Вы находитесь на странице: 1из 65

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PUSAT PENDIDIKAN ADMINISTRASI

ADMINISTRASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


( ADM. DIKLAT )

1.

Pengantar

Salah satu tugas Polri adalah melaksanakan pelayanan tehadap masyarakat di


segala lapisan tanpa diskriminasi dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga
profesionalisme aparatur baik anggota Polri maupun PNS Polri dalam pemberian
pelayanan publik menjadi hal yang sangat penting karena profesionalitas Sumber
Daya Manusia ( SDM ) Polri merupakan faktor penggerak utama dalam organisasi
atau institusi Polri.
Secara teoritis-konseptual, Sumber Daya Manusia dikatakan profesional apabila ia
memiliki keahlian atau kompetensi tertentu, mempunyai pengalaman dalam bidang
kerja tertentu dan berkomitmen dalam bekerja.
Kompetensi sebagaimana tersebut di atas mencakup pengetahuan ( knowledge ),
keterampilan ( skill ) dan perilaku ( attitude ). Menurut Spencer ( 1993 )
mendefinisikan kompetensi sebagai karakter sikap dan perilaku atau kemampuan
individual yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi suatu situasi di tempat kerja,
yang terbentuk dari sinergi antara watak, konsep diri, motivasi internal serta
kapasitas pengetahuan kontekstual.
Selanjutnya menurut Tjakraatmadja ( 2006 ) kompetensi dikelompokkan dalam 2
kategori, yakni kompetensi teknikal dan kompetensi perilaku. Kompetensi teknikal
adalah tipe kompetensi yang diekspresikan dalam keterampilan kerja, atau sering
juga disebut sebagai hard competence atau hard skill. Keterampilan teknikal
seseorang tergambar dari kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas
utamanya atau kompetensi yang berkaitan dengan pekerjaan untuk menghasilkan
kinerja yang terbaik. Kompetensi kedua adalah kompetensi perilaku adalah tipe
kompetensi yang diekspresikan dalam perilaku seseorang saat bekerja, atau sering
juga disebut soft competence atau soft skill.
Kesemua kompetensi yang diharapkan membentuk profesionalitas Sumber Daya
Manusia ( SDM ) Polri dapat terwujud apabila manajemen organisasi atau institusi
Polri melakukan pemberdayaan terhadap SDM Polri melalui pendidikan dan
pelatihan (diklat ) ataupun melalui pembelajaran ( learning ). Hal ini sejalan dengan
apa yang dikemukakan oleh Alaluf dan Stroobants ( dalam Wirijadinata : 2005)
bahwa kompetensi merupakan penggunaan pe-ngetahuan dan keterampilan yang
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman

diperoleh seseorang melalui pendidikan formal dan berbagai pelatihan baik struktural
maupun non-struktural. Sehingga pada konteks ini diklat merupakan salah satu
unsur penting dalam rangka meningkatkan kompetensi atau profesionalitas SDM
pada Institusi Polri.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, sebagai suatu proses agar diklat
menghasilkan out put yang berkompeten dan profesional sesuai tujuan, maka syarat
yang harus dipenuhi adalah adanya manajemen penyelenggaraan diklat yang baik
dan profesional. Untuk hal tersebut setidaknya ada 3 ( tiga ) aspek yang harus
dipenuhi, yaitu : standar kualitas, jaminan kualitas, pengawasan atau pengendalian
kualitas dan standar kompetensi.
Standar kualitas ( quality standard ) menyangkut pedoman-pedoman diklat dan
panduan teknis yang dijadikan acuan bagi lembaga penyelenggara diklat. Penetapan
standar kualitas melalui pedoman-pedoman yang terus ditingkatkan kualitasnya
sehingga tetap sejalan dengan perkembangan lingkungan strategis yang ada.
Disamping pedoman-pedoman, instansi pembina ( Lemdiklat ) dituntut pula membuat
sejumlah modul/naskah sekolah untuk menetapkan standar penyelenggaraan diklat
sebagai acuan bagi penyelenggaraan diklat yang dibinanya.
Jaminan Kualitas ( quality assurance ) merupakan suatu upaya untuk menjamin
kualitas diklat. Instansi pembina bertanggung jawab memotret kapasitas lembaga
penyelenggara diklat yang dibinanya melalui kegiatan akreditasi dan sertifikasi.
Dalam akreditas ini ada 5 ( lima ) indikator yang perlu diperhatikan, yaitu :
kelembagaan, program, SDM penyelenggara, tenaga kependidikan serta sarana dan
prasarana.
Pengendalian/Pengawasan kualitas (quality control) diwujud-kan dalam bentuk
pelaporan rencana penyelenggaraan diklat sebelum dan sesudah diklat dilaksanakan
kepada instansi pembina diklat. Disamping pelaporan juga mengajukan pengesahan
regristrasi Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan ( STTPP ). Selanjutnya
instansi pembina juga melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan diklat,
baik lembaga diklat yang sudah terakreditasi ( Pusdikmin Polri untuk Diklat
Kepemimpinan PNS dan Latprajab CPNS Polri ) maupun lembaga diklat yang masih
melakukan kemitraan guna menjamin mutu pelaksanaan diklatnya ( SPN di PoldaPolda untuk diklat Prajabatan CPNS Polri menjaminkan mutunya ke Pusdikmin
Polri ).
Hal penting lain yang perlu diperhatikan selain ketiga hal di atas adalah standar
kompetensi yang dibutuhkan. Setiap diklat yang diselenggarakan perlu ditetapkan
secara jelas kompetensi yang hendak dicapai sesuai jabatan, tugas pokok dan
tanggung jawab individu di instansinya/satuan kerjanya.

2.

Standar Kompetensi

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 2

Setelah pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu memahami pengertian


dan ruang lingkup administrasi pendidikan dan pelatihan (diklat), komponen diklat
dan pembuatan perencanaan pelaksanaan diklat.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 3

BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
ADMINISTRASI DIKLAT

Kompetensi Dasar
Memahami pengertian, faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan diklat dan
kaitan antara faktor dan administrasi penyelenggaraan diklat.
Indikator Hasil Belajar
Setelah menyelesaikan Bab I, diharapkan peserta didik mampu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menjelaskan pengertian administrasi.


Menjelaskan pengertian diklat.
Menjelaskan pengertian adminisrasi diklat.
Menyebutkan aspek-aspek diklat.
Menjelaskan persamaan dan perbedaan dik dan lat.
Menjelaskan penggolongan diklat di lingkungan Polri.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 4

1.

Pengertian Administrasi.

Administrasi adalah segenap rangkaian perbuatan penyelenggaraan dalam setiap


usaha kerjasama kelompok manusia untuk mencapai tujuan.
(The Liang Gie).
Administrasi adalah suatu proses penyelenggaraan dan pengurusan segenap
tindakan/kegiatan dalam setiap usha kerjasama sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan. (Sutarto).
Administrasi adalah proses kerjasama yang melibatkan antara dua orang atau lebih
berdasarkan rasionalisasi tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang telah
ditentukan. (S.P. Siagian).
Ada 3 (tiga) kata kunci dalam semua pengertian administrasi trersebut di atas, yaitu :
a. Rangkaian Perbuatan atau Kegiatan atau Proses.
b. Kerjasama sekelompok manusia.
c. Dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
2.

Pengertian Diklat.

