Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Anak I
Yang Diampu Oleh:
Yuliastati, M.Kep
Dwi Susilowati, M.Kes
Siti Nur Halimah, MPH
Ningning Sriningsih, M.Kep
Oleh :
Dina Nur Fajrin (P17320313077)
II B
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
2015
Kata Pengantar
Penyusun
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A.
Latar Belakang................................................................................................1
B.
Rumusan Masalah...........................................................................................1
C.
Tujuan.............................................................................................................2
D.
Manfaat...........................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................3
2.1
Konsep Dasar..................................................................................................3
A.
Pengertian....................................................................................................3
B.
Etiologi........................................................................................................3
C.
Patofiologis..................................................................................................4
D.
Manifestasi Klinik.......................................................................................7
E.
Cara Penularan............................................................................................8
F.
Kompilkasi..................................................................................................9
iii
G.
Pemeriksaan Penunjang.............................................................................11
H.
Penatalaksanaan.........................................................................................11
I.
Pencegahan................................................................................................12
J.
BAB III........................................................................................................................28
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK.................................................28
DENGAN GANGGUAN PERTUSIS.........................................................................28
A.
Pengkajian.....................................................................................................28
B.
Diagnosa keperawatan..................................................................................34
C.
Rencana Keperawatan...................................................................................35
BAB IV........................................................................................................................41
PENUTUP...................................................................................................................41
A.
Simpulan.......................................................................................................41
B.
Saran.............................................................................................................42
Daftar Pustaka..............................................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertusis (batuk rejan) dan difteri merupakan 2 penyakit yang sangat menular.
Penyakit ini biasa ditemukan pada anak-anak di bawah umur 5 tahun.
Penularan Pertusis dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang
tercemar oleh karier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan
bersin penderita. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut
lainnya, pertusis sangat mudah dan cepat penularannya.
Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit. Sejak
diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit
pertusis mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi dan pertusis diberikan pada
anak-anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang
penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin pertusis akan
lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal di atas, maka dalam pembahasan makalah ini selanjutnya
akan dibahas lebih dalam dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien anak dengan pertusis?
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB II
TINJAUAN TEORI
C. Patofiologis
Bordetella pertusis diitularkan melalui sekresi udara pernapasan yang
kemudian melekat pada silia epitel saluran pernapasan.Basil biasanya
bersarang pada silia epitel thorak mukosa, menimbulkan eksudasi yang
muko purulen, lesi berupa nekrosis bagian basal dan tengah epitel torak,
disertai infiltrate netrofil dan makrofag.
Mekanisme patogenesis infeksi Bordetella pertusis yaitu perlengketan,
perlawanan, pengerusakan local dan diakhiri dengan penyakit sistemik.
Perlengketan dipengaruhi oleh FHA ( filamentous Hemoglutinin), LPF
(lymphositosis promoting factor), proten 69 kd yang berperan dalam
perlengketan Bordetella pertusis pada silia yang menyebabkan Bordetella
pertusis dapat bermultipikasi dan menghasilkan toksin dan menimbulkan
whooping cough. Dimana LFD menghambat migrasi limfosit dan
magrofag didaerah infeksi.
Perlawanan karena sel target da limfosist menjadi lemah dan mati oleh
karena ADP (toxin
mediated
adenosine
disphosphate)
sehingga
kecil
sehingga
dapat
menimbulkan
emfisema
dan
PATHWAY
Bordetella
Pertusis
Inhalasi droplet
Alveolus
Reaksi antigen-antibodi
Tuberkel pecah
Fibrosis jaringan
paru
Iskemia jaringan
Akumulasi secret
paru
Merangsang reseptor syaraf
Peningkatan aktivitas
seluler
Metabolisme meningkat
Pemecahan KH, lemak, protein
dan adanya penekanan pada
Batuk-batuk
untuk mengeluarkan
neurotransmitter
bradikinin, serotonin dan
histamin
Asupan kurang
Jalan nafas tidak efektif
Nyeri
Sering terbangun
dimalam hari
Gangguan pola
tidur
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
D. Manifestasi Klinik
Masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu atau lebih dan
berlangsung dalam 3 stadium yaitu :
1. Stadium kataralis/stadium prodomal/stadium proparoksimal:
a. Lamanya 1-2 minggu.
b. Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran
pernafasan bagian atas yaitu timbulnya rinore dengan lender yang
jernih.
c. Kemerahan konjungtiva, lakrimasi.
d. Batuk dan panas ringan.
e. Anoreksia kongesti nasalis.
f. Pada tahap ini kuman paling mudah di isolasi.
g. Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan batuk biasa.
h. Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi
semakin hebat, sekret pun banyak dan menjadi kental dan lengket.
