Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I. PENDAHULUAN
Bagi orang awam, mendengar zat kimia saja, mereka sudah beranggapan bahwa itu adalah zat yang berbahaya,
tetapi tanpa di sadarinya, di dalam kehidupan sehari-hari kita bergelut dengan zat-zat kimia apakah itu kebutuhan
sehari-hari seperti makanan, minuman, pernafasan, pakaian, obat-obatan, sabun, pasta gigi bahkan prosess dalam
tubuh kita sendiri juga berupa proses kimia, jadi dengan kata lain kita tidak bisa lari dari zat kimia. Kenyataannya
memang zat kimia itu ada yang berfaedah buat kehidupan kita manusia tetapi juga berbahaya bagi kehidupan kita
manusia pada khususnya dan makhluk hidup pada umumnya.
Disamping manfaat seperti disebutkan diatas, ada efek samping baik secara langsung maupun secara tidak langsung
yang dirasakan oleh kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya, seperti buangan industri yang dikenal dengan
limbah industri, udara buangan dari sisa pembakaran kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi udara, nuklir
yang bisa mengancam ribuan umat manusia, sisa-sisa pemakaian rumah tangga dan sebagainya.
II. BENDA
Sering kita mendengar dan melihat tentang benda, namun kadang-kadang kita keliru dalam mendefinisikannya, apa
sih benda itu, apa yang dikatakan dengan benda, bagaimana rupa benda itu. kenapa?, karena benda yang kita maksud
hanya berupa benda yang bisa kita lihat dengan mata kepala saja dan kita tak pernah tahu sama sekali bahwa ada
benda lain yang tidak pernah sama sekali kita lihat. Untuk lebih jelasnya dalam mendefinisikan tentang benda maka
dapat kita lihat dari hukum ketetapan masa dibawah ini.
2.1.Hukum ketetapan masa
Pada tahun 1789 Antonius Lavoiser menyusun teori Yang bernama Hukum ketetapan masa bunyinya sebagai
berikut : Masa zat-zat sebelum bereaksi sama dengan masa zat-zat sesudah bereaksi. Dengan kata lain benda itu
tidak dapat diciptakan dan tak dapat dimusnahkan, benda itu menempati suatu ruangan atau tempat tertentu, dan
benda itu tidak bisa bertambah karena diciptakan ataupun berkurang karena dimusnahkan, dia hanya bisa berubah
bentuk dari bentuk yang satu kebentuk yang lain. Jadi kesimpulannya bahwa definisi benda itu adalah sesuatu yang
mempunyai masa dan menempati ruangan.
Benda mempunyai tiga jenis keadaan fisika yakni berupa padat, cair dan gas. Benda juga dapat mengalami
perubahan fisika dan perobahan kimia. Perubahan fisika merupakan perubahan yang terjadi pada benda dan dapat
kembali lagi kebentuk semula atau dengan kata lain perubahan yang terjadi pada benda dan tidak disertai dengan
terbentuknya zat baru, contohnya Air membeku menjadi ES dan ES dapat lagi kembali menjadi cair. Sedangkan
perubahan kimia adalah perubahan yang terjadi pada benda dari suatu bentuk kebentuk yang baru dan tidak dapat
kembali lagi kebentuk semula, contohnya kertas dibakar jadi abu, dan abu yang sudah terbentuk tidak dapat lagi
kembali menjadi kertas.
2.2. Unsur dan Senyawa
Benda tersusun dari unsur-unsur ataupun senyawa-senyawa, Menurut Lavoiser, bahwa unsur adalah bagian terkecil
dari suatu benda yang dapat bergabung dengan unsur lain membentuk suatu senyawa, sedangkan senyawa adalah
gabungan dari dua atau lebih unsur. Jadi benda itu merupakan suatu unsur atau berupa senyawa ataupun berupa
campurannya.
Contoh Unsur : Carbon
Calcium
Clorine
Aluminium
Contoh Senyawa: H2O
CO2
H2SO4
2.3. Hukum Dalton
Menurut Joseph Proust (1754-1826), suatu zat murni mengandung jumlah unsur yang sama dengan perbandingan
massa unsur yang sama. Proust juga meramalkan , bahwa dua unsur dapat saja membentuk lebih dari satu senyawa.
Teori ini diperkuat oleh John Dalton (1776-1844).
Menurut John Dalton: Bila dua unsur atau lebih dapat membentuk lebih dari satu senyawa, maka perbandingan
massa unsur-unsur yang berikatan dengan massa yang sama (dari senyawa itu) akan merupakan suatu bilangan bulat
dan sederhana.
Pada tahun 1803, John Dalton juga menyusun sebuah hipotesa tentang unsur atau atom, yakni:
1. Benda tersusun dari paritkel-partikel kecil yang tidak dapat dipecah lagi, partikel kecil itu disebut juga dengan
atom.
2. Atom dari unsur-unsur yang sama, mempunyai sifat fisika dan sifat kimia yang sama. Sifat atom dari unsur satu
berbeda dengan unsur yang lain.
3. Perubahan kimia terjadi karena penggabungan antara atom atom, penguraian senyawa menjadi atom-atom atau
pertukaran tempat antara atom-atom.
