Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
1. NenengSatriani.S (Nim: 14311010)
2. Nuraliyani (Nim: 14311012)
3. Nurjazilah (Nim: 14311008)
4. Rukmana (Nim: 14311019)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul Laporan Stase Manajemen
Keperawatan. Tugas ini disusun untuk memenuhi sistem pembelajaran untuk Gerbong
Manajement Keperawatan di STIKes YATSI Tangerang Program Profesi (Ners).
Dalam pembuatan tugas ini kami mendapatkan hambatan dan kesulitan,
namun berkat kerja sama dan usaha dalam kelompok serta dukungan dari semua
pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Oleh karena itu
pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya
kepada :
1. Ibu. Ida Faridah, S.Kp, M.Kes selaku Ketua STIKes YATSI Tangerang
sekaligus sebagai CI Akademik Stase Manajemen Keperawatan.
2. Ibu Ns. Dian Perwita, S.Kep.M. Kes . selaku Pembimbing Lahan Praktik
Stase Managemen
3. Bapak Adil Laksana Dewa, AMK selaku Kepala Ruangan Interna 1
4. Ibu. Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep selaku Koordinator Program Profesi (Ners)
Atas semua bantuan dan dukungan semua pihak kepada kami, kiranya Allah
SWT , akan membalas semua kebaikan yang telah di berikan. Oleh karena itu pada
kesempatan ini kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta
memberikan motivasi untuk kedepannya.
Tangerang, 21 Mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
Latar Belakang.............................................................................
Tujuan .........................................................................................
Waktu dan Tempat Praktek ........................................................
Cara Pengumpulan Data..............................................................
Peserta Praktek ............................................................................
1
2
2
3
3
18
124
A. Inventaris Masalah.......................................................................
B. Prioritas Masalah ........................................................................
C. Tabel Plan Of Action ...................................................................
124
124
125
127
135
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
135
135
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu ilmu tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara aktif, inovatif dan kreatif serta rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup
kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. Keperawatan professional dalam pelayanannya diperlukan adanya
pengembangan keperawatan secara professional. Dalam mengoptimalkan peran
dan manajemen keperawatan perlu adanya strategi yang salah satunya adalah
dengan harapan adanya faktor pengelolaan yang optimal serta mampu
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan.
Suatu organisasi dalam mencapai tujuan perlu didukung oleh pengelolaan
faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine, Methode dan Material.
Pengelolaan yang seimbang dan baik dari kelima faktor tersebut akan memberikan
kepuasan kepada klien dan pelanggan rumah sakit. Kelima standar rumah sakit
tersebut harusnya telah dimiliki oleh rumah sakit yang telah terakreditasi.
Di dalam suatu rumah sakit unit pelayanan kesehatan terkecil adalah suatu
ruangan yang merupakan pelayanan kesehatan tempat perawat untuk menerapkan
ilmu dan asuhan keperawatanya secara optimal. Akan tetapi, tanpa adanya tata
kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari
semua pihak, maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi
suatu teori. Untuk itu perawat perlu mengupayakan kegiatan penyelenggaraan
Model Praktek Keperawatan Profesional yang merupakan penataan sistem
pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan model praktik
keperawatan.
Model praktek keperawatan professional salah satunya adalah dengan
adanya posisi perawat sebagai seorang kepala ruangan, ketua tim atau perawat
pelaksana, dalam suatu bagian perlu adanya suatu pemahaman tentang bagaimana
mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan
yang berkualitas. Mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhui
1
2
standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan
tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek
sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan
dihormati. Kemampuan manajerial dapat dimiliki melalui berbagai cara salah
satunya untuk dapat ditempuh dengan meningkatkan ketrampilan melalui bangku
kuliah yang harus melalui pembelajaran dilahan praktek.
Ruang interna 1 di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang merupakan salah
satu ruang perawatan membutuhkan manajemen keperawatan yang baik demi
tercapainya mutu pelayanan yang optimal. Khususnya Ruang interna 1
merupakan ruang rawat inap penyakit dalam yang terdiri dari 1 ruang khusus
perawat 1 ruang isolasi dan 5 kamar dengan single class atau non class dan setiap
kamar berisi 5 tempat tidur.
maka perlu dilakukan sebuah studi tentang proses keperawatan di Ruang
Interna 1 dimana salah satu terbentuknya adalah praktek stase manajemen
keperawatan.
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat praktek mahasiswa profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan
dilaksanakan di Ruang Interna 1 Rumah Sakit Umum Kota Tangerang mulai
tanggal 30 Maret- 10 April 2014.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Interna 1 Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang selama 12 hari diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan pada unit pelayanan
kesehatan secara nyata dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Interna 1
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang mahasiswa mampu :
a.
3
b. Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan keperawatan
c. Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan
d. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di ruangan
e. Memperkenalkan perubahan kecil yang bermanfaat untuk ruangan
f. Mengidentifikasi masalah yang terjadi
g. Merencanakan beberapa alternatif penyelesaian masalah
h. Mengusulkan dan menerapkan alternatif tersebut kepada manajer
keperawatan
i. Mengevaluasi hasil penerapan alternatif pemecahan masalah
D. Cara Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi masalah
dilakukan dengan metode :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk dapat memperoleh data kondisi fisik ruangan,
proses pelayanan, inventaris ruangan, dan asuhan keperawatan yang langsung
dilakukan ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat, dan keluarga pasien
untuk mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan
pasien.
3. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien,
ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan, prosedur
tetap ruangan, dan inventaris ruangan.
E. Peserta Praktek
Mahasiswa tahap profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan YATSI Tangerang dengan anggota :
1.
2.
3.
