Вы находитесь на странице: 1из 11

Tangal Praktikum : 25 Februari 2016

Jam Praktikum
: 11.30 14.00 WIB
Dosen Pembimbing
: Drh. Isdoni, M. BioMed
Kelompok Praktikum : 3

OTOT I
RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF DAN KONTRAKSI
SEDERHANA

Anggota kelompok:
1. Fathia Yustikadewi
2. M. Tasnim Machmud
3. Tarshana

(NIM B04120183)
(NIM B04120210)
(NIM B04138018)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

Pendahuluan
A. Rangsangan Terhadap Sediaan Otot Saraf
Tujuan
1. Mempelajari cara mematikan katak untuk diambil bagian tubuhnya.
2. Mempelajari cara membuat sediaan otot saraf.
3. Mengenal jenis dan kerja beberapa alat perangsang.
4. Mengenal berbagai macam rangsangan terhadap sediaan otot saraf.
Dasar teori
Otot merupakan alat gerak aktif karena mampu berkontraksi. Fungsi otot antara
lain membuat gerakan tubuh, mempertahankan postur tubuh bersama rangka,
menstabilkan hubungan antar tulang, mempertahanakan suhu tubuh, melindungi
jaringan dalam tubuh dan menyimpan sedikit nutrisi. Kontraksi otot dibagi menjadi
kontraksi isometrik dan kontraksi isotonik. Pada kontraksi isometrik (jarak sama),
besarnya tekanan meningkat saat proses kontraksi, tetapi panjang otot tidak berubah.
Di sisi lain, pada kontraksi isotonik (tekanan sama), besarnya tekanan yang dihasilkan
otot adalah konstan saat kontraksi, tetapi panjang otot berkurang (otot
memendek) (Rahilly 1995).
Kontraksi otot dikontrol oleh impuls saraf. Rangsangan yang kekuatannya
mencapai harga ambang akan menimbulkan potensial aksi yang selanjutnya akan
merambat sepanjang akson. Hal ini disebut juga sebagai impuls saraf. Ketika impuls
saraf mencapai motor-end-plate, asetilkolin akan disekresikan dan ditangkap oleh
reseptor di serabut otot. Reaksi ikatan asetilkolin dengan reseptor menimbulkan
potensial aksi pada serabut otot. Potesial aksi ini akan menjalar melalui tubulus T dan
akan menuju ke sisterne retikulum sarkoplasma. Ketika potensial aksi mencapai
sisterne retikulum sarkoplasma, ion Ca++ akan terstimulasi untuk keluar.
Konsentrasi kalsium dalam sitoplasma sel otot diatur oleh reticulum
sarkoplasma. Membrane reticulum sarkolasma secara aktif mengangkut kalsium dari
sitoplasma ke bagian dalam reticulum tersebut. Dengan demikian membrane tersebut
merupakan sebuah gudang penyimpanan ion kalsium intraseluler. Stimulus yang

menyebabkan kontraksi sel otot rangka adalah suatu potensial aksi pada neuron
motoris yang membuat persambungan sinaptik dengan sel otot. Terminal sinaptik
neuron motoris membebaskan neurotransmitter asetilkolin pada persambungan
neuromuskuler, yang mendepolarisasikan sel otot pascasinaptik dan memicu suatu
potensial aksi pada sel otot. Potensial aksi tersebut adalah sinyal untuk kontraksi.
Potensial aksi menyebar ke dalam interior sel otot disepanjang pelipatan membrane
plasma yang disebut tubulus T (transversal). Tubulus transversal mengadakan kontak
dengan reticulum sarkoplasmik menyebabkan potensial aksi mengubah permeabilitas
reticulum sarkoplasmik, sehingga membebaskan ion kalsium. Ion kalsium ini akan
berikatan dengan troponin, agar otot dapat berkontraksi. Kontraksi otot akan berhenti
ketika reticulum sarkoplasmik memompa kalsium keluar dari sitoplasma, dan
kompleks tropomiosin sekali lagi akan menutup tempat pengikatan myosin ketika
konsentrasi ion kalsium turun (Campbell et all 2000)
Bahan dan Alat
-