2.4. Simbol Atom
Untuk memudahkan dalam penulisan unsur-unsur kimia, maka Pada tahun 1814, Johs Berzelius (1779-1884)
seorang ahli kimia yang berasal dari Swedia, telah menciptakan symbol Atom, yang sampai sekarang masih tetap
dipakai. Cara penulisannya, adalah sebagai berikut : Simbol Atom diambil dari huruf pertama dari nama unsur itu
(dalam bahasa latin) dan ditulis dengan huruf besar. Bila huruf pertama dari beberapa unsur itu sama, maka symbol
atom akan diikuti oleh huruf keduanya dan ditulis dengan huruf kecil. Bila huruf pertama dan kedua juga sama maka
symbol atom akan diikuti oleh huruf ketiganya (ditulis dalam huruf kecil). Dan begitu seterusnya.
Contoh:
Carbon ( C )
Calcium ( Ca )
Cadmium ( Cd )
Boron ( B )
Barium ( Ba )
Bismuth ( Bi )
Tapi ada beberapa pengecualian yang perlu diketahui yakni sodium, potassium dan Tungsten, symbol symbolnya
diambil dari bahasa Jerman yakni Natrium (Na), kalium (K) dan Wolfram (W).
Tabel Nama dan simbol unsur-
unsur kimia
yang sering digunakan dalam ilmu kimia.
2 H2 + O2 = 2 H 2 O
Selanjutnya dari percobaan lain juga diketahui, bahwa 8 g O2 dapat bereaksi dengan 1 g H2 membentuk molekul air.
Jadi dapat disimpulkan seperti pada tabel dibawah ini:
Dengan perkataan lain, massa satu atom O adalah 16 kali massa satu atom H. dikatakan massa satu atom O adalah
16 relatif terhadap massa atom hydrogen = 1. Selanjutnya H dipakai sebagai standar massa atom. Hidrogen tetap
digunakan sebagai standar massa atom sampai tahun 1905. Dari tahun 1905 sampai 1961, oksigen digunakan
sebagai standar massa atom, sebab oksigen mudah membentuk senyawa dengan unsur-unsur lain. Tapi mulai dari
tahun 1961 sampai sekarang, sebagai standar massa atom digunakan massa atom C. Hal ini disebabkan karena
massa atom yang digunakan orang kimia berbeda dengan orang fisika. Untuk meniadakan perbedaan ini, walaupun
kecil, maka didapatlah kesepakatan untuk menggunakan massa atom C sebagai massa atom standar.
2.6. Masa Molekul
Pada mulanya, hipotesa Avogadro tidak dapat diterima oleh para Scientist. Hipotesa ini kemudian diterapkan oleh
teman senegaranya, Stanislao Cannizaro (1826-1910). Menurut Cannizaro, bila gas-gas pada tekanan dan temperatur
tertentu yang mempunyai volume yang sama akan mempunyai banyak molekul yang sama, maka massa dari volume
tersebut tergantung pada massa molekul-molekul yang berada didalamnya. Dengan cara ini Cannizaro dapat
menentukan massa molekul (massa satu molekul) atau massa atom dari berbagai gas.
Telah diketahui massa atom (massa satu atom) O adalah 16 kali massa atom H. Bila H = 1, maka O = 16, maka
massa relatif dari O2 ialah 32 (sebagai massa molekul O2).
Bila massa 1 L O2 dibandingkan dengan massa 1 L gas hidrokarbon pada temperatur (T) dan tekanan (P) yang sama,
maka massa molekul hidrokarbon tersebut dapat ditentukan.
Contoh :
Pada P dan T tertentu, masa 1 L O2 = 1,30 g dan 1 L butana = 2,36 g. Tentukan masa molekul butana.
Jawab :
Banyaknya molekul O2 dalam 1 L O2 = banyaknya molekul butana dalam 1 L butana. Jadi banyaknya molekul O2
dalam 1,30 g = banyaknya molekul butana dalam 2,36 g butana. Diketahui masa molekul O2 = 32, jadi faktor
konversi ialah :
32
1,30 g
Jadi masa molekul butana = 32 x 2,36 g = 58
1,30 g
Tabel di atas memperlihatkan, bila massa molekul suatu gas hidrokarbon diketahui maka fraksi karbon dalam
senyawa dapat ditentukan. Dari tabel ini juga dapat dilihat bahwa massa atom karbon ialah 12 atau kelipatan dari 12,
maka massa atom karbon yang digunakan ialah 12. Daftar massa atom karbon dari berbagai unsur dapat dilihat pada
table susunan berkala. Biasanya massa atom relatif ini ditulis tanpa satuan. Tetapi secara umum, massa atom relatif
diberi satuan sma (satuan massa atom). Karena unsur unsur karbon digunakan sebagai standar massa atom relatif,
maka satu sma adalah 1/12 kali massa atom karbon.
Tabel Penentuan massa atom relatif dari atom karbon.
tidak adanya bidang batas antara zat-zat tercampur (uniform), contoh : air, gula. Sedangkan campuran heterogen
adalah campuran dua atau lebih zat-zat yang tercampur secara tidak merata dan ditandai adanya bidang batas (tidak
uniform) maka campuran yang didapat merupakan campuran yang heterogen. Contoh : beton merupakan campuran
heterogen dari semen, kerikil dan pasir. Di sini masing-masing komponen yang menyusun campuran masih dapat
dibedakan oleh mata. Tapi tak selamanya komponen-komponen penyusun campuran heterogen dapat dilihat mata
seperti campuran partikel-partikel atau molekul-molekul di udara.
Untuk menentukan sifat-sifat kimia dan fisika dari komponen-komponen yang menyusun campuran, maka
komponen-komponen penyusun campuran harus dipisahkan terlebih dahulu, dari zat yang satu dengan zat yang
lainnya berdasarkan perbedaan sifat-sifat fisikanya.
