Вы находитесь на странице: 1из 37

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional


yaitu metode yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan
variabel yang lain (Hadi, 2000). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui
sejauhmana hubungan antara religiusitas dengan penyesuaian perkawinan pada
dewasa dini muslim.

III.A. Identifikasi Variabel Penelitian


Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Variabel X : Religiusitas

Variabel Y : Penyesuaian Perkawinan

III.B. Defenisi Operasional Variabel penelitian


1. Religiusitas
Merupakan suatu keyakinan dan penghayatan akan ajaran agama yang
mengarahkan perilaku seseorang sesuai dengan ajaran yang dianutnya.
Religiusitas diukur dengan menggunakan skala religiusitas yang dirancang
sendiri oleh peneliti berdasarkan dimensi-dimensi religiusitas yang
dikemukakan oleh Suroso (2005), yaitu : dimensi keyakinan atau akidah
Islam, dimensi peribadatan (praktik agama) atau syariah, dimensi
pengamalan atau akhlak, dimensi pengetahuan atau Ilmu dan dimensi

Universitas Sumatera Utara

pengalaman atau penghayatan. Semakin tinggi skor yang diperoleh dari


skala religiusitas ini maka semakin tinggi religiusitas subjek. Semakin
rendah skor yang diperoleh dari skala religiusitas maka semakin rendah
religiusitas subjek.
2. Penyesuaian perkawinan
Merupakan proses membiasakan diri (beradaptasi) dengan situasi baru
sebagai suami istri untuk memenuhi harapan atau tujuan perkawinan dan
memecahkan konflik yang muncul dalam perkawinan. Penyesuaian
perkawinan diukur dengan skala yang dirancang sendiri oleh peneliti
berdasarkan lima kriteria keberhasilan penyesuaian perkawinan yang
dikemukakan oleh Hurlock (1999), yaitu : Kebahagiaan suami istri,
kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat,
kebersamaan, penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan, dan
penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan. Semakin tinggi skor
yang diperoleh subjek dari skala maka semakin baik penyesuaian
perkawinan subjek. Semakin rendah skor yang diperoleh subjek dari skala
maka semakin buruk penyesuaian perkawinan subjek.

III.C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel


III.C.1. Populasi dan sampel
Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi
dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu
sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini

adalah dewasa dini yang telah menikah selama minimal 4 bulan hingga maksimal
2 tahun, belum memiliki anak dan beragama Islam di kota Medan.
Dikarenakan keterbatasan peneliti untuk menjangkau seluruh populasi
maka peneliti hanya meneliti sebahagian dari populasi yang dijadikan sebagai
subjek penelitian yang lebih dikenal dengan nama sampel. Sampel adalah
sebahagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari
jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama
(Hadi, 2000). Dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 95 orang.
Adapun karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Pria dan wanita usia dewasa dini ( 18- 40 tahun)


Karena pada tahapan dewasa ini gaya hidup yang paling menonjol adalah
dalam bidang perkawinan dan peran orang tua (Hurlock, 1999)

Status Menikah

Usia perkawinan minimal 4 bulan hingga 2 tahun dan belum memiliki


anak
Menurut tahapan perkawinan Duvall, tahapan awal merupakan 0-2 tahun
dan memiliki anak. Minimal 4 bulan dikarenakan permulaan konflik dan
masalah-masalah penyesuaian adalah 4 bulan pertama.

Beragama Islam
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan perkawinan.
Di dalam Alquran dan hadis banyak menekankan tentang perkawinan.

III.C.2. Metode pengambilan sampel


Hadi (2000) mengemukakan bahwa metode pengambilan sampel adalah
cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan
prosedur tertentu, dalam jumlah sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili
populasi.
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah tehnik incidental
sampling. Hadi (2000) mengatakan bahwa incidental sampling adalah tekhnik
pengambilan sampel nonprobability dimana tidak semua populasi diberi peluang
yang sama untuk dijadikan sampel, hanya individu-individu atau kelompokkelompok yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja yang dijadikan
sampel penelitian.

III.C.3. Jumlah subjek penelitian


Jumlah total subjek yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 95
orang. Mengenai jumlah sampel tidak ada batasan mengenai berapa jumlah ideal
sampel penelitian. Menurut Azwar (2000), secara tradisional

statistika

menganggap bahwa jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup
banyak. Hadi (2000) menyatakan bahwa menetapkan jumlah sampel yang banyak
lebih baik daripada menetapkan jumlah sampel yang sedikit.

III.D. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan skala psikologi yang berbentuk skala likert dengan
beberapa pilihan, yaitu dengan cara menyebarkan skala yang berisi daftar
pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga subjek
penelitian dapat mengisi dengan mudah (Azwar, 2000).
Hadi (2000) mengemukakan bahwa skala psikologis mendasarkan diri
pada laporan-laporan pribadi (self report). Selain itu skala psikologis memiliki
kelebihan dengan asumsi sebagai berikut :
1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.
2. Apa yang dikatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya
3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sama dengan
apa yang dimaksud peneliti.
Dalam penelitian ini menggunakan dua buah skala psikologi yaitu skala
religiusitas dan skala penyesuaian perkawinan.

III.D.1. Skala religiusitas


Skala ini disusun berdasarkan lima dimensi yang dikemukakan oleh
Suroso (dalam Ancok, 2005), yaitu : dimensi keyakinan atau akidah Islam,
dimensi peribadatan (praktik agama) atau syariah, dimensi pengamalan atau
akhlak, dimensi pengetahuan atau Ilmu dan dimensi pengalaman atau
penghayatan.

Skala religiusitas terdiri dari 2 (dua) bagian. Skala religiusitas bagian I


diisi oleh dimensi keyakinan atau akidah Islam, dimensi peribadatan (praktik
agama) atau syariah, dimensi pengamalan atau akhlak, dan dimensi pengalaman
atau penghayatan. Skala ini disebut sebagai skala relligiusitas bagian I. Skala
religiusitas bagian I terdiri dari sekumpulan pernyataan yang bersifat unfavorable
dan favorable dan disajikan dalam bentuk skala likert dengan empat pilihan
jawaban yaitu : Sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat
Tidak Sesuai (STS). Pemberian skor untuk skala ini dapat dilihat pada tabel 1.
sedangkan Blue print skala religiusitas bagian I dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 1
Bobot nilai pernyataan skala religiusitas
Bobot nilai
Favorable
Unfavorable

STS
1
4

TS
2
3

S
3
2

SS
4
1

Tabel 2
Blue print skala religiusitas I sebelum Ujicoba
No
Dimensi Religiusitas
1. Dimensi keyakinan (Akidah Islam)
2.
3.
4.