Pendidikan dan pelatihan merupakan dua hal yg maksudnya sama, perbedaannya


terletak pada ruang lingkup dan aspek tujuannya.
Pengertian diklat ditinjau dari persepsi sebagai penyelenggara dan tenaga pendidik
(gadik) / Widyaiswara :
a. Diklat adalah suatu profesi.
b. Keberhasilan dalam tugas yang akan mendukung keberhasilan dalam karier.
Pengertian diklat ditinjau dari persepsi sebagai Peserta :
a. Diklat bisa merupakan suatu obsesi untuk mengikutinya.
b. Dengan mengikuti diklat maka kesempatan untuk mengembangkan diri terbuka
yang berarti juga akan menunjang dalam keberhasilan karier dan akhirnya
keberhasilan hidup.
Penyamaan Persepsi pengertian diklat
Diklat adalah proses belajar yang dimaksudkan untuk mengubah kompetensi kerja
seseorang sehingga ia dapat berprestasi lebih baik dalam jabatannya. Pendidikan
(dik) dan pelatihan (lat) merupakan dua hal yg maksudnya sama, perbedaannya
terletak pada ruang lingkup dan aspek tujuannya.
Pada hakekatnya pendidikan kedinasan merupakan serangkaian kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan, wawasan, pengertian dan keterampilan dari para
personel, sehingga mereka dapat lebih berkualitas sehingga pendidikan
berhubungan dengan suatu upaya untuk menambah pengetahuan umum dan
pengertian tentang seluruh lingkungan kerja
Pendidikan.
Secara umum banyak para ahli yang telah berusaha merumuskan pengertian istilah
pendidikan . Driyakarya (1980) mengatakan bahwa pendidikan itu adalah
memanusiakan manusia muda. Peningkatan manusia muda ke taraf insani itulah
yang menjelma dalam semua perbuatan mendidik.
Dictionary of education menyebutkan bahwa pendidikan adalah :
a. Proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentukbentuk perilaku lainnya di dalam masyarkat di mana dia hidup;
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 5

b. Proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih
dan terkontrol ( khususnya yang dating dari sekolah ) sehingga dia dapat
memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan
individu yang optimum.
Godfrey Thompson ( 1957 ) mengatakan bahwa pendidikan itu adalah pengaruh
lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap di
dalam kebiasaan-kebiasaan perilakunya, pikirannya dan sikapnya.
Crew dan Crow (1960) mengemukakan bahwa fungsi pendidikan harus diorganisir
untuk memberikan bimbingan kepada seorang siswa agar potensi, kebutuhan dan
keinginannya berkembang sehingga akan memberikan jaminan tercapainya suatu
pola hidup pribadi dan sosialnya yang memuaskan.
Kamus Besar Bahasa Indanesia memberikan pengertian pendidikan sebagai suatu
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pelatihan.
lstilah pelatihan sebagaimana melekat erat dengan pengertian istilah pendidikan.
Poerwadarminta (1984) memberikan arti pelatihan sebagai pelajaran untuk
membiasakan atau memperoleh sesuatu kecakapan. Ini menunjukkan bahwa
pelatihan itu berkaitar dengan pekerjaan. Seseorang yang melakukan sesuatu
pekerjaan, tidak akan mencapai hasil dan mutu yang diharapkan tanpa didahului
atau dibarengi dengan adanya aktivitas pelatihan. Pelatihan untuk sesuatu pekerjaan
dapat dilakukan oleh seorang pegawai dari suatu organisasi atau lembaga dengan
jalan melatih dirinya sendiri melalui cara, coba-coba atau ikut-ikutan orang lain saja.
Cara seperti itu tidak akan mencapai hasil dan kualitas yang memuaskan.
Adanya program pelatihan yang terencana dengan baik dan sistematik merupakan
cara utama untuk membiasakan atau memberikan kecakapan kepada seorang
pegawai agar dia terampil mengerjakan pekerjaannya.
Flippo (1961) menegaskan bahwa pelatihan pada dasarnya merupakan suatu usaha
pengetahuan dan kecakapan agar karyawa dapat mengerjakan suatu pekerjaan
tertentu.
Sedangkan Inpres No. 15 Tahun 1974 memberikan pengertian kepada pelatihan
sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu
yang relatif singkat dengan met ode yang mengutamakan praktek daripada teori.
Selanjutnya Inpres tersebut menerangkan lebih lanjut bahwa yang disebut dengan
pelatihan pewgawai adalah bagian dari pendidikan yang dilakukan bagi pegawai
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan persyaratan
pekerjaan pegawai tersebut. Dalam hubungan ini Mills ( 1973) menerangkan pula
bahwa pelatihan yang dibarengi dengan penuh pengertian merupakan pendidikan
lanjutan dan menjadi dasar yang lebih luas sehingga pekerja akan menjadi lebih
terampil dalam pekerjaannya, akan merasa lebih bahagia dalam pekerjaan itu dan
akan membuat dirinya sadar terhadap kesempatan-kesempatan untuk mencapai
kemajuan atau bahkan untuk merubah pelatihannya sesuai dengan yang
diinginkannya.
Tujuan dari pelatihan, demikian dikatakan oleh Mills lebih lanjut adalah untuk
menolong peserta pelatihan agar mereka memperoleh skills, sikap, kebiasaan
berfikir dan kualitas watak yang memungkinkan mereka dapat memahami pekerjaanpekerjaannya dan dapat melakukannya secara efisien dan memuaskan.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 6

Berdasarkan kepada uraian di atas, pelatihan dapat didefiniskan sebagai suatu


kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan sengaja, terorganisir dan sistematik di
luar sistem persekolahan untuk memberikan dan meningkatkan suatu pengetahuan
dan keterampilan tertentu kepada kelompok tenaga kerja tertentu dalam waktu yang
relatif singkat dengan menggunakan metode yang mengutamakan praktek daripada
teori agar mereka memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
memahami dan melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dengan cara yang efisien
dan efektif.
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan di atas mengisyaratkan bahwa
pelatihan itu sangat penting baik bagi organisasi/lembaga maupun bagi pekerja itu
sendiri. Sehubungan dengan itu dapat dikemukakan beberapa manfaat yang
berharga dari pelatihan, yaitu :
a. Dapat memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan mengenai sesuatu
pekerjaan.
b. Dapat memberikan dasar yang lebih luas bagi pendidikan lenjutan.
c. Dapat menambah pemahaman terhadap wawasan suatu pekerjaan.
d. Dapat meningkatkan keterampilan dalam suatu pekerjaan.
e. Dapat menghasilkan efisiensi dan efektivitas dalam mengerjakan suatu
pekerjaan.
f. Dapat memberikan rasa puas terhadap suatu pekerjaan.
g. Dapat memberikan rasa
mencapai kemajuan.

sadar

terhadap

kesempatan-kesempatan

untuk

h. Dapat menambah perasaan tanggung jawab terhadp suatu pekerjaan.


i. Dapat menambah kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber manusia
atau materi yang belum dimanfaatkan.
j. Dapat memperkecil kecelakaan dalam melakukan suatu pekerjaan.
k. Dapat memberikan keterampilan untuk melakukan perbaikan dalam suatu
pekerjaan.
l. Dapat memberikan didikan untuk melakukan suatu pekerjaan dengan cara yang
lebih baik.
m. Dapat meningkatkan semangat kerja.
n. Dapat mengurangi pengawasan terhadap suatu pekerjaan.
o. Dapat meningkatkan kesetabilan dan keluwesan organisasi atau lembaga.
Manfaat-manfaat seperti di atas yang akan dihasilkan oleh suatu aktivitas pelatihan
yang dilakukan dengan cara disengaja, terencana dan sistematik, merupakan kondisi
inti yang dituntut oleh setiap usaha dalam rangka pengembangan Sumber Daya
Manusia Polri baik Anggota Polri maupun PNS Polri yang meliputi pengembangan
daya : raga, nalar, rasa, karsa, cipta, karya dan budi hati nurani.
Polri sebagai suatu institusi atau lembaga membutuhkan adanya barisan personel
Polri dan PNS Polri yang Profesionalisme, berpengetahuan dan berketerampilan
dalam berbagai bidang tugas pelayanan kepada masyarakat. Barisan Sumber Daya
Manusia (SDM) Polri yang berkualitas demikian tidak akan terproduksi kecuali
melalui pendidikan dan pelatihan.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 7

Pelatihan yang diberikan kepada personel Polri akan mempunyai kontribusi pada
pencapaian tujuan yang lebih luas dan akan memberikan motivasi yang lebih besar
terhadap bidang pelaksanaan tugasnya bilaman mereka menyadari sepenuhnya
betapa pentingnya tugas mereka dan betapa berharganya atas apa yang mereka
mainkan dalam mendukung keberhasilan tugas-tugas Kepolisian.
3.

