Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Dislokasi secara umum merupakan pergeseran tulang dari sendi, sedangkan
pengertian dari dislokasi sendi panggul adalah keadaan dimana caput femur keluar
dari socketnya pada pelvis. Dislokasi pada panggul biasa terjadi dalam kecelakaan
lalu lintas bila seseorang yang duduk dalam truk/mobil terlempar kedepan,
sehingga lutut terbentur pada dashboard.
Diagnosis untuk dislokasi hip posterior dapat dilakukan dengan melihat adanya
pemendekan dan beradduksi, adanya rotasi internal, dan sedikit berfleksi.
Thompson dan Epstein telah mengklasifikasikan dislokasi posterior pinggul ke
dalam lima jenis. Jika sudah terjadi dislokasi, dislokasi harus dilakukan reposisi
secara cepat dengan general anestesi.
Dislokasi posterior menupakan salah satu kasus emergency. Reposisinya harus
segera dilakukan dalam waktu 8 jam untuk menghindari terjadinya necrosis
avaskuler atau gangguan suplai darah. Pada sebagian besar kasus dilakukan reduksi
tertutup. Berbagai jenis reposisi dapat dilakukan pada penderita, diantaranya
terdapat Allis method, Stimson granty technique, dan Bigelow manuver.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ligamentum teres femoris berbentuk pipih dan segitiga. Ligamentum ini melekat
melalui puncaknya pada lubang yang ada di caput femoris dan melalui dasarnya
pada ligamentum transversum dan pinggir incisura acetabuli. Ligamentum ini
terletak pada sendi dan dan dibungkus membrana sinovial.
Batas batas articulatio coxae
Anterior : M. Iliopsoas, m.pectineus, m. rectus femoris. M. Iliopsoas dan
m.pectineus memisahkan a.v. femoralis dari sendi.
Posterior : m.obturatorius internus, mm.gemelli, dan m.quadratus femoris
memisahkan sendi dari n.ischiadicus.
Superior : musculus piriformis dan musculus gluteus minimus
Inferior : tendo m.obturatorius externus
Perdarahan
Cabang cabang arteria circumflexa femoris lateralis dan arteria circumflexia
femoris medialis dan arteri untuk caput femoris, cabang arteria obturatoria.
Persyarafan
Nervus femoralis (cabang ke m.rectus femoris, nervus obturatorius (bagian
anterior) nervus ischiadicus (saraf ke musculus quadratus femoris), dan nervus
gluteus superior
2.4Gambaran Klinik
Diagnosis dapat dilakukan dengan melihat adanya pemendekan dan beradduksi,
adanya rotasi internal, dan sedikit berfleksi. Jika terjadi fraktur pada salah satu
tulang panjang, cedera pinggul akan dengan mudah terlewatkan. Pemeriksaan sinar
X diperlukan pada cidera fraktur femur dan dislokasi panggul. Pada foto
anteroposterior caput femur terlihat di luar mangkuknya dan diatas acetabulum,
sedangkan foto oblik berguna untuk menunjukan ukuran fragmen jika terjadi patah
atau pergeseran
2.5 Klasifikasi
Thompson dan Epstein mengklasifikasikan dislokasi posterior pinggul ke dalam
lima jenis :
Tipe I
Tipe II
Tipe III
Tipe IV
Tipe V
2.7 Penatalaksanaan
Dislokasi harus direduksi secara cepat dengan general anestesi. Reposisi harus
segera dilakukan dalam waktu 8 jam untuk menghindari terjadinya necrosis
avaskuler atau gangguan suplai darah. Pada sebagian besar kasus dilakukan reduksi
tertutup. Seorang asisten menahan pelvis, ahli bedah ortopedi memfleksikan
pinggul dan lutut pasien sampai 90 derajat dan menarik paha keatas secara vertikal.
Setelah direposisi, stabilitas sendi diperiksa apakah sendi panggul dapat didislokasi
dengan cara menggerakkan secara vertikal pada sendi panggul
Secara umum reduksi stabil namun perlu dipasang traksi dan mempertahankannya
selama 3 minggu. Gerakan dan latihan dimulai setelah nyeri mereda.
Pada tipe II, sering diterapi dengan reduksi terbuka dan fiksasi anatomis pada
fragmen yang terkena. Terutama jika sendi tidak stabil atau fragmen besar tidak
tereduksi dengan reduksi tertutup, reduksi terbuka dan fiksasi internal dan
dipertahankan selama 6 minggu diperlukan.
Pada cedera tipe III umumnya diterapi dengan reduksi tertutup, kecuali jika ada
fragmen yang terjebak dalam asetabulum, maka dilakukan tindakan reduksi
terbuka dan pemasangan fiksasi interna dan traksi dipertahankan selama 6 minggu.
