Вы находитесь на странице: 1из 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PERTUSIS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Anak I
Yang Diampu Oleh:
Yuliastati, M.Kep
Dwi Susilowati, M.Kes
Siti Nur Halimah, MPH
Ningning Sriningsih, M.Kep

Oleh :
Dina Nur Fajrin (P17320313077)
II B
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
2015

Kata Pengantar

Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji dan syukur yang sebesar-besarnya


kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya yang berlimpah sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini. Adapun judul dari Makalah ini adalah
tentang Asuhan Keperawatan Pertusis pada Anak
Penyusunan Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi tugas
Keperawatan Anak.
Dalam menyelesaikan makalah, penyusun mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak baik berupa saran, bimbingan dan dukungan moril dan materil akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun
sendiri dan semua pihak yang membacanya.

Bogor, Maret 2015

Penyusun

ii

Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A.

Latar Belakang................................................................................................1

B.

Rumusan Masalah...........................................................................................1

C.

Tujuan.............................................................................................................2

D.

Manfaat...........................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................3
2.1

Konsep Dasar..................................................................................................3

A.

Pengertian....................................................................................................3

B.

Etiologi........................................................................................................3

C.

Patofiologis..................................................................................................4

D.

Manifestasi Klinik.......................................................................................7

E.

Cara Penularan............................................................................................8

F.

Kompilkasi..................................................................................................9

iii

G.

Pemeriksaan Penunjang.............................................................................11

H.

Penatalaksanaan.........................................................................................11

I.

Pencegahan................................................................................................12

J.

Asuhan Keperawatan Secara Teori............................................................13

BAB III........................................................................................................................28
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK.................................................28
DENGAN GANGGUAN PERTUSIS.........................................................................28
A.

Pengkajian.....................................................................................................28

B.

Diagnosa keperawatan..................................................................................34

C.

Rencana Keperawatan...................................................................................35

BAB IV........................................................................................................................41
PENUTUP...................................................................................................................41
A.

Simpulan.......................................................................................................41

B.

Saran.............................................................................................................42

Daftar Pustaka..............................................................................................................43

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertusis (batuk rejan) dan difteri merupakan 2 penyakit yang sangat menular.
Penyakit ini biasa ditemukan pada anak-anak di bawah umur 5 tahun.
Penularan Pertusis dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang
tercemar oleh karier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan
bersin penderita. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut
lainnya, pertusis sangat mudah dan cepat penularannya.
Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit. Sejak
diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit
pertusis mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi dan pertusis diberikan pada
anak-anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang
penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin pertusis akan
lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal di atas, maka dalam pembahasan makalah ini selanjutnya
akan dibahas lebih dalam dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1.

Apa definisi pertusis?

2.

Bagaimana etiologi terjadinya pertusis?

3.

Bagaimana patofisiologi dari pertusis?

4.

Bagaimana manifestasi klinis dari pertusis?

5.

Bagaimana cara penularan dari pertusis?

6.

Apa komplikasi dari pertusis?

7.

Bagaimana pemeriksaan penunjang dari pertusis?

8.

Bagaimana penatalaksanaan klien anak dengan pertusis?

9.

Bagaimana pencegahan dari pertusis?

10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien anak dengan pertusis?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.

Memahami definisi pertussis

2.

Mengetahui etiologi terjadinya pertussis

3.

Mengetahui patofisiologi dari pertussis

4.

Mengetahui manifestasi klinis dari pertussis

5.

Mengetahui cara penularan dari pertussis

6.

Mengetahui komplikasi dari pertussis

7.

Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk pertussis

8.

Mengidentifikasi penatalaksanaan klien anak dengan pertussis

9.

Mengetahui bagaimana pencegahan pertussis

10. Merumuskan asuhan keperawatan pada klien anak dengan pertusis


D. Manfaat
Mahasiswa bisa lebih mengetahui dan memahami bagaimana gangguan
pertusis terjadi, dan bagaimana cara mengobati serta bagaimana menyusun
Asuhan Keperawatan

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar


A. Pengertian
Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh
berdetellah pertusis (Nelson, 2000 : 960)
Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh berdetella
pertusisa, nama lain penyakit ini adalah Tussisi Quinta, whooping cough,
batuk rejan. (Arif Mansjoer, 2000 : 428).
Pertusis adalah penyakit infeksi yang ditandai dengan radang saluran
nafas yang menimbulkan erangan batuk panjang yang bertubi-tubi,
berakhir dengan inspirasi berbising. (Ramali, 2003)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertusis adalah infeksi
saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh bordetella pertusis, nama
lain penyakit ini adalah tussis Quinta, whooping cough, batuk rejan.
B. Etiologi
Bordetella pertusis adalah satu-satunya penyebab pertusis yaitu bakteri
gram negatif, tidak bergerak, dan ditemukan dengan melakukan swab
pada daerah nasofaring dan ditanamkan pada media agar Bordet-Gengou.
(Arif Mansjoer, 2000)
Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain:

Berbentuk batang (coccobacilus).