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
manajemen
keperawatan
adalah
perencanaan,
pengorganisasian,
a. Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang
tinggi di atas kecerdasan rata rata dari pengikutnya akan mempunyai
kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengikutnya.
b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi
serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin
pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d. Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
2.2.2
2.2.3
2.2.4
Perencanaan
Penghapusan
Penganggaran
Pengendalian (control)
Pendistribusian
Pengadaan
Penyimpanan
2.3.1 Perencanaan
Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan
menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah
merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua
calon pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di
masing- masing organisasi( Mustikasari: 2007). Subagya menyatakan
perencanaan adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan,
pengetahuan, pengalaman dan keadaan atau lingkungan yang merupakan cara
terencana dalam memuat keinginan dan usaha merumuskan dasar dan
pedoman tindakan
Pengelolaan
logistik
cenderung
semakin
kompleks
dalam
8
c. Rencana Dislokasi
d. Rencana Sewa
e. Rencana Pembuatan.
Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan
menyimpulkan pernyataan sebagai berikut:
a. Apakah yang di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat
b. Berapa yang di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan
jumlah yang tepat
c. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat
d. Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat
e. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk
menentukan orang atau unit yang tepat
f. Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat
g. Mengapa di butuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang di
ambil benar-benar tepat
2.3.2 Penganggaran
Penganggaran (budgetting), adalah semua kegiatan dan usaha untuk
merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu/skala
standar yaitu skala mata uang dan jumlah biaya (Subagya & Mustikasari).
Dalam fungsi penganggaran, semua rencana-rencana dari fungsi
perencanaan dan penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan
dengan besarnya biaya dari dana-dana yang tersedia. Dengan mengetahui
hambatan-hambatan dan keterbatasan yang dikaji secara seksama maka
anggaran tersebut merupakan anggaran yang reliable.
Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah dicek
berulang kali dan diketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana
biaya keseluruhan, maka penyediaan dana tersebut tidak boleh diganggu
lagi, kecuali dalam keadaan terpaksa.
Pengaturan keuangan yang jelas, sederhan dan tidak rumit akan sangat
membantu kegiatan.
Dalam menyususn anggaran terdapat beberapa hal yang harus di
perhatikan antara lain adalah:
a.
Peraturanperaturan terkait
9
b.
c.
d.
pada institusi yang ada apakah milik pemerintah atau swasta. Pada Rumah
sakit Pemerintah, sumber anggaran dapat berasal dari Dana Subsidi
(Bappenas, Depkes, Pemda) dan dari penerimaan rumah sakit. Sedangkan
pada rumah sakit swasta sumber anggaran berasal dari
Dana Subsidi
(Yayasan dan Donatur), Penerimaan rumah sakit dan Dana dari pihak ketiga
(Mustikasari).
Alokasi anggaran logistik Rumah Sakit 40 % - 50 % dalam bentuk
obat-obatan dan bahan farmasi, alat tulis kantor, cetakan, alat rumah tangga,
bahan makanan, alat kebersihan dan suku cadang.
2.3.3 Pengadaan
Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk menambah dan
memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku
dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan
ini termasuk dalam usaha untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah
ada dalam batas-batas efisiensi. (Subagya: 1994). Sedangkan Mustikasari
berpendapat fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasi atau
mewujudkan kebutuhan yang telah direncanakan atau telah disetujui
sebelumnya.
Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi
didasarkan dengan pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien
untuk kepentingan organisasi. Caracara yang dapat dilakukan untuk
menjalankan fungsi pengadaan adalah:
a. Pembelian
b. Penyewaan
c. Peminjaman
d. Pemberian ( hibah )
e. Penukaran
f. Pembuatan
10
g. Perbaikan
Proses
pengadan
peralatan
dan
perlengkapan
pada
umumnya
11
Panitia
pelelangan
dibentuk
oleh
kepala
kantor/satuan
pekerja/pemimpin proyek
2.3.4 Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pngelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan. (Mustikasari: 2007)
Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan
dalam fungsi-fungsi sebelumya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan
biaya serendah-rendahnya. Fungsi ini mencakup semua kegiatan mengenai
pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain
adalah: Kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari
kerusakan, pencarian barang yang lebih mudah dan barang yang aman dari
pencuri.
Faktor faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi
penyimpanan adalah:
a. Pemilihan lokasi
Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung
barang yang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik.
b. Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)
Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan ke dalam:
Barang biasa: Kendaraan, mobil ambulance, alat-alat berat, brankar, kursi
roda dll.
Barang khusus: Obat-obatan, alat-alat medis dll.
c. Pengaturan ruang
Bentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan
ruang secara efisien dan pengawasan ruangan.
d. Prosedur/sistem penyimpanan
12
Formulir-formulir
transaksi,
kartu-kartu
catatan,
kartu-kartu
13
c. Surplus dan ekses
d. Tidak bertuan: Barang-barang yang tidak diurus
e. Rampasan yaitu barang-barang bukti dari suatu perkara
Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek antara lain:
a. Aspek yuridis, administrasi dan prosedur
Dalam aspek yuridis mencakup hal-ha: Pembentukan panitia penilai,
identifikasi
dan
inventarisasi
peraturan-peraturan
yang
mengikat,
14
b. Melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan laporan, guna
mendapatkan gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan
jalannya pelaksanaan dari rencana
c. Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara-cara pelaksanaan
dalam rangka pencapaian tujuan
d. Melakukan supervisi
Agar pelaksanaan pengendalian dapat berjalan dengan baik diperlukan
sarana-sarana pengendalian sebagai berikut:
a. Struktur organisasi yang baik
b. Sistem informasi yang memadai
c. Klasifikasi yang selalu mengikuti perkembangan menuju standardisasi
d. Pendidikan dan pelatihan
15
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD Kota Tangerang
1. Profile RSU Kota Tangerang
RSU Kota Tangerang dibentuk berdasarkan perda kota Tangerang No
12 Tahun 2012 sebagai upaya tindak lanjut pemerintah daerah dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada masyarakat
kota tangerang, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Rumah sakit umum daerah kota tangerang
berlokasi di pusat kota tangerang tepatnya di Jl. Pulau Putri Raya No 101
Kelurahan Kelapa Indah Kecamatan Tangerang. Pengembangan pelayanan
berdasarkan standar Rumah Sakit Umum kelas C dengan kapasitas 300
tempat tidur yang dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah
sakit.
Rumah sakit umum daerah kota tangerang dibangun oleh pemerintah
kota tangerang melalui 2 (dua) tahap. Tahap pertama pada tahun 2012
yaitu tahap pembangunan struktur RS yang dilaksanakan sampai dengan
lantai 5, tahap kedua yaitu tahap penyelesaian ditambah 3 lantai sehingga
menjadi 8 lantai dan selesai pembangunannya pada bulan November 2013.
RSUD Kota Tangerang berdiri diatas lahan seluas 14.000 m2 dengan
tinggi bangunan 8 lantai, merupakan Rumah Sakit Tipe C non kelas.
Fasilitas yang disediakan terdiri dari instalasi gawat darurat, instalasi rawat
jalan dengan 4 bidang spesiaistik dasar dan 6 bidang spesialistik tambahan
lainnya, instalasi rawat inap dengan 300 tempat tidur, HCU, ICU, PICU,
NICU, OK, VK, Hemodialisa, Radiologi, Laboratorium, Farmasi,
Rehabilitasi Medik, Ruang Jenazah, Workshop, Dapur, Laundry, CSSD,
Ipal, Ruang Administrasi, Rumah sakit, Ruang Medical Record, dan
Ruang Keamanan.
2. Visi dan Misi RSU Kota Tangerang
a. Visi RSU Kota Tangerang
Menjadi Rumah Sakit pilihan Masyarakat Kota Tangerang dengan
pelayanan yang terbaik dan paripurna
15
16
Wawancara : menurut karu visi dan misi ruangan belum dibuat, yang
ada dalam ruanagan adalah visi dan misi rumah rumah sakit.
Observasi : berdasarkan pengamatan tidak ada visi dan misi ruangan
ditempel
Visi misi di ruang interna 1 belum ada, sehingga perlu adanya
pembuatan visi misi tersebut untuk mencapai tujuan bersama, untuk itu
mahasiswa menawarkan diri untuk membuat visi misi ruangan yang kemudian
disetujui bersama kepala ruangan dan seluruh staf di ruang interna 1sebagai
berikut :
a. Visi
Ruangan terbaik dengan pelayanan asuhan keperawatan yang
komprehensip, terapeutik dan protective.
b. Misi
1) Menjalankan Asuhan keperawatan penyakit dalam secara holistik
2)Melakukan asuhan keperawatan yang berbasis bio, psiko, sosio dan
spiritual.
3)Mengutamakan perlindungan terhadap kenyamanan dan keamanan
klien.
4)Meningkatkan
komunikasi
terapeutik
dalam
setiap
keperawatan.
5) Proteksi terhadap infeksi nosokomial yang dapat terjadi.
tindakan
17
18
d. Pengendalian / pengawasan (controling)
1. Jangka Pendek
Contoh Kepala ruang Interna 1 selalu mengawasi perawat
pelaksana agar mengetahui sejauh mana pekerjaan yang sudah
dilakukan dan masalah-masalah apa saja yang ada.
Contohnya kepala ruang Interna 1 selalu bertanya kepada
perawat ruang Interna 1 ada permasalah atau tidak dalam tugas yang
diberikannya.
2. Jangka panjang
Kepala ruang Interna 1 selalu pengontrolan evaluasi tenaga
kerja. atau barang biasanya dilakukan pengawasan 1 kali dalam
seminggu.
e. Penilaian (evaluasi)
Diruang interna 1 evaluasi dilakukan oleh kepala ruangan pada saat
post konferens, dimana PJ sift pertama melakukan operan dengan PJ Sift
selanjutnya.
Contohnya
Kepala
ruang
Interna
mengecek
kembali
Nama Ruangan
: Interna 1
Kapasitas Ruangan
Jumlah Klien
: 26 Orang
Jenis Penyakit
: Penyakit Dalam
Jumlah perawat
19
KASI Keperawatan
Pelaksanaan
Pelayanan
n
Mutu
KAINS Ranap
KARU
Administrasi
PJ Shift
pp
pp
pp
pp
PJ Shift
PJ Shift
PJ Shift
pp
pp
Asper
pp
pp
pp
pp
16
Keterangan :
1. Kepala Ruangan
2. PJ shift
3. Anggota
Zr. Maidah,AmK
17
Asper Evi
18
19
. 9. Tinjauan ruangan berdasarkan analisis SWOT
NO
1
ANALISA
STRENGTH
WEAKNEES
OPPORTUNITY
- Adanya peluang
dalam
penerimaan
perawat baru.
THREATS /
ANCAMAN
Man
a. Ketenagaan
- Ketenagaan
Ka.Ru = 1 org
PJ.shift= 4
org
PP = 9 org
Asper = 1 org
Koreksi = 25%
Tenaga yang dibutuhkan =
jml tenaga yang di butuhkan + 25 %
60642
38,87
1560
Kekurangan
perawat dapat
menimbulkan
peningkatan
kelebihan beban
kerja perawat
sehingga terjadi
penurunan kinerja
perawat dan
kualitas asuhan
keperawatan.
20
NO
ANALISA
STRENGTH
WEAKNEES
c. Pendidikan
dan Pelatihan
dalam
OPPORTUNITY
THREATS / ANCAMAN
- Adanya kesempatan
Tuntunan masyarakat
untuk melanjutkan
dalam pelayanan yang
pendidikan ke jenjang
optimal dan holistic.
yang lebih tinggi
- Adanya pre conference
sebelum memulai
asuhan keperawatan
- Adanya post
conference di akhir.
- Adanya sharing dengan
kepala ruangan
- Adanya rapat bulanan
sebgai evaluasi.
- Perawat mempunyai
peluang untuk
mengikuti seminar/
pelatihan
- Kesempatan dalam
meningkatkan Sumber
daya perawat.
Adanya keterbatasan
perawat dan kemampuan
perawat dalam kualitas
pelayanan.
ANALISA
STRENGTH / KEKUATAN
WEAKNEES / KELEMAHAN
OPPORTUNITY /
THREATS / ANCAMAN
21
KESEMPATAN
d. Karakteristik
pasien
e. Kedisiplinan
NO
ANALISA
- Tingkat ketergantungan
klien yang berbeda dapat
meningkatkan
pengetahuan dan
ketrampilan perawat
dalam memberikan
Asuhan keperawatan.
Ketidakdisiplinan
perawat terhadap
kehadiran akan
menghambat proses
pelayanan asuhan
keperawatan.
Ketidakpatuhan
keluarga pasien
terhadap peraturan
batas waktu
berkunjung dan jumlah
penunggu akan
menimbulkan infeksi
nosokomial dan
menghambat asuhan
keperawatan.
STRENGTH / KEKUATAN
WEAKNEES / KELEMAHAN
OPPORTUNITY /
THREATS /
22
KESEMPATAN
- Adanya Peningkatan
mutu pelayanan.
- Peningkatan BOR dari
klien yang di kirim oleh
IGD dan poli penyakit
dalam.
ANCAMAN
f. Jumlah pasien
- Banyaknya RS yang
berlokasikan di kota
tangerang sehingga
masyarakat bebas
memilih pelayanan
yang merasa dapat
memberikan pelayanan
yang optimal.
g. Kinerja
- Perawat ruangan memiliki - Masih adanya tenaga perawat - Klien dan keluarga klien - Sikap perawat yang
sikap yang baik, ramah
yang kurang ramah, kurang
yang merasa puas dengan
kurang baik dapat
kepada klien dan keluarga
sabar terhadap klien dan
pelayanan
perawat
mengakibatkan
klien.
keluarga klien.
interna 1.
pelayanan yang kurang
optimal.
23
NO
2
ANALISA
Material
a. Ruang Rawat
STRENGTH / KEKUATAN
Ruang Interna 1 adalah ruang perawatan penyakit dalam laki- laki non class dengan kapasitas
26 tempat tidur, terdiri dari 5
ruangan perawatan dan 1 Ruang
isolasi, setiap ruangan berisi 1
TV dan 2 unit AC, wastafel dan
km mandi, 1 TT dilengkapi 1
meja pasien
Terdapat Hand Hygiene di
depan masing-masing ruangan.
WEAKNEES /
KELEMAHAN
OPPORTUNITY /
KESEMPATAN
Dalam
pelaksanaannya masih terdapat penyatuan
pembuangan
sampah
medis dan non medis
Kondisi lemari tempat
penyinmpanan Obat perlu
perbaikan/pergantian
karena masih kekurangan tempat untuk peyimpanan
obat pasien
THREATS / ANCAMAN
- Banyaknya RS berdiri
di Tangerang dengan
kondisi ruangan yang
lebih nyaman dan lebih
menarik
Adanya
kesempatan untuk permintaan lemari
Obat
Adanya
kesempatan
permohonan dibuatkan kamar ganti dan tempat
sholat petugas
Kolaborasi
ruangan
dengan management RS
Membahayakan bagian
lain bila sampah medis
dan nonmedis sampai
menyatu
Ketidaknyamanan
ruang kerja, kamar
ganti dan tempat sholat
dapat
menurunkan
motivasi kerja perawat
24
NO
ANALISA
-
3.
Metode
a. Penugasan
Kerja
WEAKNEES /
KELEMAHAN
STRENGTH / KEKUATAN
Adanya tempat sampah yang
sudah terpisah medis dan non
medis
Sudah
terlaksananya
cara
pembuangan spuit.
Tersedianya alat-alat pelindung
di ruangan (masker dan
handscoon)
Operan
shift
sudah dilaksanakan di nurse station
dan keliling melihat kondisi
klien
OPPORTUNITY /
KESEMPATAN
THREATS / ANCAMAN
Resiko pada keselamatan kerja
bagi petugas terutama
perawat.
Pelaksanaan
penugasan metode PJ
shift belum optimal
dan bersifat
fungsional
- Pelaksanaan asuhan
- Kurang meratanya
keperawatan dilakukan
pengetahuan perawat
secara menyeluruh, setiap
diruangan dapat
pelaksana mempunyai
menurunkan kualitas askep
peluang untuk
bertanggung jawab pada
pasien.
- Ciptakan
komunikasi - Isi dari operan shift yang
yang lebih baik dalam
tidak lengkap dan belum
tukar informasi pasien
berfokus pada masalah
saat Operan shift
keperawatan menyebabkan
perawat yang dinas
selanjutnya tidak
mengetahui kondisi klien
secara menyeluruh.
25
NO
ANALISA
STRENGTH / KEKUATAN
b. Protap
Adanya SPO
c. Pendokumen
tasian
Adanya pendokumentasian
pengkajian, diagnosa
keperawatan dan catatan
perkembangan pasien
WEAKNEES /
KELEMAHAN
OPPORTUNITY /
KESEMPATAN
- Meminimalkan terjadinya
kesalahan dalam
pemberian asuhan
keperawatan dengan
protap.
- Terdapat ketidakrelevanan
pendokumentasian antara
diagnosa keperawatan yang
ditegakkan dengan catatan
keperawatan dan
perkembangan.