Cedera tipe IV dan V awalnya diterapi dengan reduksi tertutup. Fragmen caput
femoris dapat tepat berada ditempatnya dan dapat dibuktikan dengan foto atau ct
scan pasca reduksi. Jika fragmen tetap tak tereduksi maka dilakukan reduksi
terbuka dengan caput femoris didislokasikan dan fragmen diikat pada posisinya
dengan sekrup countersunk pasca operasi traksi dipertahankan selama 4 minggu,
dan pembebatan ditunda selama 12 minggu.
Terdapat 3 cara reposisi pada dislokasi posterior hip :
1. Allis Method
Traksi diberikan dalam satu garis sejajar dengan deformitas. Operator
memberikan gaya traksi sejajar deforitas, dengan membentuk fleksi sendi
sebesar 70 derjat, diikuti dengan gerakan rotasi yang lembut pada panggul
dan sedikit adduksi akan membantu femur kembali ke acetabulum.
2. Stimson Gravity Technique
Pasien diposisikan telungkup, dengan kaki yg sakit dibiarkan bergantung
pada penarik. Hingga sendi panggul, femur, dan lutut akan membentuk sudut
90 derjat. Asisten diminta untuk menahan panggul, operator akan
memberikan gaya dari anterior menuju betis bagian proximal, ditambahkan
sedikit rotasi pada tungkai bawah.
3. Bigelow dan reverse Bigelow
Teknik ini jarang digunakan. Pada maneuver Bigelow pasien pada posisi
supine, dokter akan memberikan gaya traksi longitudinal pada tungkai.
Bagian femur medial dalam posisi adduksi dan rotasi internal kemudian di
fleksikan paling sedikit 90
Pada maneuver reverse Bigelow, caput femur biasa akan kembali ke acetabulum
dengan adduksi, rotasi interna, dan diekstensikan. Manuver ini biasanya digunakan
pada dislokasi sendi panggul anterior.
Komplikasi
Tahap dini
a. Cedera nervus skiatikus
Cedera nervus skiatikus terjadi 10-14% pada dislokasi posterior selama awal
trauma atau selama relokasi. Fungsi nervus dapat digunakan sebagai
verifikasi sebelum dan sesudah relokasi untuk mendeteksi terjadinya
komplikasi ini. Jika ditemukan adanya dysfungsi atau lesi pada nervus ini
setelah reposisi maka surgical explorasi untuk mengeluarkan dan
memperbaikinya. Penyembuhan sering membutuhkan waktu lama beberapa
bulan dan untuk sementara itu tungkai harus dihindarkan dari cedera dan
pergelangan kaki harus dibebat untuk menghindari kaki terkulai foot drop.
b. Kerusakan pada Caput Femur
Sewaktu terjadi dislokasi sering kaput femur menabrak asetabulum hingga
pecah.
c. Kerusakan pada pembuluh darah
10
Hal ini dikarenakan reduksi yang terlalu lama sehingga sulit dimanipulasi
dengan reduksi tertutup dan diperlukan reduksi terbuka. Dengan seperti ini
insidensi kekakuan dan nekrosis avaskular sangat meningkat dan
dikemudian hari pembedahan reksontruktif diperlukan
d. Osteoartritis
Osteoartritis sekunder sering terjadi dan diakibatkan oleh kerusakan
kartilago saat dislokasi,adanya fragmen yang tertahan dalam sendi, atau
nekrosis iskemik pada caput femoris
BAB III
PENUTUP
Dislokasi akibat trauma paling sering terjadi pada dislokasi hip posterior. Dislokasi
hip posterior biasa terjadi pada kecelakaan pengendara kendaraan bermotor beroda
empat, dengan posisi duduk di dalam mobil sehingga lutut terbentur oleh
dashboard. Gambaran adanya dislokasi yaitu didapati pemendekan, adduksi, rotasi
internal, dan tampak sedikit fleksi.
Thompson dan Epstein telah mengklasifikasikan dislokasi hip posterior menjadi
lima jenis. Dislokasi hip posterior merupakan salah satu kasus emergency. Reposisi
11
harus dilakukan segera paling lama dalam waktu 8 jam. Terdapat berbagai macam
jenis reposisi, yaitu Allis method, Stimson gravity technique, dan Bigelow
manuver.
Terjadinya dislokasi hip posterior dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi.
Berdasarkan waktunya komplikasi di bagi menjadi 2 macam yaitu dini dan lanjut.
Komplikasi dini yang mungkin terjadi antara lain Cedera nervus skiatikus,
Kerusakan pada Caput Femur, Kerusakan pada pembuluh darah, Fraktur diafisis
femur. Sedangkan nekrosis avaskular, miositis osifikans, dislokasi yang tidak dapat
di reduksi, dan osteoarthritis.
DAFTAR PUSTAKA
12
4. Samuel Sanders MD,et all. Traumatic Hip Dislocation. 2010. Buletin of the
NYU Hospital for join Diseases.
5. Emedicine.medscape,com/article/86930-overview.
13
14