Cara-cara pemisahan yang dapat ditempuh ialah :
1. Penyaringan : cara ini biasanya digabung dengan cara kristalisasi kembali,dan digunakan untuk memisahkan zat
padat murni dari kotoran-kotorannya. Proses kristalisasi kembali dapat digambarkan sebagai berikut :
Mula-mula zat padat yang mau dimurnikan dilarutkan dalam pelarut tertentu, dipanaskan sedemikian rupa sehingga
zat padat beserta sebagian kotoran melarut, tapi kotoran-kotoran lainnya tidak larut (a). Kemudian campuran ini
disaring dalam keadaan panas, sehingga zat padat terlarut (beserta sebagian kotoran terlarut) terpisah dari kotoran
yang tak larut. Kotoran yang tak larut ini akan tertinggal pada kertas saring (b). Zat padat beserta kotoran-kotoran
terlarut didinginkan dalam air es (c). Diharapkan hanya zat padat yang diinginkan yang akan mengkristal. Kemudian
kristal dipisahkan dari pelarut (d) dengan jalan menyaring, sehingga kotoran-kotoran terlarut tertinggal di dalam
pelarut.
2. Destilasi : cara ini dapat digunakan untuk memisahkan cairan yang satu dari yang lain. Prinsip destilasi ialah :
Bila dua atau lebih campuran cairan dipanaskan, maka cairan dengan titik didih yang paling rendah akan menguap
terlebih dahulu. Kemudian uap yang didapat, didinginkan dan cairan yang terjadi dikumpulkan sebagai hasil
destilasi. (Gambar 1)
Hasil destilasi juga disebut destilat. Bila titik didih dari cairan yang mau dipisahkan berdekatan satu sama lain ,
destilat yang terjadi masih merupakan campuran dari dua jenis cairan tetapi prosentasi campurannya lebih sedikit.
Untuk memisahkan kedua cairan ini, destilat yang didapat dipisahkan lagi dengan destilasi sehingga terjadi destilasi
kedua, begitu seterusnya. Metode ini disebut dengan Destilasi bertingkat.
3. Kromatografi : Mulanya cara ini digunakan untuk memisahkan pigmen-pigmen warna Yang terdapat dalam daun.
Bila campuran cairan atau gas dilalukan pada suatu zat penyerap, maka komponen-komponen campuran akan
diserap oleh adsorben. Seberapa jauh komponen itu dapat diserap tergantung pada sifat-sifat fisika komponen
tersebut. Bila campuran cairan dilewatkan dalam kolom yang berisi adsorben, komponen yang terserap terkuat akan
teradsorbsi terlebih dahulu sehingga komponen lainnya akan dilewatkan atau mengalir terlebih dahulu. Jadi makin
lemah cairan itu teradsorbsi makin cepat cairan itu mengalir. Bila komponen cairan itu bewarna, maka akan
kelihatan adanya pita-pita warna dalam kolom.
Contoh.
1. dit : - Berapa mol S terdapat dalam 50,0 gram S ?
Jawab : 1. tentukan harga BA, harga BA = 32,1 sma.
2. tentukan harga m, m(S) =
- Vaktor konversi 32,1 g/1 mol
- Karena yang ditanya adalah mol, maka vaktor konversi menjadi
1 mol/32,1 g
3. kalikan vaktor konversi dengan harga yang diketahui,
jadi mol S adalah 1mol / 32,1 g x 50,0 gram = 1,56 mol.
2. dit. : - Tentukan massa 0,55 mol NaCl
Jawab : *. BM NaCl (23,0 + 35,5 sma/molekul ) = 53,5 sma
*. Vaktor konversi = 53,5 g/ 1 mol NaCl
*. Karena yang ditanya adalah gram, maka vaktor konversinya tetap
*. jadi massa NaCl = 53,5 g / 1 mol NaCl x 0.55 = 32,2 gram NaCl.
3.5. Reaksi reaksi dalam larutan
Kebanyakan raksi-reaksi antara cairan dan padatan lebih mudah terjadi bila zat-zat itu dilarutakan dalam pelarut
tertentu. Hal ini disebabkan karena , dalam larutan yang homogen, partikel-partikel reaktan dapat tercampur dan
saling berdekatan satu sama lain dibandingkan dengan keadaan padat, cair atau dalam campuran heterogen.
Karena larutan adalah suatu campuran heterogen dan tak mempunyai harga komposisi yang konstan, maka perlu
diketahui berapa jumlah zat yang dilarutkan dalam pelarut tertentu, selanjutnya zat padat yang terlarut disebut
dengan solut dan zat cair sebagai pelarut disebut dengan solven.
Konsentrasi suatu larutan dinyatakan sebagi perbandingan antara banyaknya solut terhadap banyaknya solven atau
terhadap banyaknya larutan.
Dibawah ini dijelaskan beberapa jenis konsentrasi yang dikenal antara lain adalah :
Persen masa : yaitu masa zat terlarut per 100 gram masa larutan.
Contoh : Larutan yang mengandung 10% glukosa dalam air mempunyai arti sbba; 10 gram glukosa dalam 100 gram
larutan atau 10 gram glukosa dalam 90 gram air .
Molaritas (M) : adalah jumlah mol solut( zat ) dalam 1 liter larutan.
