Вы находитесь на странице: 1из 2

Gerakan Mahasiswa Pembebasan

Indralaya
Jl. Sarjana Blok. C No. 23 Timbangan Indralaya-Sumsel
082185360523 (Hendro)

Agung RI nomor: KEP-116/A/JA/11/2007 tentang Larangan Kegiatan Aliran dan Ajaran Al-Qiyadah
al-Islamiyah di seluruh Indonesia yang didasarkan pada

MENUNTASKAN MASALAH GAFATAR DAN ALIRAN SESAT


Akhir-akhir ini nama Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara) mencuat dan menimbulkan
kehebohan, terutama setelah dari berbagai daerah bermunculan laporan warganya pergi ke
Kalimantan untuk bergabung dengan Gafatar. Banyak warga yang anggota keluarganya hilang merasa
was-was jika keluarganya bergabung dengan Gafatar. Banyak dari mereka mendatangi sekretariat
Gafatar. Namun, sekretariat-sekretariat itu sudah kosong ditinggalkan penghuni dan pengurus Gafatar.
Isu Gafatar itu akhirnya berpuncak dengan meletusnya pembakaran camp Gafatar di Mempawah oleh
massa pada Selasa (19/1) silam. Warga eks Gafatar diusir agar meninggalkan Mempawah. Pemerintah
akhirnya memutuskan untuk memulangkan warga eks Gafatar ke daerah asalnya.
Kapolri Jenderal Pol. Badrodin Haiti di DPR (25/1) mengatakan Kepolisian tengah mendata eks
Gafatar yang berada di Kalimantan Barat. Tindak lanjut penanganannya melakukan pendataan dan
memfasilitasi proses pemulangan eks Gafatar saat ini yang terdata di Kalimantan Barat sebanyak
4.010 jiwa, terdiri dari 907 laki-laki, 632 perempuan dan 2.471 anak-anak, jelas Badrodin
(Viva.co.id, 25/1).
Siapa Gafatar?
Menurut Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Gafatar berawal dari gerakan Al-Qiyadah al-Islamiyah
yang dipimpin Ahmad Mushadeq (DetikNews, 25/1). Tim Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat
(Pakem), yang terdiri atas sejumlah lembaga negara, melakukan investigasi untuk menyelidiki dugaan
penyimpangan ajaran yang dilakukan Gafatar. Kami telah meneliti kegiatan Gafatar selama sebulan
terakhir dan kami menilai itu ajaran menyimpang, tutur Wakil Ketua Tim Pakem Adi Toegarisman
saat konferensi pers di Kejagung, Kamis, 21 Januari 2016 (Tempo.co, 21/1).
Dari hasil investigasi tersebut, Pakem mendapatkan tiga alasan yang mendasari anggapan bahwa
ajaran Gafatar menyimpang. Pertama: Gafatar dinilai menyebarkan ajaran Islam dan sejumlah agama
lain dengan cara menyatukan berbagai agama menjadi satu kepercayaan. Kedua: Gafatar merupakan
metamorfosis dari Komunitas Millah Abraham (Komar). Sebelumnya, organisasi tersebut juga
merupakan metamorfosis dari organisasi Al-Qiyadah al-Islamiyah. Organisasi tersebut telah dilarang
sejak 2007
dengan
keputusan
Jaksa

Gerakan Mahasiswa Pembebasan


Indralaya
Jl. Sarjana Blok. C No. 23 Timbangan Indralaya-Sumsel
082185360523 (Hendro)

