Вы находитесь на странице: 1из 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan kunjungan industri kecil-menengah senapan angin Cipacing. Kunjungan
ini dilaksanakan setelah mengikuti perkuliahan Budaya Sunda.
Dipilihnya objek Kerajinan senapan angin Desa Cipacing karena untuk mengetahui
lebih jelas gambaran pengrajin yang sejak puluhan tahun lalu, Cipacing sudah terkenal dengan
sentra pembuatan senjata. Tapi, bukan senjata api ilegal yang kerap digunakan para penjahat
beraksi. Desa dengan 18 RW ini terkenal sebagai penghasil kerajinan senapan angin.
Namanya pun sudah tersohor hingga ke seluruh pelosok nusantara. Keahlian ini sudah turuntemurun diwariskan oleh para sesepuh sejak zaman penjajahan lalu. Para leluhur mereka
membuat senapan angin untuk melawan penjajah. Butuh waktu satu bulan untuk dapat
menghasilkan satu pucuk senapan angin. Tak seperti sekarang, pengrajin rata-rata
menghasilkan 30-60 pucuk senapan angin per bulannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Sejarah lahirnya pengrajin senapan angin kampung Cipacing?
2. Sumber bahan baku produk kerajinan masyarakat pengrajin senapan angin?
3. Bentuk pemasaran produk kerajinan masyarakat kampung Cipacing?
C. TUJUAN KUNJUNGAN
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejarah pengrajin senapan angina Kampung
Cipacing, cara pembuatan dan pendistribusian hasil kerajinannya.

BAB II
HASIL KUNJUNGAN
A. SEJARAH
Menilik sejarahnya, industri senapan angin di Cipacing telah berlangsung hampir satu
abad silam. Usaha ini dirintis pertama kali oleh Raden Nata Dimadja tahun 1854.
Sampai awal 1960-an, terdapat catatan resmi dari generasi kedua Raden Nata Dimadja.
Saat itu, jumlah pengrajin senapan angin yang berada di desa Cikeruh dan Cipacing bisa
dihitung dengan jari. Itu pun hanya terbatas pada jasa perbaikan atau bengkel senapan angin
luar negeri. Karena hasil usaha yang dirasakan tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup, para
pengrajin itu pun kemudian memutar otak. Berbekal pengalaman memperbaiki senapan angin,

akhirnya pilihan pun jatuh pada usaha untuk membuat senapan sendiri.
Raden Saud dan Raden Momon merupakan tokoh perintis pembuatan usaha senapan
angin ini. Raden Saud yang juga berstatus sebagai cucu Raden Nata Dimadja dikenal
masyarakat sebagai satu-satunya saksi sejarah industri Cipacing yang masih hidup hingga
sekarang.
Tak hanya pengetahuan membuat senapan angin yang disebarluaskan oleh lelaki yang
telah uzur ini. Keringat hasil jerih payahnya ternyata membuat ngiler penduduk lain di desa
Cikeruh. Hasilnya, antara tahun 1964 sampai 1967 jumlah pengrajin bertambah menjadi 12
orang. Kemudian, dari tahun 1968 sampai 1970 pengrajin di Cikeruh menjadi 23 orang dan di
Cipacing mencapai sembilan orang.
Seiring perkembangan zaman, pengetahuan membuat senapan angin pun menyebar luas
sampai sekarang. Berdasarkan catatan Koperasi Industri Kerajinan Senapan Angin Bina
Karya, sampai tahun 1979, jumlah pengrajin senapan angin mencapai 200 orang.
Persebarannya juga meluas. Desa-desa lain di Jatinangor, seperti area Sayang, Hegarmanah,
Jatiroke, dan Jatimukti, tidak mau ketinggalan memroduksinya. Artinya, sejak dirintis sampai
tahun 1979, jumlah pengrajin senapan angin meningkat.
Puncak menjamurnya industri senapan di Cipacing terjadi antara tahun 1981 sampai
1992. Jumlahnya mencapai 300 pengrajin dan 20 pedagang. Kenaikan ini menurut Edi
Suhaidi, Ketua Koperasi Industri Kerajinan Senapan Angin Bina Karya diakibatkan adanya
alih profesi yang dilakukan para buruh. Setelah desa Cikeruh masuk dalam kecamatan
Jatinangor, banyak buruh kemudian berganti profesi menjadi pengrajin senjata. Bagi mereka,
pekerjaan ini ternyata lebih menggiurkan dibandingkan pergi merantau ke luar kota.
B. BAHAN BAKU DAN BENTUK PEMASARAN
Para pengrajin mendapatkan bahan baku seperti laras Benjamin didatangkan langsung
dari Jerman melalui koperasi yang menaungi, serta untuk bahan baku kayu nya para pengrajin
mendapat pasokan kayu yang sudah membentuk gagang dan masih memerlukan proses akhir,
dan kayu yang digunakannya adalah kayu Mahogani.
Setelah terpaan krisis ekonomi tahun 1997 dan bergolaknya daerah seperti Aceh, Ambon
dan lain-lain. Senapan angin yang tadinya bebas diperjual belikan, saat itu mulai dibatasi
ruang geraknya. Setidaknya untuk wilayah Aceh, Ambon, Kalimantan dan Sulawesi, penjual
senapan angin dilarang masuk. Padahal daerah itu merupakan jalur gemuk untuk bisnis
senapan angin. Menurut para pedagang senapan, dulu sebelum ada larangan menjual senapan
ke daerah konflik, dalam sebulan 500 pucuk bisa terjual, sekarang ini 100 pucuk senapan
angin saja belum tentu terjual habis dalam sebulan.
Dengan seiring waktu pemberdayaan senapan mulai dilirik lagi oleh masyarakat. PNPM
mandiri sangat membantu mereka dalam pemberdayaan usaha kerajinan senapan tersebut.
Program pemerintah yang telah dilakukan akhir tahun 2010 kemarin sangat membantu mereka
dalam pendanaan dan pemasaran. Karena media masa dan masyarakat sudah mulai melirik
kualitas senapan buatan Cipacing.
Pelaksaan PNPM mandiri sendiri diklaim oleh pemerintah desa Cipacing bahwa program
ini telah dilaksanakan dan tepat pada sasaran di masyarakat Cipacing. Penerapan program ini
dimulai dapat dikatakan berhasil karena dilihat dari perkembangan produksi yang semakin
meningkat. Setiap usaha pengrajin senapan diberi modal untuk membesarkan produksinya.
Program ini diberi dan awasi sendiri oleh pemerintah desa. Dari peningkatan produksi hingga
di ekspor ke luar daerah hingga Indonesia timur telah menjadi tolak ukur keberhasilan
peningkatan UKM di Cipacing. Hal ini di utarakan sendiri oleh pemerintahan desa cipacing
yang diwaliki oleh kaur pemerintahan Bapak Dadang S. Beliau mengutrakan bahwa
masyarakat sangat antusias dan sangat senang dengan adanya program ini, karena benar-benar
sangat membantu mereka dalam perluasaan usaha mereka. Dengan demikian maka program
PNPM mandiri di desa Cipacing dapat dikatakan berhasil dan tepat pada sasaran.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Maka dapat disimpulkan bahwa kerajinan senapan angina yang ada di kampong Cipacing,
Jatinangor ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan hingga kini masih Nampak eksistensi
pengrajin asal Cipacing ini di dunia modifikasi dan pembuatan senapan angina, baik itu jenis
Benjamin Franklin ataupun jenis lainnya, dan pemasarannya melalui Koperasi terpadu para
pengrajin. UKM senapan angina di kampong senapan Cipacing ini banyak jumlahnya, karena
sifatnya industry rumahan.

Вам также может понравиться