Tidak dapat bergerak.
Bersifat gram negatif.
Tidak berspora, mempunyai kapsul.
Mati pada suhu 55C selama jam, dan tahan pada suhu rendah (010C).
Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar
metakromatik.
Tidak sensitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi
resisten terhdap penicillin.
Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :
Toksin tidak tahan panas (Heat Labile Toxin)
Endotoksin (lipopolisakarida)

C. Patofiologis
Bordetella pertusis diitularkan melalui sekresi udara pernapasan yang
kemudian melekat pada silia epitel saluran pernapasan.Basil biasanya
bersarang pada silia epitel thorak mukosa, menimbulkan eksudasi yang
muko purulen, lesi berupa nekrosis bagian basal dan tengah epitel torak,
disertai infiltrate netrofil dan makrofag.
Mekanisme patogenesis infeksi Bordetella pertusis yaitu perlengketan,
perlawanan, pengerusakan local dan diakhiri dengan penyakit sistemik.
Perlengketan dipengaruhi oleh FHA ( filamentous Hemoglutinin), LPF
(lymphositosis promoting factor), proten 69 kd yang berperan dalam
perlengketan Bordetella pertusis pada silia yang menyebabkan Bordetella
pertusis dapat bermultipikasi dan menghasilkan toksin dan menimbulkan
whooping cough. Dimana LFD menghambat migrasi limfosit dan
magrofag didaerah infeksi.

Perlawanan karena sel target da limfosist menjadi lemah dan mati oleh
karena ADP (toxin

mediated

adenosine

disphosphate)

sehingga

meningkatkan pengeluaran histamine dan serotonin, blokir beta


adrenergic, dan meningkatkan aktivitas insulin.
Sedangkan pengerusakan lokal terjadi karena toksin menyebabkan
peradangan ringan disertai hyperplasia jaringan limfoid peribronkial
sehingga meningkatkan jumlah mucus pada permukaan silia yang
berakibat fungsi silia sebagai pembersih akan terganggu akibatnya akan
mudah terjadi infeksi sekunder oleh sterptococos pneumonia, H
influenzae, staphylococos aureus.
Penumpukan mucus akan menyebabkan plug yang kemudian menjadi
obstruksi dan kolaps pada paru, sedang hipoksemia dan sianosis dapat
terjadi oleh karena gangguan pertukaran oksigen saat ventilasi dan
menimbulkan apneu saat batuk. Lendir yang terbentuk dapat menyumbat
bronkus

kecil

sehingga

dapat

menimbulkan

emfisema

dan

atelektasis.Eksudasi dapat pula sampai ke alveolus dan menimbulkan


infeksi sekunder, kelaina paru itu dapat menimbulkan bronkiektasis.

PATHWAY
Bordetella
Pertusis
Inhalasi droplet

Alveolus
Reaksi antigen-antibodi

Tuberkel pecah

Reaksi radang paru

Fibrosis jaringan

Peningkatan produksi sekret

paru
Iskemia jaringan

Akumulasi secret

paru
Merangsang reseptor syaraf

Peningkatan aktivitas
seluler
Metabolisme meningkat
Pemecahan KH, lemak, protein
dan adanya penekanan pada

Obstruksi jalan nafas

pusat lapar di otak

Batuk-batuk

Kurang nafsu makan

untuk mengeluarkan
neurotransmitter
bradikinin, serotonin dan
histamin

Asupan kurang
Jalan nafas tidak efektif

Nyeri

Sering terbangun
dimalam hari

Gangguan pola
tidur

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan

D. Manifestasi Klinik
Masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu atau lebih dan
berlangsung dalam 3 stadium yaitu :
1. Stadium kataralis/stadium prodomal/stadium proparoksimal:
a. Lamanya 1-2 minggu.
b. Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran
pernafasan bagian atas yaitu timbulnya rinore dengan lender yang
jernih.
c. Kemerahan konjungtiva, lakrimasi.
d. Batuk dan panas ringan.
e. Anoreksia kongesti nasalis.
f. Pada tahap ini kuman paling mudah di isolasi.
g. Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan batuk biasa.
h. Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi
semakin hebat, sekret pun banyak dan menjadi kental dan lengket.
2. Stadium paroksimal/stadium spasmodic
a. Lamanya 2-4 minggu
b. Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk
yang bunyinya nyaring) sering terdengar pada saat penderita
menarik nafas pada akhir serangan batuk. Batuk dengan sering 5
10 kali, selama batuk anak tak dapat bernafas dan pada akhir
serangan batuk anak mulai menarik nafas denagn cepat dan dalam.
Sehingga terdengar bunyi melengking (whoop) dan diakhiri dengan
muntah.
c. Batuk ini dapat berlangsung terus menerus, selama beberapa bulan
tanpa adanya infeksi aktif dan dapat menjadi lebih berat.

d. Selama serangan, wajah merah, sianosis, mata tampak menonjol,


lidah terjulur, lakrimasi, saliva dan pelebaran vena leher.
e. Batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional missal menangis
dan aktifitas fisik (makan, minum, bersin dll)
3. Stadium konvaresens
a. Terjadi pada minggu ke 4 6 setelah gejala awal
b. Gejala yang muncul antara lain :

batuk berkurang
nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang.
anak merasa lebih baik
pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan
akibat gangguan pada saluran pernafasan.

E. Cara Penularan
Cara penularan pertusis, melalui:
Droplet infection
Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui
percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin
Kontak tidak langsung dari alat-alat yang terkontaminasi
Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang
dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan,
orang yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain
selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.