Item favorable item unfavorable


1,7,16,20,27,33, 2,5,14,21,35,43,4
38,42
8,59
Dimensi peribadatan (Syariah)
3,15,22,28,34,3 8,13,23,17,29,44,
9,49,56
50,63
Dimensi pengamalan (Akhlak)
11,19,25,31,
10,26,32,37,
41,52,57,61
40,53,58,62
Dimensi pengalaman (Penghayatan) 4,9,24,36,45,55, 6,12,18,30,46,47,
60,64
51,54
32
32
TOTAL
Skala religiusitas bagian II digunakan untuk mengukur dimensi ilmu

pengetahuan keagaamaan subjek. Skala religiusitas bagian II ini terdiri dari


sejumlah pertanyaan yang disajikan dalam bentuk pertanyaan dengan bentuk

Total
14
14
14
14
64

pilihan ganda dengan 4 alternatif pilihan jawaban. Nilai dari jawaban yang
diberikan adalah 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah.
Jumlah jawaban yang benar dari subjek menunjukkan tingkat pengetahuan agama
yang dimiliki subjek. Skala religiusitas bagian II ini berjumlah 25 pertanyaan.
Skala religiusitas bagian I dan II berbeda dalam bentuk, cara pemberian
skor dan pengujian validitas dan reliabilitas, namun dalam

penyajiannya

dilakukan secara bersamaan kepada subjek penelitian. Blue print skala religiusitas
bagian II dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3
Blue print skala Religiusitas II sebelum Ujicoba
NO
1.
2.
3.
4.

Aspek-aspek Dimensi Pengetahuan


Isi Alquran
Rukun Iman
Rukun Islam
Hukum-hukum Islam

5.

Sejarah Islam
Jumlah

Aitem
1,2,8,9
3,4,5,10,11,12,13
6,7,14,15,22,23
16,17,21,24,25

Jumlah
4
7
6
5

18,19,20

3
25

III.D.2. Skala penyesuaian perkawinan


Alat ukur yang digunakan untuk mengukur penyesuaian perkawinan
adalah skala yang disusun berdasarkan kriteria keberhasilan penyesuaian
perkawinan yang dikemukakan oleh Hurlock (1999), yaitu : kebahagiaan suami
istri,hubungan yang baik antara anak dan orang tua, penyesuaian yang baik dari
anak-anak, kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat,
kebersamaan, penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan dan penyesuaian
yang baik dari pihak keluarga pasangan. Dari tujuh kriteria yang dikemukakan

oleh Hurlock, hanya lima kriteria yang digunakan dalam skala penyesuaian
perkawinan. Skala disusun berdasarkan kriteria : kebahagiaan suami istri,
kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat, kebersamaan,
penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan dan penyesuaian yang baik dari
pihak keluarga pasangan.
Skala sikap yang digunakan dalam mengukur penyesuaian perkawinan ini
menggunakan skala likert yang berjumlah 70 item yang terdiri dari item favorable
dan unfavorable, dengan menggunakan empat pilihan jawaban yaitu : Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Pemberian skor untuk skala ini dapat dilihat pada tabel 4, sedangkan Blue print
skala dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 4
Bobot nilai pernyataan skala penyesuaian perkawinan
Bobot nilai
Favorable
Unfavorable

STS
1
4

TS
2
3

S
3
2

SS
4
1

Tabel 5
Blue print skala penyesuaian perkawinan sebelum Ujicoba
No
1.
2.
3.
4.
5.

Kriteria keberhasilan
penyesuaian perkawinan
Kebahagiaan suami istri

Item favorable item unfavorable

1,12,17,26,43,
59,63
Kemampuan untuk memperoleh 2,18,25,60,44,
54,60
kepuasan dari perbedaan pendapat
kebersamaan
8,21,27,31,50,
55,69
4,9,22,37,41,46,
Penyesuaian yang baik dalam
52
masalah keuangan
5,11,16,33,38,
Penyesuaian yang baik dari pihak
53,62
keluarga pasangan
35
TOTAL

6,14,19,24,34,39,
48
7,13,20,36,40,49,
68
3,35,42,45,51,56,
64
10,15,28,32,57,66
,70
23,29,47,58,61,65
,67
35

Total
14
14
14
14
14
70

III.E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur


III.E.1. Validitas alat ukur
Validitas adalah ukuran mengenai seberapa cermat suatu alat tes
melakukan fungsi ukurnya, artinya alat ukur memang mengukur apa yang
dimaksudkan untuk diukur. Suatu alat tes atau instrumen pengukuran dapat
dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut (Azwar,2000).
Validitas skala religiusitas dan penyesuaian perkawinan dicapai dengan
cara validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukkan sejauhmana itemitem dalam tes mencakup keseluiruhan kawasan isi yang hendak diukur.
Pengertian ini mencakup keseluruhan kawasan isi tidak saja berarti tes itu harus
komprehensif akan tetapi isinya harus pula tetap relevan dan tidak keluar dari
batasan tujuan pengukuran. Pengujian validitas isi ini tidak menggunakan
komputasi statistik
Sebelum melakukan penyusunan alat ukur, peneliti menentukan terlebih
dahulu kawasan isi dari religiusitas dan penyesuaian perkawinan. Kemudian
peneliti akan membuat item-item yang bertujuan untuk mengungkap kawasan isi
tersebut. Selanjutnya peneliti melakukan pengujian validitas isi dengan melakukan
analisis rasional atau profesional judgement, dimana dalam hal ini adalah dosen
pembimbing peneliti sendiri.

III.E.2. Reliabilitas alat ukur


Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat
ukur yang bersangkutan, bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang
berbeda (Hadi,2000). Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien
reliabilitas merupakan indikator konsisitensi atau alat kepercayaan hasil ukur,
yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar,2000).
Uji reliabilitas untuk skala religiusitas dan penyesuaian perkawinan ini
menggunakan pendekatan konsistensi internal hanya diperlukan satu kali dalam
pengukuran pada sekelompok subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis
dan berefesiensi tinggi (Azwar, 2000). Formula reliabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah formula alpha dari Cronbach

melalui bantuan SPSS versi

12.0. Pengujian reliabilitas ini akan menghasilkan reliabilitas dari skala


religiusitas dan penyesuaian perkawinan.

III.E.3. Hasil ujicoba alat ukur penelitian


III.E.3.a. Hasil ujicoba alat ukur religiusitas
Ujicoba skala religiusitas bagian I diujicobakan pada 50 orang dewasa
dini di kota Medan yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Hasil uji
coba skala religiusitas bagian I menunjukkan bahwa alat ukur valid dan reliabel,
dimana nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,920 dengan kisaran nilai
corrected item total correlation yang dimulai dari -0,192 0,665.
Jumlah aitem yang baik setelah dilakukan uji coba adalah sebanyak 50
aitem dengan koefisien korelasi rix minimal 0,30. Azwar (2000) menyatakan

bahwa semua aitem yang mencapai koefisien minimal 0,30 daya pembedanya
dianggap memuaskan. Penyusun tes boleh menentukan sendiri batasan daya
diskriminasi aitemnya dengan mempertimbangkan isi dan tujuan skala yang
disusun.
Berdasarkan hasil uji coba aitem-aitem skala religiusitas bagian I maka
aitem-aitem dalam skala religiusitas bagian I yang digunakan dalam penelitian
adalah aitem-aitem yang memiliki daya diskriminasi tertinggi dari masing-masing
dimensi religiusitas dan aitem-aitem ini disusun dengan jumlah yang proporsional
dalam masing-masing dimensinya. Maka dari 50 aitem yang memiliki indeks
diskriminasi sama dengan atau lebih besar dari 0,30, hanya 32 aitem yang
dijadikan alat ukur. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan jumlah aitem yang
dibutuhkan untuk menjadi alat ukur sudah mencukupi dan untuk menghindari
munculnya rasa bosan dan lelah pada diri subjek penelitian dengan jumlah aitem
yang terlalu banyak.
Distribusi aitem yang digunakan pada skala religiusitas bagian I dapat
dilihat pada tabel
Tabel 6
Blue print skala religiusitas I setelah Ujicoba
No
1.
2.
3.
4.

