Вы находитесь на странице: 1из 3

keluarga-sejahtera Kembangkan Fantasi Anak Lewat

Mendongeng
He-Man
Sat, 23 Jul 2005 15:02:43 -0700
Pikiran Rakyat , Minggu, 24 Juli 2005

Kembangkan Fantasi Anak Lewat Mendongeng

KENDATI sibuk dengan pekerjaan, Boediman Somali selalu menyempatkan diri


mendongeng kepada anak-anaknya. Hal yang juga dilakukan ayahnya ketika
pengusaha muda yang cukup sukses itu masih kecil.

"Kenangan indah masa kecil sampai hari ini masih terbayang. Saya ingin anak-
anak saya juga mempunyai kenangan seperti saya. Lagi pula mumpung mereka
masih mau diperlakukan seperti itu, sebentar lagi mereka akan menjadi dewasa
dan tidak ingin diperlakukan seperti itu lagi," tutur Boediman.

DONGENG, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti cerita yang tidak
benar-benar terjadi. Secara luas, mendongeng bisa diartikan sebagai
membacakan cerita atau mengomunikasikan cerita kepada anak. Entah itu cerita
nyata, tidak nyata, atau pengalaman orang tua. Jadi, bukan hanya
memperdengarkan cerita rakyat/ tradisional yang sering kita baca atau dengar di
kala masih kecil.

Lewat dongeng daya fantasi anak bisa berkembang sehat. Anak dibawa ke
sebuah dunia lain yang begitu luas, bisa diatur menurut kehendak mereka
sendiri. Ini adalah keuntungan utama dari sebuah dongeng bagi anak.

Lama-kelamaan, si kecil ingin juga belajar membaca "Seakan ia ingin


memperkuat cerita yang selama ini didengarnya. Toh, ia merasa sudah tahu
jalan ceritanya," Kata Andi Yudha Asfandiyar, General Manager Penerbit Anak
dan Remaja DAR! Mizan, saat ditemui di kediamannya.

Lewat cerita, secara tak langsung orang tua membantu anak menambah
perbendaharaan kata. Jika ada kalimat atau kata-kata yang susah, anak pasti
akan bertanya.

Setiap anak, kata Andi memerlukan pengembangan imajinasi. Tanpa itu akal
pikiran menjadi pasif atau buntu, mandeg dan tak terlatih untuk memecahkan
aneka ragam masalah.

"Dongeng juga bisa menjadi perantara sangat efektif untuk pendidikan. Baik
akhlaq, moral maupun ilmu-ilmu pengetahuan lain. Nilai-nilai yang diserap anak
dari sebuah dongeng akan sangat membekas pada nuraninya, berbeda dengan
bila ia hanya mendengarnya dari serangkaian nasehat dan teori," ujar Rachma
Fitriati, Office Manager Komnas Perlindungan Anak, saat di temui di ruang
kerjanya.

Anak juga akan belajar merasakan empati dari apa yang dialami tokoh cerita
idolanya. Biasanya, ia pun akan berimajinasi menjadi tokoh itu. Lewat dongeng,
hubungan anak dengan orang tua bisa terjalin lebih erat karena terjadi interaksi
yang begitu intens.

"Kasus bunuh diri anak di masyarakat akhir-akhir ini banyak diberitakan. Banyak
faktor yang harus dikaji lagi sebagai penyebabnya, namun kita melakukan
pendekatan melalui peningkatan jalinan komunikasi atau hubungan baik anak
dengan orang tua melalui kegiatan mendongeng," ujar Pipit, panggilan akrab
Rachma Fitriati.

"Gagasan itu pula yang melatar belakangi pencanangan Gerakan Nasional hari
ini, tentang 'Bercerita (mendongeng) pada Anak-anak' yang dilekatkan dalam
Hari Anak Nasional 2005, yang bertajuk Bergembira, Bernyanyi, dan
Mendongeng bersama Ibu Negara RI sebagai acara puncak acara HAN, 24 Juli
2005, di Dufan," kata ibu dua anak ini.

Hal serupa juga dikemukakan Dr. Seto Mulyadi, psikolog yang juga Ketua Komisi
Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), yang akrab dipanggil Kak Seto.
Menurutnya, mendongeng, dapat merangsang psikologis anak sehingga anak
terdorong untuk berpikir kreatif. "Selain itu, mendongeng dapat membentuk
perkembangan moral, karena dongeng mampu menanamkan super ego kepada
anak. Dongeng juga dapat mengembangkan khazanah bahasa pada anak,
sehingga kosa kata yang diterimanya semakin kaya," jelasnya.

Kekuatan dongeng terletak pada kemampuan memberi ruang kognitif, perasaan,


dan psikomotorik. Dongeng yang dibawakan oleh seorang ayah atau ibu akan
semakin menstimulasi perkembangan anak. Sebab, di dalamnya ada sentuhan
afektif yang tidak terdapat di dalam film-film animasi, buku, televisi, ataupun
video.

**

UMUR berapa anak sebaiknya diajak mendongeng? "Semakin dini, semakin


baik. Karena sebelum terlahir ke dunia pun sebenarnya anak sudah bisa diajak
berkomunikasi," ujar Ekorini Kuntowati, psikolog klinis yang kerap menangani
masalah keluarga.

Saat dikandung, lanjutnya, janin tidak hanya merespon sentuhan, ia juga bisa
mendengar apa yang diucapkan seseorang terhadap dirinya dan akan
merekamnya. Sejak trimester kedua kehamilan (mulai 4 bulan -red), fungsi
pendengaranlah yang pertamakali bisa anak manfaatkan untuk mengenal
lingkungan di sekitarnya.

"Dengan demikian, anak, walaupun belum lahir, sudah siap mendengarkan cerita
atau dongeng dari orang tuanya. Untuk mengoptimalkan fungsi pendengaran
dan berkomunikasi ini harus dibarengi dengan pendekatan afektip pada anak,"
ujar ibu dua anak ini.

Menurut Kak Seto, selain sudah dapat membedakan sikap dan perasaan ibu,
janin sudah bisa diajak berkomunikasi. Namun, suara dari luar tersaring perut ibu
yang berisi cairan. Karenanya suara ibu harus lebih keras, tapi bukan
membentak.

Untuk memperkuat suara bisa menggunakan alat bantu, misalnya tabung


berlubang atau gulungan kertas yang diarahkan ke perut. Atau dengan
berendam di bak berisi air hangat, dada dan leher dibawah air dengan dagu
sedikit terangkat dari permukaan air. Dinding kamar mandi dan suara air akan
memperbesar suara ibu.

Setelah tumbuh menjadi balita pun, kata Seto, dongeng bisa menjadi sarana
yang cukup ampuh untuk berkomunikasi dengan mereka.

"Tentunya kita tak memberi dongeng atau cerita yang utuh karena anak belum
mengerti. Cukup yang sederhana saja. Asalkan cerita tersampaikan dengan baik
dan sederhana," ujarnya.

***

Вам также может понравиться