F. Kompilkasi

1. Pada saluran pernafasan


a. Bronkopnemonia
Infeksi saluran nafas atas yang menyebar ke bawah dan
menyebabkan timbulnya pus dan bronki, kental sulit dikeluarkan,
berbentuk gumpalan yang menyumbat satu atau lebih bronki besar,
udara tidak dapat masuk kemudian terinfeksi dengan bakteri.
Paling sering terjadi dan menyebabkan kematian pada anak
dibawah usia 3 tahun terutama bayi yang lebih muda dari 1 tahun.
Gejala ditandai dengan batuk, sesak nafas, panas, pada foto thoraks
terlihat bercak-bercak infiltrate tersebar.
b. Otitis media / radang rongga gendang telinga
Karena batuk hebat kuman masuk melalui tuba eustaki yang
menghubungkan dengan nasofaring, kemudian masuk telinga
tengah sehingga menyebabkan otitis media. Jika saluran terbuka
maka saluran eustaki menjadi tertutup dan jika penyumbat tidak
dihilangkan pus dapat terbentuk yang dapat dipecah melalui
gendang telinga yang akan meninggalkan lubang dan menyebabkan
infeksi tulang mastoid yang terletak di belakang telinga.
c. Bronkhitis
Batuk mula-mula kering, setelah beberapa hari timbul lender jernih
yang kemudian berubah menjadi purulen.
d. Atelaktasis
Timbul akibat lender kental yang dapat menyumbat bronkioli.
e. Emphisema Pulmonum

10

Terjadi karena batuk yang hebat sehingga alveoli pecah dan


menyebabkan adanya pus pada rongga pleura.
f. Bronkhiektasis
Terjadi pelebaran bronkus akibat tersumbat oleh lender yang kental
dan disertai infeksi sekunder.
g. Aktifitas Tuberkulosa
h. Kolaps alveoli paru
Terjadi akibat batuk proksimal yang lama pada anak-anak sehingga
dapat

menebabklan

hipoksia

berat

dan

pada

bayi

dapat

menyebabkan kematian mendadak.


2. Pada saluran pencernaan
a. Emasiasi dikarenakan oleh muntah-muntah berat.
b. Prolapsus rectum / hernia dikarenakan tingginya tekanan intra
abdomen.
c. Ulkus pada ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada
saat batuk.
d. Stomatitis.
3. Pada system syaraf pusat Terjadi karena kejang :
a. Hipoksia dan anoksia akibat apneu yang lama
b. Perdarahan sub arcknoid yang massif

11

c. Ensefalopat, akibat atrof, kortika yang difus


d. Gangguan elektrolit karena muntah
G. Pemeriksaan Penunjang
Pembiakan lendir hidung dan mulut.
Pembiakan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih
yang ditandai

sejumlah besar limfosit, LEE tinggi, jumlah leukosit

antara 20.000-50.000 sel / mdarah.


Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertusis.
Tes ELISA (Enzyme Linked Serum Assay) untuk mengukur kadar
secret Ig A.
Foto roentgen dada memeperlihatkan adanya infiltrate perihilus,
atelaktasis atau emphysema.
H. Penatalaksanaan
a. Terapi Kausal
1. Anti Mikroba
Agen anti mikroba diberikan karen kemungkinan manfaat klinis dan
membatasi penyebaran infeksi. Entromisin 40 50 mg/kg/34 jam
secara oral dalam dosis terbagi empat (max. 29/24 jam) selama 14
hari merupakan pengobatan baku. Beberapa pakar lebih menyukai
preparat estolat tetapi etil suksinal dan stearat juga manjur.
2. Salbutamol

12

Cara kerja salbutamol :


Stimulan Beta 2 adrenalgik.
Mengurangi proksimal.
Mengurangi frekwensi apnea
Dosis yang dianjurkan 0,3 0,5 mg / kg BB / hari di bagi dalam
3 dosis.
3. Globulin imun pertusis
Hiperimun serum dosis intramuskuler besar, rejan sangat berkurang
pada bayi yang diobati pada minggu pertama, penggunaan preparat
imunoglobulin jenis apapun tidak dibenarkan.

b. Terapi suportif (Perawatan Pendukung).


1) Lingkungan perawatan pasien yang tenang.
2) Pembersihan jalan nafas .
3) Istirahat yang cukup.
4) Oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat disertai sianosis.
5) Nutrisi yang cukup, hindari makanan yang sulit ditelan. Bila
penderita muntah-muntah sebaiknya diberikan cairan dan elektrolit
secara parentral.

I.

Pencegahan

13

Vaksin pertusis diberikan bersama-sama dengan vaksin difteri dan tetanus


dosis pada imunisasi dasar dianjurkan 12 IU dan diberikan pada umur 2
bulan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa vaksinasi pertusis sudah
dapat diberikan pada umur 1 bulan dengan hasil yang baik. Sedang waktu
epidemi diberikan lebih awal lagi yaitu umur 2 4 minggu.
Diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang
telah dimatikan untuk mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini diberikan
bersama vaksin difteri dan tetanus. Dosis yang dianjurkan 12 unit
diberikan pada umur 2 bulan. Kontra indikasi pemberian vaksin pertusis :
1) Panas lebih dari 33C
2) Riwayat kejang
3) Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT sebelumnya misalnya: suhu
tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran, syok atau reaksi anafilatik
lainnya.

J. Asuhan Keperawatan Secara Teori


1. Pengkajian
Anamnese
A) Biodata.
Umur : Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan jarang
ditemukan pada bayi berumur dibawah 6 bulan dari pada orang dewasa
diatas 15 tahun.

14

Tempat tinggal : Biasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat


pemukiman yang rapat-rapat, higine dan sanitasi jelek dan fasilitas
kesehatan yang kurang.
a. Identitas klien
Nama/Nama panggilan
Tempat tanggal lahir/Usia
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan
Alamat
Tanggal masuk
Tanggal pengkajian
Diagnosa medik
Rencana terapi
b. Identitas orang tua
a) Ayah
Nama
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Alamat
b) Ibu
Nama
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Alamat

:
:
: L/P
:
:
:
:
:
: Pertusis
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

B) Keluhan Utama :
Biasanya klien akan mengeluhkan batuk yang mula-mula timbul pada
malam

hari dan semakin hari semakin bertambah bahkan hingga

siang-malam dan terjadi terus menerus hingga 100 hari


C) Riwayat Kesehatan :
1. Kesehatan Sekarang

15

Pada anamnesis penting ditanyakan adakah serangan yang khas


yaitu batuk makin lama makin bertambah berat dan diikuti dengan
muntah terjadi siang dan malam. Awalnya batuk dengan lendir
jernih dan cair disertai panas ringan, lamakelamaan batuk
bertambah hebat (bunyi nyaring) dan sering terdapat kontak dengan
penderita pertusis, batuk bersifat paroksimal dengan bunyi whoop
yang jelas. Pada pemeriksaan fisik tergantung dari stadium saat
pasien diperiksa.
2. Kesehatan Masa Lalu
Pada anamnesis bisa ditanyakan apakah anak pernah mengalami hal
yang selama saat sebelumnya dan bagaimana pemberian obat yang
telah dilakukan sebelumnya.Harus ditanyakan apakah klien pernah
melakukan kontak dengan penderita pertusis.
3. Kesehatan keluarga
Pertusis bukanlah tipe penyakit yang ditularkan melalui genetic
namun dapat ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang terkena
pertusis.
4. Riwayat Vaksin
Pada saat anamnesa kita harus mengkaji apakah klien sudah
melakukan vaksin :
JENIS
BCG
DPT
Polio
Capak
Heportits

UMUR
0 2 bulan
2, 3, 4 bulan
1-5 bulan
9 bulan
0, 1, 6 bulan

CARA
1C
1M
Refisi
5C
1M

JUMLAH
1x
3x
4x
4x
3x

16

5. Riwayat Nutrisi
Pola nutrisi dan metabolisme biasanya jumlah asupan nutrisi kurang
disebabkan oleh anoraksia.
6. Tumbuh Kembang
Pertumbuhan
Pertumbuhan pada klien dapat kita kaji sesuai dengan umur klien
saat proses pengkajian yang

dilakukan. Biasanya

pertusis

menyerang anak usia dibawah 2 tahun.


Perkembangan
Perkembangan klien pun dapat kita kaji sesuai dengan umur klien
saat proses pengkajian
Personal Sosial
Ibu pasien mengatakan kalau dirumah anaknya lincah, tidak mau
diam.
Motorik Halus
Anak terbiasa melakukan gerakan seperti memasukkan benda
kedalam mulutnya, menangkap objek atau benda benda,
memegang kaki dan memegang kaki dan mendorong kearah
mulutnya.

Motorik Kasar
Anak dapat tengkurap dan berbalik sendiri, dapat merangkak
mendekati benda atau seseorang.

17

Kognitif
Anak berusaha memperluas lapangan pandangan, tertawa dan
menjerit karena gembira bila diajak bermain, mulai berbicara
tapi belum jelas bahasanya
USIA
15 bln

FISIK

Motorik Kasar
Berjalan sendiri

18 bln

24 bln

BB 4x BB
lhr

TB baik

Motorik Halus
Sosial Emosional
Bermain
solitary
Pegang cangkir
Memasukkan
jari
play
kelubang
Membuka kotak
Melempar benda
Lari jatuh
Menggunakan sendok
Menarik mainan Membuka hal. Buku
Naik dengan
Menyusun balok
tangga bantuan
Berlari sudah baik Membuka pintu
Naik
tangga Membuka kunci
sendiri
Menggunting
Menggunakan sendok
dengan baik

Pemeriksaan Fisik
TTV
a. Nadi: meningkat
b. TD: menurun
c. RR: meningkat
d. Suhu: kurang dari 38C
1. Kepala
Hidung : Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran
pernafasan bagian atas yaitu timbulnya rinore dengan lendir yang
jernih.
2. Thorax dan Pernafasan
Auskultasi
: Bunyi nyaring (whoop) saat inspirasi
Inspeksi
: Penggunaan otot aksesorus pernafasan.

18

Pemeriksaan penunjang:
a. Pembiakan lendir hidung dan mulut.
b. Pembiakan apus tenggorokan.
c. Pembiakan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih
yang ditandai sejumlah besar limfosit, LEE tinggi, jumlah leukosit
antara 20.000-50.000 sel/mdarah.
d. Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertusis.
e. Tes ELISA (Enzyme Linked Serum Assay) untuk mengukur kadar
IgA.
f. Foto rontgen dada memeperlihatkan adanya infiltrate perihilus,
atelaktasis atau emphysema.

ADL
Nutrisi

: muntah, anoreksia.

Aktivitas

: pada stadium akut paroksimal terjadi lemas / lelah

Istirahat tidur

: terganggu, akibat serangan batuk panjang dan


berulang-ulang.

Personal hygiene

: lidah menjulur keluar dan gelisah yang berakibat


keluar liur berlebihan.

Eliminasi

: sering terberak-berak, terkencing-kencing

bila

sedang batuk.

2. Analisa Data

No

Data Senjang

1.

DS : - Klien mengeluh

Kemungkinan Penyebab

Masalah

19

sesak
Batuk-batuk
DO : - rinore dengan
lender

efektif

cair,

jernih.