Dimensi Religiusitas
Dimensi keyakinan (Akidah Islam)
Dimensi peribadatan (Syariah)
Dimensi pengamalan (Akhlak)
Dimensi pengalaman (Penghayatan)
TOTAL

Item favorable item unfavorable


16,27,38,42
2,5, 43, 48
3, 39,49,56
23,44,50,63
31,41,57,61
10,37,40,58
24,45,55,60
6,12,18,47
16
16

Sebelum skala digunakan untuk penelitian, maka terlebih dahulu aitem


disusun kembali seperti pada tabel ...

Total
8
8
8
8
32

Tabel 7
Blue print Skala religiusitas I untuk penelitian
No
1.
2.
3.
4.

Dimensi Religiusitas
Dimensi keyakinan (Akidah Islam)
Dimensi peribadatan (Syariah)
Dimensi pengamalan (Akhlak)
Dimensi pengalaman (Penghayatan)
TOTAL

Item favorable item unfavorable


5,10,14,18
2,4,19,23
1,15,24,27
11,20,25,32
12,17,28,31
6,13,16,29
8,21,26,30
3,7,9,22
16
16

Ujicoba skala religiusitas bagian II dilakukan terhadap 50 orang dewasa


dini yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Hasil uji coba skala
religiusitas bagian II menunjukkan bahwa alat ukur valid dan reliabel, dimana
nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,806 dengan kisaran nilai corrected item
total correlation yang bergerak dari -0,180 0,753.
Jumlah aitem yang baik setelah dilakukan uji coba adalah sebanyak 13
aitem dengan koefisien korelasi rix minimal 0,30. Azwar (2000) menyatakan
bahwa semua aitem yang mencapai koefisien minimal 0,30 daya pembedanya
dianggap memuaskan.
Distribusi aitem yang digunakan pada skala religiusitas bagian II dapat
dilihat pada tabel
Tabel 8
Blue print Skala religiusitas II setelah uji coba
NO
1.
2.
3.
4.

Aspek-aspek Dimensi Pengetahuan


Isi Alquran
Rukun Iman
Rukun Islam
Hukum-hukum Islam

5.

Sejarah Islam
Jumlah

Aitem
1, 8
4, 5, 10, 11
6, 7 ,14 ,22
21 ,24

Jumlah
2
4
4
2

19

1
13

Total
8
8
8
8
32

Sebelum skala digunakan untuk penelitian, maka terlebih dahulu aitem


disusun kembali seperti pada tabel ...
Tabel 9
Blue print Skala religiusitas II untuk penelitian
NO
1.
2.
3.
4.

Aspek-aspek Dimensi Pengetahuan


Isi Alquran
Rukun Iman
Rukun Islam
Hukum-hukum Islam

5.

Sejarah Islam

Aitem
1,6
2,3,7,8
4,5,9,12
11,13

Jumlah
2
4
4
2

10

1
13

Jumlah
III.E.3.b. Hasil ujicoba alat ukur penyesuaian perkawinan

Ujicoba skala penyesuaian perkawinan dilakukan pada 50 orang dewasa


dini di kota Medan yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Hasil uji
coba skala penyesuaian perkawinan menunjukkan bahwa alat ukur valid dan
reliabel, dimana nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,957 dengan kisaran
nilai corrected item total correlation yang dimulai dari -0, 386 0,772.
Jumlah aitem yang baik setelah dilakukan uji coba adalah sebanyak 64
aitem dengan koefisien korelasi rix minimal 0,30. Azwar (2000) menyatakan
bahwa semua aitem yang mencapai koefisien minimal 0,30 daya pembedanya
dianggap memuaskan. Penyusun tes boleh menentukan sendiri batasan daya
diskriminasi aitemnya dengan mempertimbangkan isi dan tujuan skala yang
disusun.
Berdasarkan hasil uji coba aitem-aitem skala penyesuaian perkawinan
maka aitem-aitem dalam skala penyesuaian perkawinan yang digunakan dalam
penelitian adalah aitem-aitem yang memiliki daya diskriminasi tertinggi dari

setiap kriteria keberhasilan penyesuaian perkawinan dan aitem-aitem ini disusun


secara proporsional jumlahnya. Maka dari 64 aitem yang memiliki indeks
diskriminasi sama dengan atau lebih besar dari 0,30, hanya 40 aitem yang
dijadikan alat ukur.
Distribusi aitem yang digunakan pada skala penyesuaian perkawinan dapat
dilihat pada tabel
Tabel 10
Blue print Skala penyesuaian perkawinan setelah uji coba
No
1.
2.
3.
4.
5.

Kriteria keberhasilan
penyesuaian perkawinan
Kebahagiaan suami istri
Kemampuan untuk memperoleh
kepuasan dari perbedaan pendapat
kebersamaan
Penyesuaian yang baik dalam
masalah keuangan
Penyesuaian yang baik dari pihak
keluarga pasangan
TOTAL

Item favorable item unfavorable

Total

1, 17, 43,63
25,44, 54,60

6,19,39,48
7,36,40,49

8
8

8,21,50, 55
4,22,37,52

3,35,42,51
10, 28,66,70

8
8

5,11, 33,67

29, 47,53, 58

20

20

40

Sebelum skala digunakan untuk penelitian, maka terlebih dahulu aitem


disusun kembali seperti pada tabel ...
Tabel 11
Blue print Skala penyesuaian perkawinan untuk penelitian
No
1.
2.
3.
4.
5.

Kriteria keberhasilan
penyesuaian perkawinan
Kebahagiaan suami istri
Kemampuan untuk memperoleh
kepuasan dari perbedaan pendapat
kebersamaan
Penyesuaian yang baik dalam
masalah keuangan
Penyesuaian yang baik dari pihak
keluarga pasangan
TOTAL

Item favorable item unfavorable

Total

1,10, 24,37
14,25, 33,36

5,11,21,27
6,19,22,28

8
8

7,12,29,34
3,13,20,31

2,18,23,30
8,15,38,40

8
8

4,9,17,39

16,26,32,35

20

20

40

III.F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian


III.F.1. Tahap persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Pembuatan alat ukur
Alat ukur yang terdiri skala religiusitas yang disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan dimensi-dimensi religiusitas agama Islam yang dikemukakan
oleh Suroso (2005) dan skala penyesuaian perkawinan yang peneliti susun
berdasarkan

kriteria

keberhasilan

penyesuaian

perkawinan

yang

dikemukakan oleh Hurlock (1999). Skala religiusitas terdiri dari dua


bagian, skala religiusitas bagian I terdiri dari 32 aitem dan skala
religiusitas bagian II terdiri dari 13 aitem pertanyaan. Sedangkan untuk
skala penyesuaian perkawinan ada sebanyak 40 aitem. Skala dibuat dalam
bentuk buku ukuran setengah folio dimana disamping pernyataan telah
disediakan tempat untuk menjawab sehingga memudahkan subjek dalam
memberikan jawaban.
2. Uji coba alat ukur
Uji coba alat ukur dilakukan ppada tanggal 2 Oktober 2007 hingga 24
Oktober 2007 terhadap 50 orang usia dewasa dini di kota Medan yang
sesuai dengan karakteristik populasi. Azwar (2000) menyatakan ukuran
banyaknya sampel untuk uji coba harus diperoleh dari subjek dalam
jumlah yang banyak, agar dapat diperoleh skor-skor yang variasinya
menyebar secara normal atau mengikuti distribusi normal. Hadi (2000)
menyatakan besarnya minimal 30 bisa disebut sebagai sampel besar dan

pada sampel besar yang kebanyakan distribusi sampling statistiknya


mendekati distribusi normal.
Setiap subjek yang diikutsertakan dalam uji coba alat ukur menerima tiga
buah alat ukur yang berisi 64 aitem skala religiusitas I, 25 aitem untuk
skala religiusitas II dan 70 aitem untuk skala penyesuaian perkawinan.
3. Revisi alat ukur
Setelah uji coba alat ukur maka peneliti selanjutnya menguji reliabilitas
skala dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 12.0.
Hasil ujicoba skala religiusitas I menunjukkan koefisien reliabilitas alpha
sebesar 0,920 dengan 50 aitem yang sahih. Hal ini berarti dari 64 aitem
pada skala religiusitas I maka terdapat 50 aitem yang dapat digunakan
untuk membedakan antara individu yang memiliki atribut yang ingin
diukur dengan individu yang tidak memiliki atribut yang ingin diukur.
Namun dari 50 aitem yang sahih tersebut hanya 32 aitem yang akan
digunakan dalam penelitian. Untuk hasil ujicoba skala religiusitas II
menunjukkan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,806 dengan jumlah
aitem yang sahih sebanyak 13 aitem dari 25 aitem.
Sedangkan untuk ujicoba skala penyesuaian perkawinan menunjukkan
koefisien korelasi reliabilitas alpha sebesar 0,957 dengan jumlah aitem
yang sahih sebanyak 64 aitem dari 70 aitem. Namun dari 64 aitem yang
sahih tersebut hanya 40 aitem yang akan digunakan dalam penelitian.
Setelah diperoleh aitem-aitem yang memenuhi, kemudian

peneliti

menyusun aitem-aitem tersebut untuk dijadikan skala bentuk buku ukuran


setengah folio. Skala ini yang digunakan dalam penelitian.

III.F.2. Tahap pelaksanaan penelitian


Setelah diujicobakan, maka selanjutnya peneliti akan melakukan
pengambilan data dengan memberikan alat ukur berupa skala religiusitas dan
skala penyesuaian perkawinan pada sejumlah sampel. Pengambilan sampel
penelitian dilakukan dengan menggunakan tekhnik incidental sampling.
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 21 November 2007 hingga
10 Desember 2007. Pengambilan data dilakukan terhadap 95 Orang usia dewasa
dini di kota Medan yang sesuai dengan karakteristik populasi.

III.G. Metode Analisa Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dengan
menggunakan analisa statistika. Pertimbangan penggunaan analisa ini adalah
(Hadi, 2000) :
1. Statistik bekerja dengan angka
2. Statistik bersifat objektif
3. Statistik bersifat universal dalam arti dapat digunakan dalam hampir semua
bidang penelitian.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara religiusitas dengan
penyesuaian perkawinan pada dewasa dini muslim, maka analisa data yang
digunakan adalah korelasi pearson product moment. Alasan peneliti menggunakan

analisa ini karena korelasi pearson product moment dipakai untuk melukiskan
hubungan antara dua gejala dengan skala interval (Hadi, 2000).
Sebelum dilakukan analisa data, maka terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi penelitian yang meliputi :
1. Uji normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua
variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov.
2. Uji linieritas
Uji linieritas ini digunakan untuk mengetahui apakah data distribusi
penelitian yaitu variabel bebas (religiusitas) dan variabel tergantung
(penyesuaian perkawinan) memiliki hubungan linier. Uji linearitas
dilakukan menggunakan tekhnik interactive graph yang menghasilkan
diagram pencar (scatter plot). Penelitian ini menggunakan diagram pencar
dengan bantuan komputer karena efektif dalam hal waktu dan tenaga.

BAB IV
ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran hsil penelitian sesuai
dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali mengenai gambaran umum
subjek penelitian yang akan dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi data
penelitian serta hasil penelitian.

IV.A. Gambaran Subjek Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah pria dan wanita usia dewasa dini (1840 tahun) di kota Medan yang telah menikah selama minimal 4 bulan hingga
maksimal 2 tahun, belum memiliki anak dan beragama Islam. Total keseluruhan
subjek penelitian berjumlah 95 orang. Berdasarkan hal tersebut diperoleh
gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan penghasilan.

IV.A.1. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin


Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat
pada tabel 12.
Tabel 12
Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
perempuan
Total

Jumlah
44 Orang
51 Orang
95 Orang

Persentase
46 %
54 %
100%

Berdasarkan tabel . diatas dapat dilihat bahwa subjek penelitian


terbanyak adalah subjek yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 51 Orang
(54 %), sedangkan yang paling sedikit adalah subjek yang berjenis kelamin Lakilaki sebanyak 44 Orang (46 %).

IV.A.2. Gambaran subjek penelitian berdasarkan penghasilan


Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel.
Tabel 14
Penyebaran Subjek Berdasarkan penghasilan
Usia
<500 ribu
500 ribu 1 juta
1 2 juta
> 2 juta
Total

Jumlah
15 Orang
40 Orang
33 Orang
7 Orang
95 orang

Persentase
16 %
42 %
35 %
7%
100%

Berdasarkan data pada Tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah


subjek penelitian terbanyak adalah subjek dengan penghasilan 500 ribu 1 juta
sebanyak 40 orang (42 %),diikuti dengan subjek dengan penghasilan 1 2 juta
sebanyak 33 orang (35 %), kemudian subjek dengan penghasilan < 500 ribu
sebanyak 15 orang (16 %), dan jumlah yang paling sedikit dengan penghasilan > 2
juta sebanyak 7 orang (7 %).