Pengertian Administrasi Diklat

Berdasarkan pada pengertian-pengertian yang telah diuraikan di depan, maka


dapatlah ditarik suatu kesimpulan tentang pengertian administrasi diklat sebagai
suatu proses atau serangkaian kegiatan/perbuatan yang dilakukan oleh sekelompok
orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan penyelenggaraan diklat.
Ada 3 (tiga) kata kunci dalam semua pengertian administrasi penyelenggaraan diklat
tersebut di atas, yaitu :
a. Rangkaian perbuatan atau kegiatan atau proses.
b. Kerjasama sekelompok orang.
c. Dalam rangka mencapai tujuan diklat.
4.

Aspek-aspek diklat.

Inti dari kegiatan diklat adalah proses belajar. Hal ini dikarenakan pencapaian tujuan
diklat sangat ditentukan oleh efektivitas proses belajar.
Berdasarkan pada pengertian diklat yang telah diuraikan di atas dapatlah
diidentifikasikan mengenai aspek-aspek diklat sebagai berikut :
4.1.

Aspek Pendidikan.

Secara umum unsur atau aspek-aspek yang terdapat dalam pengertian pendidikan
adalah :
a. Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai.
b. Pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja dan terencana dalam memilih
materi, strategi dan evaluasi.
c. Pendidikan dapat diberikan dalam lingkungan sekolah dan luar sekolah.
4.2.

Aspek Pelatihan.

Dari berbagai pengertian pelatihan seperti diuraikan di atas dapatlah disimpulkan


bahwa latihan itu mempunyai unsur atau aspek-aspek umum sebagai berikut :
a. Pelatihan mengandung tujuan yang ingin dicapai.
b. Pelatihan dilaksanakan dengan cara disengaja, terorganisir dan sistematik.
c. Pelatihan berlangsung di dalam masyarakat di luar sistem persekolahan.
d. Pelatihan memberikan suatu pengetahuan dan keterampilan pekerjaan tertentu.
e. Pelatihan diberikan kepada kelompok pegawai tertentu.
f. Pelatihan diselenggarakan dalam waktu relatif singkat.
g. Pelatihan menitikberatkan kepada praktek daripada teori.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 8

5.

Persamaan dan Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan.

Pendidikan dan pelatihan merupakan dua hal yg maksudnya sama, perbedaannya


terletak pada ruang lingkup dan aspek tujuannya.
Berdasarkan pada uraian pengertian pendidikan dan pelatihan ( diklat), terdapat
beberapa persamaan, yaitu bahwa diklat mengandung tujuan yang ingin dicapai;
merupakan suatu kegiatan yang disengaja, terorganisir dan sistematik; serangkaian
kegiatan tersebut dimaksudkan dalam rangka meningkatkan kompetensi atau
profesionalitas SDM pada Institusi Polri.
Perbedaan yang terdapat pada pendidikan dan pelatihan terletak pada ruang lingkup
dan aspek tujuannya . Ruang lingkup dan aspek tujuan pendidikan lebih
menekankan pada proses pendewasaan seseorang untuk jangka waktu yang relatif
lama sedangkan pelatihan lebih menekankan pada peningkatan kompetensi
seseorang untuk bidang tertentu dalam waktu yang relatif singkat sehingga pelatihan
lebih menitikberatkan kepada praktek daripada teori.
6.

Penggolongan Diklat di Lingkungan Polri.

6.1.

Bentuk dan Jenis Pendidikan.

6.1.1. Bentuk Pendidikan.


Dilihat dari segi tempat penyelenggaraan pendidikan, ada dua penggolongan umum
bentuk pendidikan, yaitu : (1) pendidikan sekolah dan (2) pendidikan luar sekolah.
Pendidikan sekolah (pendidikan formal) adalah pendidikan yang diselenggarakan di
lingkungan sekolah,
seperti pen-didikan Kepolisian setingkat Strata-1 yang
diselenggarakan di PTIK dan setingkat Diploma III di AKPOL.
Pendidikan luar sekolah (pendidikan non/informal) adalah pendidikan yang diselenggarakan dalam lingkungan masyarakat dan keluarga, misalnya kursus-kursus,
pelatihan dan penataran.
6.1.2. Jenis Pendidikan.
Jenis pendidikan di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indanesia berdasarkan
Peraturan Kapolri Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Komponen Pendidikan di
lingkungan Lembaga Diklat terdiri dari : (1) pendidikan pembentukan dan (2)
pendidikan pengembnagan.
Pendidikan pembentukan (diktuk) adalah pendidikan Kepolisian yang diperuntukkan
bagi warga negara Indanesia untuk diangkat menjadi anggota Polri yang
diselenggarakan untuk membentuk peserta didik yang direkrut langsung dari
masyarakat untuk menjadi anggota Polri. Contoh : Diktuk Brigadir Polisi (Diktukbrip)
yang diselenggarakan di Sekolah Kepolisian Negara (SPN) yang ada di tiap-tiap
Kepolisian Daerah (Polda).
Pendidikan pengembangan (dikbang) terdiri dari : (1) pendidikan pengembangan
umum dan (2) pendidikan pengembangan spesialisasi.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 9

Yang termasuk ke dalam dikbangum adalah Sekolah Lanjutan Brigadir Polisi


(Selabrip) atau Sekolah Calon Perwira (Secapa); Sekolah Lanjutan Inspektur Polisi
(Selains) atau Sekolah Lanjutan Perwira (Selapa) dan Diklat Kepemimpinan Tk. III
(Diklatpim III) untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) Polri minimal golongan III-c.
Selabrip/Secapa bertujuan untuk membentuk Brigadir Polri terpilih menjadi Inspektur
Polri, sedangkan Selains (Selapa) dan Diklatpim III bertujuan untuk membentuk
Inspektur dan PNS Polri terpilih menjadi Inspektur dan PNS Polri yang mampu
melaksanakan tugas selaku manajer tingkat menengah dan sebagai pemimpin staf
secara profesional.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 10

Pendidikan pengembangan spesialisasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan


dan keterampilan peserta didik dalam melaksanakan tugas fungsi teknis operasional
maupun pembinaan kepolisian secara profesional, misalnya dikbangspes Provos,
Dikbangspes Bensatker, dikbangspes Logistik, dll.
6.2.

Bentuk dan Jenis Pelatihan.