- Keterbatasan waktu
dalam pendokumentasian menyebabkan
pendokumentasian
askep tidak
berkesinambungan
- Ketidakrelevanan
diagnosa yang
ditegakkan dengan
rencana tindakan
keperawatan yang
dilakukan
menyebabkan askep
tidak maksimal dan
komprehensif
THREATS / ANCAMAN
26
NO
5.
ANALISA
Machine
a. Peralatan
STRENGTH / KEKUATAN
WEAKNEES /
KELEMAHAN
OPPORTUNITY /
KESEMPATAN
THREATS / ANCAMAN
- Mempermudah dalam
- Alat suction, alat
pemberian Askep
neubulizer, bila
- Kalibrasi alat secara
perawatannya kurang
berkala / 6 bulan dan
baik dapat berisiko
rutin dapat meminimalisir
meningkatkan angka
angka kerusakan alat.
infeksi nosokomial
bila angka
perbaikannya lebih
tinggi menimbulkan
kerugian bagi RS
27
Gambaran BOR, LOS, TOI, dan BTO
Maret tahun
2015
Tahun
2015
BOR
86,58%
LOS
4,02
TOI
0,60
BTO
6,96
2.
3.
TOI 0,60 yang berarti belum sesuai standar nasional 1-3 hari
4.
BTO 6,96 kali yang berarti belum sesuai nilai standar nasional 40 50 kali
Observasi : di dalam ruang interna 1 belum ada data demografi dan data asal
rujukan pasien yang biasanya berasal dari IGD dan poli penyakit dalam
Masalah : tidak ada data demografi pasien dan asal rujukan pasien.
28
a) Kuantitas Tenaga Keperawatan
Kajian Teori
Kebutuhan tenaga keperawatan ditetapkan berdasarkan karakteristik
klien, model penugasan, dan kompetensi yang dipersyaratkan untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan. Kesesuaian tenaga keperawatan yang
mencakup jumlah, jenis, dan kualifikasi dengan kebutuhan pelayanan
diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang efektif dan
efisien. Untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dapat
menggunakan beberapa rumus, antara lain:
Menurut Depkes (2002) klasifikasi kategori asuhan keperawatan :
1. Asuhan keperawatan minimal
a.
Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
e. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
2. Asuhan keperawatan sedang
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital tiap empat jam
c.Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
3. Asuhan keperawatan agak berat
a.
Sebagian besar aktivitas dibantu
b.
Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam sekali
c.
Terpasang folley kateter, intake output dicatat
d.
Terpasang infus
e.
Pengobatan lebih dari sekali
f.
Persiapan pengobatan perlu prosedur
4. Perawatan maksimal
a. Segala aktivitas diberikan perawat
b. Posisi diatur
c. Observasi tanda-tanda vital tiap dua jam
d. Makan memerlukan NGT, terapi intra vena
e. Penggunaan suction
f. Gelisah/ disorientasi
Penghitungan tenaga perawat berdasarkan :
a.
b.
c.
d.
e.
Kajian Teori
29
kualitas pelayanan Rumah Sakit Salah satunya adalah pemberian
asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas
diperlukan sumber daya manusia yang sesuai dengan kualitas dan
profesionalitas perawat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Praktik
profesional yang merupakan ciri profesi yang harus dipelihara dan
ditingkatkan dalam rangka mempertahankan akuntabilitas kinerja yang tinggi.
Menurut Djojodibroto (1997) konsep pengembangan SDM yang
disebut Human Resource Development mempunyai 3 program yaitu:
(1)
Jenis Pendidikan
DIII Keperawatan
Jumlah
12
%
90%
S1 Keperawatan
2
10%
Jumlah
14
100%
Sumber: Wawancara langsung pada kepala Ruangan Interna 1
Analisa data :
30
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan perawat di i n t e r n a
1 jenjang DIII mendominasi di ruang Interna 1 sebanyak 12 orang
dan S1
Keperawatan sebanyak 2 orang namun hal ini tidak berpengaruh pada manajeman
keperawatan karena perawat di Ruang Interna 1 mayoritas telah berpengalaman atau
mempunyai masa kerja lebih dari diatas 5 tahun. Hal ini berarti sesuai dengan standar
profesi bahwa batas minimal dengan jenjang pendidikan DIII Keperawatan.
Masalah : ketenagaan di ruang interna 1 kurang memadai, namun dari segi penglaman
ketenagaan perawat d ruang interna 1 sudah cukup baik.
c. Dana
1). Kajian Teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun nonmedis merupakan
salah satu fungsi rumah sakit agar pelayanan rumah sakit tersebut dapat berjalan
secara optimal dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat untuk itu rumah sakit
perlu mempersiapkan peralatan atau bahan medis, dan non medis.
2). Kajian Data
RSUD Tangerang merupakan RS pemerintah dan merupakan Badan pelayanan
Kesehatan Kota Tangerang, sumber dana berasal dari :
a) APBD Kota Tangerang untuk kegiatan belanja langsung dan belanja tidak
langsung.
b) Klien berbayar (BPJS dan Multiguna)
e . Metode
1. Kebijakan
a) Kajian Teori
standar sebagai pernyataan diskriptif tentang tingkat penampilan yang
dipakai untuk menilai kualitas struktur, proses, dan hasil.
Menurut Undang-undang RI. No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
dalam penjelasan pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai
pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi secara baik atau secara singkat dapat dikatakan standar adalah
pedoman agar pekerjaan dapat berhasil dan bermutu. Berdasarkan alasan
inilah maka adanya standar pelayanan dan asuhan keperawatan yang identik
dengan standar profesi keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk
mengukur keberhasilan dan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan.