Bersihan jalan nafas tidak

Obstruksi jalan nafas

- klien tampak
batuk ringan
Akumulasi secret
- klien tampak
sulit bernafas.
Peningkatan produksi
sekret

Reaksi radang paru

Alveolus (Reaksi
antigen-antibodi)

Inhalasi droplet

Bordetella pertusis

20

Nyeri
DS : klien mengatakan
nyeri
2.

Batuk-batuk
DO

Klien

nampak

kesakitan pada saat


batuk

Obstruksi jalan nafas

Akumulasi secret

Peningkatan produksi
sekret

Reaksi radang paru

Alveolus (Reaksi
antigen-antibodi)

Inhalasi droplet

Nyeri

21

Bordetella pertusis

Perubahan
nutrisi kurang
3.

DS : - Klien tidak nafsu

dari kebutuhan

makan
DO: - Porsi makan yang
tidak habis

Asupan kurang

- klien tampak
pucat
Kurang nafsu makan
- klien tampak
lemas
Pemecahan KH, lemak,
protein dan adanya
penekanan pada pusat
lapar
Di otak

Metabolisme meningkat

Perubahan pola nutrisi

22

Peningkatan aktivitas
seluler
seluler

Reaksi radang paru


Gangguan pola tidur
4.

DS : - klien mengeluh
batuk pada malam

Gangguan pola Tidur

hari dan memberat


pada siang hari
Sering terbangun
DO: - klien tampak lesu

dimalam hari

- mata klien tampak


sayup
Batuk-batuk
- tampak lingkar
mata

klien

kehitam-hitaman.
Obstruksi jalan nafas

Akumulasi secret

Peningkatan produksi

23

secret

Reaksi radang paru

3. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
secret
2) Nyeri berhubungan dengan batuk yang menetap
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan)
berhubungan dengan anoreksia
4) Gangguan pola istirahat berhubungan dengan sering terbangun
dimalam hari.

24

4. Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, status ventilasi
saluran pernafasan baik
Kriteria Hasil: Keluarga mampu mengetahui tentang sakit yang dialami anaknya,
pasien mengungkapkan pernafasan menjadi mudah, pasien mampu
melakukan batuk efektif, rata-rata pernafasan normal (16-24x/mnt).
Intervensi
Rasional
Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan takipnea, pernapasan dangkal,dan gerakan
dan gerakan dada .

dada tak simetriks sering terjadi karena


ketidak nyamanan gerakan dinding dada
dan/ cairan paru

Auskultasi area paru.

penurunan aliran udara terjadi pada area


konsulidasi dengan cairan. Bunyi napas
bronchial (normal pada bronkus) dapat
juga

terjadi

pada

area

konsulodasi.

Krekes,ronki,dan mengi terdengar pada


inspirasi

dan/

ekspirasi

pada

respon

Bantu pasien latihan napas sering.

terhadap pengumoulan cairan, secret


napas dalam memudahkan ekspansi

Tunjukkan/ bantu pasien melakukan

maksimum paru-paru/jalan napas lebih

batuk, misalnya menekan dada dan

kecil.

batuk efektif.

pembersihan jalan napas alami, membantu

Batuk

adalah

mekanisme

silia untuk mempertahankan jalan napas


paten.

Penekanan

menurunkan

ketidaknyamanan dada dan posisi duduk


memungkinkan upaya napas lebih dalam
Pengisapan sesuai indikasi.

dan kuat.
merangsang batuk atau pembersihan jalan
napas secara mekanik pada pasien yang tak
mampu melakukan

25

Berikan

cairan

ml/hari

(kecuali

sedikitnya

2500

kontraindikasi).

cairan

(khususnya

yang

hangat)

memobilisasi dan mengeluarkan secret.

Tawarkan air hangat daripada dingin.


Kolaborasi pemberian obat sesuai untuk menurunkan sekresi secret dijalan
indikasi.

napas dan menurunkan resiko keparahan

2.Nyeri b.d batuk yang menetap


Tujuan : selama dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri hilang
Kriteria Hasil :
Intervensi
Rasional
Tentukan karakteristik nyeri
untuk membantu mengevaluasi tingkat
nyeri.
Berikan posisi yang nyaman
untuk mengurangi rasa nyeri
Dorong pasien untuk menyatakan takut dapat meningkatkan tegangan otot
perasaan nyeri
dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
Berikan lingkungan yang tenang
untuk meningkatkan mekanisme koping.
3.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan)
berhubungan dengan muntah yang lebih dan anoreksia.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria Hasil: keluarga mengerti tentang pentingnya nutrisi, pasien mengungkapkan
nafsu makannya bertambah, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang dibutuhkan / diberikan, BB meningkat dan membran
mukosa lembab.
Intervensi
Rasional
Kaji keluhan muntah dan anoreksia yang Mengetahui
dialami klien.

menetapkan

cara

menentukan tindakan perawatan dan

cara mengatasinya.
Berikan makanan yang tidak terlalu asin Makanan yang asin dan digoreng
dan makanan yang tidak digoreng.
dapat merangsang batuk.
Berikan makanan / minuman setiap habis Pemberian makanan dan minuman
batuk dan muntah.
Catat jumlah / porsi
dihabiskan oleh klien.
Timbang BB klien tiap hari

setelah batuk dan muntah membantu


memenuhi kebutuhan nutrisi.
makanan yang Mengetahui sejauh mana pemenuhan
nutrisi klien.
Mengetahui status gizi klien.