M = mol solut/ 1 liter larutan
Contoh : Berapa mol NaOH terdapat dalam 225 ml larutan NaOH 0,35 molar (M).
Jawab :
Volume larutan : 225 ml = 0.225 liter
M = mol NaOH / 1 liter larutan x 0,225 liter
Mol NaOH = M/0,225
= 0.35 molar/ 0,225
= 0,079 mol NaOH
Pengenceran adalah suatu metoda untuk menurunkan konsentrasi larutan dari konsentrasi pekat ke konsentrasi
kurang pekat dengan jalan penambahan sejumlah tertentu pelarut
3.6. Titrasi
Jumlah produk atau reaktan suatu reaksi dapat ditentukan dari stoichiometri reaksi, sehingga bila masa reaktan yang
ikut ambil bagian dalam suatu reaksi diketahui, maka masa produk dapat dihitung. Prinsip yang sama juga berlaku
pada titrasi. Tapi pada titrasi yang diketahui bukanlah masa zat, melainkan volume dan konsentrasinya.
Pada titrasi, ada dua jenis larutan yakni larutan standar atau larutan pentiter dan larutan sample, larutan standar
adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui, biasanya larutan standar dipakai sebagai larutan pentiter dan
diletakan pada buret. Sedangkan larutan yang dititer (sample) atau larutan yang akan dicari konasentrasinya
ditempatkan pada Erlenmeyer.
Contoh : larutan HCl dititrasi dengan larutan NaOH.
Contoh 1. Pada titrasi, 25,0 ml larutan HCl membutuhkan 35,6 ml larutan NaOH 0,1 M. Tentukan Molaritas larutan
HCl.
Jawab:
Pada titik ekivalen, mol NaOH yang ditambahkan sama dengan mol HCl, maka
~ Cari dulu mol NaOH, M = mol NaOH/1000 ml larutan
0,1 = mol NaOH /0,0356 l
mol NaOH = 0.00356 mol
~ Karena mol HCl = mol NaOH
Maka molaritas HCL, M = mol Hcl / 1000 ml larutan
M = 0.00356 / 0.025 l
M = 0.146 molar
Contoh 2. 50 ml larutan NaOH dapat dinetralkan oleh 42,5 ml H2SO4 0,05 M, tentukan harga MNaOH.
Jawab:
2 NaOH + H2SO4 ----- Na2SO4 + 2 H2O
~ Pada titik ekivalen, 2 mol NaOH yang ditambahkan sama dengan 1 mol H2SO4, maka
~ Cari dulu mol H2SO4, M = mol H2SO4/1l larutan
0,05 = mol H2SO4/0,0 425 l
mol H2SO4 = 0.002125 mol
~ Karena mol H2SO4 = 2 mol NaOH, jadi mol NaOH = 0.0425 mol
Maka molaritas NaOH, M = mol NaOH l / 1000 ml larutan
M = 0.00425 / 0.050 l
M = 0.085 molar
III. GAS
3.1. Sifat-sifat gas
Sifat-sifat gas jauh berbeda dengan sifat-sifat cair maupun padat. Perbedaan ini dapat dilukiskan sebagai berikut :
Gas dengan masa yang sama dengan masa cair atau padat akan menempati ruangan yang jauh lebih besar dibanding
dengan cair atau padat.
Gas tidak mempunyai volume tertentu, sedangkan zat cair dan padat mempunyai volume tertentu.
Gas tidak mempunyai bentuk, gas akan mengisi seluruh ruangan, bentuk gas ditentukan oleh bentuk ruangan, hal
yang sama terjadi pada cairan. Bentuk cairan ditentukan oleh wadah dimana cairan itu berada. Tapi zat padat
mempunyai bentuk.
Gas dapat berdifusi yang menghasilkan bau-bauan yang dapat menyebar keseluruh ruangan.
Gas mudah dimampatkan, sedangkan cairan dan padat sulit.
3.2. Tekanan Atmosfir (udara )
Karena gaya tarik grafitasi bumi, gas-gas yang berada di atmosfir akan tertarik ke permukaan bumi. Dengan
perkataan lain, gas yang berada diudara itu mempunyai masa. Oleh sebab itu gas-gas ini dapat melakukan suatu
tekanan atmosfir.
Hal ini telah dibuktikan oleh Evangelista Torricelli (1608-1647) dari percobaan berikut:
BAROMETER
Mula-mula tabung gelas yang panjangnya 1 m, yang salah satu ujungnya tertutup, diisi dengan air raksa. Kemudian
tabung itu dibalikan dalam bak yang berisi air raksa, sehingga ujung tertutup menjulang keatas. Ternyata air raksa
dalam tabung tak mau turun ke bak, disamping itu bagian atas tabung tetap kosong. Bila percobaan ini dilakukan
diatas laut, tinggi air raksa dalam tabung ialah 76 cm. Tapi bila dilakukan diatas bukit, maka tinggi air raksa didalam
tabung akan kurang dari 76 cm.
Menurut torricelli tekanan udara(atmosfir) yang menekan bagian bak terbuka dari barometer akan mengakibatkan
naiknya air raksa dalam tabung gelas. Jadi tingginya permukaan air raksa dalam tabung akan sama dengan besarnya
tekanan udara. Bagian yang kosong yang terletak dibagian atas barometer itu, merupakan ruangan hampa yang
mengandung hanya beberapa molekul air raksa dalam bentuk uap.
Tekanan didefinisikan sebagai besarnya gaya yang bekerja per satuan luas, misalnya tekanan diukur dalam
kg/m2(satuan SI), N/m2 atau pa(pascal).
1 N/m2 = 1 pa
1 atmosfir didefinisikan sebagai tekanan udara pada permukaan laut pada 0 oC. Berdasarkan percobaan Torricelli
didapatkan tinggi air raksa dalam barometer pada permukaan laut ialah 76 cm = 760 mm. Jadi 1 atmosfir sama
dengan 760 mm Hg = 760 torr ( torr berasal dari nama penemunya yakni torricelli )
1 mm Hg = 1 torr
1 atm = 760 mm Hg = 760 torr
3.3.Hubungan antara tekanan dan Volume gas
Pada tahun 1660, Robert Boyle menyusun suatu hukum yang dikenal sebagai hukum boyle yang bunyinya: pada
tempratur konstan, volume suatu gas berbanding terbalik dengan tekanan yang dilakukan pada gas tersebut. Jadi :
V 1/p
Sehingganya, bila tekanan diperbesar, volume akan menjadi kecil dan sebaliknya
1/p
p
VPernyataan hokum Boyle dalam grafik.
Koefisien arah = k
V
Grafik v melawan 1/p merupakan grafik garis lurus dengan koefisien arah = k. hokum Boyle ini berlaku pada
tempratur tetap, bila tempratur berubah, energy kinetik rata-rata molekul akan berubah,sehingga aluran antara v
dengan 1/p memberikan harga koefisien arah k yang berbeda. Jadi harga k tergantung pada ukuran dari partikelpartikel gas tersebut.
Bentuk lain dari hokum Boyle : P1.V1 = P2.V2
Contoh 1. Selama percobaan dengan suhu konstan, mula-mula 360 ml gas ditekan dengan tekanan sebesar 625 torr
dan kemudian dinaikan tekanan menjadi 750 torr, berapa volume gas.
Jawab: P1.V1 = P2.V2
V2 = P1.V1/P2
V2 = 625 torr.360 ml/750 torr
V2 = 300 ml
Contoh 2. Gas bertekanan 5 atm dan suhu 0 oC mengisi ruangan 100 l, berapa tekanan dibutuhkan untuk menekan
gas tersebut sehingga volumenya menjadi 30 l dan suhunya 0 oC
Jawab :
P2 = P1.V1/V2
P2 = 5 atm x 100 l / 30 l
P2 = 16,7 atm
3.4.Hubungan antara tempratur dan volume gas
Pada tahun 1787 Jacques Charles (1746-1823) menyusun hukum yang bunyinya ; Pada tekanan konstan, volume
suatu gas berbanding lurus dengan tempratur gas (tempratur dalam K)
V T atau V = kT
T (K)
Kemiringan = k
Vk ialah suatu konstanta, semakin tinggi suhu gas makin besar volume ruangan yang akan diduduki oleh gas
tersebut. Sedangkan masa gas tak akan dipengaruhi oleh perubahan suhu, maka kerapatan gas akan berkurang
dengan naiknya suhu. Dengan perkataan lain, gas yang akan bersuhu tinggi akan naik keatas.
Pada tahun 1802, Joseph Gay-lussac (1778-1850) menyatakan : pertambahan volume gas per kenaikan tempratur
sebesar 1o K pada P konstan ialah 1/273 kali volume gas semula.
Hukum Charles dapat ditulis sbb:
V1 = V2
T1 T2
Contoh 3. Pada suhu 100 oC, balon yang bervolume 500 ml mempunyai tekanan sebesar 1 atm. Berapa volume
balon pada suhu 0 oC.
Jawab: V2 = V1 . T2
T1
V2 = 500 ml x 273 K
373 K
V2 = 366 ml
3.5. Energy kinetik dari moleku-molekul gas
Temperatur merupakan ukuran energy kinetik rata-rata dari moleku-molekul gas. Bila tempratur dinaikan, energy
kinetik juga bertambah, energy kinetik rata-rata dari molekul dinyatakan dalam KE = (1/2) mv2 , jadi bila tempratur
diperbesar maka v juga akan besar. Makin besar kecepatan molekul, makin lebih sering molekul itu bertabrakan
dengan dinding bejana. Bila tempreratur diperkecil, kecepatan gerak molekul akan menurun dan pada suatu saat
akan sama dengan nol, hal ini terjadi pada 0 K. oleh sebab itu 0K disebut suhu nol absolut.
3.6.Hukum gas ideal
Penggabungan hukum boyle dan hukum Charles menghasilkan suatu hukum baru yang dikenal sebagai hukum gas
Ideal.
PV = k atau
T
P1V1 = P2V2
T1 T2
Persamaan ini disebut dengan persamaan gas ideal dan dapat digunakan untuk gas-gas yang temperaturnya tak
begitu rendah dan tekanannya kecil dari 10 atm.
Contoh 4. tentukan volume gas O2 pada 0 C dan 760 torr bila pada suhu 35 C dan tekanan 800 torr gas itu
menempati ruangan sebesar 462 ml.
Jawab. Karena suhu dan tekanan cukup rendah, maka persamaan gas ideal dapat digunakan.
V2 = P1.V1.T2
P2.T1
V2 = 800 torr x 462 ml x 273 K
760 torr x 308 K
V2 = 431 ml
Menurut hipotesa Avogadro, pada P dan T yang sama, volume gas yang sama akan mengandung banyak moleku gas
yang sama pula. Jadi V n.
Diketahui: PV/T = k, maka
PV = nR atau
T
PV = nRT
Persamaan ini dikenal dengan persamaan gas ideal, dan R disebut sebagai tetapan molar gas.
Contoh 5. Diketahui 0,25 mol gas A pada 25 C dan 0,8 atm mempunyai volume sebesar 7,65 l. tentukan harga R.
Jawab : R = PV
nT
R = 0,8 atm x 7,56 l
0,25 mol x 298 K
R = 0,08206 l atm /mol K
Kemudian suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan,
yaitu pada bentuk dan ukuran kristal-kristalnya. Jelaslah makin besar kristal-kristal yang terbentuk selama
berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring. Bentuk kristal juga penting, struktur yang
sederhana, seperti kubus, octahedron atau jarum-jarum, lebih mudah di murnikan, sedangkan struktur yang komplek
yang mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk sehingga sulit dimurnikan.
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan tergantung terutam pada dua factor, yakni laju pembentukan inti
dan laju pertumbuhan kristal.
Laju pembentukan inti dapat dinyatakan dengan jumlah terbentuknya dalam suatu waktu. Jika laju pembentukan inti
tinggi, banyak sekali kristal yang akan terbentuk. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh
(supersaturation) dari larutan.
Laju pertumbuhan kristal merupakan aktor lainnya yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama
pengendapan berlangsung, jika laju ini tinggi, kristal yang besar-besar terbentuk. Laju pertumbuhan kristal juga
tergantung pada derajat lewat jenuh
4.4 Keadaan Koloid
Dalam analisa kualitatif, kadang-kadang terjadi, bahwa zat tak muncul sebagai endapan ketika pereaksi-pereaksi
terdapat dalam konsentrasi sedemikian, sehingga hasil kali kelarutan zat itu telah jauh dilampaui, Karena partikelpartikel yang dihasilkan sngat halus sehingga tidak muncul sebagai endapan, partike-partikel ini ada dalam keadaan
koloid. Bila hydrogen sulfida dialirkan melalui larutan arsenik (III) oksida yang telah didinginkan, tak ada endapan
yang dapat dibedakan. Hanya adanya warna kuning tua dan bila dipandang dengan cahaya terpantul akan terlihat
adanya kabut. Jika berkas cahaya yang kuatkan dilewatkan pada larutan dan larutan ini diamati dengan mikroskop
yang tegak lurus terhadap cahaya masuk, akan terlihat pembauran cahaya (titik-titik terang dengan latar belakang
gelap). Pembauran cahaya ini ternyata disebabkan oleh terpantulnya cahaya oleh partikel-partikel yang tersuspensi
dalam larutan. Pembauran cahaya ini disebut efek tyndall. Larutan lain yang juga ditemukan dalam analisa kualitatif
meliputi hidroksida-hidroksida dari besi(III), kromium(III) dan aluminium(III), sulfida-sulfida dari tembega(II),
mangan(II) dan nikel(II), perak klorida dan asam silikat.
Ion-ion dan molekul anorganik sederhana seperti NH3,CN-,Cl-. H2O membentuk ligan monodentat, yaitu suatu ion
atau molekul menempati salah satu ruang yang tersedia sekitar ion pusat dalam bulatan koordinasi, tetapi ligan
bidentat (seperti ion dipiridil), tridentat dan juga tetradentat dikenal orang. Komplek yang terdiri dari Ligan-ligan
polidentat sering disebut sepit (chelate). Nama ini berasal dari kata yunani untuk sepit kepiting, yang menggigit
sesuatu objek seperti ligan-ligan polident itu menangkap ion pusatnya.
Rumus dan nama beberapa ion komplek adalah sebagai berikut :
[Fe(CN)6]4- Heksasianoferat (II)
[Fe(CN)6]3- Heksasianoferat (III)
[Cu(NH3)4]2+ Tetraaminakuprat(II)
[Cu(CN) 4]3- Tetrasiannokuprat(III)
[Co(H2O) 6]3+ Heksakuokobaltat(III)
[Ag(CN) 2]1- Disianoargentat(I)
[Ag(S2O3) 2]3- Ditiosulfatoargentat(III)
Dari contoh-contoh ini, kaedah tatanama nampak jelass. Atom pusat seperti Fe, Cu, Co, dan Ag diikuti olah rumus
ligan (CN, NH3, H2O dan S2O3) dengan bilangan indeks stoikiometri yang dalam hal ligan monodentat adalah
sama dengan bilangan koordinasi. Rumus ini ditaruh antara tanda kurung siku-siku dan muatan ionnya ditunjukan
diluar tanda kurung itu menurut tanda biasa. Bila menyatakan konsentrasi komplek akan dipakai tanda kurung tipe {
} untuk menghindari kekeliruan. Dalam nama ionnya mula-mula dinyatakan jumlah (bahasa yunani) ligan, lalu
nama ligan diikuti oleh nama atom pusat serta bilangan oksidasinya(valensinya).
Kaedah-kaedah valensi yang klasik tak berlaku untuk ion kompleks. Untuk menjelaskan sifat-sifat khas dari ikatan
kimia dalam ion komplek, berbagai teori telah dikembangkan. Sejak tahun 1893, A. Werner mengemukakan
pendapatnya, bahwa selain valensi normal, unsur memiliki velensi sekunder, yang digunakan bila ion komplek
dibentuk. GN. Lewis 1916, ketika menguraikan teorinya tentang ikatan-ikatan kimia yang didasarkan atas
pembentukan pasangan-pasangan electron, menerangkan pembentukan komplek terjadi karena penyumbangan suatu
pasangan electron seluruhnya oleh suatu atom ligan kepada atom pusat. Apa yang disebut ikatan datif ini kadangkadang dinyatakan dengan sebuah anak panah, yang menunjukan arah penyumbangan electron. Dalam rumus
bangun ion tetraaminakuprat(II).
NH3
[H3NCuNH3 ]
NH3
Anak panah menunjukan bahwa sepasang electron electron disumbangkan oleh setiap ion nitrogen kepada ion
tembaga. Meskipun teori lewis memberi penjelasan yang luas tentang struktur kimia dengan ungkapan-ungkapan
yang sederhana, untuk dapat mengerti dengan lebih mendalam sifat-sifat dari ikatan kimia itu diperlukan perumusan
teori yang baru. Diantara ini adalah teori medan ligan, yang menjelaskan pembentukan komplek atas dasar sekeliling
bulatan sebelah dalam dari atom pusat. Medan ligan menyebabkan penguraian tingkatan energy unutk menstabilkan
komplek itu (energy stabilisasi medan ligan). Unutk mempelajari teori medan ligan lebih terperinci, hendaklah
dibaca buku pelajaran yang lebih sesuai.
Muatan suatu ion komplek merupakan jumlah muatan ion-ion yang membentuk kompleks itu :
Ag+ + 2CN- [ Ag(CN)2]Cu2+ + 4CN- [ Cu(CN)4]2Fe2+ + 6CN- [ Fe(CN)6]4Fe3+ + 6CN- [ Fe(CN)6]3Jika moleku-molekul netral yang terlibat sebagai ligan dalam pembentukan komplek, muatan pada ion komplek
tetap sama dengan muatan pada atom pusatnya.:
Ag+ + 2NH3 [ Ag(NH3)2]+
2
[Ag(S2O3)2]3- Ag+ + 2S2O321,0 x 10-18
3
[Ag(CN)2]- Ag+ + 2CN1,0 x 10-21
4
[Cu(CN)4]3- Cu+ + 4CN5,0 x 10-28
5
[Cu(NH3)4]2+ Cu2+ + 4NH3
4,6 x 10-14
6
[Cd(NH3)4]2+ Cd2+ + 4NH3
2,5 x 10-7
7
[Cd(CN)4]2- Cd2+ + 4CN1,4 x 10-17
8
[CdI4]2- Cd2+ + 4I5 x 10-7
9
[HgCl4]2- Hg2+ + 4Cl6,0 x 10-17
10
[Hg(CN)4]2- Hg2+ + 4CN4.0 x 10-42
Kedua electron yang dilepaskan oleh Fe diambil oleh Cu2+ dalam proses ini.
Contoh 1 :
Uraikan reaksi redok yang berlangsung antara Fe3+ dan Sn2+.
Langkah penyelesaian sbb:
1. Harus diketahui bahwa produknya adalah Fe2+ dan Sn4+.
2. Reaksi setengah selnya adalah :
(i) Fe3+ + e- Fe2+
(ii) Sn2+ Sn4+ + 2 e3. kalikan (i) dengan 2, sehingga didapatkan jumlah electron (i) dengan (ii) sama
2 Fe3+ + 2 e- 2 Fe2+
4. Jumlahkan kedua persamaan
2 Fe3+ + 2 e- + Sn2+ 2 Fe2+ + Sn4+ + 2 eDisederhanakan menjadi :
2 Fe3+ + Sn2+ 2 Fe2+ + Sn4+
Contoh 2 : Ion bromat dapat direduksi oleh iodida dalam suasana asam. Tulis persamaan reaksinya.
1. diketahui bahwa produk reaksi ini adalah ion bromida, Iod dan Air (Br- ,I2 dan H2O)
2. Jadi reaksi setengah selnya adalah sbb:
(i) BrO-3 + 6H+ + 6e- Br- + 3H2O
(ii) 2I- I2 + 2e3. Kalikan persamaan (ii) dengan 3, untuk mendapatkan jumlah elektronnya sama.
6I- 3 I2 + 6e4. Jumlahkan kedua persamaan tersebut:
BrO-3 + 6H+ + 6e- + 6I- Br- + 3I2 + 3H2O + 6eDisederhanakan menjadi:
BrO-3 + 6H+ + 6I- Br- + 3I2 + 3H2O
Didalam analisis kualitatif, dikenal dua macam uji, yakni uji reaksi kering dan uji reaksi basah. Reaksi kering dapat
diterapkan untuk zat-zat padat sedangkan reaksi basah diterapkan untuk zat-zat yang berada dalam bentuk larutan.
7.1. Reaksi kering
Adalah jenis reaksi yang dapat dilakukan terhadap zat-zat yang berada dalam keadaan kering, yakni tanpa
melarutkan contoh, diantara reaksi kering adalah sbb:
7.1.1 Pemanasan, Zat ini ditaruh dalam sebuah tabung pengapian (tabung bola) yang dibuat dari pipa lunak dan
dipanasi dengan nyala bunsen, hasil reaksi dapat ditandai dengan adanya perubahan warna atau dibebaskannya suatu
gas yang dapat dikenali dengan sifat-sifat khasnya.
7.1.2 Uji Pipa tiup, Nyala bunsen, merupakan suatu nyala mereduksi yang dihasilkan dengan menaruh mulut pipatiup tepat diluar nyala dan meniup dengan lembut sehingga kerucut dalam berayun-ayun pada zat yang diperiksa.
Suatu nyala pengoksid diperoleh dengan memegang mulut pipa-tiup itu kira-kira sepertiga kedalam nyala dan
meniup dengan lebih kuat dalam arah sejajar dengan puncak pembakar.
7.1.3 Uji Spectroskopi. Spectra nyala, satu-satunya cara yang berharga untuk memanfaatkan uji nyala dalam analisis
ialah memisah-misahkan cahaya atas rona-rona komponennya dan mengidentifikasi kation yang ada oleh perangkat
rona yang khas. Alat yang digunakan untuk memisahkan cahaya menjadi warna-warna penyusunnya disebut
Spektroskop.
B
A
C
D
Spektroskop terdiri dari kolimator A yang melepaskan berkas sinar sejajar pada prisma B, yang dipasang pada suatu
meja putar, Telekoskop C dapat mengamati spektrum sinar.dan sebuah tabung D yang berisikan skala garis-garis
rujukan yang dapat diimpitkan pada spektrum. Teleskop ini dikalibrasi dengan mengamati spektra zat-zat yang
diketahui seperti : Natrium chlorida, Kalium klorida dan Litium klorida. Garis-garis yang menyolok mata ditaruh
pada sebuah grafik yang digambarkan dengan panjang gelombang sebagai ordinat dan pembagian skala sebagai
absis. Kurva panjang gelombang dari semua posisi dan juga dalam menegakkan identitas unsur-unsur penyusun
campuran.
Sebuah pembakar bunsen yang menyala ditaruh didepan kolimator A pada jarak kira-kira 10 cm dari celah. Natrium
chlorida dimasukan kedalam bagian bawah nyala dengan kawat platinum yang bersih dan tabung yang mempunyai
celah dan bisa diubah-ubah diputar sampai garis natrium yang dilihat dari teleskop C berada dalam posisi vertikel.
Garis Natrium itu kemudian difokuskan dengan tajam dengan mengubah-ubah tabung geser kolimator dan teleskop.
Akirnya skala D difokuskan sampai tajam. Celah itu harus juga dibuat sempit agar posisi garis pada skala dapat
n warna
4. Pembebasan gas.
Diantara reaksi basah adalah sebagai berikut:
7.2.1 Reaksi pengendapan:
Adalah jenis reaksi yang dilakukan untuk mendapatkan endapan yang diinginkan dalam suatu reaksi kimia,
pengamatan biasanya pada endapan yang terbentuk, jenis endapan tergantung kepada jenis zatnya
Contohnya :
P2+ + HCl PbCl2
Ag+ + HCl HgCl
7.2.2 Terbentuknya perubahan warna,
Adakalanya suatu reaksi membentuk hasil reaksi dengan perobahan warna dari warna semula, perobahan warna ini
dijadikan sebagai indikator terhadap hasil reaksi yang akan dijadikan sebagai patokan untuk menentukan jenis zat
yang bereaksi.
7.2.3 Pembebasan gas,
Biasanya gas yang dihasilkan dari reaksi kimia tidak dapat diamati dengan cara biasa, karena bentuknya yang tak
bewarna, Dan kita hanya bisa menentukan apakah gas itu ada atau tidak, untuk menentukan keberadaan gas ini dapat
dilakukan pengamatan sebagai berikut:
Misalnya gas CO2 yang dihasilkan dari reaksi antara karbonat dengan asam
CO32- + H+ ------- CO2 + H2O
CO2 yang dihasikan ditangkap dengan Air burit,
CO2 + Mg+ ----- MgCO2merah
7.2.4 Jenis jenis peralatan yang biasa digunakan pada reaksi basah
7.3.2 Golongan II, adalah golongan yang dapat membentuk endapan dengan Asam sulfida
2
H2S
Endapan hitam
+ HNO3 pekat
Endapan putih
3
NH3
Endapan putih
+ berlebihan
larut
4
NaOH
Endapan putih
+ berlebihan
larut
S/N
UJI
Gol I, Hg+
PENGAMATAN
PENJELASAN
1
HCL
Endapan putih
+ NH3
Endapan hitam
+ Air Panas
Tak ada perobahan
2
H2S
Endapan hitam
+ HNO3 pekat
Endapan hitam
3
NH3
Endapan hitam
+ berlebihan
Tak ada perobahan
4
NaOH
Endapan hitam
+ berlebihan
Tak ada perobahan
S/N
UJI
Gol I, Ag+
PENGAMATAN
PENJELASAN
1
HCL
Endapan putih
+ NH3
larut
+ Air Panas
Tak ada perobahan
2
H2S
Endapan hitam
+ HNO3 pekat
larut
3
NH3
Endapan coklat
+ berlebihan
Larut
4
NaOH
Endapan coklat
+ berlebihan
Tak ada perobahan
2
H2S (+HCl)
Hitam, PbS
Hitam, Hg + HgS
Hitam, AgS
+HNO3 didihkan
Putih, PbSO4
Hitam, Hg2(NO3)2S
Larut, Ag+
3
NH3 sedikit
Putih, Pb(OH)2
Hitam, HgNH2NO2
Coklat, Ag2O
+Berlebihan
Tak ada perobahan
Tak ada perobahan
Larut
4
NaOH sedikit
Putih, Pb(OH)2
Hitam, Hg2O
Coklat, Ag2O
+Berlebihan
Larut, (Pb(OH)4)2Tak ada perobahan
Tak ada perobahan