Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ANALISA KASUS
Pada pasien ini didiagnosa PAD diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan umum dan pemeriksaan penunjang,
Pada anamnesa di temukan, Nyeri pada kaki Awalnya pasien mengeluh
nyeri ketika berjalan, nyeri dirasakan seperti tertusuk- tusuk pada bagian bawah
lututnya yang menjalar hingga ke ujung kaki kanan. nyeri dirasakan secara terus
menerus walaupun sedang beristirahat,terjadi perubahan warna pada kaki kanan
menjadi kemerahan dan teraba dingin pada kedua kaki. Sesuai dengan Tanda
gejala awal PAD yaitu karena penyumbatan pada arteri perifer yang dihasilkan
dari proses atherosklerosis atau proses inflamasi yang menyebabkan lumen
menyempit (stenosis), atau dari pembentukan trombus (biasanya terkait dengan
faktor
(klaudikasi) dan sensasi lelah pada otot yang terpengaruh. Karena pada umumnya
penyakit ini terjadi pada kaki maka sensasi terasa saat berjalan. Gejala mungkin
menghilang saat beristirahat. Saat penyakit bertambah buruk gejala mungkin
terjadi saat aktivitas fisik ringan bahkan setiap saat meskipun beristirahat. Pada
tahap yang parah kaki dan tungkai akan menjadi dingin dan kebas. Kulit akan
menjadi kering dan bersisik bahkan saat terkena luka kecil dapat terjadi ulcer
karena tanpa suplai darah yang baik maka proses penyembuhan luka tidak akan
berjalan dengan baik. Penyebab dari oklusi arteri perifer adalah danya stenosis
(penyempitan) pada arteri yang dapat disebabkan oleh reaksi atherosklerosis atau
reaksi inflamasi pembuluh darah yang menyebabkan lumen menyempit.
Faktor resiko dari penyakit oklusi arteri perifer pada pasien adalah Diabetes
dimana di dapatkan pemeriksaan gula darah sewatu 163 mg/dl.
Diabetes dan Inflamasi Vaskuler Inflamasi telah menjadi petanda resiko bahkan
faktor resiko penyakit aterotrombosis termasuk PAD. Diabetes mellitus
meningkatkan proses pembentukan ateroma. Terdapat peningkatan kadar histamin
pada plasma dan sel pada pasien diabetes dengan PAD sehingga dapat
menyebabkan peningkatan permeabilitas endotel. Akibatnya, migrasi limfosit T ke
dalam
tunika
intima
Monosit/makrofag
serta
menelan
sekresi
dan
aktivasi
molekullow-density
sitokin
lipoprotein
meningkat.
(LDL)
yang
teroksidasi yang kemudian berubah menjadi sel busa dimana akumulasi dari sel
ini akan membentuk fatty streakyang merupakan prekursor dari ateroma. Plak
ateroma akan menjadi tidak stabil oleh karena sel endotel pada pasien diabetes ini
mengeluarkan sitokin yang menghambat produksi kolagen oleh sel otot polos
pembuluh darah. Selain itu metalloproteinase juga dikeluarkan oleh sel-sel
inflamasi ini dimana zat ini dapat menghancurkan kolagenfibrous cap plak
ateroma sehingga meningkatkan kecenderungan untuk terjadinya ruptur plak dan
pembentukan trombus
Kelainan fungsi sel endotel dan otot polos pembuluh darah serta adanya
kecenderungan terjadinya trombosis memberikan dampak terhadap kejadian
aterosklerosis dan komplikasinya. Oleh karena posisi anatomis yang strategis
antara dinding pembuluh darah dengan aliran darah, sel endotel dapat mengatur
fungsi dan struktur pembuluh darah. Pada keadaan normal, banyak zat aktif
disintesis dan dilepaskan oleh sel endotel untuk mempertahankan homeostasis
pembuluh darah sehingga dapat mempertahankan aliran darah serta nutrisi ke
jaringan sekaligus mencegah terjadinya trombosis dan diapedesis leukosit.
Sesak nafas/ dispnea merupakan rasa tidak nyaman atau kesulitan dalam
bernafas yang dapat disebabkan oleh ganggunag sistem pernafasan atau
gangguan yang berasal dari luar paru, ditandai dengan peningkatan jumlah
frekuensi nafas, sianosis dan atau suara nafas tambahan. Sesak nafas dapat
terjadi karena proses infeksi, inflamasi, neoplasma atau trauma dan dapat
terjadi karena berbagai organ, seperti paru, jantung, otak maupun ginjal.
dimana keluhan yang dirasakan pada pasien dengan gagal jantung adalah
sesak. Terjadinya sesak yang awalnya dirasakan saat beraktivitas
kemudian saat berisitirahat menunjukkan progresivitas penyakit serta
klasifikasi gagal jantung yaitu NYHA kelas III-IV, dimana pada NYHA
kelas III ditemukan pasien mengalami sesak saat beraktivitas ringan dan
membaik saat pasien berisitrahat dan NYHA kelas IV dimana pasien
mengalami sesak walaupun pasien sedang beristirahat. Hal ini juga masih
menguatkan adanya gangguan pada paru dimana gangguan pada paru bisa
dirasakan saat istirahat dan memberat saat beraktivitas. Hal ini juga
merupakan Dispnea deffort yang merupakan kriteria minor Kriteria
Framingham.
-
Pasien mengatakan saat tidur lebih nyaman menggunakan 2 bantal. Hal ini
menguatkan pasien mengalami gangguan gagal jantung dimana tidur
dengan 2 bantal membuat posisi dada lebih tinggi dari kaki dan
mengurangi beban preload.
Hipertensi
: tidak ada
Jantung
Alergi
: disangkal
Paru
: disangkal
Jantung
Ginjal
: disangkal
RPK :
BB : 68 kg
TB : 160
Tanda Vital :
Tekanan Darah
Nadi
: 110/70 mmHg
: 104 x/menit
Suhu
Respirasi
: 36,4 0C
: 28 x/menit
Terdapat karies dentis pada gigi pasien merupakan faktor risiko terhadap infeksi
faringitis, yang bisa jadi diakibatkan oleh Streptococcus -hemolyticus yang dapat
menyebabkan terjadinya karditis sehingga memperberat gagal jantung pasien
Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah dalam batas normal, nadi, suhu serta
respirasi meningkat menandakan adanya suatu proses inflamasi mengarah ke
infeksi pada pasien tubuh pasien. Sedangkan menurunnya SpO 2 dikarenakan
terjadinya angguan perfusi pada jaringan distal dan bisa saja ada kelainan pada
jantung maupun paru.
Kepala, mata, leher maupun abdomen dalam batas normal. Namun JVP meningkat
bisa saja dikarenakan adanya suatu gagal jantung kanan pada pasien.
Faktor resiko selain diabetes melitus, usia pada pasien di sini pasien juga memiliki
faktor resiko obesitas yang dapat menyebabkan timbulnya PAD
Perkusi
Auskultasi : S1>S2 reguler, S4 (+), gallop (-) Murmur S1 early systolic di mitral
Pada perkusi ditemukan kardiomegali yang menguatkan diagnosis gagal jantung
Terdapat murmur S1 early systolic di mitral menandakan CHF yang sudah lanjut.
WBC meningkat atau leukositosis menandakan adanya suatu infeksi pada tubuh,
dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan diff count atau hitung jenis leukosit dengan
klinis adanya demam menandakan benar adanya suatu respon inflamasi akibat
infeksi
PCT merupakan prokalsitonin,merupakan penanda dari adanya suatu infeksi
bakteri, jika nilainya <0.5 kemungkinan terjadinya infeksi lokal.
Hemoglobin (HB), Hematokrit (Ht) menurun menunjukan adanya anemia pada
pasien ini.
Mean corpuscular volume (MCV). MCV adalah ukuran atau volume rata-rata
eritroit. MCV meningkat jika eritrosit lebih besar dari biasanya (makrositik),
misalnya pada anemia karena kekurangan vitamin B12. MCV menurun jika
eritrosit lebih kecil dari biasanya (mikrositik) seperti pada anemia karena
kekurangan zat besi.
Pada pasien ini terjadi anemia mikrositik hipokrom yang dapat diakibatkan oleh
keadaan kronis, seperti asupan makanan yang gizinya tidak baik
Gula darah puasa pada pasien ini meningkat dikarenakan pasien memiliki riwayat
diabetes, dimana pengendalian gula pada pasien ini tidak baik.
Kadar ureum dan kretinin meningkat menandakan fungsi ginjal yang terganggu.
Irama sinus 89
anteroposterior
bpm,
LAD,
OMI
anteroposterior,
dan
Iskemik
Planning Terapi
1. ISDN 5 mg 3 x 1
a. Mekanisme : Obat ini mengandung Isosorbide Dinitrat yang
merupakan vasodilator bekerja dengan merelaksasi pembuluh
darah yang ke jantung, sehingga suplai darah dan oksigen ke
jantung meningkat. Obat ini merupakan tablet sublingual
b. Indikasi : Angina pektoris, profilaksis serangan angina pada
penyakit jantung koroner kronis, angina setelah infark miokardium.
c. Dosis : Serangan angina akut 1 tablet , profilaksis 3-4 kali sehari 12 tablet, pencegahan serangan malam 1-2 tablet sebelum tidur
d. Kontra I : Anemia, hipotensi, syok kardiogenik, pada penggunaan
sildenafil, tadalafil, vardenafil
e. Perhatian : Golongan obat Isosorbide Dinitrat mengontrol nyeri
dada tetapi tidak menyembuhkan. Menghentikan penggunaan obat
secara tiba-tiba dapat menyebabkan nyeri dada, dapat kehilangan
efektifitasnya bila digunakan jangka waktu lama.
f. ESO : Pusing dan sakit kepala
g. IO : Obat ini tidak berinteraksi dengan beberapa jenis obat
2. Furosemid 2 x 1 tab
a. Mekanisme : Furosemida adalah suatu derivat asam antranilat yang
efektif sebagai diuretik. Mekanisme kerja furosemida adalah
menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel tubuli ginjal,
meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, kalium dan tidak
mempengaruhi tekanan darah yang normal.
b. Indikasi :
i. Tablet : edema jantung, ginjal, hati. Edema perifer karena
obstruksi mekanis atau insufisiensi vena dan hipertensi.
ii. Ampul : terapi tambahan pada edema pulmonari akut.
Digunakan jika ingin terjadi diuresis lebih cepat dan tidak
mungkin diberi oral.
c. Dosis :
i. Tablet : Untuk edema : Dewasa : 20-80 mg, dosis tunggal,
dinaikkan secara perlahan sampai 600 mg/hari (kecuali
pada gagal ginjal berat). Anak : 1-2 mg/kg berat badan,
dosis tunggal. Maksimal : 6 mg/kg berat badan. Untuk
hipertensi : awal 80 mg/hari.
seperti
heparin
tidak
terfraksinasi
dalam
pencegahan
perdarahan.
: Profilaksis trombosis vena dalam, DVT, Angina
Dosis
tak stabil,
rendah 0.3 mL 2 jam sblm op, lalu tiap 24 jam selama min 7 hari.
Terapi trombosis vena dalam 0.6 mL 2 x/hari selama 7-10 hari.
Tromboflebitis superfisial akut, varikoflebitis 0.3 mL, 0.4 mL atau
0.6 mL tiap 24 jam, tergantung beratnya penyakit. Lama terapi: 20
hari.
Angina tak stabil 0.6 mL 1 x/hari selama 7 hr, sebagai tambahan
terhadap aspirin & terapi standar antiangina.
Kontra I
Riwayat trombositopenia,
dengan hemostasis;
tukak
risiko
peptik,
perdarahan
yang
berkaitan
gagal
hati
dan ginjal, hipertensi arterial, riwayat ulserasi GI atau lesi organik lain
ESO
IO
askorbat,
antihistamin,
digitalis,
penicillin
IV,
tetrasiklin/fenotiasin.
4. Metilprednisolon 2 x 1 IV
Mekanisme: kortikosteroid dengan kerja intermediate yang termasuk kategori
Indikasi
Dosis
Kontra I
Perhatian : Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui, pasien yang
menerima terapikortikosteroid ini dianjurkan tidak divaksinasi
terhadap smallpox, juga imunisasi lain terutama yang mendapat dosis
tinggi, untuk mencegah kumungkinan bahaya neurologi. Tidak
dianjurkan untuk bayi dan anak anak, karena penggunaan jangka
panjang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tidak dianjurkan penggunaan pada penderita ocular herpes simplex,
karena kemungkinan terjadi perforasi kornea. Pemakaian jangka
infeksi
menurun,
gangguan
penyembuhan
luka,
5. Ceftriaxon 2 x 1 IV
Mekanisme: Antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang memiliki aktivitas anti
bakteri. Bekerja dengan menghambat sintesis mukopeptide di dinding
sel
bakteri.
Beta
lactam
ini
mengikat
carboxypeptidases,
sel bakteri..
: untuk pengobatan dengan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
sensitif pada penyakit-penyakit. Infeksi saluran pernafasan bagian
bawah
termasuk
pneumonia
yang
disebabkan
streptococcus
coli,
infeksi
saluran
kemih,
infeksi
ginekologi,
abdominal
: Dewasa dan anak > 12 tahun dan anak BB > 50 kg : 1 2 gram satu
kali sehari. Pada infeksi yang berat yang disebabkan organisme yang
Kontra I
moderet sensitive dosis dapat dinaikan sampai 4 gram satu kali sehari
: Hipersensitif terhadap cephalosphorin dan penicilin
(activated
partial
thromboplastin
time),
dan
atau
IO
Dosis
Perhatian
ESO
7. Dexanta 3 x 1
Mekanisme
Indikasi
Dosis
: 1-2 tablet 3-4 kali sehari. Tablet dikunyah 1 jam sebelum makan
atau 2 jam sesudah makan dan menjelang tidur.
Kontra I
Perhatian
ESO
IO
Mekanisme
kerja
menghambat
3-hidroksi-3-metil-glutaril-
terkontrol,
hipertiroidisme,
sindroma
nefrotik,
HDL
kolesterol
dan
trigliserida.
non
farmakologik
saja
tidak
memadai.
Dosis
Kontra I
Perhatian
bila
terjadi
peningkatan
kadar
creatinine
cenderung
merupakan
myopathy,
atau
merupakan
faktor
dianjurkan.
Penderita
dengan
homozygous
familial
IO
Bila
eritromisin,
simvastatin
gemfibrozil
dikombinasikan
dan
niacin
dengan
dapat
siklosporin,
menyebabkan
Indikasi
Kontra I
Perhatian
ESO
IO
kalsium:
toleransi
misalnya
glukosa.
nifedipin
kadang-kadang
Antagonis
Hormon:
channel
blocker
(misalnya
verapamil,
diltiazem,
Indikasi
Dosis
Kontra I
Perhatian
ESO
IO
Domperidone
mengurangi
efek
hipoprolaktinemia
dari
Pemberian
antasida
secara
bersamaan
dapat
menghasilkan
penghambatan
yang
menyeluruh.
Dosis
Kontra I
Perhatian
penghambat
ACE
memungkinkan
terjadinya
high-flux
penghambat ACE.
dan
Ramipril
pengobatan
dapat
bersamaan
menyebabkan
dengan
hipotensi
kematian.
Penghambat
ACE
lain
dapat
Pasien
dengan
kerusakan
fungsi
hati
dapat
IO
yang
drastis.
Efek
hipotensi
diminimalkan
dengan
Agregasi
trombosit
tidak
akan
terjadi
karena
Dosis
: Dewasa : 1 kali sehari 75 mg. Angina tidak stabil : 300 mg, lalu
lanjutkan dengan dosis 1 kali sehari 75 mg.
Kontra I
Perhatian
ESO
IO
Mekanisme
dengan
menghambat
aktivitas
siklik
AMP
Dosis
Kontra I
Perhatian
ESO
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association. Management of patients with perhiperal artery
disease. 2011; Dallas
Carleton PF, ODonnell MM. 2005. Gangguan fungsi mekanis jantung dan
bantuan sirkulasi. Dalam : Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsep
klinis prosesproses penyakit. Alih bahasa : Pendit BU, editor. Ed.6. Jakarta:
EGC.
Daniela C.Gey. in : management of peripheral arterial disease. Vol 69,
Germany.University of Heidelberg School of Medicine, Heidelberg, 2004.
Darmojo B. 2004. Penyakit kardiovaskuler pada lanjut usia. Dalam : Darmojo B,
Martono HH (Ed). Buku ajar geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Figueroa, Michael S. Congestive Heart Failure: Diagnosis, Pathophysiology,
herapy, and Implications for Respiratory Care. San Antonio: University of
Texas Health Science: 2006. p; 403412.
Fuhs, BE. 2011. 2011 CHF Diagnosis and Treatment. Diunduh dari
http://extension.wsu.edu/ahec/conferences/Documents/SatPlenFuhs.pdf.
Ghanie, A. 2009. Gagal Jantung Kronik. Dalam: Sudoyo, AW (Eds). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: InternaPublishing.
Hanafi M. Penyakit pembuluh darah perifer . In: Rilantono LI, Baraas F, Karo
SK,eds. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2003. h. 185-9
Jessup M, Abraham WT, Casey DE, Feldman AM, Francis GS, Ganiats TG, et al.
2009. 2009 Focus Update: ACCF/AHA Guidelines for the diagnosis and
management
of
heart
failure
in
adults.
Diunduh
dari
http://content.onlinejacc.org/cgi/reprint/53/15/1343.pdf.
Kabo Peter, Prof. atherosclerosis dan atherotrombosis. In: Bagaimana
menggunakan obat- obat kardiovaskular secara rasional. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2012 h. 38-59
Karim S, Kabo P. 2002. EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung
untuk Dokter Umum. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Mahameed AA, Peripheral Arterial Disease. 2009. Available from :
http://www.clevelandclinicmeded.com/
Management of peripheral arterial disease (PAD). TASC Working Group.
TransAtlantic Inter-Society Concensus (TASC). J Vasc Surg. 31: 2000