6.2.1. Bentuk Pelatihan.


Bentuk atau tipe pelatihan itu beragam macamnya. Bilamana jenis peserta pelatihan
dijadikan dasar untuk menetapkan bentuk pelatihan, maka pelatihan itu dapat
dikategorikan kepada dua golongan, yaitu : (1) pelatihan yang didasarkan kepada
lembaga dan (2) pelatihan yang didasarkan kepada pekerjaan/fungsi. Pelatihan yang
didasarkan kepada lembaga adalah pelatihan yang para pesertanya terdiri dari non
pegawai organik ( pegawai di luar Kepolisian), sedangkan pelatihan yang didasarkan
kepada pekerjaan/fungsi adalah pelatihan yang diberikan kepada pegawai di
lingkungan Polri yang meliputi anggota Polri dan PNS Polri.
Bentuk atau tipe pelatihan bilamana waktu pelatihan dijadikan dasar untuk
menetapkan bentuk pelatihan, maka pelatihan itu dapat dikategorikan kepada tiga
golongan, yaitu : (1) pelatihan rutin, (2) pelatihan khusus dan (3) pelatihan kontijensi.
Pelatihan rutin terdiri dari : pelatihan perorangan, pelatihan kesatuan dan pelatihan
fungsi. Pelatihan khusus terdiri dari : pelatihan operasi khusus terpusat, pelatihan
operasi khusus mandiri kewilayahan dan pelatihan kemampuan taktik khusus.
Pelatihan Kontijensi diselenggarakan baik di tingkat pusat maupun Polda yang
dipersiapkan untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang secara mendadak
dikarenakan adanya gangguan baik karena faktor alam maupun manusia yang
kejadiannya sulit/tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
Bentuk atau tipe pelatihan bilamana penyelenggaraan pelatihan dijadikan dasar
untuk menetapkan bentuk pelatihan, maka pelatihan itu dapat dikategorikan kepada
dua golongan, yaitu : (1) pelatihan dalam pendidikan dan (2) pelatihan dalam
kesatuan. Pelatihan dalam pendidikan diselenggarakan oleh masing-masing kepala
lembaga pendidikan Polri sesuai dengan program dan kalender pendidikan.
Pelatihan dalam pendidikan diselenggarakan oleh masing-masing kepala kesatuan
Polri sesuai dengan program pelatihan (prolat) maupun kebutuhan organisasi Polri.
6.2.2. Jenis Pelatihan.
Jenis pelatihan di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indanesia sesuai dengan
Surat Keputusan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri No. Pol. :
Skep/235/IX/2007 tanggal 17 September 2007 tentang Naskah Sementara Buku
Pedoman Pelaksanaan Pelatihan Polri dikelompokkan ke dalam tujuh jenis pelatihan,
yaitu : (1) pelatihan perorangan, (2) pelatihan kesatuan, (3) pelatihan fungsi, (4)
pelatihan pra ops Kepolisian, (5) pelatihan pra tugas Kepolisian, (6) pelatihan
gabungan dan (7) kerjasama pelatihan.
a. Pelatihan Perorangan.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 11

Pelatihan perorangan bertujuan untuk membentuk, memelihara dan


meningkatkan kemampuan dan keterampilan perorangan. Terdiri dari pelatihan
perorangan dasar dan lanjutan. Pelatihan perorangan dasar Kepolisian adalah
untuk membentuk, memelihara dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dasar yang harus dimiliki oleh setiap anggota Polri. Pelatihan perorangan dasar
lanjutan adalah pelatihan untuk memelihara, meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan dan keterampilan dasar perorangan yang telah dimiliki sesuai
dengan fungsi yang diembannya.
b. Pelatihan Kesatuan.
Pelatihan Kesatuan bertujuan untuk membentuk, memelihara dan meningkatkan
kemampuan kesatuan baik kesatuan fungsi maupun kesatuan wilayah sesuai
dengan bidang tugasnya. Terdiri dari pelatihan kesatuan dasar dan lanjutan.
Pelatihan kesatuan dasar adalah pelatihan antar pemeran fungsi guna
mendapatkan dan meningkatkan keharmonisan mekanisme dan prosedur kerja
pada kesatuan tersebut. Pelatihan kesatuan lanjutan adalah pelatihan bagi
kesatuan (fungsi/wilayah) tertentu secara utuh dalam mekanisme kegiatan
dengan kesatuan-kesatuan lain dalam rangka mendapatkan tingkat kemampuan
tertentu. Pelatihan kesatuan dilaksanakan tanpa pasukan bagi unsur pimpinan
kesatuan dan dengan pasukan.
c. Pelatihan Fungsi.
Pelatihan yang diselenggarakan oleh masing-masing fungsi sesuai dengan
kebutuhan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fungsi dalam
mendukung tugas-tugas Kepolisian. Terdiri dari pelatihan fungsi bidang
operasional Kepolisian, pelatihan fungsi bidang pembinaan Kepolisian dan
pelatihan fungsi pendukung.
Pelatihan fungsi bidang operasional Kepolisian adalah pelatihan yang ditujukan
untuk meningkatkan kemampuan tugas-tugas bidang operasional Kepolisian.
Pelatihan fungsi bidang pembinaan Kepolisian adalah pelatihan yang ditujukan
untuk meningkatkan kemampuan tugas-tugas bidang pembinaan dalam rangka
mendukung tugas-tugas operasional Kepolisian.
Pelatihan fungsi pendukung adalah pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan tugas-tugas pendukung lain di luar bidang operasional dan
pembinaan Kepolisian.
d. Pelatihan Pra Operasi Kepolisian.
Pelatihan pra operasi Kepolisian adalah pelatihan bagi kesatuan tugas operasi
untuk meningkatkan kemampuan teknis dan taktis operasi, melatih prosedur,
koordinasi dan kerja sama sebelum dilaksanakan operasi Kepolisian.
e. Pelatihan Pra Tugas Kepolisian.
Pelatihan pra tugas Kepolisian adalah pelatihan untuk mendapatkan kemampuan
tertentu bagi personel yang dipersiapkan untuk melaksanakan tugas tertentu
selain operasi Kepolisian, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 12

f. Pelatihan Gabungan.
Pelatihan gabungan dilaksanakan oleh kesatuan Polri dengan instansi terkait (di
dalam negeri maupun dengan kepolisian dari negara lain) secara terpadu, baik di
tingkat Mabes Polri maupun kewilayahan yang bertujuan untuk meningkatkan
koordinasi, kerja sama dan prosedur dalam melaksanakan tugas bersama.
Pelatihan gabungan dilaksanakan baik dengan maupun tanpa pasukan.
g. Kerjasama Pelatihan.
Kerjasama pelatihan diselenggarakan oleh Polri bersama instansi/lembaga di luar
Polri baik di dalam maupun di luar negeri berdasarkan :
Perkembangan Iptek dan situasi yang berkembang yang ditetapkan bersama
sesuai dengan kebutuhan.
Kerja sama diselenggarakan atas dasar saling menguntungkan dan didukung
dengan nota kesepaham-an kerja sama (Memorandum of Understanding).
Biaya yang digunakan berumber baik dari negara maupun sponsorship.
7.

Hubungan antara Pendidikan dan Pelatihan.

Apa yang dimaksud dengan pendidikan dan pelatihan sudah diuraikan di halaman
depan. Pendidikan merupakan usaha yang berkaitan dengan peningkatan
pengetahuan, sikap dan skill yang menyangkut seluruh lingkungan secara umum.
Pelatihan merupakan upaya yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, sikap
dan skill pegawai (tenaga kerja) dalam mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.
Uraian di atas memberikan petunjuk bahwa batas perbedaan antara pendidikan dan
pelatihan sulit untuk ditentukan secara tegas. Baik pendidikan maupun pelatihan
mempunyai maksud yang sama, yaitu meningkatkan pengetahuan, sikap dan skill
peserta belajarnya. Karenanya betapa sulitnya untuk memilah-milahkan atau
membeda-bedakan antara pendidikan dan pelatihan bila dilihat dari segi
maksudnnya.
Dilihat dari segi peserta belajarnya, seolah-olah tampak ada perbedaan anatara
pendidikan dan pelatihan. Aktivitas pendidikan ditujukan kepada semua orang yang
terdiri dari anak-anak, para remaja dan orang dewasa, sedangkan pelatihan
sasarannya lebih terbatas lagi, yakni hanya kelompok pegawai (tenaga kerja) saja.
Bila dianalisa lebih jauh lagi perbedaan peserta belajar ini hanya semu belaka.
Bukankah golongan remaja dan orang dewasa itu merupakan tenaga pekerja
(pegawai) ? Bukankah tenaga pekerja/pegawai sendiri mungkin golongan remaja
atau orang dewasa ?
Jawaban dari semua pertanyaan tersebut akan menuju pada suatu kesimpulan yang
mengatakan bahwa pada dasarnya sulit untuk menetapkan dengan tegas dan jelas
batas perbedaan anatara peserta belajar yang dijadikan sasaran aktivitas pedidikan
dan pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan lebih tepat bila dikatakan bahwa keduanya itu sebagai
suatu rangkaian kesatuan yang bergeser dari sesuatu yang bersifat umum sampai
kepada sesuatu yang khusus ( Flippo, 1961:228). Pendidikan lebih bersifat
memberikan pengertian secara umum, sedangkan pelatihan memberikan pengertian
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 13

yang lebih terarah menuju kepada suatu keterampilan khusus untuk mengerjakan
sesuatu dengan baik.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 14

BAB II
KOMPONEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Kompetensi Dasar
Memahami tentang komponen pendidikan dan pelatihan.
Indikator hasil belajar
Setelah menyelesaikan Bab II, diharapkan peserta didik mampu :
1.
2.

Menjelaskan komponen pendidikan.


Menjelaskan komponen pelatihan.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 15

1.
Komponen Pendidikan.
Komponen pendidikan di lingkungan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri
berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Komponen
Pendidikan di lingkungan Lembaga Diklat terdiri dari : (1) kurikulum (2) hanjar, (3)
peserta didik, (4) tenaga pendidik (5) tenaga kependidikan (6) metode (7) fasilitas
pendidikan (8) alins/alongins (9) evaluasi (10) anggaran.
1.1.

Kurikulum.

Fungsi kurikulum bagi pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
yang diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan sehari-hari.
Fungsi kurikulum bagi tataran tingkat pendidikan yaitu sebagai pemelihara proses
pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia Polri.
Fungsi kurikulum bagi pengguna hasil didik adalah sebagai keikutsertaan dalam
memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan kritik yang membangun dalam
penyempurnaan program yang serasi.
Kerangka kurikulum terdiri dari : (1) rumpun mata pelajaran dan (2) cakupan mata
pelajaran.
1.2.

Hanjar.

Tujuan hanjar adalah : (1) sebagai pedoman bagi peserta didik untuk mengawali,
mengetahui dan memahami kunci-kunci atau prinsip-prinsip pelajaran yang akan
diterima, (2) memperlancar kegiatan belajar mengajar di kelas, (3) memperlancar
proses interaksi anatara tenaga pendidik dengan peserta didik dalam membahas
mata pelajarannya dan (4) memotivasi peserta didik untuk lebih aktif berpartisipasi
dalam proses pembelajaran.
1.3.

Peserta Didik.

Peserta didik pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan Polri ditetapkan berdasarkan
Keputusan Kapolri. Calon peserta didik pada diktuk Polri adalah warga negara
Republik Indanesia yang telah lulus seleksi. Calon peserta didik pada dikbang Polri
adalah Pegawai negeri pada Polri yang telah lulus seleksi.
Kewajiban peserta didik adalah : (1) mengikuti seluruh proses pembelajaran, (2)
mentaati hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dan (3)
menyimpan rahasia negara.
Hak peserta didik adalah : (1) memperoleh pendidikan atau pelatihan yang bermutu,
(2) memperoleh perlindungan hukum dan (3) memperoleh uang saku, makan, minum
dan kebutuhan lainnya serta pelayanan kesehatan.
1.4.

Tenaga Pendidik

Tenaga pendidik bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses


pembelajaran serta melakukan pembimbing,pelatihan dan penelitian dalam
bidangnya.
Tenaga pendidik berkewajiban
: (1) menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menggairahkan, kreatif, dinamis dan dialogis, (2) mempunyai komitmen
yang tinggi untuk meningkatkan mutu pendidikan, (3) memberikan teladan dan
menjaga nama baik lembaga,profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan
yang diberikan kepadanya, (4) mengevaluasi dan mengembangkan metode
pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran atau mata kuliah yang diajarkannya dan
(5) mengembangkan bahan ajar berdasarkan kurikulum.
1.5.

Tenaga Kependidikan
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 16

Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan pengasuhan, administrasi,


pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang
proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Dalam pelaksanaan tugasnya, tenaga kependidikan berkewajiban : (1) mendukung
terciptanya suasana pendidikan yang bermakna, menggairahkan, kreatif, dinamis
dan dialogis kondusif, (2) Mendukung keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dan
(3) memberikan keteladanan dan menjaga nama baik lembaga.
Tenaga kependidikan berhak memperoleh : (1) honorarium yang memadai, (2)
penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja, (3) pembinaan karier sesuai
dengan tuntutan pengembangan kualitas dan (4) kesempatan untuk menggunakan
sarana, prasarana dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan tugas.
1.6.

Metode

Penggunaan metode dalam proses pembelajaran harus menyesuaikan dengan : (1)


kondisi dan suasana kelas yaitu mengenai tingkat intelektual dan latar belakang
peserta didik, usia dan pengalaman serta lingkungan sosial dan budaya, (2) jumlah
peserta didik dan (3) tujuan pembelajaran.
Pemilihan dan penentuan metode bertujuan : (1) tercapainya tujuan pembelajaran,
termasuk perangkat program pembelajaran, (2) terwujudnya lingkungan belajar yang
kreatif bagi kegiatan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas dan (3) diketahui
kelemahan dan kelebihan masing-masing metode pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, tenaga pendidik dapat menggunakan berbagai jenis
metode, yaitu : (1) ceramah, (2) tanya jawab (3) diskusi, (4) penugasan (5)
demonstrasi (6) pemecahan masalah (7) latihan atau drill, (8) sosiodrama atau role
playing dan (9) studi kasus.
1.7.

Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu : (1) fasilitas umum
dan (2) fasilitas khusus. Fasilitas umum terdiri dari : fasilitas pangkalan, fasilitas
belajar, fasilitas latihan atau praktek dan fasilitas pendukung.
1.8.

Alins/Alongins

Persyaratan alins/alongins meliputi : (1) harus dapat mempermudah tercapainya


kompetensi hasil didik dari setiap mata pelajaran yang diajarkan atau dilatihkan
dalam proses pembelajaran di kelas maupun praktek di lapangan sesuai jenis
pendidikan, (2) harus sesuai dengan kebutuhan maupun fungsi dalam proses
pembelajaran di kelas dan praktek di lapangan sesuai dengan jenis pendidikan.
Alins/Alingons ke dalam dua golongan, yaitu : (1) alins/alongins umum dan (2)
alins/alongins khusus. Kriteria tersebut didasarkan atas kriteria : jenis alins/alongins,
kebutuhan minimal dan spesifikasi.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 17

1.9.

Evaluasi Peserta Didik

Tujuan dilakukannya evaluasi dalam pendidikan adalah : (1) mengetahui status


kecakapan belajar peserta didik dalam menyerap materi yang diterima selama
pendidkan, (2) menilai hasil belajar peserta didik sebagai akibat kegiatan belajar
dalam jangka waktu tertentu, yang meliputi : perubahan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik, (3) membandingkan tingkat perkembangan peserta didik dalam
penyelesaian beban belajar yang ditetapkan.
Prinsip-prinsip evaluasi meliputi :
a. Obyektif, yaitu penilaian dilakukan secara teratur dan bertingkat dengan
menggunakan norma, metode, teknik serta alat yang baku sesuai dengan aspek
yang akan dinilai dan tujuan penilaian.
b. Serasi, selaras dan seimbang, yaitu disesuaikan dengan bobot nilai yang
diberikan kepada aspek akademik, mental kepribadian serta kesehatan jasmani
sesuai dengan jenis pendidikannya.
c. Kumulatif yaitu penilaian dilakukan dengan memperhitungkan semua nilai
prestasi untuk menentukan nilai akhir.
d. Transparan, penilaian hendaknya dilaksanakan secara terbuka, yaitu standar
penilaian dan nilai yang diperoleh diumumkan kepada peserta didik.
Fungsi dari evaluasi adalah : (1) menentukan keberhasilan belajar/kelulusan, (2)
menentukan klasifikasi dan kualifikasi peserta didik, (3) perbaikan penyelenggaraan
proses pendidikan, (4) alat bagi pendidik, pelatih dan pengasuh untuk meningkatkan
mutu hasil didik dan (5) menentukan kemampuan dan daya serap bahan ajar pada
peserta didik.
Ciri-ciri evaluasi adalah :
a. Valid, sejauh mungkin harus menggunakan kondisi, kegiatan dan standar yang
sama dengan kondisi kegiatan dan standar yang terdapat dalam tuuan
pendidikan.
b. Reable atau handal, penilaian yang dilakukan terhadap peserta didik akan
memperoleh hasil yang sama apabila dilakukan lebih satu kali terhadap peserta
didik yang sama dengan materi yang sama tanpa diselingi proses pembelajaran.
c. Daya beda penilaian harus dapat
kemampuan atau kualitas peserta didik.

menggambarkan perbedaan tingkat

d. Komprehensif, penilaian yang dilakukan harus meliputi semua materi yang


mewakili seluruh kemampuan peserta didik yang akan diukur secara lengkap
sesuai dengan tujuan pendidikan.
e. Obyektif, penyelenggaraan penilaian harus menghindari faktor subyektivitas,
peserta didik harus mempunyai peluang yang sama dan materi penilaian yang
digunakan harus memberi kesempatan yang sama kepeda peserta didik untuk
mengembangkan jawaban yang benar.
f. Efisensi, mudah untuk digunakan oleh tenaga pendidik dan mudah dipahami oleh
peserta didik.
Aspek evaluasi peserta didik meliputi : akademik, mental kepribadian dan kesehatan
jasmani.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 18

1.10. Anggaran
Besaran alokasi anggaran setiap jenis kegiatan operasional pendidikan ditentukan
dalam indeks biaya operasional pendidikan.
Biaya operasional pendidikan digunakan untuk membiayai kebutuhan operasional
pendidikan yang terdiri dari : pembukaan, proses pendidikan, evaluasi, supervisi dan
biaya kembali ke kesatuan asal atau pengirim bagi peserta didik.
Biaya operasional pendidikan didukung dengan anggaran Polri melalui RKA-KL
Satker Tahun Anggaran berjalan, yang meliputi : (1) belanja pegawai, terdiri dari
honorarium tenaga pendidik dan mentor/supervisor, (2) belanja barang, terdiri dari :
makan peserta didik, kebutuhan peserta didik, kebutuhan tenaga pendidik,
dukungan, kebutuhan kebersihan, kebutuhan administrasi, latihan praktek lapangan,
kegiatan khusus, bimbingan pengasuhan, cetak hanjar, perjalanan, penyusunan
kebijakan bidang pendidikan, penyusunan bahan ajar dan kurikulum serta kegiatan
penempatan pertama.
2.

Komponen Pelatihan.

Komponen pelatihan sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Kepala


Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri No. Pol. : SKEP/230/VIII/2007 tanggal 30
Agustus 2007 tentang Komponen Pelatihan Polri dan Surat Keputusan Kepala
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri No. Pol. : SKEP/235/IX/2007 tanggal 17
September 2007 tentang Naskah Sementara Buku Pedoman Pelaksanaan Pelatihan
Polri, terdiri dari : peserta, pelatih/instruktur, kurikulum, sarana dan prasarana,
anggaran serta organisasi dan kelembagaan.
2.1.

Peserta.

Persyaratan peserta pelatihan secara umum meliputi :


a. Berjiwa Pancasila.
b. Anggota Polri, PNS dan instansi lain yang telah memenuhi syarat sesuai dengan
yang ditetapkan.
c. Pada jalur, jenjang dan jenis pelatihan ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan
Kapolri.
d. Sehat jasmani dan rohani.
e. Berminat untuk mengikuti pelatihan.
f. Berkepribadian yang dapat diteladani.
g. Memiliki latar belakang penugasan yang sesuai dengan pelatihan yang akan
diikuti.
h. Akan diarahkan penempatannya sesuai dengan pelatihan yang diikuti dan sesuai
dengan kebutuhan kesatuan.
i. Batas usia sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan menurut jenis pelatihan.
j. Pangkat sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan menurut jenis pelatihan.
k. Direkomendasikan oleh masing-masing Kasatker.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 19

Hak peserta pelatihan, meliputi :


a. Setiap peserta memiliki hak-hak yang sama untuk memperoleh pelatihan yang
bermutu.
b. Memperoleh sarana dan prasarana pelatihan.
c. Menggunakan fasilitas pelatihan.
d. Memperoleh akomodasi, konsumsi dan transportasi sesuai ketentuan.
e. Dilibatkan penuh selama pelatihan.
f. Menerima hasil evaluasi dan penilaian dari pelatih.
g. Menerima sertifikat tanda lulus pelatihan.
Kewajiban peserta pelatihan, meliputi :
a. Mengikuti pelatihan sepenuhnya.
b. Memenuhi seluruh persyaratan peserta pelatihan.
c. Melaporkan hasil pelaksanaan pelatihan ke kesatuannya.
d. Mentaati peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di tempat pelatihan.
e. Memberi saran dan kritik serta penilaian terhadap pelatih.
Sanksi peserta pelatihan, meliputi :
a. Apabila peserta pelatihan tidak dapat mengikuti kegiatan selama 5% secara
berturut-turut dan 12% secara terputus-putus maka akan dinyatakan tidak lulus
dan dikembalikan ke kesatuan dengan rekomendasi dapat mengikuti pelatihan
yang sama pada periode berikutnya.
b. Apabila peserta pelatihan melakukan pelanggaran atau tindak pidana maka akan
diproses sesuai ketentuan yang berlaku dan dikembalikan ke kesatuannya.
Rekrutmen peserta pelatihan dilakukan melalui :
a. Kampanye dengan mengirimkan surat atau telegram ke satker/satwil dan instansi
lain untuk mengirimkan nama calon peserta yang akan mengikuti pelatihan.
b. Seleksi kepada para calon peserta sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan.
c. Pemanggilan calon peserta yang memenuhi syarat sebagai peserta pelatihan.
2.2.

Pelatih/Instruktur.

Peranan pelatih/instruktur adalah :


a. Sebagai fasilitator dalam menyajikan berbagai materi pelatihan.
b. Sebagai komunikator untuk mentransfer ilmu kepada peserta pelatihan.
c. Sebagai inovator dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
d. Sebagai motivator untuk meningkatkan motivasi peserta pelatihan.
Persyaratan Pelatih/Instruktur, meliputi :
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 20

a. Berjiwa Pancasila.
b. Memiliki kepribadian dengan sifat-sifat yang dapat diteladani.
c. Memiliki latarbelakang pendidikan yang memadai dalam arti harus memiliki
sertifikat minimal setara dengan tempat dimana yang bersangkutan ditugaskan.
d. Memiliki kualifikasi akademik minimal D III / D IV atau sarjana S I dan memiliki
keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan Polri.
e. Memiliki pengalaman tugas di lapangan atau operasional.
f. Memiliki kemampuan dan kematangan berfikir bagi dirinya sendiri.
g. Memiliki kemampuan mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta pelatihan.
h. Memiliki prestasi yang baik dalam setiap jenjang pendidikan yang diikuti.
i. Menguasai materi pelatihan yang akan dilatihkan.
j. Mendapatkan rekomendasi dari atasan.
k. Dinyatakan sehat jasmani dan rohani oleh dokter Polri.
l. Memiliki kemampuan melakukan penilaian.
m. Memiliki minat menjadi Instruktur.
Rekruitmen Pelatih :
a. Melakukan kampanye dengan mengirimkan Surat atau telegram ke satker / satwil
dan instansi lain untuk mengirimkan nama calon pelatih atau instruktur yang
diperlukan sesuai dengan jenis pelatihan.
0. Melakukan seleksi kepada para calon /instruktur sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan.
c. Memanggil calon
pelatih/instruktur.

instruktur/pelatih

yang

memenuhi

syarat

sebagai

Hak Pelatih/Instruktur :
a. Memperoleh Honorarium.
b. Mendapat penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
c. Mendapat pembinaan karier sesuai dengan jenjangnya.
d. Menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas pelatihan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas.
Kewajiban Pelatih/Instruktur :
a. Membuat silabus
b. Menyiapkan materi pelatihan dan kelengkapannya.
c. Menguasai bidang pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan
d. Membuat persiapan melatih.
e. Meiaksanakan proses pembeiajaran.
f. Mengadakan evaluasi/penilaian.
g. Menerima kritik, saran, penilaian dari peserta pelatihan.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 21

Kualifikasi Pelatih/ Instruktur Polri :


a. Perwira Instruktur Utama Pangkat AKBP (Pendidikan Sespim)
b. Perwira Instruktur Madya Pangkat Kompol ( Pendidikan Selapa/PTIK)
c. Perwira Instruktur Muda I Pangkat AKP (Pendidikan Selapa/PTIK)
d. Perwira Instruktur Muda II Pangkat IPTU (Pendidikan Secapa/Sepa/Akpol)
e. Perwira Instruktur Muda III Pangkat IPDA (Pendidikan Seca pa /Sepa /A kpol)
f. Bintara Instruktur Utama Pangkat Aipda/Aiptu (Pendidikan Seba)
g. Bintara Instruktur Madya Pangkat Brigadir Kepala/Brigadir (Pendidikan Seba)
h. Bintara Instruktur Muda I Pangkat Brigadir Satu/Dua (Pendidikan Seba)
Kualifikasi Pelatih/ Instruktur PNS :
a. Instruktur Utama Golongan IV.
b. Instruktur Madya Golongan III.
c. Instruktur Muda Golongan II.
Kualifikasi Pelatih/ Instruktur Profesional :
Instruktur Utama yang memiliki profesi dan pengalaman dibidang yang sama sesuai
dengan materi pelatihan yang dilatihkan.
Proses Penyediaan Pelatih/Instruktur
a. Instruktur Organik
Anggota Polri yang memiliki Kualifikasi sebagai Instruktur yang memiliki
kompetensi melatih pada Lembaga Pendidikan dan Pelatihan yang setingkat
dengan pendidikan yang dimilikinya.
Tenaga Instruktur yang ditempatkan di satwil adalah yang memiliki kualifikasi
Instruktur Kewilayahan.
Untuk Instruktur tingkat Pama dan Bintara di lingkungan Lemdiklat Polri
diangkat oleh Kalemdiklat atas usul dari Ka Sekolah/ Ka Pusdik. Sedangkan
Instruktur tingkat Pamen diangkat oleh Kapolri atas usul Kalemdiklat.
Untuk Instruktur tingkat Pama dan Bintara di lingkungan Polda diangkat oleh
Kapolda atas usul dari Ka Sekolah/ Ka Pusdik. Sedangkan Instruktur tingkat
Pamen diangkat oleh Kapolri atas usul Kapolda.
b. Instruktur Non Organik
Untuk Pusdik/Sekolah di lingkungan Lemdiklat pengangkatan Instruktur Non
organik di
angkat oleh Kalemdiklat berdasarkan
usulan
dari
Kapusdik/Kasekolah yang telah mendapat persetujuan atau penunjukan dari
Kepala Kesatuan Instruktur
Untuk Sekolah di lingkungan Polda pengangkatan Instruktur non organik
dilaksanakan oleh Kapolda berdasarkan usulan Kalemdik setelah mendapat
persetujuan atau penunjukan dari Pimpinan Gadik Non Organik yang
bersangkutan.
2.3.

Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana/pengaturan mengenai kompetensi, isi /


bahan pelatihan, cara serta penilaian yang digunakan dalam penyelenggaraan
kegiatan pelatihan dalam rangka mencapai tujuan pelatihan di lingkungan Polri.
Fungsi Kurikulum
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 22

a. Rambu-rambu dalam proses pelatihan


0. Gambaran proses pelatihan
c. Alat pengendali dan penilaian
Orientasi dan prinsip-prinsip Kurikulum :
a.
b.
c.
d.

Berbasis kompetensi.
Menyamakan persepsi.
Menggunakan materi yang praktis.
Melakukan penilaian sesuai kompetensi.

2.3.1. Dokumen Kurikulum :


a. Desain Operasional Pelatihan / Renlat :
Desain operasional pelatihan adalah rancangan pelaksanaan per kegiatan pelatihan
yang menggambarkan kegiatan pelatihan secara menyeluruh, sebagai pedoman
bagi berbagai pihak yang terlibat dalam pelatihan. Desain Operasional Pelatihan
(DOP) disusun oleh wilayah, sebagai penjabaran dari Rencana Garis Besar
Pelatihan (RGBP), DOP mencakup hal berikut : (a) pengantar, (b) latar
belakang/alasan pelatihan, (c) tujuan /kompetensi
yang harus dicapai serta
pengelompokan mata latih, (d) peserta pelatihan, (e) proses dan materi, (f) waktu
dan tempat, (g) penyelanggara dan orientasi tugas, (h) pelatih/instruktur,
(i) akomodasi dan transfortasi, (j) jadwal.
b. Rencana pelaksanaan pelatihan /silabus (RPP)
Rencana pelaksanaan pelatihan adalah rencana (gambaran) proses kegiatan
pelatihan yang dimuli sejak persiapan, pelaksanaan, hingga penyelesaian (laporan)
pelatihan, untuk permata latih. RPP diisusun oleh tim tertentu, yang selanjutnya
dikembangkan oleh para pelatih di wilayah masing-masing.
RPP dituangkan pada format yang memuat : (a) identitas mata latih (mata latih,
waktu, peserta), (b) tujuan/kompetensi dasar, (c) pokok-pokok materi pelatihan,
(d) metoda dan kegiatan pelatihan, (e) alins alongins yang digunakan, (f) penilaian.
2.3.2 Kompetensi Dasar/Tujuan
Merupakan perpaduan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai nilai yang harus
dikuasi oleh peserta latihan setelah selesai mengikuti pelatihan.
2.3.3. Materi/Bahan Latih
Bahan Latih adalah materi yang disiapkan untuk disampaikan kepada peserta
pelatih, berisi uraian kompetensi, bahasan materi secara terinci, Berta hal-hal yang
harus dilakukan peserta untuk menguasai kompetensi. Bahan Latih disusun oleh
pusat, yang selanjutnya dijabarkan oleh pelatih. Bahan Latih dapat berbentuk format,
juga dapat berbentuk uraian.
a. Fungsi Bahan latih adalah :
Sebagai pedoman bagi instruktur / pelatih untuk memberikan materi-materi
pelatihan kepada peserta.
Sebagai pedoman bagi peserta pelatihan untuk menguasai kompetensi.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 23

b.

Cara menggunakan Bahan Latih adalah :


Dituangkan dalam bentuk persiapan pelatihan disusun secara berurutan dan
sistimatis.

c. Format bahan latih adalah : (a) pengantar, (b) kompetensi dan indikator
keberhasilan latihan, (c) ur.aian materi (pokok bahasan dan sub pokok bahasan).
d. Lingkup bahan latih adalah : (a) identitas mata latih (nama mata latih, peserta,
waktu), (b) petunjuk penggunaan/ penguasaan bahan latih, (c) kompetensi hasil
latihan dan indikator keberhasilan, (d) uaraian materi ( bahan dan sub bahasan)
sesuai kompetensi, (e) rangkuman, (f) latihan/soal, serta kunci jawaban,
(g) penutup.
e. Kriteria Bahan Latih adalah : (a) sistimatis (berurutan, tidak tumpang tindih, dan
bertahap /berjenjang), (b) relevan sesuai kebutuhan peserta, sesuai kompetensi),
(c) efisien menggunakan format yang mudah, kalimat sederhana /mudah dicerna.
2.3.4. Metode
Metode adalah pendekatan/cara pelatihan yang digunakan dalam proses
mewujudkan kemampuan yang ditetapkan juga sebagai sarana untuk memelihara
kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Jenis-jenis metode yang dapat digunakan :
a. Metode ceramah adalah cara penyajian pelatihan yang dilakukan guru/pelatih
dengan penuturan. atau penjelasan lisan secara langsung kepada siswa, sebagai
alat komonikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses pelatihan.
b. Metode diskusi adalah cara penyajian pelatihan, dimana siswa dihadapkan pada
satu permasalahan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan
bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik berlatih dimana terjadi interaksi
antara dua atau lebih individu yang terlibat secara aktif, saling tukar menukar
pengalaman, informasi dan pemecahan masalah.
c. Metode simulasi / bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara
dua orang atau lebih untuk membahas suatu masalah atau topik. Siswa dituntut
untuk melekukan suatu peran sesuai tokoh yang dilakoninya, mereka melakukan
melakukan interaksi sesama mereka dan melakukan peran terbuka.
Metode ini dapat dipergunakan dalam mempraktekan pelatihan baru mereka
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga menemukan
kemungkinan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya.
Metode ini menuntut guru untuk mencermati kekurangan dari peran yang
diperagakan. oleh siswa.
d. Metode demonstrasi / peragaan adalah cara penyajian bahan pelLatihan dengan
meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelatihkan dan disertai dengan penjelasan lisan.
Dengan metode demonstrasi proses penerimaan siswa terhadap pelatihan akan
lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik
dan sempurna karena siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang
yang diperagakan selama pelatihan berlangsung.
Metode ini baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang halhal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 24

sesuatu, proses bekerjanya sesuatu dan proses mengunakan komponenkomponen sesuatu.


e. Metode studi kasus adalah berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian atau
situasi tertentu kemudian siswa ditugasi untuk mencari alternatif pemecahannya.
Metode ini jaga dapat digunakan untuk mengembangkan berpikir kritis dan
menemukan solusi baru dari suatu topik yang dipecahkan.
Metode ini dapat dikembangkan atau diterapkan pada siswa manakala siswa
sudah memiliki pengetahuan awal tentang suatu permasalahan yang akan
dipecahkan.
f. Metode problem solving (pemecahan masalah) adalah merupakan metode yang
merangsang berfikir dan mengunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat
yang disampaikan siswa. Pada metode ini guru disarankan hanya melihat jalan
fikiran yang disampaikan oleh siswa, pendapat siswa serta mernotivasi siswa
untuk mengeluarkan pendapat, dan guru tidak boleh tidak menghargai pendapat
siswa walaupun pendapat itu salah menurut guru.
Metode ini dapat dilaksanakan apabila siswa telah berada pada tingkat yang lebih
tinggi dengan prestasi yang tinggi pula, dan akan melibatkan banyak kegiatan
dengan bimbingan guru untuk sampai pada tahap menarik kesimpulan artinya
siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari suatu
permaslahan.
g. Metode latihan (Praktek Lapangan) atau metode training merupakan suatu cara
yang balk untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, juga sebagai
sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan
ketrampilan. Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini
kurang mengembang bakat atau inisiatif siswa untuk berfikir, maka hendaknya
untuk mengembangkan kemampuan sebelumnya dilakukan diagnosa agar
kegiatan itu bermanfaat bagi pengembangan motorik siswa.
Cara memilih metode pelatihan harus disesuaikan dengan tujuan pelatihan dan
kompetensi hasil pelatihan yang diharapkan sebagai berikut : efisien (waktu, tenaga,
biaya), relevan (sesuai kebutuhan kompetensi), menarik, variatif, kontekstual, sesuai
kemampuan pelatih dan sinambung (terkait dgn kompetensi, materi,
peralatan/media, waktu dan tempat).
2.3.5. Penilaian
Penilaian adalah kegiatan untuk mengambil keputusan tentang sesuatu dengan
ukuran baik dan buruk sesuai kriteria yang telah ditentukan. Aspek-aspek penilaian :
a. Aspek perilaku : (30 %)
Kehadiran/ketepatan kehadiran.
Ketepatan penyelesaian tugas.
Sikap, etika dan sopan santun.
b. Aspek penguasaan teori : (20 %)
Pemahaman materi.
Penganalisaan teori dan pemecahan masalah.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 25

c. Aspek penguasaan ketrampilan : (50 %)


Mampu melaksanakan instruksi.
Mampu mendemonstrasikan ketrampilan sesuai tuntutan kompetensi yang
telah ditetapkan.
Kriteria Penilaian :
a.
b.
c.
d.

Keajegan (berulang-ulang hasilnya konsisten).


Keragaman (menggunakan teknik yang beragam).
Keabsahan (mengukur yang harus dinilai).
Penilaian.

Penetapan skor menggunakan Skala 0 s/d 100 dengan Label sebagai berikut :
INDEKS SKOR
NO.
DALAM ANGKA

DENGAN HURUF

PREDIKAT

1.

85 - 100

Baik Sekali

2.

75 - 84

Baik

3.

65 - 74

Cukup

4.

55 - 64

Kurang

5.

0 - 54

Sangat Kurang

Administrasi penilaian
a. Format rekap penilaian peserta pelatihan.
b. Format perorangan penilaian peserta pelatihan.
c. Tanda lulus.
2.4.

Sarana Prasarana

Sarana adalah peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan yang dapat
dipenuhi sebagai alat dalam memenuhi maksud dan tujuan.
Prasarana adalah suatu tempat, alat atau infrastruktur yang digunakan dalam
pelaksanaan pelatihan.
Sarana prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan latihan dapat di bagi menjadi
2 (dua) alternatif antara lain :
2.4.1. