Вы находитесь на странице: 1из 8

Kerangka:

1.
tujuan
laporan
keuangan
Ketenagakerjaan tahun 2014

pada

laporan

keuangan

BPJS

2. apa saja laporan keuangan yang dihasilkan pada tahun 2014?


3. standar apa yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
tahun 2014? Apakah sudah sesuai dengan tujuan dan standar yang
ada?
1. Tujuan Laporan Keuangan BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2014
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS), yang dimaksud dengan BPJS adalah badan hukum
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Jaminan
sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program: (a) jaminan
kecelakaan kerja (JKK); (b) jaminan hari tua (JHT); dan (c) jaminan
kematian (JKM).
Sebagaimana diketahui bahwa sebelum BPJS Ketenagakerjaan
dibentuk, PT. Jamsostek sudah lebih dahulu berdiri untuk menangani
beberapa program yang sama dengan BPJS Ketenagakerjaan. Transformasi
PT. Jamsostek ke BPJS Ketenagakerjaan dari bentuk badan hukum privat ke
badan hukum publik bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih
baik dan pengelolaan dana jaminan sosial yang transparan.
Jamsostek sebagai badan hukum privat kurang lebih memilki
kedudukan yang sama dengan perusahaan bisnis yang mengakui adanya
laba rugi dalam pengelolaan keuangannya. Sedangkan transformasi ke
bentuk BPJS Ketenagakerjaan yang berstatus badan hukum publik tentu
tidak mengenal laba rugi dalam operasionalnya. Perbedaan ini disebabkan
oleh perbedaan badan hukum dari kedua organisasi ini, Jamsostek
merupakan perusahaan bisnis sedangkan BPJS Ketenagakerjaan
merupakan badan hukum nirlaba.
Tujuan umum laporan keuangan Jamsostek maupun BPJS pada
dasarnya sama, yakni memberikan informasi yang berguna dan dapat
dipercaya mengenai sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu
perusahaan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan untuk pihakpihak yang berkepentingan..
2. Konsekuensi dan Laporan Keuangan BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2014
BPJS Ketenagakerjaan resmi berdiri sejak tanggal 1 Januari 2014
dan hal ini berarti PT. Jamsostek sudah tidak ada lagi. Lalu konsekuensikonsekuensi apa yang ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan sehubungan
dengan transformasi ini? Perubahan bentuk badan hukum terdapat
konsekuensi-konsekuensi antara lain:
a. Perubahan cakupan pelayanan
Jangkauan pelayanan BPJS Ketenagakerjaan jauh lebih luas
yakni mengkover semua tenaga kerja baik formal dan

informal dibanding PT Jamsostek yang mengkover hanya


tenaga kerja formal.
b. Perubahan program
BPJS Ketenagakerjaan hanya menyelenggarakan program
JHT, JKK, dan JKM jika sebelumnya PT Jamsostek
menyelenggarakan program JHT, JKK, JKM dan jaminan
pemeliharaan kesehatan.
c. Perubahan keuangan
Menurut UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS pasal 62 ayat
(2), BPJS Ketenagakerjaan dinyatakan bubar tanpa likuidasi
dan semua aset dan lianbilitas serta hak dan kewajiban
hukum PT jamsostek menjadi aset dan lianbilitas serta hak
dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan. Meskipun
begitu, konsekuensi yang sangat penting yaitu menyangkut
masalah keuangan. BPJS Ketenagakerjaan harus melakukan
pemisahan aset dan perubahan pelaporan keuangan sesuai
dengan UU No. 24 Tahun 2011.
Tabel 1
Perbedaan Kondisi PT. Jamsostek dan BPJS Ketenagakerjaan
N
o.
1

Aspek

PT. Jamsostek

BPJS Ketenagakerjaan

Pengelolaan Aset
dan Investasi

Badan penyelenggara BUMN


berbentuk PT
(Persero) dengan kebijakan investasi
mencari
keuntungan dan manfaat bagi
pemegang
saham
Iuran dan hasil investasi dana
jaminan sosial
digabungkan dengan dan merupakan
bagian
dari kekayaan dan kewajiban PT.
Jamsostek
(Persero)