2. Stadium paroksimal/stadium spasmodic
a. Lamanya 2-4 minggu
b. Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk
yang bunyinya nyaring) sering terdengar pada saat penderita
menarik nafas pada akhir serangan batuk. Batuk dengan sering 5
10 kali, selama batuk anak tak dapat bernafas dan pada akhir
serangan batuk anak mulai menarik nafas denagn cepat dan dalam.
Sehingga terdengar bunyi melengking (whoop) dan diakhiri dengan
muntah.
c. Batuk ini dapat berlangsung terus menerus, selama beberapa bulan
tanpa adanya infeksi aktif dan dapat menjadi lebih berat.
batuk berkurang
nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang.
anak merasa lebih baik
pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan
akibat gangguan pada saluran pernafasan.
E. Cara Penularan
Cara penularan pertusis, melalui:
Droplet infection
Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui
percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin
Kontak tidak langsung dari alat-alat yang terkontaminasi
Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang
dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan,
orang yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain
selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.
F. Kompilkasi
10
menebabklan
hipoksia
berat
dan
pada
bayi
dapat
11
12
I.
Pencegahan
13
14
:
:
: L/P
:
:
:
:
:
: Pertusis
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
B) Keluhan Utama :
Biasanya klien akan mengeluhkan batuk yang mula-mula timbul pada
malam
15
UMUR
0 2 bulan
2, 3, 4 bulan
1-5 bulan
9 bulan
0, 1, 6 bulan
CARA
1C
1M
Refisi
5C
1M
JUMLAH
1x
3x
4x
4x
3x
16
5. Riwayat Nutrisi
Pola nutrisi dan metabolisme biasanya jumlah asupan nutrisi kurang
disebabkan oleh anoraksia.
6. Tumbuh Kembang
Pertumbuhan
Pertumbuhan pada klien dapat kita kaji sesuai dengan umur klien
saat proses pengkajian yang
dilakukan. Biasanya
pertusis
Motorik Kasar
Anak dapat tengkurap dan berbalik sendiri, dapat merangkak
mendekati benda atau seseorang.
17
Kognitif
Anak berusaha memperluas lapangan pandangan, tertawa dan
menjerit karena gembira bila diajak bermain, mulai berbicara
tapi belum jelas bahasanya
USIA
15 bln
FISIK
Motorik Kasar
Berjalan sendiri
18 bln
24 bln
BB 4x BB
lhr
TB baik
Motorik Halus
Sosial Emosional
Bermain
solitary
Pegang cangkir
Memasukkan
jari
play
kelubang
Membuka kotak
Melempar benda
Lari jatuh
Menggunakan sendok
Menarik mainan Membuka hal. Buku
Naik dengan
Menyusun balok
tangga bantuan
Berlari sudah baik Membuka pintu
Naik
tangga Membuka kunci
sendiri
Menggunting
Menggunakan sendok
dengan baik
Pemeriksaan Fisik
TTV
a. Nadi: meningkat
b. TD: menurun
c. RR: meningkat
d. Suhu: kurang dari 38C
1. Kepala
Hidung : Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran
pernafasan bagian atas yaitu timbulnya rinore dengan lendir yang
jernih.
2. Thorax dan Pernafasan
Auskultasi
: Bunyi nyaring (whoop) saat inspirasi
Inspeksi
: Penggunaan otot aksesorus pernafasan.
18
Pemeriksaan penunjang:
a. Pembiakan lendir hidung dan mulut.
b. Pembiakan apus tenggorokan.
c. Pembiakan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih
yang ditandai sejumlah besar limfosit, LEE tinggi, jumlah leukosit
antara 20.000-50.000 sel/mdarah.
d. Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertusis.
e. Tes ELISA (Enzyme Linked Serum Assay) untuk mengukur kadar
IgA.
f. Foto rontgen dada memeperlihatkan adanya infiltrate perihilus,
atelaktasis atau emphysema.
ADL
Nutrisi
: muntah, anoreksia.
Aktivitas
Istirahat tidur
Personal hygiene
Eliminasi
bila
sedang batuk.
2. Analisa Data
No
Data Senjang
1.
DS : - Klien mengeluh
Kemungkinan Penyebab
Masalah
19
sesak
Batuk-batuk
DO : - rinore dengan
lender
efektif
cair,
jernih.
- klien tampak
batuk ringan
Akumulasi secret
- klien tampak
sulit bernafas.
Peningkatan produksi
sekret
Alveolus (Reaksi
antigen-antibodi)
Inhalasi droplet
Bordetella pertusis
20
Nyeri
DS : klien mengatakan
nyeri
2.
