Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ujar
Hyejin.
Anak
lelaki
gemuk
tersebut
hanya
menunduk.
Baiklah, cukup anak-anak. Silahkan perkenalkan namamu.
Anak
lelaki
tersebut
mengangkat
kepalanya
dan
mulai
berbicara.
Namaku .. Seongjon
Seongjon! Duduklah di sampingku! ajak Hyejin. Seongjon mengangguk
dan duduk di sebelah Hyejin. Hyejin tersenyum puas.
Saat pulang sekolah.
Dasar kau anak gendut!
Berapa banyak kau makan dalam sehari?
Ku rasa tak ada yang ingin berteman denganmu!
Hyejin yang baru saja ke luar kelas melihat Seongjon sedang dibully oleh
teman-temannya. Emosinya pun naik.
Heyy! Apa yang kalian lakukan! Hentikannn!! teriak Hyejin sembari
memukul tas jinjingnya ke teman-teman yang membully Seongjon.
Seongjon? Kau baik-baik saja? tanya Hyejin khawatir. Seojonpun
mengangguk pelan. Syukurlah.. Ayo kita pulang bareng, ajak Hyejin.
Di sepanjang perjalanan, Seongjonpun mulai bercerita banyak hal kepada
Hyejin. Ternyata Seongjon seorang anak yang menyenangkan. Oh, ayo
jalan! teriak Hyejin saat lampu hijau menyala. Mereka berdua pun
menyeberangi jalan. Kenapa kamu mengatakan Ayo jalan? tanya
Seongjon. Karena lampunya hijau! Setiap lampunya hijau aku akan
mengatakan seperti itu! jawab Hyejin bersemangat. Seongjon pun
mengangguk dan tersenyum.
Beberapa bulan kemudian.
Hyejin, aku akan pindah ke luar negeri, ujar Seongjon sedih.
Benarkah? Kapan? tanya Hyejin yang juga sedih.
Sekitar dua minggu lagi. Tapi, kita masih bisa berteman kan?
Hyejin
mengangguk.
Tentu!
Kita
akan
surat-suratan.
Aku
akan
terbelalak
kaget.
Jantungnya
berdebar
kencang.
A..Apa?!
Ma nanti aku izin ya mau pergi sama Mia, biasa mau beli kaset drama
terbaru Minho oppa!! celotehku bersemangat.
Ya ampuuuunnn Icha kamu segitunya ngefans sama si Lee..Lee.. siapa
tuh namanya Mama lupa..
Lee Min Hoo Mama.. aku mengejanya dengan artikulasi yang sangat
jelas supaya mama nggak lupa lagi.
Iyaaaaa itu maksud Mama..
Sekali-kali liburan dong Ma ke Korea Selatan supaya bisa ketemu Lee Min
Ho, Lee Jong Suk, Kim Soo Hyunn aku megabsen satu persatu aktor
drama korea.
Emangnya kamu pikir ke Korea bisa semudah itu? bisa pake angkot?
Tanya mama dengan sedikit gereget.
Yaa.. nggak juga sih Ma.. jawabku dengan senyum jenaka. Setelah
terlibat debat heboh dengan mama aku pun bergegas mandi, takutnya
Mia keburu datang. Tepat pukul 10 pagi aku sudah siap. Ma aku pergi
dulu
ya.
.Assalamualaikum!!!
sambil
mencium
tangan
mama.
Waaaahh akhirnya aku bisa ketemu Minho oppa!! tepat saat ini ia
sedang berdiri di depanku. Emang bener ini orang ganteng banget. Aku
pun memeluknya sekuat tenaga.
Saranghamnida
oppa..
ujarku padanya. Ia
membalasnya
dengan
senyum.
Saat sedang asyik-asyiknya berduaan dengan Minho tiba-tiba..
Ocha.. Ochaa!!!
Loh kok ada suara Mama emangnya Mama ikut ke Korea?
Ocha bangun udah siang, emangnya kamu nggak sekolah?
Lalu aku pun segera tersadar.. dan melihat ke sekeliling. Bukannya tadi
aku lagi di Korea bareng Minho.. Jangan-jangan yang tadi cuma MIMPI.
Masih kenal naneun? Kim Hwang! Kim! Bangbeob dangsin bisa kesini?
Naneun merindukanmu.. Kata Hyu-ya. Naneun ttohan isa (aku juga
pindah tau!) Dangsin pasti lupa? Hahaha! Canda Kim Hwang. Hyu-ya!
Lama sekali.. Loh? geuneun nugu? (Dia siapa?) Hyonaa tiba-tiba datang.
Hyonaa! nae olaedoen haggyoeseo nauii yes chinguleul sogaehabnida!
(Ini teman lamaku dari sekolah lamaku). Namanya Kim Hwang! Kata Hyuya. sogae.. nae ileum-eun Kim Hwang-ibnida! (Nama saya Kim Hwang!
Salam kenal!)
Semenjak itu mereka menjadi sahabat sejati, namun.. Kim Hwang mulai
menjauhi Hyonaa, dan hanya ingin Hyu-ya saja yang menjadi sahabatnya.