Katak/kodok sawah (Fejervarya cancrivora)

Sonde (jarum penusuk) otak katak

Papan katak

Jarum pentul

Alat Diseksi

Larutan garam faali: NaCl 0,65% atau larutan Ringer

Gelas Arloji atau gelas petri

Pinset Galvanis

Stimulator elektronik lengkap dengan kabel-kabelnya

Kristal garam dapur atau gliserin

Cuka glasial

Gelas pengaduk

Korek api

Tata Kerja
1. Katak dimatikan untuk keperluan percobaan

a. katak dipegang dengan cara kepala katak ditempatkan antara telunjuk dan jari
tengah, katak difiksir dengan ketiga jari lainnya. Kepala katak dibengkokkan.
b. Otak katak ditusuk dengan sonde yang tajam pada foramen oksipitalenya. (pada
sudut medial antara garis tulang kepala dengan garis tulang punggung)
c. Sonde dimasukkan ke ruang tengkorak, putar ke kiri dan ke kanan ke atas dan ke
bawah.
d. Mata hewan percobaan dilihat, bila setengah menutup dan tidak ada reaksi lagi
terhadap sentuhan, perusakan dihentikan.
e. Sumsum punggung katak dirusak dengan ditusuk oleh sonde ke arah belakang,
ke dalam kanalis vertebralis.
f. Sonde ditusuk sejauh mungkin. Sewaktu sonde ditusukkan, kaki katak yang
meronta-ronta diperhatikan sebagai tanda medulla spinalis tertusuk.
g. Sonde dilepaskan, kaki-kaki katak menjadi lemas.
2. Membuat sediaan otot saraf (preparat saraf otot)
a. Katak yang telah mati diletakkan di atas papan katak.
b. Kulit dan otot perut dibuka.
c. Jeroan disingkirkan.
d. N. ischiadicus yang keluar dari sumsum tulang belakang diperhatikan.
e. Masing-masing n. ischiadicus dilihat.
f. N. ischiadicus bagian cranial dipotong.
g. Badan katak dibalikan.
h. Tulang ekor diangkat tinggi-tinggi, dipotong ke arah cranial sejauh mungkin.
i. N. ischiadicus ditelusuri ke atas. Otot-otot disebelah atasnya digunting.
j. Fasia antara m. Biceps femoris dengan m. semimembranosus disayat sehingga n.
ischiadicus dan a. femoralis dapat terlihat setelah kedua otot tersebut dikuakkan.
k. Paha dipotong di atas seperempat bagian bawah. (n. ischiadicus jangan
terpotong)
l. M. gastrocnemius dilepaskan dari tulangnya (buah tulangnya).
m. Tendo Achilles dipotong maka akan didapatkan preparat otot saraf yang terdiri

dari:
-

sepertiga bagian bawah paha

n. ischiadicus

m. gastrocnemius

3. Berbagai macam rangsang pada sediaan otot saraf


a. Rangsangan mekanis
-

Pangkal n. ischiadicus dipijit dengan batang korek api atau gelas pengaduk.

b. Rangsangan Galvanis
-

Kaki-kaki pinset Galvanis ditempelkan pada saraf. Saraf harus dalam keadaan

basah oleh larutan garam faali.


Satu kaki pinset ditempelkan pada saraf, kaki satunya pada medium garam

faali.
Kaki-kaki pinset ditempelkan pada mediumnya saja sedangkan saraf berada

pada di antaranya.
Saat satu kaki diangkat dari medium dan saat ditempelkan pada medium
diperhatikan adanya kontraksi otot.

c. Rangsangan osmotis
-

sejumlah kecil serbuk garam dapur ditempelkan pada pangkal saraf dengan

kertas atau gelas pengaduk.


Ditunggu beberapa menit, sifat kontraksi diperhatikan.
Jika tidak ada garam dapur, digunakan gliserin.

d. Rangsangan kimiawi
-

sepotong kertas atau kapas dicelupkan ke dalam cuka glasial dan ditempelkan
pada pangkal saraf.

e. Rangsangan panas
-

sebatang korek api dinyalakan, dipadamkan, lalu segera ditempel pada

pangkal saraf.
Atau gelas pengaduk direndam dalam air mendidih, kemudian diangkat dan
ditempelkan pada pangkal saraf.

f. Rangsangan Faradis
-

Saraf dirangsang dengan rangsangan tunggal dengan elektroda dari suatu


stimulator. Kekuatan rangsangan (voltase) diatur.

B. Kontraksi Sederhana
Tujuan
Menentukan masa laten, masa kontraksi, dan masa relaksasi dari suatu
kontraksi sederhana (kontraksi tunggal) dari otot skelet.
Bahan dan alat
-

Sediaan otot saraf (n. ischiadicus dan m. gastrocnemius)

Larutan garam faali (NaCl 0,65%)

Kimograf lengkap dengan drum dan kertas pencatat.

Stimulator

Alat fiksasi otot (klem otot)

Alat pencatat rangsangan

Statif

Tata kerja
1. Otot difiksasi dengan jarum pentul pada bak khusus berisi larutan fisiologis.
2. Tendo Achilles diikat dengan benang pada alat pencatat kontraksi
3. Alat pencatat rangsangan dihubungkan dengan listrik.
4. Elektroda perangsang disentuhkan pada saraf atau ototnya.
5. Kemudian:
-

Kunci rangsangan otomatis ditekan (diaktifkan)

Stimulator dinyalakan dan diatur untuk rangsangan tunggal.

Putaran kimograf dibuat menjadi putaran yang paling cepat kemudian


dinyalakan.

Kunci rangsangan tunggal ditekan hingga kontraksi otot tercatat pada kertas
tromol.

Putaran drum dihentikan dengan rem atau tangan sebelum terjadi kontraksi
otot yang kedua.

6. Masa laten, masa kontraksi, dan masa relaksasi diberi tanda. Pencatat kontraksi
digunakan untuk memproyeksikan puncak kontraksi pada garis dasar.

7. Masa laten, masa kontraksi, dan masa relaksasi dihitung. Bila kecepatan
putaran kimograf dapat diketahui (kecepatan tertera pada kimograf) maka
masa-masa tadi dapat dihitung dengan membagi jarak masing-masing masa tadi
dengan kecepatannya. Masa dihitung dengan detik atau milidetik.
Hasil
Tabel 1. Data percobaan rangsangan terhadap sediaan otot saraf
Rangsangan

Sifat kontraksi otot

Mekanis

+++

Galvanis

Tertutup

++

Terbuka

++

Osmotis

Kimia

Panas

Faradis

Keerangan: -

: tidak terjadi kontraksi


+ : kontraksi lemah
++

: kontraksi sedang

+++

: kontraksi kuat

Data percobaan kontraksi otot sederhana


-

Kecepatan kimograf : 4 mm/detik


Jarak fase kontraksi : 0.05 mm
Jarak fase relaksasi : 0.075 mm

Pembahasan
A. Rangsangan Terhadap Sediaan Otot Saraf
Kontraksi otot merupakan respon terhadap berbagai macam rangsangan yang

dapat mempengaruhi otot. Beberapa macam rangsangan yang diujikan pada


percobaan kali ini antara lain: (1) rangsangan mekanis, (2) rangsangan Galvanis, (3)
rangsangan osmotis, (4) rangsangan kimia, (4) rangsangan panas, dan (5) rangsangan
faradis. Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, dalam keadaan sehari-hari
otot bekerja atau berkontraksi menurut pengaruh dan perintah yang datang dari
susunan saraf motoris (Syaifuddin 2006).
Rangsangan mekanis diberikan dengan cara mencubit pangkal n. Ischiadicus
dengan kuku, atau menggunakan pinset. Sediaan otot mengalami kontraksi kuat (++
+).
Percobaan selanjutnya adalah rangsangan Galvanis. Percobaan dilakukan
dengan menggunakan pinset Galvanis. Pinset galvanis terdiri dari tembaga (Cu) dan
Seng (Zn). Percobaan rangsangan galvanis ini ada dua macam, yaitu rangsangan
tertutup

dan

rangsangan

terbuka.