31
a) Kajian data
Kebijakan di Ruang Interna 1 dapat dilihat pada tabel berikut:
Kebijakan di Ruang Interna 1 RSUD Tangerang
No
Kebijakan
1. Biaya perawatan pelayanan kesehatan di Ruang Interna 1
2.
3.
RSUD Tangerang
Pengangkatan kepala ruang
Wewenang bagi kepala ruang mengatur manajemen ruang.
Analisa Data :
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data sudah ada kebijakan kebijakan perawatan
yang dikeluarkan oleh RSUD Tangerang sehingga koordinasi ruang dapat berjalan
dengan lebih baik lagi.
2. SAK ( Standar Asuhan Keperawatan )
a) Kajian teori
Menurut Nursalam (2002) standar merupakan pernyataan yang absah,
model yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan
mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar yang
dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai
tolok ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam,
2002).
1)
32
2)
b)Kajian Data
Berdasarkan pengkajian dan observasi yang kelompok lakukan bahwa di
ruang Interna 1 tidak ditemukan SAK namun protap mengenai 10 penyakit
terbanyak.
No
Nama SAK
Nomor Dokumen
Tanggal
Diterbitkan
003/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
secara 081/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
1
2
3
4
5
6
intravena
Petunjuk memberikan obat
Mencuci tangan
Identifikasi pasien
Penggunaan alat pelindung diri
7
8
9
(APD)
Memberikan glycerin spuid
061/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Mengukur blance cairan
073/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Mengukur suhu tubuh melalui 001/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
aksila
10
dengan
037/SPO/RI/RSUD/2013
062/SPO/RI/RSUD/2013
065/SPO/RI/RSUD/2013
063/SPO/RI/RSUD/2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
mengunakan
termometer digital
Mengukur tekanan darah
33
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
intracutan
Memberikan obat subcutan
011/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
Melaksanakan pemberian obat 012/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
21
secara intramuscular
Menyiapkan
tempat
22
23
24
25
posisi berbaring
Membantu pasien mandi di 016/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
tempat
tidur
004/SPO/RI/RSUD/2013
005/SPO/RI/RSUD/2013
006/SPO/RI/RSUD/2013
007/SPO/RI/RSUD/2013
008/SPO/RI/RSUD/2013
009/SPO/RI/RSUD/2013
010/SPO/RI/RSUD/2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
dengan posisi
26
duduk
Memelihara kebersihan mulut 017/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
27
28
29
30
31
pasien diatasnya
Memberikan makanan
melalui
tube
naso
gathric
32
33
34
35
36
37
(NGT)
Memasang infus
Melepas infus
Mengganti infus set
Pemberian oksigen
Membantu memperlancar BAK
Membantu pasien eliminasi
38
023/SPO/RI/RSUD/2013
024/SPO/RI/RSUD/2013
025/SPO/RI/RSUD/2013
026/SPO/RI/RSUD/2013
027/SPO/RI/RSUD/2013
028/SPO/RI/RSUD/2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
34
39
40
41
42
43
44
pasien
Membantu pasien dari tempat 036/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
45
46
47
48
ruang
unit
perawatan
ke
030/SPO/RI/RSUD/2013
031/SPO/RI/RSUD/2013
032/SPO/RI/RSUD/2013
034/SPO/RI/RSUD/2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
16 Desember 2013
intensif
Pencegahan infeksi luka infus / 043/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
phlebitis
50
51
52
pada
tindakan
infeksi
saluran
54
Melepas
55
(NGT)
Memberi makanan cair melalui 049/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
naso
56
naso
gastrik
kontinyu drip
Pencegahan
prosedur
57
gastric
tube
infeksi
secara
pada 050/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
pemasangan
35
58
Memindahkan
pasien
59
60
61
62
63
64
Melakukan
irigasi
sistem tertutup
Mengeluarkan urine bag
66
Melaksanakan
67
68
insiden
Memindahkan
69
ruang perawatan
Pengelolaan linen
70
Pelaporan insiden
71
72
73
74
Melakukan suctioning
Melaksanakan
pasien
pemulangan
75
76
77
berjalan
Melakanakan
36
78
79
80
81
82
83
84
Analisa Data :
Berdasarkan hasil observasi di ruang Interna 1 penggunaan SOP menggunakan
acuan tahun 2013. SOP ruang di Interna 1 sudah sesuai dengan standar operasional
prosedur.
f. Material
a)
Kajian Teori
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
37
Pengelolaan atau manajemen keperawatan dilaksanakan untuk mencapai
peningkatan mutu pelayanan keperawatan, tersusunnya program pengembangan tenaga
keperawatan dan terlaksananya penelitian keperawatan.
Standar fasilitas dan alat keperawatan adalah penetapan fasilitas dan alat -alat
yang digunakan dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang
Interna 1 RSUD Tangerang.
g. Mesin
Analisa data :
Ruang Interna 1 sudah cukup dan sudah memenuhi standar tetapi dari mesin
itu perlu sekali dilakukan pemeliharaan karena jumlah alat yang terbatas demi
mempertahankan kualitas pelayanan seperti alat kontrol tentang kalibrasi alat, SOP
pemakaian alat.
12. Unsur Proses
1. Proses Manejemen Asuhan Keperawatan
a. Kajian teori
1) Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Standar Asuhan Keperawatan identik dengan standar profesi keperawatan,
berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu asuhan
keperawatan
Standar I : Pengkajian keperawatan
Standar II : Diagnosa keperawatan
Standar III : Perencanaan keperawatan
Standar IV : Intervensi keperawatan
Standar V : Evaluasi keperawatan
Standar VI : Catatan asuhan keperawatan
2) Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Standar pelayanan dan standar asuhan keperawatan tersebut berfungsi
sebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan apakah
pelayanan/asuhan keperawatan yang diselenggarkan di rumah sakit sudah
mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam
standar tersebut.