26

Hindarkan pemberian makanan yang sulit Makanan cair atau lunak menghindari
ditelan
Kolaborasi

dengan

dokter

adanya aspirasi.
untuk Nutrisi parenteral sangan dibutuhkan

pemberiaan nutrisi parenteral.

oleh klien terutama jika intake peroral


sangat minim.

5. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan
yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya
atau hilangnya masalah klien. Pada tahap implementasi ini terdiri atas
beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, serta melanjutkan
pengumpulan data.
Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetail dan
jelas supaya semua tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan
baik dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat dapat melaksanakan
langsung atau bekerja sama dengan para tenaga pelaksana lainnya.
6. Evaluasi
Status ventilasi saluran pernafasan baik.
Nyeri berkurang
Menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
dalam rentang normal dan paru jelas atau bersih.
Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi.

BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN GANGGUAN PERTUSIS
A. Pengkajian
I. Biodata
1.

2.

Identitas Klien
Nama

: An. A

Tempat tanggal lahir

: 7 September 2009

Umur

: 4 tahun 11 bulan

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pendidikan

:-

Alamat

: Penanggulan RT 04 RW I Pegandon - Kendal

Tanggal Masuk

: 9 Agustustus 2014 (pukul 22.00 WIB)

Tanggal Pengkajian

: 10 Agustus 2014 (pukul 08.00 WIB)

Diagnosa Medik

: Pertusis

Identitas Orangtua
Ayah
Nama

: Tn. N

Usia

: 30 Tahun

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Wiraswasta

Agama

: Islam

Alamat

: Penanggulan RT 04 RW I Pegandon - Kendal

Ibu
Nama

: Ny. I

27

28

Usia

: 25 Tahun

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: IRT

Agama

: Islam

Alamat

: Penanggulan RT 04 RW I Pegandon - Kendal

II. Keluhan Utama


Ibu klien mengatakan sudah 7 hari An. A mengalami batuk disertai muntah
yang hebat pada siang maupun malam hari.

III. Riwayat Kesehatan


1.

Riwayat Kesehatan Sekarang


An A tinggal bersama orang tuanya di tempat yang padat penduduk. Satu
minggu terakhir an.A mengeluh pusing kepada ibunya. Ibu mengetahui
an A demam dan batuk yang timbul mula-mula malam hari. Setiap kali
batuk an A disertai rasa muntah, terkadang sampai muntah. Nafsu makan
An. A menurun karena seringnya batuk. Hingga karena batuknya semakin
hebat dan terjadi pada siang maupun malam hari, ibunya memutuskan
untuk membawa An. A kerumah sakit.

2.

Riwayat Kesehatan Lalu


Klien belum pernah dirawat di rumah sakit, penyakit yang biasa diderita
hanya batuk mapun demam biasa tidak disertai dengan muntah

3.

Riwayat Kesehatan Keluarga

29

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit lain atau penyakit
yang sama dengan klien.
4.

Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Perempuan yang sudah meninggal
: Laki-laki yang sudah meninggal

5.

Riwayat Imunisasi

JENIS

UMUR

CARA

JUMLAH

BCG

0 2 bulan

1C

1x

DPT

2, 3, 4 bulan

1M

3x

Polio

1-5 bulan

Refisi

4x

Capak

9 bulan

5C

4x

30

Heportits

0, 1, 6 bulan

1M

6.

Riwayat Tumbuh Kembang


Pertumbuhan Fisik
a. Berat Badan Lahir
: 2560 g
b. Tinggi Badan
: 44 cm
c. Waktu Tumbuh Gigi : 7 bulan , tanggal gigi tahun (-)
Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat :
a. Berguling
: Tidak ingat
b. Duduk
: Tidak ingat
c. Merangkak
: 9 bulan
d. Berdiri
: 1 tahun
e. Berjalan
: 1 tahun
f. Senyum kepada orang lain : Tidak ingat
g. Bicara pertama kali
: Tidak ingat
h. Berpakaian tanpa dibantu
: Tidak ingat

7.

Riwayat Nutrisi
Pemberian ASI
a. Pertama kali disusui : Sejak dari lahir
b. Cara pemberian
: Setiap kali menangis, saat akan tidur dan
bangun tidur
c. Lama pemberian

3x

: 1 bulan

Pemberian susu formula


a. Alasan pemberian
: ASI berkurang airnya
b. Jumlah pemberian : SGM
c. Cara memberikan
: Dengan dot
Pemberian makanan tambahan
a. Pertama kali diberikan usia : 6 bulan
b. Jenis : bubur susu
: Pisang, bubur

8.

Riwayat Psikososial
Saat pengkajian, An.A mau tidak bisa berinteraksi dengan orang lain
selain orangtua

31

9.

Riwayat Sosial
Yang mengasuh klien
Keluarga (ibu, bapak, dan neneknya)
Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan An. A dengan anggota keluarganya sangat dekat.
Hubungan dengan teman sebaya
Sebelum sakit, An.A berteman dan bermain dengan teman sebayanya.
Pembawaan secara umum
Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang lemah (anak
tidak sindroma down)

10. Lingkungan rumah


Luas rumah 6 x 8 m
Ventilasi cukup, penerangan cukup
Pakai sumur gali- Sampah dibakar
Jarak rumah dengan rumah tetangga berdekatan, hanya setengah meter
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Klien : Klien tampak lemah, sesak nafas, demam
Tanda-tanda Vital
Suhu

: 39oC

Nadi

: 120x/menit

Respirasi

: 28x/menit

Tekanan Darah

: 100/70 mmHg

Antropometri
Tinggi Badan

: 120 cm

Berat Badan

: 15 kg

32

Lingkar Lengan Atas : 15 cm


Lingkar Kepala

: 49 cm

Lingkar Dada

: 56 cm

Lingkar Perut

: 60 cm

Head to Toe
Kepala
: tidak ada bekas luka ataupun bengkak.
Rambut

: warna

rambut

hitam,

lurus,

distribusi

merata,

tidak

terdapat ketombe.
Wajah

: simetris, bentuk bulat, tidak terdapat kelainan kulit

Mata

:sklera berwarna putih,mata tampak menonjol

Hidung

:lubang hidung simetris, hidung berair, terdapat pernafasan


cuping hidung.