Rangsangan

tertutup

dilakukan

dengan

menempelkan satu kaki pinset pada saraf dan satunya pada medium larutan fisiologis,
pada rangsangan terbuka, kedua kaki pinset dicelupkan pada mediumnya saja
sementara saraf berada diantaranya. Hasilnya, rangsangan tertutup menghasilkan
kontraksi yang sedikit lebih kuat dan lebih cepat terjadi. Hal ini karena beda potensial
yang dihasilkan pada ransangan tertutup lebih besar.
Percobaan angsangan osmotis dilakukan dengan cara menempelkan garam
dapur pada pangkal n. ischiadicus di sedian otot. Terjadi kontraksi pada sedian otot
saraf (+) kontraksi yang terjadi cukup lemah dapat dikarenakan karena sediaan otot
katak yang sudah terlalu lama dibiarkan berada dilluar. Garam dapur memiliki
kandungan Na+ dan Cl- yang merupakan ion yang terdapat pada cairan ekstraseluler.
Di luar sel, natrium menjadi kation utama dan kalium mempunyai konsentrasi jauh
lebih rendah. Klorida juga dijumpai, akan tetapi konsentrasi relatif rendah. Masuknya
muatan positif ke dalam sel yang dibawa oleh natrium membuat nilai potensial
membrane akan sedikit lebih positif. Penambahan garam dapur pada pangkal saraf
akan meningkatkan permeabilitas potensial membrane sehingga impuls saraf
terhantar lebih cepat terhadap otot (Cunningham 2007).
Percobaan selanjutnya adalah rangsangan kimiawi, dengan mengoleskan cuka

glasial pada pangkal n. ischiadicus pada sediaan otot saraf. Hasil yang didapatkan
terjadi kontraksi (+) yang lemah pada otot. Hal ini dapat terjadi karena saraf telah
lama dipotong dan sediaan sudah terlalu sering digunakan sehingga mengalami
kelelahan.
Selanjutnya percobaan panas. Batang korek api yang sudah dipanaskan
ditempelkan pada ujung n. ischiadicus. Hasil yang didapatkan terjadi kontraksi (+)
Hal ini dapat disebabkan karena saraf katak terlalu lama didiamkan atau sering
tertarik sehingga menimbulkan kurangnya respon yanng terjadi pada sediaan otot.
Selanjutnya adalah rangsangan faradis. Percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan alat yang disebut stimulator. Hasil percobaan sediaan otot
saraf tidak menunjukkan adanya kontraksi ketika diberi rangsangan single dengan
elektroda dari stimulator. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi otot yang kelelahan
atau sarafnya aus karena terlalu sering dirangsang. Menurut Guyton (1995),
Mekanisme kontraksi otot dapat menurun. Otot berkontraksi menggunakan O2 dan
melepaskan CO2, sementara glikogen dikurangi, asam laktat berkumpul dan panas
diproduksi. Aktin dan miosin bergabung dalam bentuk globular yang merupakan
kopula dari molekul miosin. Molekul miosin terdiri atas bagian pengikatan aktin dan
ATPase, tidak adanya aktin menyebabkan tidak reaktifnya ATPase ketika miosin
berikatan dengan aktin dan akan membentuk aktomiosin.
B. Kontraksi Sederhana
Otot dalam satu kali kontraksi terdapat 3 fase, yaitu: fase laten, fase kontraksi,
dan fase relaksasi. Fase relaksasi merupakan fase terlama dalam satu kali siklus
kontraksi otot (Pearce 2009). Percobaan menggunakan kimograf dengan kecepatan 4
mm/detik, menunjukkan hasil: jarak masa kontraksi sebesar
relaksasi sebesar

mm, dan jarak masa

mm.

Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan hasil: masa kontraksi


dan masa relaksasi

milidetik,

milidetik. Terbukti bahwa fase terlama dalam satu siklus

kontraksi adalah fase relaksasi. Menurut Pearce (2009), fase tercepatnya adalah fase
laten.

Pada fase laten, Ca2+ yang berasal dari retikulum sarkoplasma mulai memenuhi
ruang sitoplasma sel otot kemudian Ca2+ tersebut dengan cepat berikatan dengan
troponin pada filamen aktin. Terakumulasinya Ca2+ dalam ruang sitoplasma
menyebabkan sisi aktif aktin mulai terbuka dan mengikat kepala filamen miosin dan
memendekkan jarak antarsarkomer. Hal tersebut yang mengakibatkan otot
berkontraksi. Setelah kontraksi selesai, Ca2+ yang berada pada ruang sitoplasma
dikembalikan lagi ke dalam retikulum sarkoplasma dengan bantuan ATPase. Pada
saat ini terjadi fase relaksasi yang membutuhkan waktu cukup lama. Waktu yang
lama pada saat relaksasi juga dipengaruhi oleh tingginya asam laktat hasil
metabolisme kontraksi otot dan mengurangi kadar ATPase dalam sitoplasma sehingga
dapat mengganggu kembalinya Ca2+ ke dalam retikulum sarkoplasma (Cunningham
2007).
Pertanyaan:
1. Mengapa terjadi masa laten?
Jawab: Saat rangsangan diterima oleh reseptor, diperlukan waktu untuk
mencapai bagian efektor otot. Waktu tempuh inilah yng disebut masa laten.
2. Pada umumnya, mana yang lebih lama, masa kontraksi atau masa relaksasi?
Mengapa?
Jawab: Masa yang lebih lama adalah relaksasi. Karena dalam masa relaksasi
terjadi penimbunan asam laktat hasil metabolisme kontraksi otot dan
mengurangi kadar ATP dalam sitoplasma sehingga dapat mengganggu
kembalinya Ca2+ ke dalam retikulum sakoplasma.
3. Mengapa pada percobaan ini kimograf harus dijalankan (drum diputar)
dengan kecepatan maksimal?
Jawab: Agar masa laten, masa kontraksi, dan masa relaksasi otot dapat
terlihat jelas ketika sediaan diberi rangsangan.
4. Mengapa sediaan otot saraf harus selalu dalam keadaan basah oleh larutan
garam faali?
Jawab: Agar sediaan otot saraf tetap dalam keadaan normal dan agar tidak
mudah rusak.
Simpulan
Otot dapat berkontraksi jika diberikan suatu rangsangan. Rangsangan tersebut

berupa rangsangan mekanis, galvanis, osmotis, kimiawi, panas, dan rangsangan


faradis. Setiap jenis rangsangan menghasilkan respon kontraksi yang berbedaa sesuai
kekuatan dari potensial aksi yang dihasilkan dan ketahanan sediaan otot yang tersedia
Satu siklus kontraksi otot terdiri atas tiga fase, yaitu fase laten, fase kontraksi.
fase relaksasi. Fase laten adalah fase persiapan kontraksi, dengan periode paling
cepat. Sedangkan fase relaksasi adalah fase pemulihan, dengan periode paling lama.

Daftar Pustaka
Campbell et al. 2004. Biologi . Wasmen Manalu, penerjemah. Jakarta: Penerbit
Erlangga. Terjemahan dari: Biology, 5th edition.
Cunningham JG, BG Klein. 2007. Textbook of Veterinary Physiology 4th Edition. St.
Louist, Missouri: Saunders Elsevier.
Guyton, Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Ken
Ariata Tengadi, penerjemah. Terjemahan dari: Textbook of Medical
Physiology.
Pearce, EC. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Kartono Mohamad,
penerjemah. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta. Terjemahan dari: Anatomy and
Physiology for Paramedic.
Rahilly. 1995. Anatomi Kajian Ranah Tubuh Manusia. Jakarta: UI Press.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Вам также может понравиться