Hasil observasi tindakan di ruang Interna 1 terhadap tindakan keperawatan
kurang baik, karena belum adanya SAK yang jelas.
38
2. Pengelolaaan Sampah
Perawat telah membuang sampah pada tempatnya. Perawat membuang
limbah medis benda non tajam di tempat limbah medis benda non tajam tetapi
ada juga sebagian perawat tidak membuang limbah medis benda tajam di
tempat limbah medis benda tajam dan untuk pembuangan jarum sebagian
besar tidak di pisahkan dengan spuitnya melainkan dijadikan satu dengan
ampul, flakon dan spuit, selain itu sampah flabot sebagian masih dibuang di
tempat sampah domestik
3.
39
40
EVALUASI KUALITAS PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING
DI RUANG INTERNA 1 RSUD TANGERANG
No
Kegiatan
Observasi
Ya
Tidak
A
1
Pre interaksi
Mengidentifikasi data pasien (tingkat pendidikan dan pengeahuan
2
3
4
pasien/keluarga)
Mengidentifikasi kebutuhan perawatan lanjutan pasien di rumah
Menyiapkan tempat untuk memberikan discharge planning
Menyiapkan bahan pemberian discharge planning (pedoman
B
1
2
3
4
5
6
(karu)
Menanyakan perasaan pasien/keluarga
Menanyakan kegiatan yang akan dilakukan
Menjelaskan tujuan kegiatan
Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
V
V
V
V
C
1
3
4
D
1
2
3
E
1
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
16
87,89%
2
12,11%
41
Analisa Data:
Hasil observasi discharge planning di ruang Interna 1 menunjukkan hasil 88,89%. Hal
ini menunjukkan bahwa discharge planning di ruang Interna 1 dikategorikan baik atau sudah
mengacu pada standar yang ada dan perlu untuk lebih ditingkatkan. Oleh karen itu dengan
hasil yang sudah baik perawat perlu untuk menyiapkan tempat untuk digunakan discharge
planing dan dapat mengevaluasi pada keluarga tentang informasi yang telah diberikan.
.
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Sesuai dengan rencana kegiatan atau Plan Of Action (POA) yang telah disusun sebelumnya,
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan berdasarkan prioritas masalah di Ruang Ranap Interna 1
RSUD Kota Tangerang adalah sebagai berikut:
A. Pelaksanaan
Adapun diketahui mulai tanggal 6 - 10 April 2015 di ruang Interna 1 Setiap pasien
dengan diagnosa Hiperglikemi diberikan intervensi dan penyuluhan tentang cara cara
pemberian insulin dengan benar selama 15 menit.
Kamar
Nama
Diagnosa
Sebelum dilakukan
Sesudah dilakukan
42
408-1
Tn. A
Selulitis
Hiperglikemi
408-3
409-1
409-2
409-5
410-1
410-2
410-3
Intervensi
GDS : 288
intervensi
GDS : 125
Sudah dapat
memberikan insulin
Diabetes mellitus
GDS : 192
dengan mandiri
GDS : 123
Hipetensi
Sudah dapat
Vertigo
memberikan insulin
Tn.
CKD
GDS : 362
dengan mandiri
GDS : 232
AA
Dipsnea
Sudah dapat
Hiperglikemi
memberikan insulin
Hemiparesedex
GDS : 257
dengan mandiri
GDS :173
SNH
Sudah dapat
Hiperglikemi
memberikan insulin
Hipertensi
GDS : 341
dengan mandiri
GDS : 327
Vomitus
Sudah dapat
DVT
memberikan insulin
Hiperglikemi
Edema anasarka
GDS : 337
dengan mandiri
GDS : 291
CHF
Sudah dapat
Hipertensi
memberikan insulin
Tn.
Hiperglikemi
Edema anasarka
GDS : 227
dengan mandiri
GDS : 125
Muh
CKD
Sudah dapat
Hipertensi
memberikan insulin
Hiperglikemi
Diabetes mellitus
GDS : 159
dengan mandiri
GDS : 74
Penurunan
Belum dapat
kesadaran
memberikan insulin
Tn. S
Tn. M
Tn. W
Tn. D
Tn. K
dengan mandiri
B. Evaluasi
43
Setelah diberikan penyuluhan dan intervensi seperti :
dilakukan intervensi GDS 125 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Tn. S Diabetes melitus dengan diagnose hipetensi Vertigo
sebelum
dilakukan
intervensi dengan nilai GDS 192 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 123 Sudah dapat memberikan insulin
3.
dengan mandiri.
Tn. AA dengan diagnose CKD Dipsnea Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi
dengan nilai GDS 362 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 232 sudah dapat memberikan insulin
4.
dengan mandiri.
Tn. M dengan diagnose Hemiparesedex SNH Hiperglikemi
sebelum
dilakukan
intervensi dengan nilai GDS 257 belum dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 173 sudah dapat memberikan insulin
5.
dengan mandiri.
Tn. W dengan diagnose Hipertensi Vomitus DVT Hiperglikemi sebelum dilakukan
intervensi dengan nilai GDS 341 Sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 327 sudah dapat memberikan insulin
dengan mandiri.
6. Tn. D
dengan diagnose Edema anasarka CHF Hipertensi Hiperglikemi
sebelum dilakukan intervensi dengan nilai GDS 337 belum dapat memberikan
insulin dengan mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 291 sudah
dapat memberikan insulin dengan mandiri.
7. Tn. Muh dengan diagnose edema anasarka CKD Hipertensi Hiperglikemi
sebelum dilakukan intervensi dengan nilai GDS 227 belum dapat memberikan
insulin dengan mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 125 sudah
dapat memberikan insulin dengan mandiri.