IV.B. Hasil Penelitian


Sebelum dilakukan uji asumsi dan uji hipotesa, data skor yang diperoleh
subjek penelitian terlebih dahulu dirubah dalam bentuk Z skor. Hal ini dilakukan
karena adanya perbedaan metrik (jenis pengukuran) antara data skala religiusitas

I, skala religiusitas II dan skala penyesuaian perkawinan, dimana skala religiusitas


I berbentuk skala Likert dengan empat alternatif jawaban, skala religiusitas II
berbentuk skala dikotomi dengan empat alternatif jawaban dan skala penyesuaian
perkawinan yang berbentuk skala Likert dengan empat alternatif jawaban.

IV.B.1. Hasil uji asumsi penelitian


Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara
religiusitas dengan penyesuaian perkawinan pada dewasa dini muslim. Oleh
karena itu sebelum analisa data dilakukan, ada beberapa syarat yang harus
dilakukan terlebih dahulu yaitu uji asumsi normalitas sebaran pada kedua variabel
penelitian baik itu variabel religiusitas maupun variabel penyesuian perkawinan.
Selain itu juga dilakukan uji linieritas untuk mengetahui bentuk hubungan antara
masing-masing variabel.

IV.B.1.a. Uji normalitas sebaran


Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data
penelitian pada setiap variabel telah menybar secara normal. Penelitian ini
menggunakan tekhnik kolmogorov-smirnov yang menunjukkan sebaran normal
dari variabel religiusitas dan penyesuaian perkawinan. Data dikatakan terdistribusi
normal jika harga p > 0,05.

Tabel 15
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N
Normal
Parameters(a,b)

penyesuaianperka
winan
95

religiusitas
95

,00

,00

Std. Deviation
Absolute

1,000

1,534

,076

,062

Positive
Negative

,076
-,047
,745
,635

,062
-,052
,600
,864

Mean

Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Berdasarkan tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa :


a. Skor variabel religiusitas menunjukkan nilai Z = 0,600 dan nilai
probabilitas (Asymp.Sig. (2-tailed)) p = 0,864 yang berada diatas 0,05
yang menunjukkan sebaran normal.
b. Skor

variabel

penyesuaian

Perkawinan

menunjukkan

nilai

Z = 0,745 dan nilai probabilitas (Asymp.Sig. (2-tailed)) p = 0,635 yang


berada diatas 0,05 yang menunjukkan sebaran normal.

IV.B.1.b. Uji linieritas hubungan


Uji Linieritas digunakan untuk mengetahui apakah variabel religiusitas
dan penyesuaian perkawinan memiliki hubungan yang linier. Uji linieritas
dilakukan dengan menggunakan interactive graph yang menghasilkan diagram
pencar (scatterplot) dengan menggunakan bantuan SPSS versi 12.00. Dari
diagram ini menunjukkan bahwa variabel religiusitas dan penyesuaian perkawinan

memiliki hubungan yang linier. Hasil uji linieritas antara variabel religiusitas
dengan penyesuaian perkawinan dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1
Scatterplot Hubungan Religiusitas dan Penyesuaian Perkawinan

penyesuaianperkawin an

Linear Regression

penyesuaianp erkawi nan


= 0,00 + 0, 27 * religi usitas

R-Square = 0,18

-1

-2

-2

religiusita s

IV.B.2. Kategorisasi data penelitian


Berdasarkan data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang
mengacu pada kriteria kategorisasi. Kategorisasai ini berdasarkan asumsi bahwa
skor subjek penelitian dalam populasinya terdistribusi secara normal. Skor yang
diperoleh subjek dikelompokkan kedalam beberapa kategori. Untuk skor skala
religiusitas, skor yang diperoleh subjek dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu
tinggi, sedang dan rendah. Untuk skor skala penyesuaian perkawinan, skor yang
diperoleh juga dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu baik, sedang dan buruk.

IV.B.2.a. Kategorisasi skor religiusitas


Deskripsi skor religiusitas dari hasil penelitian ini dapat dilihat

pada

tabel
Tabel 17
Deskripsi skor Skala Religiusitas
Variabel
Religiusitas

Min
-3

Maks
3

Mean
0

SD
1,53

Berdasarkan rata-rata empirik skala religiusitas sebesar 0 dan standar


deviasi sebesar 1,53 maka kriteria skor religiusitas yang digunakan dalam
penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga) kategori yakni tinggi, sedang dan rendah
(Azwar,2000), dengan rumusan sebagai berikut :
Tinggi

: Mean + 1 SD X

Sedang

: Mean 1 SD X < Mean + 1 SD

Rendah

: X < Mean 1 SD

Gambaran kategorisasi skor religiusitas dapat dilihat pada tabel ,,


Tabel 18
Kategorisasi Variabel Religiusitas
Variabel
Religiusitas

kategori

Rentang nilai

Tinggi
Sedang
Rendah
Total

X 1,53
-1,53 X < 1,53
-1,53 < X

Jumlah
subjek (N)
19 Orang
57 Orang
19 Orang
95 Orang

Persentase
(%)
20 %
60 %
20 %
100 %

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa 19 orang (20 %)


subjek penelitian memiliki religiusitas yang rendah, 19 orang (20 %) memiliki
religiusitas yang tinggi dan 57 orang (60 %) memiliki religiusitas yang sedang.

IV.B.2.b. Kategorisasi skor penyesuaian perkawinan


Deskripsi skor penyesuaian perkawinan dari hasil penelitian ini dapat
dilihat pada tabel
Tabel 19
Deskripsi skor Skala penyesuaian perkawinan
Variabel
Religiusitas

Min
-3

Maks
2

Mean
0

SD
1

Berdasarkan rata-rata empirik skala penyesuaian perkawinan sebesar 0 dan


standar deviasi sebesar 1 maka kriteria skor penyesuaian perkawinan yang
digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga) kategori yakni baik, sedang
dan buruk (Azwar,2000). Semakin tinggi skor penyesuaian perkawinan berarti
semakin baik penyesuaian perkawinan yang dilakukan oleh subjek dan semakin
rendah skor penyesuaian perkawinan berarti semakin buruk penyesuaian
perkawinan yang dilakukan oleh subjek dengan rumusan sebagai berikut:
Tinggi

(Baik)

: Mean + 1 SD X

Sedang

: Mean 1 SD X < Mean + 1 SD

Rendah (Buruk)

: X < Mean 1 SD

Gambaran kategorisasi skor penyesuaian perkawinan dapat dilihat

pada

tabel
Tabel 20
Kategorisasi Variabel Penyesuaian Perkawinan
Variabel

kategori

Rentang nilai

Penyesuaian
perkawinan

Baik
Sedang
Buruk
Total

X 1,0
-1,0 X < 1,0
-1,0 < X

Jumlah
subjek (N)
15 Orang
66 Orang
14 Orang
95 Orang

Persentase
(%)
16 %
69 %
15 %
100 %

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa 14 orang (15 %)


subjek penelitian memiliki penyesuaian perkawinan yang buruk, 15 orang (16 %)
memiliki penyesuaian perkawinan yang baik dan 66 orang (69 %) memiliki
penyesuaian perkawinan yang sedang.

