakyat indonesia, baik mengetahui
kondisi negara sendiri maupun dunia, dan ini sangat penting. Kemudian membuat sarana dan
prasarana transportasi seperti pelabuhan komersil maupun hanya pelabuhan sandar kapal yang
berkaitan dengan pariwisata dan riset.
Informasi yang cukup dan pembenahan sarana trasportasi yang memadai sudah tentu
akan lebih memudahkan pemerintah pusat dan menjaga keamanan dan stabilitas nasional yang
erat kaitannya sebagai inventarisasi negara. Akses media keluar maupun yang masuk
memiliki peran koordinasi dan pendidikan bagi masyarakat di pulau-pulau terluar dan begitu
juga dengan akses transportasi yang memudahkan masyarakat dalam kegiatan perdagangan
entah berupa barang maupun jasa, juga sebagai akses pariwisata dimana ketika didaerah
tersebut memiliki kawasan pariwisata tersendiri memudahkan masyarakat luar yang ingin
berwisata kedaerah tersebut. Dan hal ini memberikan kontribusi positif juga pada pendapatan
daerah atau lebih jauh lagi pendapatan negara.
20
Program kuliah kerja lapang merupakan agenda rutin yang dimiliki oleh perguruan
tinggi. Pada dasarnya program KKL mengirim sejumlah mahasiswa ke daerah-daerah tertentu
untuk mengaplikasikan ilmu dan kemampuan teknologi yang telah diperoleh dari bangku
kuliah kepada masyarakat yang berada pada daerah tersebut.
Menyikapi permasalahan khususnya dalam hal pengelolaan dan pembangunan pulaupulau terluar Indonesia, maka sudah sepantasnya pihak akademisi berkewajiban dalam
mendukung dan membantu setiap permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Sebagai salah satu bentuk partisipasi pihak akademisi yaitu dengan melakukan pengiriman
mahasiswa KKL ke daerah pulau-pulau terluar Indonesia.
Melalui pengiriman mahasiswa KKL, ada beberapa target utama yang bisa dicapai
yaitu :
1.
2.
3.
lebih dekat dan diperhatikan oleh pemerintah sehingga menimbulkan dan meningkatkan rasa
nasionalisme terhadap bangsa Indonesia. Dampak positifnya, masyarakat setempat akan lebih
mengenal bangsanya dan tentu saja akan mempertahankannya apabila ada pengaruh ataupun
interfensi dari pihak luar yang berusaha mengganggu kedaulatan Indonesia. Bagi mahasiswa,
akan meningkatkan pengetahuan, perhatian dan kesadaran arti penting wawasan nusantara.
Pengiriman mahasiswa KKL dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi awal dalam
mengetahui potensi daerah pulau-pulau terluar. Melalui laporan akhir KKL dapat diketahui
secara pasti kondisi, potensi sumberdaya alam serta kebutuhan real masyarakat pada daerah
tersebut. Lebih jauh, laporan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan petimbangan dalam
21
menentukan kebijakan ataupun strategi yang dipromosikan oleh pihak akademisi untuk
menjadi masukan kepada pemerintah sehingga harapannya program-program pemberdayaan
masyarakat dalam upaya pembangunan pulau-pulau terluar didukung secara penuh oleh
pemerintah.
2.3. 7
keterbatasan sumber dana, sumber daya manusia, dan institusi. Pembangunan pulau-pulau
kecil terluar harus melibatkan seluruh instansi sektoral terkait dengan memanfaatkan berbagai
sumber dana pembangunan (Iokal, nasional, dan internasional), kekuatan ekonomi daerah,
serta melibatkan peran sektor perbankan pemerintah dan swasta dan lembaga keuangan non
bank.
Tim koordinasi dan Tim kerja tersebut diharapkan bisa menjadi jembatan ataupun
Pemanjangan Tangan dari pemerintah pusat dalam menjangkau dan berkoordinasi dengan
pihak daerah ataupun institusi-institusi lain dalam kegiatan pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi pengelolaan pulau-pulau terluar Indonesia. Kemudian berkerjasama dalam
mensejahterakan masyarakat dalam usaha pembangunan dan mempertahankan garda depan
perbatasan Wilayah Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.liputan6.com/pulau-terluar-Indonesia ( Diakses pada tanggal 20 Desember 2015 )
http://www.Kompas.com/kepulauanindonesiadanisi-isu ( Diakses pada tanggal 20 Desember
2015 )
https://www.google.com/search?q=kepulauan+terluar+indonesia&ie=utf-8&oe=utf8#q=konflik+kepulauan+terluar+indonesia ( Diakses pada tanggal 21 Desember 2015 )
http://www.tabloiddiplomasi.org/teras-diplomasi/1597-pulau-pulau-terluar-rawankonflik.html ( Diakses pada tanggal 21 Desember 2015 )
23
LAMPIRAN
24