Batuk-batuk
DO
Klien
nampak
Akumulasi secret
Peningkatan produksi
sekret
Alveolus (Reaksi
antigen-antibodi)
Inhalasi droplet
Nyeri
21
Bordetella pertusis
Perubahan
nutrisi kurang
3.
dari kebutuhan
makan
DO: - Porsi makan yang
tidak habis
Asupan kurang
- klien tampak
pucat
Kurang nafsu makan
- klien tampak
lemas
Pemecahan KH, lemak,
protein dan adanya
penekanan pada pusat
lapar
Di otak
Metabolisme meningkat
22
Peningkatan aktivitas
seluler
seluler
DS : - klien mengeluh
batuk pada malam
dimalam hari
klien
kehitam-hitaman.
Obstruksi jalan nafas
Akumulasi secret
Peningkatan produksi
23
secret
3. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
secret
2) Nyeri berhubungan dengan batuk yang menetap
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan)
berhubungan dengan anoreksia
4) Gangguan pola istirahat berhubungan dengan sering terbangun
dimalam hari.
24
4. Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, status ventilasi
saluran pernafasan baik
Kriteria Hasil: Keluarga mampu mengetahui tentang sakit yang dialami anaknya,
pasien mengungkapkan pernafasan menjadi mudah, pasien mampu
melakukan batuk efektif, rata-rata pernafasan normal (16-24x/mnt).
Intervensi
Rasional
Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan takipnea, pernapasan dangkal,dan gerakan
dan gerakan dada .
terjadi
pada
area
konsulodasi.
dan/
ekspirasi
pada
respon
kecil.
batuk efektif.
Batuk
adalah
mekanisme
Penekanan
menurunkan
dan kuat.
merangsang batuk atau pembersihan jalan
napas secara mekanik pada pasien yang tak
mampu melakukan
25
Berikan
cairan
ml/hari
(kecuali
sedikitnya
2500
kontraindikasi).
cairan
(khususnya
yang
hangat)
menetapkan
cara
cara mengatasinya.
Berikan makanan yang tidak terlalu asin Makanan yang asin dan digoreng
dan makanan yang tidak digoreng.
dapat merangsang batuk.
Berikan makanan / minuman setiap habis Pemberian makanan dan minuman
batuk dan muntah.
Catat jumlah / porsi
dihabiskan oleh klien.
Timbang BB klien tiap hari
26
Hindarkan pemberian makanan yang sulit Makanan cair atau lunak menghindari
ditelan
Kolaborasi
dengan
dokter
adanya aspirasi.
untuk Nutrisi parenteral sangan dibutuhkan
5. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan
yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya
atau hilangnya masalah klien. Pada tahap implementasi ini terdiri atas
beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, serta melanjutkan
pengumpulan data.
Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetail dan
jelas supaya semua tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan
baik dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat dapat melaksanakan
langsung atau bekerja sama dengan para tenaga pelaksana lainnya.
6. Evaluasi
Status ventilasi saluran pernafasan baik.
Nyeri berkurang
Menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
dalam rentang normal dan paru jelas atau bersih.
Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi.
BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN GANGGUAN PERTUSIS
A. Pengkajian
I. Biodata
1.
2.
Identitas Klien
Nama
: An. A
: 7 September 2009
Umur
: 4 tahun 11 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan
:-
Alamat
Tanggal Masuk
Tanggal Pengkajian
Diagnosa Medik
: Pertusis
Identitas Orangtua
Ayah
Nama
: Tn. N
Usia
: 30 Tahun
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Alamat
Ibu
Nama
: Ny. I
27
28
Usia
: 25 Tahun
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Alamat
2.
3.
29
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit lain atau penyakit
yang sama dengan klien.
4.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Perempuan yang sudah meninggal
: Laki-laki yang sudah meninggal
5.
Riwayat Imunisasi
JENIS
UMUR
CARA
JUMLAH
BCG
0 2 bulan
1C
1x
DPT
2, 3, 4 bulan
1M
3x
Polio
1-5 bulan
Refisi
4x
Capak
9 bulan
5C
4x
30
Heportits
0, 1, 6 bulan
1M
6.
7.
Riwayat Nutrisi
Pemberian ASI
a. Pertama kali disusui : Sejak dari lahir
b. Cara pemberian
: Setiap kali menangis, saat akan tidur dan
bangun tidur
c. Lama pemberian
3x
: 1 bulan
8.
Riwayat Psikososial
Saat pengkajian, An.A mau tidak bisa berinteraksi dengan orang lain
selain orangtua
31
9.
Riwayat Sosial
Yang mengasuh klien
Keluarga (ibu, bapak, dan neneknya)
Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan An. A dengan anggota keluarganya sangat dekat.
Hubungan dengan teman sebaya
Sebelum sakit, An.A berteman dan bermain dengan teman sebayanya.
Pembawaan secara umum
Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang lemah (anak
tidak sindroma down)
: 39oC
Nadi
: 120x/menit
Respirasi
: 28x/menit
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Antropometri
Tinggi Badan
: 120 cm
Berat Badan
: 15 kg
32
: 49 cm
Lingkar Dada
: 56 cm
Lingkar Perut
: 60 cm
Head to Toe
Kepala
: tidak ada bekas luka ataupun bengkak.
Rambut
: warna
rambut
hitam,
lurus,
distribusi
merata,
tidak
terdapat ketombe.
Wajah
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Dada
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Wheezing inspirasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
33
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Atas : tidak ada odem, pada bagian kiri terpasang infus.
Bawah : tidak ada odem, tidak ada bekas luka.
Genetalia
Anus
Inspeksi : bersih, tidak terdapat hemoroid, tidak ada perdarahan.
Palpasi : tidak ada benjolan, massa, ataupun tumor.
Pemeriksaan Lanjutan
(1) Melakukan pemeriksan hapusan skret di nasofaring / lendir yang
dimuntahkan.
(2) Pada hapusan darah tepi akan dijumpai (20.000 50.000 sel / mm 3 darah)
dengan limfositosis yang predominan ( 60 %).
(3) Pemeriksaan serologis (imunofluorecent
mengetahui ada tidaknya kuman.
2.
antibody)
yaitu
untuk
Diagnosa keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
2) Pola napas tidak efektif b/d dispnea
3) Resiko kekurangan volume cairan b/d intake klien yang kurang
4) Ganggaun pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang
berhubungan dengan muntah yang lebih dan anoreksi.
dari
kebutuhan)
34
C. Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
Tujuan
Kriteria Hasil :
1.
2.
3.
4.
Intervensi
35
Kriteria hasil :
1.
2.
3.
4.
Intervensi
36
Kriteria Hasil
1.
37
2.
3.
4.
Intervensi
1. Observasi turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir dan
lidah)
Rasional : indicator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun
membrane mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan
oksigen tambahan
2. Pantau masukan dan haluaran,catat warna, karakter urine. Hitung
keseimbangan cairan
Rasional : memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan
dan kebutuhan penggantian
3. Catat cairan Intake dan Output
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan
4. Berikan dan anjurkan untuk memberikan minum sesering mungkin
Rasional : Mengurangi tingkat dehidrasi
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi cairan
Rasional : Untuk mengatasi rehidrasi yang dialami pasien
Kriteria Hasil :
1. Keluarga mengerti ttg pentingnya nutrisi
38
Intervensi
1.
2.
Berikan makanan yang tidak terlalu asin dan makanan yang tidak
digoreng.
Rasional: Makanan yang asin dan digoreng dapat meerangsang batuk.
3.
4.
6.
7.
39
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh
berdetellah pertusis (Nelson, 2000 : 960). Pertusis adalah penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh bakteri Bordotella pertusis.
Manifestasi klinik dari pertusi dibagi menjadi 3 tahap yaitu stadium
kataralis,stadium spasmodic,stadium konvalesensi.
Patofisiologi pertusis: Infeksi diperoleh oleh inhalasi yang mengandung
bakteri Bordetella pertusis. Perubahan inflamasi dipandang sebagai organisme
proliferasi di mukosa sepanjang saluran pernafasan, terutama di dalam
bronkus dan bronkiolus, mukosa yang padat dan disusupi dengan neutrofil,
dan ada akumulasi lendir lengket dan leukosit di lumina bronkial. gumpalan
basil terlihat dalam silia epitel trakea dan bronkial, di bawahnya yang ada
nekrosis dari apithelium basiliar. Obstruksi parsial oleh plak lendir di saluran
pernapasan.
Cara penularan pertusis, melalui: Droplet infection, Kontak tidak langsung
dari
alat-alat
yang
terkontaminasi.
Komplikasi
dari
pertusis
dapat
Diagnosa
clamydia,Infeksi
oleh
banding
dari
adenovirus
pertusis
tipe
1,
adalah
2,
40
infeksi
3,
oleh
5,trakhea
41
dari
pertusis
adalah
terapi
kausal:
dan lengkap.Terutama
pencegahannya.
mengenai
tanda-tanda, penanganan
dan
42
Daftar Pustaka
Behrman, Kliegnan, Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 2, Edisi 15.
Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn, E. dkk. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: EGC
Manjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid II. Jakarta:
Media Aesculapius