Mulut

: mukosa lembab, lidah menjulur

Telinga

: Daun telinga simetris, membran timpani putih mengkilat, tidak


ada benda asing

Leher

: Tidak terdapat pembesaran JVP, tidak ada tanda-tanda


pembesaran kaku kuduk dan pembesaran kelenjar tiroid.

Dada
Inspeksi

:Terdapat tarikan otot bantu pernafasan dengan cepat

Palpasi

: Tidak ada krepitasi

Perkusi

: paru sonor, jantung dallnes

Auskultasi

: Wheezing inspirasi

Abdomen
Inspeksi

:Terdapat distensi abdomen

Auskultasi

: Bising usus 9x/mnt

33

Palpasi

: tidak terdapat pembesaran lien dan hepar, turgor kulit bisa


menurun bisa normal.

Perkusi

: perut tidak kembung

Ekstremitas
Atas : tidak ada odem, pada bagian kiri terpasang infus.
Bawah : tidak ada odem, tidak ada bekas luka.
Genetalia

: bersih, tidak berbau tak sedap, tidak terdapat varises atau


odem.

Anus
Inspeksi : bersih, tidak terdapat hemoroid, tidak ada perdarahan.
Palpasi : tidak ada benjolan, massa, ataupun tumor.
Pemeriksaan Lanjutan
(1) Melakukan pemeriksan hapusan skret di nasofaring / lendir yang
dimuntahkan.
(2) Pada hapusan darah tepi akan dijumpai (20.000 50.000 sel / mm 3 darah)
dengan limfositosis yang predominan ( 60 %).
(3) Pemeriksaan serologis (imunofluorecent
mengetahui ada tidaknya kuman.
2.

antibody)

yaitu

untuk

Diagnosa keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
2) Pola napas tidak efektif b/d dispnea
3) Resiko kekurangan volume cairan b/d intake klien yang kurang
4) Ganggaun pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang
berhubungan dengan muntah yang lebih dan anoreksi.

dari

kebutuhan)

34

C. Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
Tujuan

:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,status


ventilasi saluran pernafasan baik

Kriteria Hasil :
1.

Keluarga mampu mengetahui ttg sakit yang dialami anaknya

2.

Klien mengungkapkan pernafasan menjadi mudah

3.

Klien mampu melakukan batuk efektif

4.

Rata-rata pernafasan normal(16-24x/mnt)

Intervensi

1. Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dan gerakan dada .


Rasional : takipnea, pernapasan dangkal,dan gerakan dada tak
simetriks sering terjadi karena ketidak nyamanan gerakan dinding dada
dan/ cairan paru
2. Auskultasi area paru.
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsulidasi dengan
cairan. Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi
pada area konsulodasi. Krekes,ronki,dan mengi terdengar pada
inspirasi dan/ ekspirasi pada respon terhadap pengumoulan cairan,
secret .
3. Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/ bantu pasien melakukan
batuk, misalnya menekan dada dan batuk efektif.
Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paruparu/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan
jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas

35

paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi


duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan kuat.
4. Pengisapan sesuai indikasi
Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara
mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena
5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi).
Tawarkan air hangat daripada dingin.
Rasional : cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan
mengeluarkan secret.
6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasional : untuk menurunkan sekresi secret dijalan napas dan
menurunkan resiko keparahan

2. Pola napas tidak efektif b/d dispnea


Tujuan

:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, klien


menunjukkan pola napas efektif

Kriteria hasil :
1.

Keluarga mampu mengerti ttg sesak yg dialami anaknya

2.

Px mengungkapkan sesak berkurang

3.

Px mampu melakukan napas dalam

4.

Pengembangan dada normal antara inspirasi dan ekspirasi

Intervensi

1. Kaji frekuensi,kedalaman pernafasan, ekspansi dada. Catat upaya


pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu.
Rasional : kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi
peningkatan kerja napas (pada awal /hanya tanda EP subakut).

36

Kedalaman pernafasan biasanya bervariasi tergantung derajat gagal


napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis
dan/ nyeri dada pleuritik.
2. Auskultasi bunyi napas
Rasional : bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi
sekunder terhadap perdarahan,bekuan atau kolaps jalan napas kecil
(atelaktasis). Ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan
napas/kegagalan pernafasan
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun
tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru memudahkan
pernafasan. Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian
udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas
4. Observasi pola batuk dan karakter secret
Rasional : kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritasi. Sputu
berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan (infark paru) atau
antikoagulan berlebihan
5. Dorong/bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk. Pengisapan
peroral atau naso trakeal bila diindikasikan.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditambah ketidak nyamanan upaya bernafas.
6. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan bila diindikasikan.
Rasional : memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas
3. Resiko kekurangan volume cairan b/d intake klien yang kurang
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,


kekurangan volume cairan tidak terjadi

Kriteria Hasil
1.