IV.B.3. Hasil uji hipotesa


Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini serta landasan teori yang telah
dikemukakan pada Bab I dan Bab II, hipotesa penelitian ini adalah
ada hubungan positif antara religiusitas dengan penyesuaian perkawinan pada
dewasa dini.
Hipotesa statistik dalam penelitian ini, yaitu :
1. Ho (Hipotesa nol) : >0, artinya tidak ada hubungan positif antara
religiusitas dengan penyesuaian perkawinan pada dewasa dini muslim.
2. Ha (Hipotesa alternatif) : <0, artinya ada hubungan positif antara
religiusitas dengan penyesuaian perkawinan pada dewasa dini muslim.
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Pearson Product Moment,
diperoleh nilai rxy =0,421 dengan nilai p = 0,000, yang berarti Ho ditolak sehingga
konsekuensinya Ha diterima. Dengan diterimanya Ha, maka hipotesa yang
digunakan dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
ada hubungan positif antara religiusitas dengan penyesuaian perkawinan pada
dewasa dini muslim. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16
Hubungan antara Religiusitas dengan Penyesuaian perkawinan
Correlations

religiusitas
religiusitas
Pearson Correlation
1
Sig. (1-tailed)
.
N
95
penyesuaianperkawin Pearson Correlation
,421(**)
an
Sig. (1-tailed)
,000
N
95
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

penyesuaian
perkawinan
,421(**)
,000
95
1
.
95

Hubungan positif yang signifikan berarti bahwa semakin tinggi religiusitas


pada dewasa dini muslim maka semakin baik penyesuaian perkawinan yang
dilakukan subjek dan sebaliknya semakin rendah religiusitas pada dewasa dini
muslim maka semakin buruk penyesuaian perkawinan yang dilakukan subjek.

IV.C. Hasil Tambahan Penelitian


IV.C.1. Penyesuaian perkawinan ditinjau dari jenis kelamin
Penyesuaian perkawinan ditinjau dari jenis kelamin subjek penelitian
dapat dilihat pada tabel.
Tabel 21
Penyesuaian perkawinan ditinjau dari jenis kelamin
variabel
Usia
Penyesuaian Laki-laki
perkawinan perempuan

N
44
51

Mean
0,00
0,00

F
0,063

Sig.
0,989

Berdasarkan

hasil pengujian independent sample t-test diperoleh nilai

F = 0, 063 dengan nilai p = 0,989 (p> 0,05). Ini berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan penyesuaian perkawinan pada laki-laki dan perempuan.

IV.C.2. Penyesuaian perkawinan ditinjau dari penghasilan


Penyesuaian perkawinan ditinjau dari penghasilan subjek penelitian dapat
dilihat pada tabel.
Tabel 23
Penyesuaian perkawinan ditinjau dari penghasilan
variabel
Penyesuaian
perkawinan

Usia
< 500 ribu
500 ribu 1
juta
1- 2 juta
> 2 juta

N
15
40
33
7

Mean
-0,36
-0,16
0,33
0,14

Sig.

2,362

0,076

Berdasarkan tabel. diatas, sesuai dengan hasil pengujian anova,


diperoleh nilai F = 2,362 dengan p sebesar 0,076 (P > 0,05). Ini berarti tidak ada
perbedaan penyesuaian perkawinan ditinjau dari penghasilan.

BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Bab terakhir ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian,
diskusi mengenai hasil penelitian serta saran yang dapat diberikan dari hasil
penelitian ini.

V.A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dari data penelitian, maka
dapat ditarik sejumlah kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan positif dan signifikan antara religiusitas dengan
penyesuaian perkawinan pada dewasa dini muslim dengan nilai korelasi
(rxy) sebesar 0,421 dengan nilai p = 0,000, yang berarti bahwa semakin
tinggi religiusitas pada dewasa dini muslim maka semakin baik
penyesuaian perkawinan yang dilakukan dan sebaliknya semakin rendah
religiusitas pada dewasa dini muslim maka semakin buruk penyesuaian
perkawinan yang dilakukan.
2. Sumbangan efektif dari variabel religiusitas terhadap penyesuaian
perkawinan pada dewasa dini muslim adalah sebesar 18 %. Hal ini terlihat
dari nilai R-Square yang diperoleh dari hubungan religiusitas dengan
penyesuaian perkawinan adalah sebesar 0,18.

3. Berdasarkan data empirik, skor total variabel religiusitas menghasilkan


tiga kategorisasi yaitu tinggi, sedang dan rendah dimana religiusitas yang
dimiliki oleh subjek penelitian tergolong sedang.
4. Berdasarkan data empirik, skor total variabel penyesuaian perkawinan
menghasilkan tiga kategorisasi yaitu baik, sedang dan buruk, dimana
penyesuaian perkawinan yang dilakukan subjek penelitian didalam
perkawinannya tergolong sedang.
5. Penyesuaian perkawinan ditinjau dari jenis kelamin, melalui pengujian
independent sample t-test, diperoleh nilai F = 0,063 dengan nilai p = 0,989
(p>0,05). Ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan penyesuaian
perkawinan pada laki-laki dan perempuan
6. Penyesuaian perkawinan ditinjau dari penghasilan sesuai dengan hasil
pengujian anova, diperoleh nilai F = 2,362 dengan p sebesar 0,076
(P> 0,05). Ini berarti tidak ada perbedaan penyesuaian perkawinan ditinjau
dari penghasilan.

V.B. DISKUSI
Hasil dari penelitian ini mendukung hipotesa yang diajukan oleh peneliti,
yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara religiusitas dengan
penyesuaian perkawinan pada dewasa dini muslim. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai korelasi (rxy) sebesar 0,421 dengan p < 0,01, yang berarti bahwa semakin
tinggi religiusitas pada dewasa dini muslim maka semakin baik penyesuaian
perkawinan yang dilakukan dan sebaliknya semakin rendah religiusitas pada

dewasa dini muslim maka semakin buruk penyesuaian perkawinan yang


dilakukan.
Landis dan Landis (dalam Wahyuningsih,2002) mengemukakan bahwa
religiusitas memiliki peranan dalam perkawinan, termasuk dalam penyesuaian
perkawinan. Hal ini dikarenakan religiusitas dapat mempengaruhi pola pikir dan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam menjalani kehidupan
perkawinan. Dengan demikian, hasil yang diperoleh sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Landis dan Landis (dalam Wahyuningsih,2002).
Religiusitas memiliki peranan dalam penyesuaian diri. Hal ini sesuai
dengan penelitian oleh Bergins, Masters dan Richards (dalam Astuti,1999),
dimana individu yang religius (dalam arti benar-benar menginternalisasikan
kepercayaan-kepercayaan agama mereka dan hidup dengan aturan agama itu
secara tulus dan ikhlas) dapat menyesuaikan diri dengan baik dan jarang
mengalami kecemasan.
Dasar dari perkawinan adalah ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan adanya
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam agama yang
dianutnya, akan memberikan tuntunan atau bimbingan kepada orang yang
memeluknya. Agama akan menuntun ke hal-hal yang baik, sehingga dengan
demikian dapat dikemukan bahwa makin kuat seseorang menganut agamanya,
maka akan mempunyai sikap yang mengarah ke hal-hal yang baik. Demikian pula
jika hal ini dikaitkan dengan perkawinan, maka agama yang dianut masingmasing akan memberikan tuntunan atau bimbingan bagaimana bertindak secara
baik (Walgito, 1984).