Keuangan dan
Pelaporan

Belum memiliki standar akuntansi


untuk
jaminan sosial yang berbasis
internasional
Pemisahan aset untuk masing-

Badan penyelenggara berbentuk


Badan
Hukum Publik berbasis nirlaba
Iuran dan hasil investasi
merupakan bagian
dari Dana Jaminan Sosial yang
terpisah dari
kekayaan BPJS Ketenagakerjaan
Kekayaan dipegang bank
kustodian milik
pemerintah
Kebijakan investasi berdasarkan
pada
prinsip-prinsip likuiditas, solvabilitas,
kehati-hatian, keamanan dana &
hasil
investasi digunakan sebesarbesarnya untuk
kepentingan peserta
Kebijakan investasi untuk
masingmasing
program berbeda sesuai dengan
karakteristik kewajiban masingmasing
program
Kebijakan investasi berdasarkan
pada
strategi pendanaan masing-masing
program
Sistem pelaporan keuangan dan
akuntansi
sesuai dengan:
- UU SJSN
- UU BPJS

masing
program masih dalam proses
Aset dan Kewajiban untuk Dana
Jaminan
Sosial (DJS) dan PT. Jamsostek
(Persero)
sebagai pengelola belum dipisahkan
Dasar (basis) penentuan kewajaran
besarnya
biaya pengelolaan belum ditentukan
Belum memiliki format baku untuk
pelaporan
keuangan untuk pengelola dan untuk
masingmasing
program
Proses transformasi untuk aspek
keuangan
dan akuntansi masih dalam proses
transisi

- Pedoman Standar Akuntansi


Keuangan
dan Pelaporan yang berbasis
internasional
(IFRS) dan praktik terbaik
internasional
Pemisahan laporan keuangan
berdasarkan
program baik aset maupun
kewajiban
(tidak ada konsolidasi baik dengan
laporan
keuangan BPJS atau laporan
keuangan
program lainnya)

Sumber: Dewan Jaminan Sosial Nasional, 2014


Sesuai dengan tujuan laporan keuangan BPJS Ketenagakerjaan yakni
memberikan informasi yang berguna dan dapat dipercaya mengenai
sumber ekonomi dan kewajiban serta modal BPJS Ketenagakerjaan; juga
memberikan informasi yang relevan dan dapat dipercaya kepada
masyarakat atas pelakasanaan tugasnya menghimpun dan menghimpun
dana publik, maka BPJS Ketenagakerjaan wajib menyampaikan
pertanggungjawabannya melalui laporan keuangan. Bentuk laporan yang
harus disajikan adalah (1) Laporan Keuangan Tahunan; dan (2)
Laporan
Pengelolaan
Program.
Laporan
keuangan
BPJS
Ketenagakerjaan disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan.
3. Pengeloaan Aset, Liabilitas dan Investasi BPJS Ketenagakerjaan
a. Pengelolaan Aset
UU BPJS mewajibkan BPJS untuk memisahkan pengelolaan
aset jaminan sosial menjadi dua jenis pengelolaan aset, yaitu
aset BPJS dan aset Dna Jaminan Sosial (DJS). Pemisahan ini
dikarenakan aset Dana Jaminan Sosial bukan merupakan aset
BPJS. Pemisahan ini juga memberikan kepastian keamanan
dana peserta untuk jangka panjang dan ini sejalan dengan
praktik terbaik internasional.
Tabel 2
Klasifikasi Aset pada BPJS Ketenagakerjaan
Jenis Aset
Aset BPJS

Bersumber dari:
1. modal awal dari
Pemerintah, yang
merupakan kekayaan
Negara yang
dipisahkan dan tidak
terbagi atas saham;
2. hasil pengalihan aset
BUMN yang

Digunakan untuk:
1. biaya operasional
penyelenggaraan program
jaminan sosial;
2. biaya pengadaan
barang dan jasa yang
digunakan untuk
mendukung
operasional

menyelenggarakan
program jaminan
sosial;
3. hasil pengembangan
aset BPJS;
4. dana operasional yang
diambil dari Dana Jaminan
Sosial;
5. sumber lain yang sah
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Aset Dana Jaminan Sosial 1. iuran jaminan sosial,
termasuk bantuan iuran;
2. hasil pengembangan
Dana Jaminan Sosial;
3. hasil pengalihan aset
program jaminan sosial
yang menjadi hak peserta
dari BUMN yang
menyelenggarakan
program jaminan sosial;
4. sumber lain yang sah
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Sumber: UU No. 24 Tahun 2011

penyelenggaraan jaminan
sosial;
3. biaya untuk
peningkatan kapasitas
pelayanan;
4. investasi dalam
instrumen investasi sesuai
dengan peraturan
perundang-undangan.

1. pembayaran manfaat
atau pembiayaan layanan
jaminan sosial;
2. biaya operasional
penyelenggaraan program
jaminan sosial;
3. investasi dalam
instrumen investasi sesuai
dengan peraturan
perundang-undangan.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa BPJS


Ketenagakerjaan menerima pengalihan aset lembaga PT
Jamsostek dan aset tiga program Jamsostek selain aset
Program JPK Jamsostek. Menurut PP No. 99 Tahun 2013 Pasal
15 ayat (4) dan (5) dan pasal 64 huruf b, pemisahan
pengelolaan aset ketiga program tersebut langsung
diberlakukan sejak pengalihan, dengan ketentuan sebagai
berikut:
- aset program jaminan kecelakaan kerja Jamsostek
dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Kecelakaan
Kerja;
- aset program jaminan hari tua Jamsostek dialihkan
menjadi aset Dana Jaminan Sosial Hari Tua;
- aset program jaminan kematian Jamsostek dialihkan
menjadi aset Dana Jaminan Sosial Kematian.
- aset dan liabilitas dana peningkatan kesejahteraan
peserta yang bersumber dari alokasi laba PT Jamsostek
(Persero) beralih menjadi aset dan liabilitas BPJS
Ketenagakerjaan.
Kemudian, dana operasional BPJS Ketenagakerjaan yang
bersumber dari aset DJS dibatasi dengan ketentuan sebagai
berikut sesuai PP No. 99 Tahun 2013 pasal 13 ayat (1a) dan
(1b):

Paling tinggi 10% dari total iuran jaminan kecelakaan


kerja dan iuran jaminan kematian yang telah diterima
oleh BPJS Ketenagakerjaan
- Paling tinggi 2% dari total iuran jaminan hari tua yang
telah diterima oleh BPJS Ketenagakerjaan dan hasil
pengembangannya.
Menteri Keuangan menetapkan dana operasional BPJS
Ketenagakerjaan Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
- 10%
(sepuluh
persen)
untuk
program
Jaminan
Kecelakaan Kerja,
- 10% (sepuluh persen) untuk program Jaminan Kematian,
- 0,1125% (nol koma satu satu dua lima persen) untuk
program Jaminan Hari Tua.
Pengelolaan surplus aset BPJS dan aset DJS harus
mencerminkan prinsip nirlaba dan prinsip hasil pengelolaan
dana
jaminan
sosidal
digunakan
seluruhnya
untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan
peserta. Hal ini sejalan dengan UU No. 40 tahun 2004 pasal 4
huruf b dan huruf i.

b. Pengelolaan Liabilitas
Seperti halnya pengelolaan aset, pengelolaan liabilitas
juga dipisahkan antara liabilitas BPJS dan liabilitas Dana
Jaminan Sosial (DJS). liabilitas BPJS Ketenagakerjaan meliputi
seluruh liabilitas terkait pengelolaan program Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan. Sedangkan liabilitas DJS ketenagakerjaan
merupakan seluruh kewajiban pembayaran manfaat kepada
peserta jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan
jaminan hari tua.
Berdasarkan PP No. 99 Tahun 2013 pasal 18 ayat (2),
liablitas jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian
terdiri atas:
- cadangan teknis;
- utang klaim;
- utang investasi;
- utang lainnya.
PP No. 99 Tahun 2013 pasal 18 ayat (4) liabilitas jaminan hari
tua terdiri atas:
- utang jaminan hari tua;
- utang investasi;
- utang lainnya.
PP No. 99 Tahun 2013 pasal 18 ayat (3) Cadangan teknis
jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian terdiri atas:
- cadangan iuran yang belum merupakan pendapatan;
- cadangan atas klaim yang masih dalam proses
penyelesaian;
- cadangan atas klaim yang sudah terjadi namun belum
dilaporkan
- (incurred but not reported).
c. Pengelolaan Investasi

BPJS berwenang menempatkan dana jaminan sosial untuk


investasi jangka pendek dan jangka panjang. Investasi
bertujuan untuk pengembangan aset BPJS dan aset DJS. PP
No 99 Tahun 2013 pasal 26 menyatakan bahwa BPJS
Ketenagakerjaan wajib menyesuaikan jenis investasi bila
jumlah investasi meleihi batasan surat berharga paling lama
1 tahun. Kemudian dalam PP yang sama pasal 63 BPJS
Ketenagakerjaan wajib menyesuaikan jenis investasi yang
berasal dari pengalihan aset PT Jamsostek paling lama 1
tahun sejak PP ini berlaku, kecuali obligasi korporasi dapat
dimiliki sampai dengan jatuh tempo.
Tabel 3
Instrumen Investasi
Instrumen

Batasan Tertinggi

Deposito berjangka

15%

Surat utang korporasi tercatat &


diperjualbelikan di Bursa Efek
Saham tercatat di Bursa Efek

5% /emiten
50% total investasi
5% /emiten
50% total investasi
15% jumlah investasi/manajer
investasi
50% total investasi
10% jumlah investasi/manajer
investasi
50% total investasi
10% jumlah investasi/manajer
investasi
20% total investasi
2% jumlah investasi/counterpart
5% total investasi
1% jumlah investasi/pihak
5% total investasi
5% total investasi

Reksadana

Efek beragun aset

Real estate

Repurchase agreement
Penyertaan langsung
Tanah, bangunan, tanah dan
bangunan
Sumber: PP No. 99 Tahun 2013

4. Kesesuaian Laporan Keuangan BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2014 dengan


Tujuan dan Standar yang Telah Ditetapkan
Tahun 2014 meruapakan tahun awal bagi karir BPJS
Ketenagakerjaan setelah bertransformasi dari PT Jamsostek. Berbagai
konsekuensi harus dirasakan oleh badan hukum publik baru ini, termasuk
perubahan pelaporan keuangan. Berikut analisis pelaporan keuangan BPJS
Ketenagakerjaan Tahun 2014.
a. Pelaporan keuangan publikasi tahun 2014 yang dihasilkan BPJS
Ketenagakerjaan terdiri dari Laporan Keuangan Tahun 2014
dan Laporan Pengelolaan Program Tahun 2014. Hal ini sudah

b.

c.

d.

e.

f.

sesuai dengan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS yang


mengharuskan adanya pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugasnya dalam bentuk dua laporan tersebut.
Laporan Keuangan Tahun 2014 terdiri dari:
1) Laporan DJS Program JHT: Laporan Aset Neto DJS
Program JHT dan Laporan Perubahan Aset Neto DJS
Program JHT
2) Laporan DJS Program JKK dan JKM: Laporan Posisi
Keuangan DJS Program JKK dan JKM; Laporan Aktivitas
DJS Program JKK dan JKM; dan Laporan Arus Kas DJS
Program JKK dan JKM.
3) Laporan
Posisi
Keuangan
BPJS
Ketenagakerjaan
Konsolidasian
4) Laporan Kinerja Keuangan BPJS Ketenagakerjaan
Konsolidasian
5) Laporan Arus Kas BPJS Ketenagakerjaan Konsolidasian
6) Laporan Manfaat Layanan Tambahan
Laporan Pengelolaan Program Tahun 2014 terdiri dari:
1) Direksi
2) Kinerja Operasional
3) Aspek Keuangan
4) Dewan Pengawas
Pengelolaan DJS program JHT menggunakan PSAK 18 sebagai
dasar pengukuran, pengungkapan dan penyajian DJS program
JHT. Laporan Keuangan DJS Program JHT telah disajikan sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku yakni PSAK 18 tentang
Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya. Dalam
PSAK 18 paragraf 27 (b) disebutkan bahwa laporan keuangan
termasuk laporan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya
dan laporan perubahan aset tersedia untuk manfaat
purnakarya.
Pengelolaan DJS program JKK dan JKM menggunakan PSAK 45
sebagai dasar pengukuran, pengungkapan dan penyajian DJS
program JKK dan JKM. PSAK 45 tentang Pelaporan Keuangan
Organisasi Nirlaba menyebutkan laporan keuangan untuk
organisasi jenis ini terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan
aktivitas, laporan arus kas. BPJS Ketenagakerjaan telah
mematuhi standar ini yakni dengan menyusun laporan
keuangan untuk DJS program JKK dan JKM sesuai dengan PSAK
45.
Pengelolaan
aset
BPJS
Ketenagakerjaan
dipertanggungjawabkan melaluii laporan keuangan BPJS
Ketenagakerjaan Konsolidasian. Tidak seperti PT Jamsostek
yang menampilkan Laporan Laba Rugi, BPJS Ketenagakerjaan
yang beralih menjadi badan hukum nirlaba harus meniadakan
laporan tersebut. Sebagai gantinya adalah Laporan Kinerja
Keuangan untuk menilai bagaimana kinerja dari badan ini.
Laporan Pengelolaan Program BPJS diatur tersendiri dalam
Perpres No. 108 Tahun 2013 tentang Bentuk dan Isi Laporan

Pengelolaan Program Jaminan Sosial. Laporan ini dimaksudkan


untuk menilai kinerja BPJS dan memenuhi prinsip keterbukaan
dalam pengelolaan program jaminan sosial serta
dalam
rangka memperbaiki kinerja BPJS.

Вам также может понравиться