Dangsin selalu menjauhi naneun dari Hyonaa! Geram Hyu-ya. Huh!
Dangsin tanya saja ke Tae-seo! Jawab Kim Hwang.
Tae! Panggil Hyuya. Annyeonghaseo, Hyuya. Kenapa? Tanya Tae-seo.
nuga
Hyonaa
mueos-eulhabnikka?
(Memangnya
ada
apa
tentang
lama
kemudian,
ayahanda
Hyonaa
pun
datang.
Hyonaa
ILLUSIONS
Cerpen Karangan: Ai Zhi Lan
Malam ini angin berhembus tidak biasa. Terlalu liar untuk hanya disebut
sebagai angin semilir. Entah apakah aku tengah mengambil keputusan
yang tepat dengan duduk di serambi depan, sementara cuaca benarbenar menunjukkan kebengisannya. Besok aku berangkat pagi, ada
Baksos yang harus dikerjakan. Sudah terpikir oleh otakku bagaimana
lelahnya suasana besok. Di balik semua pemikiran itu, ada juga yang
mengganjal hatiku.
Aku belum punya celana hitam yang harus ku kenakan besok. Kebiasaan
yang membuatku selalu mengenakan jilbab dan sesekali baju potong
berstelkan rok panjang, membuatku tak memiliki stok celana panjang
sama sekali. Rasanya aku tidak ingin hadir saja besok. Sesuatu yang
membuatku berpikir keras ini, makin bertambah saat keluargaku dengan
berisik menyaksikan sinetron di ruang sebelah dengan Ayahku yang
menyetel tinju di ruang tamu di belakang jendela yang kini ku punggungi.
Aku lelah sekali. Aku ingin tinggal di sebuah tempat yang luas, yang bisa
memberiku sedikit ruang untuk bernapas, menyalurkan hasrat dan citacitaku. Melakukan hal yang ku sukai, mendendangkan musik tanpa
mengganggu orang lain. Hah! Semakin aku memohon semakin aku
merasa terlalu sempit ruang yang kini ku singgahi. Nyatanya, aku tidak
punya uang sepeser pun. Aku tidak punya uang sepeser pun untuk
membuktikan kepada keluargaku kalau aku bisa makan dari hobiku. Kalau
aku bisa menghasilkan uang dari mendendangkan musik kesayanganku.
Aku tidak berharga sama sekali, di dunia ini. Setidaknya di mataku dan di
mata kedua orangtuaku, jangan lupakan saudara-saudaraku.
Angin
jahil
menyapu
ujung
kerudungku,
membawanya
menutupi
wajahkku, seolah-olah tamparan pelan dari alam. Aku benci saat aku
berpikir aku tidak ada gunanya, dan mulai menyalahkan orang lain atas
hal yang terjadi padaku. Aku benci! Aku tertekan! Bahkan, tidak ada hal
yang cukup membuatku tersenyum malam ini. Seperti yang ku bilang,
Ibuku dan saudaraku tengah menikmati sinetron. Ayahku menyaksikan
tinju legendaris. Di seberang mataku, tetanggaku menyalakan televisi
dengan volume yang terlalu keras untuk didengarkan oleh telinga yang
normal. Agak jauh, ada juga yang menyetel lagu dangdut layaknya ia
tengah punya hajatan menikahkan anak kembarnya. Memuakkan!
Namun, dari semua hal yang terdengar di telingaku, ada satu yang hampir
tak tertangkap oleh indera pendengaranku. Sayup-sayup aku mendengar
petikan gitar. Iya! Itu benar, petikan gitar dan aku tahu lagu ini.
merindukanmu,
Sangat
merindukanmu.
Karena
aku
sangat
hanya
seperti
sebuah
kebiasaan.
Aku
hanya
menyebut
RETURN
Cerpen Karangan: Alifah Diyanah Fadhilah
Lolos moderasi pada: 12 February 2015
Tak peduli kau itu apa. Entah itu Vampire, Werewolves, Zombie atau yang
lainnya, aku tetap akan mencintaimu dan akan terus begitu sampai aku
mati nanti.
Aku tahu kau mencintaiku Hanna! Tapi aku tidak bisa! Kita ini berbeda,
kau tahu itu kan? Tapi mengapa kau masih memaksa untuk bersamaku?
Aku ini bukan manusia! Bahkan kau tahu betapa bahayanya jika kau
bersamaku! Bentakmu pada saat pertengkaran kita sore kemarin. Aku
tahu! Aku tahu! Aku tahu itu! Tapi kau tahu? Lebih menyakitkan jika tak
bersamamu! Mengertilah Kai! Mengertilah.. Setelah berkata seperti itu,
aku pun menanggis dan kau pergi meninggalkanku seorang diri di aula
Sekolah.
Keesokkan harinya setelah pertengkaran kita kemarin sore, kau tak
terlihat di sekolah maupun di rumahmu. Semua orang-orang terdekatmu
pun menghilang sama sepertimu. Aku takut kau pergi meninggalkanku
dan secara tidak langsung kau memaksaku untuk melupakanmu. Kau
dimana
Kai?
Ku
mohon
kembalilah.
Jangan
membuatku
semakin