Hukum Islam menjelaskan bahwa jika akad nikah telah selesai diucapkan
maka akad tersebut akan menimbulkan kewajiban dan hak

suami-istri

(Sabiq dalam Wahyuningsih, 2002). Kewajiban merupakan kobnsekuensi logis


dari berubahnya peran seseorang dari seorang bujangan menjadi seorang suami
atau seorang istri. Dengan dilaksanakannya kewajiban, maka hak pasangannya
akan terpenuhi. Jika masing-masing telah mendapatkan haknya maka tercipta
hubungan yang saling menguntungkan (Wahyuningsih, 2002). Untuk menunaikan
kewajiban-kewajiban tersebut maka suami istri harus bekerja sama. Jika
suami- istri sama-sama memenuhi kewajibannya masing-masing maka mereka
telah mampu melakukan penyesuaian dalam perkawinannya dengan baik.
Pada masa dewasa dini gaya hidup baru yang paling menonjol adalah di
bidang perkawinan dan peran orang tua (Hurlock,1999). Masa awal perkawinan
merupakan masa yang paling kompleks, sulit dan merupakan masa penyesuaian
atau masa adaptasi (Munandar,2001). Masa ini juga merupakan masa krisis,
dimana terdapat banyak masalah yang akan dihadapi oleh dewasa dini pada masa
awal perkawinannya, sehingga jika dewasa dini mampu mendekatkan diri kepada
Allah maka jiwanya akan tentram dan mampu untuk menghadapi permasalahan
yang muncul dalam kehidupan perkawinannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Meichati (dalam Jufri, 2004) yang menyatakan bahwa kehidupan keagaamaan
memberikan kekuatan jiwa bagi seseorang untuk menghadapi krisis serta
menimbulkan sikap rela menerima kenyataan sebagaimana yang telah ditakdirkan
Tuhan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, jika dewasa dini semakin
dekat dengan Tuhannya

maka

ia akan

semakin

mampu

menghadapi

masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan perkawinannya, yang berarti ia


mampu melakukan penyesuaian dengan baik.
Banyak literatur mengenai penyesuaian perkawinan dikaitkan dengan
kebahagiaan atau kepuasan perkawinan (Dyer dalam Wahyuningsih, 2002). Unsur
utama kebahagiaan rumah tangga adalah cinta dan ketaatan suami istri kepada
Allah, sebab hanya Allah yang dapat mengharmoniskan, memberkahi dan
mengakrabkan hati suami istri. Semakin teguh komitmen terhadap ajaran Allah,
semakin dalam juga kebahagiaan di dunia dan akhirat (Shallih, 2005). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin teguh komitmen suami-istri pada ajaran agama
yang dianutnya dan menjadikan agama sebagai pedoman dalam menjalani
kehidupan perkawinannya maka akan tercipta kebahagiaan di dalam rumah tangga
dimana kebahagiaan merupakan indikasi penyesuaian perkawinan yang baik.
Perkawinan yang sukses adalah yang dibangun diatas aspek-aspek moral
dan religius karena ini lebih stabil daripada aspek-aspek material seperti
kesehatan, kekayaan, ketampanan atau kecantikan dan jabatan. Perkawinan yang
dibangun diatas pondasi agama dan akhlak akan lebih kokoh, kuat dan aman dari
ancaman kehancuran karena kedua hal tersebut sangat kuat dan tidak mudah
berubah. Bahkan pondasi tersebut akan lebih kuat dan lebih kokoh seiring
berlalunya waktu (Shalih, 2005).
Schneiders

(1964)

menyatakan

mengenai

faktor-faktor

yang

mempengaruhi penyesuaian perkawinan, yaitu penyesuaian sebelum menikah,


sikap terhadap perkawinan, motivasi yang mendasari perkawinan, pemilihan
pasangan dan karakteristik demografi yang dimiliki suami atau istri.

Hasil

penelitian menunjukkan kontribusi religiusitas terhadap penyesuaian perkawinan


pada dewasa dini muslim hanya sebesar 18 %. Dengan demikian, sisanya yang
82 % penyesuaian perkawinan pada dewasa dini muslim dipengaruhi oleh faktorfaktor lain yang telah dikemukakan diatas.
Berdasarkan kategorisasi data empirik pada variabel religiusitas, subjek
penelitian secara umum tergolong memiliki religiusitas yang sedang. Skor yang
sedang menunjukkan tingkat keyakinan, peribadatan, pengamalan, pengalaman
serta tingkat pengetahuan agama yang dimiliki oleh subjek tergolong sedang.
Pada variabel penyesuaian perkawinan, subjek penelitian secara umum
memiliki penyesuaian perkawinan yang tergolong sedang. Skor ini menunjukkan
bahwa subjek berdasarkan kriteria kebahagiaan suami-istri, kemampuan untuk
memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat, kebersamaan, penyesuaian yang
baik dalam masalah keuangan dan penyesuaian yang baik dari pihak keluarga
pasangan subjek berada pada golongan yang sedang.
Pengujian variabel peyesuaian perkawinan ditinjau dari jenis kelamin,
tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini tidak sesuai dengan
apa yang dikemukan oleh Ibrahim (2002) yang menyatakan bahwa wanita
mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Sementara laki-laki lebih
mampu menyesuaikan diri dibandingkan wanita dikarenakan kemampuan mereka
cenderung rasional dalam menyelesaikan masalah. Hal ini mungkin saja
disebabkan karena adanya kerjasama antara suami-istri dalam melakukan
penyesuaian perkawinan, dimana mereka saling mangakomodasikan kebutuhan,
keinginan dan harapan mereka sehingga tidak ada yang merasa lebih

sulit

menyesuaikan diri dengan pasangannya dikarenakan suami dan istri sama-sama


saling menyesuaikan diri.
Pengujian variabel penyesuaian perkawinan ditinjau dari penghasilan,
tidak menunjukkan adanya perbedaan penyesuaian perkawinan ditinjau dari
penghasilan. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian dari Roth, Peck dan Le
Master (dalam Dyer,1983) yang menyatakan bahwa penyesuaian perkawinan dan
stabilitas perkawinan akan lebih baik pada kelas sosial menengah atas.
Perkawinan pada kelas sosial rendah rentan terhadap stres dan tekanan yang
berkaitan dengan pekerjaan, pendapatan rendah, pengangguran, perumahan yang
buruk, masalah kesehatan dan lain-lain. Hal ini mungkin saja disebabkan karena
adanya faktor-faktor lain yang mempengarubi dalam penyesuaian perkawinan,
seperti penyesuaian sebelum menikah, sikap terhadap perkawinan, motivasi yang
mendasari perkawinan, pemilihan pasangan, dan karakteristik demografi lainnya
yang dimiliki oleh suami atau istri.
Secara keseluruhan, melalui penelitian ini dibuktikan bahwa ada hubungan
antara religiusitas dengan penyesuaian perkawinan pada dewasa dini muslim. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai korelasi (rxy) positif sebesar 0,421. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa religiusitas hanya memberikan sumbangan yang efektif
sebesar 18 % dalam penyesuaian perkawinan yang dilakukan oleh dewasa dini
muslim. Dengan demikian sisanya yang 82% penyesuaian perkawinan pada
dewasa dini muslim dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.

V.C. SARAN
V.C.1. Saran metodologis
Berdasarkan hasil penelitian, bagi pihak-pihak yang berminat dengan
penelitian yang sejenis atau untuk mengembangkan penelitian lebih jauh,
hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :
a. Penggunaan metode skala dalam mengungkap variabel-variabel penelitian
memiliki social desirability yang cukup tinggi, sehingga aitem-aitem pada
skala lebih diperhatikan dengan seksama.
b. Melihat lebih jauh seberapa besar pengaruh religiusitas terhadap
penyesuaian perkawinan pada dewasa dini muslim.
c. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai dinamika religiusitas dengan
penyesuaian perkawinan lebih mendalam dengan menggunakan metode
kualitatif yaitu observasi dan wawancara, sehingga aspek yang tidak
tergali dapat terungkap lebih dalam.
d. Dalam mengungkap variabel penyesuaian perkawinan sebaiknya peneliti
juga mengontrol variabel-variabel lainnya yang belum diteliti yang
mempengaruhi penyesuaian perkawinan sehingga akan diperoleh data dan
informasi yang lebih menggambarkan penyesuaian perkawinan.

V.C.2. Saran praktis


Peneliti memberikan saran praktis bagi pasangan yang telah menikah dan
bagi pasangan yang akan menikah.

Bagi pasangan yang telah menikah :


a. Saling berusaha untuk menyesuaikan diri dengan pasangannya. Dalam hal
ini baik suami atau istri harus dapat saling memahami pasangannya.
Apalagi pada tahapan awal perkawinan, dimana pada tahapan ini
merupakan masa yang paling kompleks, sulit dan merupakan masa
penyesuaian perkawinan.
b. Selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan agar senantiasa
diberikan kemudahan dalam menjalani kehidupan perkawinannya dan
mengatasi konflik yang muncul dalam kehidupan perkawinannya.

Bagi pasangan yang akan menikah


Bagi pasangan yang akan menikah diharapkan untuk dapat menerima
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pasangannnya, sehingga
nantinya lebih mudah dalam melakukan penyesuaian sesudah menikah.

Вам также может понравиться

  • Faltering Growth
    Faltering Growth
    Документ22 страницы
    Faltering Growth
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Prof DR DR Rianto Setiabudy
    Prof DR DR Rianto Setiabudy
    Документ1 страница
    Prof DR DR Rianto Setiabudy
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Iktikaf
    Iktikaf
    Документ11 страниц
    Iktikaf
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Risalah Tauhid
    Risalah Tauhid
    Документ274 страницы
    Risalah Tauhid
    Oghe Gerris
    100% (1)
  • Katarak Dan Konjungtivitis
    Katarak Dan Konjungtivitis
    Документ8 страниц
    Katarak Dan Konjungtivitis
    DoniTrinanda
    Оценок пока нет
  • Katarak Komplikata Ec Uveitis
    Katarak Komplikata Ec Uveitis
    Документ40 страниц
    Katarak Komplikata Ec Uveitis
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Tutorial Klinik ISK
    Tutorial Klinik ISK
    Документ23 страницы
    Tutorial Klinik ISK
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Kerangka Teori
    Kerangka Teori
    Документ1 страница
    Kerangka Teori
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Meningitis, Meningoensefalitis, Abses Otak
    Meningitis, Meningoensefalitis, Abses Otak
    Документ76 страниц
    Meningitis, Meningoensefalitis, Abses Otak
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • SIADH
    SIADH
    Документ22 страницы
    SIADH
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Guideline Stroke 2011
    Guideline Stroke 2011
    Документ132 страницы
    Guideline Stroke 2011
    Paijo Suseno
    88% (17)
  • Terapi GERD
    Terapi GERD
    Документ3 страницы
    Terapi GERD
    ascadc
    Оценок пока нет
  • Presus H
    Presus H
    Документ4 страницы
    Presus H
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Meningitis Tuberkulosa
    Meningitis Tuberkulosa
    Документ11 страниц
    Meningitis Tuberkulosa
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Uji Instrumen Penelitian
    Uji Instrumen Penelitian
    Документ1 страница
    Uji Instrumen Penelitian
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Hub Antara Duksos DR TMN Sebaya DGN Problem Solving PD Remaja
    Hub Antara Duksos DR TMN Sebaya DGN Problem Solving PD Remaja
    Документ12 страниц
    Hub Antara Duksos DR TMN Sebaya DGN Problem Solving PD Remaja
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • DUK SOS 35 Item
    DUK SOS 35 Item
    Документ244 страницы
    DUK SOS 35 Item
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • II. KPD Presus
    II. KPD Presus
    Документ49 страниц
    II. KPD Presus
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Ket
    Ket
    Документ13 страниц
    Ket
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Form Protokol Penelitian Kesehatan
    Form Protokol Penelitian Kesehatan
    Документ11 страниц
    Form Protokol Penelitian Kesehatan
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Just BAB 1
    Just BAB 1
    Документ14 страниц
    Just BAB 1
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • DUK SOS 35 Item
    DUK SOS 35 Item
    Документ244 страницы
    DUK SOS 35 Item
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Prbedaan TK Kecemasan Antara MHSW Kedok Dan Ekonomi BAB 1
    Prbedaan TK Kecemasan Antara MHSW Kedok Dan Ekonomi BAB 1
    Документ6 страниц
    Prbedaan TK Kecemasan Antara MHSW Kedok Dan Ekonomi BAB 1
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Kursi Lontar
    Kursi Lontar
    Документ5 страниц
    Kursi Lontar
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Kunjungan Dokter Keluarga
    Kunjungan Dokter Keluarga
    Документ39 страниц
    Kunjungan Dokter Keluarga
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Fisiologi Penerbangan
    Fisiologi Penerbangan
    Документ5 страниц
    Fisiologi Penerbangan
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Kues Religiusitas
    Kues Religiusitas
    Документ48 страниц
    Kues Religiusitas
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Kues Religiusitas
    Kues Religiusitas
    Документ48 страниц
    Kues Religiusitas
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет
  • Basic Orientation Trainer
    Basic Orientation Trainer
    Документ2 страницы
    Basic Orientation Trainer
    GhaniRahmani
    Оценок пока нет