Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ISI
1.
Definisi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi. S.typhi dapat masuk dalam tubuh manusia melalui
makanan yang tercemar. Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang
disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi, dapat juga disebabkan oleh
Salmonella enterica serotype paratyphi A, B, atau C (demam paratifoid).6
2.
Epidemiologi
Etiologi
Salmonella resisten dengan berbagai agen fisik, akan tetapi dapat dimatikan
dengan pemanasan hingga 54,4C selama 1 jam atau 60C 15K/menit. Salmonella
dapat hidup selama beberapa hari hingga minggu pada kotoran, makanan kering,
Gambar
3.
Faktor Predisposisi
10
Demam >38C
Sakit kepala
Nyeri perut
Nafsu makan berkurang
Diare atau konstipasi
Coated tongue
Nyeri otot
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis yang
timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimptomatik
hingga gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi hingga kematian.4
Secara umum gejala klinis penyakit ini pada minggu pertama ditemukan keluhan
dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam,
nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya
didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan
dan terutama pada sore hari hingga malam hari.
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia
relatif (bradikardi relative adalah peningkatan suhu 1C tidak diikuti peningkatan
denyut nadi 8 kali permenit), lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung
merah
serta
tremor),
hepatomegali,
stupor,
splenomegali,
koma,
delirium,
Diagnosis
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bisa diberikan terapi
yang tepat dan meminimalkan komplikasi. Pengetahuan gambaran klinis penyakit
ini sangat penting untuk membantu mendeteksi secara dini. Walaupun pada kasus
tertentu dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk membantu menegakkan
diagnosis.4
11
Pemeriksaan Penunjang
8.1.
Uji Widal
uji
widal
adalah
menentukan
adanya
aglutinin
dalam
12
demam tifoid akibat infeksi demam tifoid masa lalu atau vaksinasi.
Faktor teknik akibat aglutinasi silang, strain Salmonella yang digunakan
untuk suspensi antigen4
Saat ini belum ada kesamaan pendapat mengenai titer aglutinin yang bermakna
diagnostik untuk demam tifoid. Batas titer yang sering dipakai hanya kesepakatan
saja, hanya berlaku setempat dan batas ini bahkan dapat berbeda di berbagai
laboratorium setempat.4 Tes widal yang mengukur titer antibody dari Gland Hantigen dari S.typhi, tidak sensitif maupun spesifik.9
8.3.
Kultur
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi
dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari
rose spots. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih
mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan
pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses.4
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi
hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin disebabkan
beberapa hal sebagai berikut4:
13
Kultur feses dan urin dapat positif setelah minggu pertama. Pada akhir perjalanan
penyakit, saat kultur darah steril, Salmonella dapat ditemukan pada sumsum
tulang. Kultur sumsum tulang merupakan tes yang paling sensitif (positif pada 8590%). Salmonella dapat dikultur dari cairan amnion, swab serviks, dan plasenta
pada kasus kehamilan prematur karena demam enterik.9
9.
Tatalaksana
dijaga.
Diet makanan encer sehingga dapat mengistirahatkan kerja usus.
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan
penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang menurunkan keadaan
umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan
14
akan menjadi lama. Penderita demam tifoid diberi diet bubur saring,
kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi,
yang perubahan diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan
pasien. Pemberian bubur saring tersebut ditujukan untuk menghindari
komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Hal ini
disebabkan ada pendapat bahwa usus harus diistirahatkan. Beberapa
peneliti menunjukkan bahwa pemberian makan padat dini yaitu nasi
dengan lauk pauk rendah selulosa (menghindari sementara sayuran yang
-
Terapi antibiotik harus diberikan kepada semua pasien dengan kecurigaan demam
enterik. Pemberian antibiotik yang segera sangat penting selama kehamilan.
Resistensi yang tinggi pada umumnya terhadap banyak jenis antibiotik seperti
ampicillin, chlorampenicol, dan TMP-SMX . Strain yang resisten biasanya lebih
rentan terhadap sefalosporin generasi ketiga. Sefotaksim 200 mg/kg/24 jam (dosis
maksimal 12gram/24 jam) diberikan secara intravena, dibagi menjadi tiga atau
empat dosis, dan Seftriakson (100 mg/kg/24jam, dosis maksimal 4gr/24 jam)
diberikan secara intravena dalam satu atau dua dosis, keduanya efektif untuk
mengobati demam enterik. Seftirakson digunakan pda kehamilan, walaupun
keamanannya belum dibuktikan. Fluoroquinolon efektif namun saat ini tidak
diperbolehkan pada anak-anak dan wanita hamil, walaupun beberapa tulisan
merekomendasikan ciprofloxacin sebagai obat pilihan bagi demam tifoid pada
kehamilan yang resisten terhadap terapi ampicillin.9
Ciprofloxacin yang diberikan secara oral menghasilkan kesembuhan yang lebih
cepat pada demam tifoid dibandingkan dengan Seftriakson yang diberikan secara
parenteral. Pemberian dexametason, 3mg/kg untuk inisial dosis diikuti 1 mg/kg
15
vascular.
Hepar
yang
belum
matang,
kurangnya
enzim
16
Sanitasi yang baik, mencuci tangan, mengontrol produksi makanan dan eradikasi
dari S.typhi diperlukan. Beberapa vaksin (parenteral dan oral) untuk melawan
S.typhi tersedia. Vaksin parenteral heat-phenol-inactivated memberikan proteksi
yang terbatas (51-70%) dan berhubungan dengan tingginya tingkat efek samping
dari vaksin tersebut seperti demam, sakit kepala, dan reaksi lokal. Vaksin yang
paling efektif yang saat ini digunakan adalah vaksin oral berupa vaksin hidup
yang dilemahkan Ty21a strain I dari Salmonella typhi. Keberhasilan vaksin
tersebut berkisar antara 67-82%, dan tidak ada efek samping signifikan yang
dilaporkan. Vaksin tersebut tidak direkomendasikan untuk digunakan pada pasien
dengan immunocompromised, dan tidak direkomendasikan pada anak dibawah 6
tahun. Pada fetus tidak terbangun respon imun dengan vaksin tersebut.9
11.
Komplikasi
Pada daerah endemik gejala klinik sering terjadi multidrug resistant sehingga
pasien akan terlihat lebih toksik dengan gangguan kesadaran, hepatomegali, DIC,
dan komplikasi lainnya. Infeksi akut bisa mengalami komplikasi sebesar 10,
bergantung pada kondisi klinik dan kualitas perawatan yang ada. Komplikasi yang
sering terjadi adalah perforasi usus (3 %), dimana keadaan ini akan sangat
mempengaruhi prognosis.1
12.
Prognosis
Dalam penelitiannya, Carles dkk menyatakan bahwa infeksi yang terjadi pada
awal masa kehamilan menghasilkan prognosis yang lebih buruk bagi janin,
berdasarkan penelitian terhadap usia gestasi pada saat terjadi infeksi.14
17