44
8. Tn. K
dilakukan intervensi dengan nilai GDS 159 belum dapat memberikan insulin dengan
mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi nilai GDS 74 belum dapat
memberikan insulin dengan mandiri
Analisa Data
Dari hasil evaluasi diatas, bahwa saat dilakukan pengkajian Kadang-kadang
masih ada perawat yang belum melakukan sosialisasi tentang cara pemberian insulin
dengan benar ke pasien, dan para perawat di Ruang Ranap Interna 1 yang telah
sosialisasi tentang cara pemberian insulin dengan benar sebanyak 97%. Hal ini
didukung dengan kepala ruang yang selalu mengingatkan para perawat untuk selalu
mensosialisasikan tentang cara pemberian insulin dengan benar pada klien dengan
diagnose hiperglikemi, selain itu para perawat juga saling mengingatkan antar perawat
satu dengan yang lain untuk selalu bisa bersosialisasi dengan pasien dan keluarga
pasien.
Para ners muda juga telah membuat karikatur-karikatur tentang pemberian insulin,
untuk mengingatkan para perawat di Ruang Ranap Interna 1 agar selalu memberikan
sosialisasi pada pasien hiperglikemi, selain itu dengan adanya karikatur dan leaflet,
dapat mengoptimalkan para perawat untuk dengan mudah mensosialisasikan tentang
hiperglikemi. Karikatur yang digunakan telah dikonsulkan dengan kepala ruang dan
bidang keperawatan, setelah disetujui para ners muda kemudian memberikan pada
kepala ruang untuk ditindak lanjuti. Adapun faktor pendukung dan penghambat
adalah sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung
1) Adanya dukungan dari Kepala Ruangan dan Pembimbing
2) Perawat bersedia melakukan Sosialisasi tentang Hiperglikemi kepada Pasien
dan Keluarga Pasien
b. Faktor Penghambat
1) Belum adanya Poster/Leaftlet tentang Diabetes Melitus
C. Pelaksanaan pembuatan Poster dan Leaflet tentang DM
Saat ini Sudah ada diruangan Ranap Interna 1
D. Penyuluhan tentang DM
Telah dilakukan pada tanggal 06 April 2015 10 April 2015 sebelum makan siang
sekitar jam 11.00 jam 12.00 WIB dan di ikuti oleh pasien dan keluarga
45
E. Pelaksanaan Magang Kepala Ruang Di Ruang Kenanga RSU Daerah Tangerang
1. Tahap Persiapan
a. Pengkajian data di Ruang Ranap Interna1
b. Menyusun POA sesuai dengan masalah dan presentasi hasil dari pengkajian data
di Ruang Ranap Interna 1 pada tanggal 3 April 2015
c. Mempelajari uraian tugas Kepala Ruang yang ada di Ruang Ranap Interna 1
RSUD Kota Tangerang pada tanggal 3 April 2015
2. Tahap Pelaksanaan
a. Membuat jadwal magang Kepala Ruang pada tanggal 30 Maret 2015
b. Melakukan diskusi dan konsultasi dengan Kepala Ruang mengenai jadwal
magang Kepala Ruang pada tanggal 01 April 2015
c. Pelaksanaan magang kepala ruang mulai tanggal 30 Maret - 11 April 2015
3. Tahap Evaluasi
a. Melakukan evaluasi magang kepala ruang pada tanggal 11 April 2015
Jadwal Magang Kepala Ruang
Tabel
Jadwal Magang Kepala Ruang di Ruang Kenanga RSUD Tangerang
Tanggal
30 Maret 1
Karu
April
Rukmana
Sumber : Data Primer
Nurjazilah
April
Nuraliyani
09-011 April
Neneng Satriani S
Analisa Data
Dari tabel diatas dapat dianalisa bahwa para ners muda telah melakukan
magang kepala ruang interna 1, di mana jadwal telah di tetapkan oleh
Pembimbing Akademik.
50
Masalah
Pokok
Kegiatan
Hiperglikemi
Untuk
(Kenaikan
menstabilkan
Kadar Gula
kembali kadar
dalam Darah)
gula dalam
darah.
Target
Uraian Kegiatan
Lakukan
Pemeriksaan
kadar glukosa
Anjurkan
Pasien untuk
membatasi
makanmakanan yang
manis.
Anjurkan klien
untuk patuh
Tujuan Sasaran
Tn. D dengan dx,
hiperglikemi
Tn. M dengan dx.
Hiperglikemi
Tn. K dengan dx.
Diabetes Melitus
Tn. W
denganHiperglikemi
Tn. AA
Waktu
Pelaksanaan
Pelaksanaan
dilakukan
6-8
siangHari
Siang hari
Tn. S dengan
menyuntikkan
insulin.
denganHiperglikemi
jawab
Neneng Satriani
Kepala Ruangan
Nuraliyani
Ketua Tim
Nurjazilah
Perawat Pelaksana
padatanggal
denganHiperglikemi
Diabetes Melitus
Tn. M
Penanggung
Siang hari
Rukmana
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan
dalam
bab-bab
sebelumnya,
maka
KelompokNers
Manajemen
menyususn
SAK
Diabetes
Melitus
agar
dapat
mengaplikasikan
dan
51
c. Bagan Visi dan Misi yang telah di buat semoga dapat dirawat dengan baik dan dapat
menjadikan patokan dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada pasien. Selain itu dapat
memberikan semangat kepada seluruh petugas di ruang interna 1
d. Setelah para ners muda melakukan magang kepala ruang, untuk kedepannya agar waktu
dalam magang sebagai kepala ruang dapat ditambahkan waktu untuk praktek manajemen
dari pihak akademik, untuk lebih memahami tugas kepala ruang dan menambah
pengalaman ners muda.
DAFTAR PUSTAKA
-
Gramedia Pustaka
Swanburg. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk
perawat klinis. EGC
52