Keluarga mengerti ttg penyebab kekurangan cairan

37

2.

Px mengungkapkan sudah tidak merasa dehidrasi

3.

Px sudah Nampak tidak lemah

4.

Turgor kulit membaik, membrane mukosa baik

Intervensi
1. Observasi turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir dan
lidah)
Rasional : indicator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun
membrane mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan
oksigen tambahan
2. Pantau masukan dan haluaran,catat warna, karakter urine. Hitung
keseimbangan cairan
Rasional : memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan
dan kebutuhan penggantian
3. Catat cairan Intake dan Output
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan
4. Berikan dan anjurkan untuk memberikan minum sesering mungkin
Rasional : Mengurangi tingkat dehidrasi
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi cairan
Rasional : Untuk mengatasi rehidrasi yang dialami pasien

4. Ganggaun pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan


dengan muntah yang lebih dan anoreksi
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,


kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Kriteria Hasil :
1. Keluarga mengerti ttg pentingnya nutrisi

38

2. Px mengungkapkan nafsu makannya bertambah


3. Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
dibutuhkan / diberikan,
4. BB meningkat, membrane mukosa lembab

Intervensi
1.

Kaji keluhan muntah dan anoreksia yang dialami klien.


Rasional :Mengetahui / menetapkan cara menentukan tindakan
perawatan dan
cara mengatasinya.

2.

Berikan makanan yang tidak terlalu asin dan makanan yang tidak
digoreng.
Rasional: Makanan yang asin dan digoreng dapat meerangsang batuk.

3.

Berikan makanan / minuman setiap habis batuk dan muntah.


Rasional :Pemberian makanan dan minuman setelah batuk dan muntah
membantu memenuhi kebutuhan nutrisi.

4.

Catat jumlah / porsi

makanan yang dihabiskan oleh klien.

Rasional :Mengetahui sejkauh mana pemenuhan nutrisi klien.


5.

Timbang BB klien tiap hari.


Rasional : Mengetahui status gizi klien.

6.

Hindarkan pemberian makanan yang sulit ditelan


Rasional : Makanan cair atau lunak menghindari adanya aspirasi.

7.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberiaan nutrisi parenteral.


Rasional :Nutrisi parenteral sangan dibutuhkan oleh klien terutama jika
intake peroral sangat minim.

39

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh
berdetellah pertusis (Nelson, 2000 : 960). Pertusis adalah penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh bakteri Bordotella pertusis.
Manifestasi klinik dari pertusi dibagi menjadi 3 tahap yaitu stadium
kataralis,stadium spasmodic,stadium konvalesensi.
Patofisiologi pertusis: Infeksi diperoleh oleh inhalasi yang mengandung
bakteri Bordetella pertusis. Perubahan inflamasi dipandang sebagai organisme
proliferasi di mukosa sepanjang saluran pernafasan, terutama di dalam
bronkus dan bronkiolus, mukosa yang padat dan disusupi dengan neutrofil,
dan ada akumulasi lendir lengket dan leukosit di lumina bronkial. gumpalan
basil terlihat dalam silia epitel trakea dan bronkial, di bawahnya yang ada
nekrosis dari apithelium basiliar. Obstruksi parsial oleh plak lendir di saluran
pernapasan.
Cara penularan pertusis, melalui: Droplet infection, Kontak tidak langsung
dari

alat-alat

yang

terkontaminasi.

Komplikasi

dari

pertusis

dapat

menyebabkan gangguan pada saluran nafas,system saraf pusat , dan saluran


pencernaan.

Diagnosa

clamydia,Infeksi

oleh

banding

dari

adenovirus

pertusis
tipe

1,

adalah
2,

bronchitis,bronkiolitis,dan infeksi bordetellah broncoseptica.

40

infeksi
3,

oleh

5,trakhea

41

Pemeriksaan penunjang dari pertusis adalah pembiakan lendir hidung dan


mulut, pembiakan apus tenggorokan dan pembiakan darah lengkap.
Penatalaksanaan

dari

pertusis

adalah

terapi

kausal:

antimikroba,salbutamol,globulin imun pertusis dan terapi suportif (Perawatan


Pendukung). Pencegahan dari pertusis adalah dengan Imunisasi alotif
diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang
telah dimatikan untuk mendapatkan imunitea aktif.
Asuhan keperawatan pada penderita pertusis secara garis besar adalah
menjaga kebersihan jalan napas agar terbebas dari bakteri pertusis.
B. Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu untuk melakukan asuhan keperawatan
terhadap penderita pertussis. Karena seringkali pada penderita pertusis disertai
dengan komplikasi. Keadaan ini akan menyebabkan penderitaan yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, penyakit batuk rejan (pertusis) perlu
dicegah. Cara yang paling mudah adalah dengan pemberian imunisasi
bersama vaksin lain yang biasa disebut DPT dan polio.
Perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini
melakukan penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi dan imunisasi akan
berdaya guna jika dilakukan sesuai dengan program. Selain itu perawat harus
memberikan pengetahuan pada orang tua mengenai penyakit pertusis secara
jelas

dan lengkap.Terutama

pencegahannya.

mengenai

tanda-tanda, penanganan

dan

42

Daftar Pustaka
Behrman, Kliegnan, Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 2, Edisi 15.
Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn, E. dkk. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: EGC
Manjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid II. Jakarta:
Media Aesculapius

Вам также может понравиться