MENUNTASKAN MASALAH GAFATAR DAN ALIRAN SESAT


Akhir-akhir ini nama Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara) mencuat dan menimbulkan
kehebohan, terutama setelah dari berbagai daerah bermunculan laporan warganya pergi ke
Kalimantan untuk bergabung dengan Gafatar. Banyak warga yang anggota keluarganya hilang merasa
was-was jika keluarganya bergabung dengan Gafatar. Banyak dari mereka mendatangi sekretariat
Gafatar. Namun, sekretariat-sekretariat itu sudah kosong ditinggalkan penghuni dan pengurus Gafatar.
Isu Gafatar itu akhirnya berpuncak dengan meletusnya pembakaran camp Gafatar di Mempawah oleh
massa pada Selasa (19/1) silam. Warga eks Gafatar diusir agar meninggalkan Mempawah. Pemerintah
akhirnya memutuskan untuk memulangkan warga eks Gafatar ke daerah asalnya.
Kapolri Jenderal Pol. Badrodin Haiti di DPR (25/1) mengatakan Kepolisian tengah mendata eks
Gafatar yang berada di Kalimantan Barat. Tindak lanjut penanganannya melakukan pendataan dan
memfasilitasi proses pemulangan eks Gafatar saat ini yang terdata di Kalimantan Barat sebanyak
4.010 jiwa, terdiri dari 907 laki-laki, 632 perempuan dan 2.471 anak-anak, jelas Badrodin
(Viva.co.id, 25/1).
Siapa Gafatar?
Menurut Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Gafatar berawal dari gerakan Al-Qiyadah al-Islamiyah
yang dipimpin Ahmad Mushadeq (DetikNews, 25/1). Tim Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat
(Pakem), yang terdiri atas sejumlah lembaga negara, melakukan investigasi untuk menyelidiki dugaan
penyimpangan ajaran yang dilakukan Gafatar. Kami telah meneliti kegiatan Gafatar selama sebulan
terakhir dan kami menilai itu ajaran menyimpang, tutur Wakil Ketua Tim Pakem Adi Toegarisman
saat konferensi pers di Kejagung, Kamis, 21 Januari 2016 (Tempo.co, 21/1).
Dari hasil investigasi tersebut, Pakem mendapatkan tiga alasan yang mendasari anggapan bahwa
ajaran Gafatar menyimpang. Pertama: Gafatar dinilai menyebarkan ajaran Islam dan sejumlah agama
lain dengan cara menyatukan berbagai agama menjadi satu kepercayaan. Kedua: Gafatar merupakan
metamorfosis dari Komunitas Millah Abraham (Komar). Sebelumnya, organisasi tersebut juga
merupakan metamorfosis dari organisasi Al-Qiyadah al-Islamiyah. Organisasi tersebut telah dilarang
sejak 2007 dengan keputusan Jaksa Agung RI nomor: KEP-116/A/JA/11/2007 tentang Larangan
Kegiatan Aliran dan Ajaran Al-Qiyadah al-Islamiyah di seluruh Indonesia yang didasarkan pada

Fatwa MUI. Ketiga: Ajaran Gafatar mempercayai Ahmad Mushadeq sebagai Al-Masih
AlMawud, Mesias (juru selamat) yang dijanjikan menggantikan Nabi Muhammad saw.
Penyebab
Banyak faktor yang membuat orang bergabung dengan Gafatar. Di antara faktor yang menonjol
adalah masih lemahnya pengetahuan masyarakat tentang Islam. Akibatnya, orang bisa terpengaruh
dengan Gafatar dan ajarannya meski menyimpang dari Islam.
Faktor lain adalah kondisi dan kesulitan ekonomi yang diderita rakyat. Mayoritas pengungsi eks
Gafatar yang dipulangkan melalui Pelabuhan Tanjung Emas Semarang mengaku motivasi mereka
bergabung dengan ormas tersebut hanya karena ingin bertani. Untuk itu sebagian dari mereka rela
menjual rumah dan kendaraan agar bisa memiliki modal untuk sewa lahan dan menyokong kehidupan
di Mempawah, Kalimantan (Liputan6.com, 25/1).
Kemunculan Gafatar dan berbagai aliran sesat lainnya termasuk berbagai penistaan terhadap Islam
dan simbol-simbolnya menunjukkan bahwa negara tidak sungguh-sungguh menjaga akidah Islam.
Hal itu karena negara saat ini dibangun di atas asas sekularisme yang memisahkan urusan negara
dengan agama. Urusan agama dan keyakinan dianggap sebagai urusan pribadi. Negara tidak boleh
turut campur. Karena itulah aliran sesat hanya akan diproses jika ada pengaduan dari masyarakat atau
jika sudah menimbulkan masalah serius di masyarakat. Kalaupun dilakukan penindakan maka itu
bukan untuk menjaga dan melindungi akidah Islam, tetapi untuk menjaga keamanan dan kestabilan.
Menuntaskan Masalah
Persoalan ini harus segera diselesaikan dengan tuntas. Jika terbukti menyimpang dan sesat, Gafatar
harus segera dilarang, dibubarkan organisasinya dan seluruh aktivitasnya dihentikan.
Warga eks Gafatar harus dibina agar kembali pada Islam (ruj il al-haqq). Kepada mereka harus
dijelaskan dan dibantah penyimpangan-penyimpangan ajaran Gafatar. Akidah dan ajaran Islam yang
benar harus dijelaskan kepada mereka dengan disertai argumentasi dan bukti, dengan mengaktifkan
akal pikiran mereka dan melibatkan perasaan mereka, sehingga akidah dan ajaran Islam itu tertanam
kuat pada diri mereka.
Mereka juga harus difasilitasi dan dibantu untuk bisa membangun kehidupan yang baru. Harta benda
mereka yang ditinggalkan di Kalimantan harus dikembalikan kepada mereka dan tidak boleh
dirampas oleh siapapun termasuk oleh negara.

Untuk diskusi lebih lanjut dan mencari solusi Islam silahkan datang ke
FGD (Forum Group Discussion) di lapangan samping gedung
rektorat 11 Februari 2016
Atau hubungi 082185360523 (Hendro)

Fatwa MUI. Ketiga: Ajaran Gafatar mempercayai Ahmad Mushadeq sebagai Al-Masih
AlMawud, Mesias (juru selamat) yang dijanjikan menggantikan Nabi Muhammad saw.
Penyebab
Banyak faktor yang membuat orang bergabung dengan Gafatar. Di antara faktor yang menonjol
adalah masih lemahnya pengetahuan masyarakat tentang Islam. Akibatnya, orang bisa terpengaruh
dengan Gafatar dan ajarannya meski menyimpang dari Islam.
Faktor lain adalah kondisi dan kesulitan ekonomi yang diderita rakyat. Mayoritas pengungsi eks
Gafatar yang dipulangkan melalui Pelabuhan Tanjung Emas Semarang mengaku motivasi mereka
bergabung dengan ormas tersebut hanya karena ingin bertani. Untuk itu sebagian dari mereka rela
menjual rumah dan kendaraan agar bisa memiliki modal untuk sewa lahan dan menyokong kehidupan
di Mempawah, Kalimantan (Liputan6.com, 25/1).
Kemunculan Gafatar dan berbagai aliran sesat lainnya termasuk berbagai penistaan terhadap Islam
dan simbol-simbolnya menunjukkan bahwa negara tidak sungguh-sungguh menjaga akidah Islam.
Hal itu karena negara saat ini dibangun di atas asas sekularisme yang memisahkan urusan negara
dengan agama. Urusan agama dan keyakinan dianggap sebagai urusan pribadi. Negara tidak boleh
turut campur. Karena itulah aliran sesat hanya akan diproses jika ada pengaduan dari masyarakat atau
jika sudah menimbulkan masalah serius di masyarakat. Kalaupun dilakukan penindakan maka itu
bukan untuk menjaga dan melindungi akidah Islam, tetapi untuk menjaga keamanan dan kestabilan.
Menuntaskan Masalah
Persoalan ini harus segera diselesaikan dengan tuntas. Jika terbukti menyimpang dan sesat, Gafatar
harus segera dilarang, dibubarkan organisasinya dan seluruh aktivitasnya dihentikan.
Warga eks Gafatar harus dibina agar kembali pada Islam (ruj il al-haqq). Kepada mereka harus
dijelaskan dan dibantah penyimpangan-penyimpangan ajaran Gafatar. Akidah dan ajaran Islam yang
benar harus dijelaskan kepada mereka dengan disertai argumentasi dan bukti, dengan mengaktifkan
akal pikiran mereka dan melibatkan perasaan mereka, sehingga akidah dan ajaran Islam itu tertanam
kuat pada diri mereka.
Mereka juga harus difasilitasi dan dibantu untuk bisa membangun kehidupan yang baru. Harta benda
mereka yang ditinggalkan di Kalimantan harus dikembalikan kepada mereka dan tidak boleh
dirampas oleh siapapun termasuk oleh negara.
Untuk diskusi lebih lanjut dan mencari solusi Islam silahkan datang ke
FGD (Forum Group Discussion) di lapangan samping gedung
rektorat 11 Februari 2016
Atau hubungi 082185360523 (Hendro)

Вам также может понравиться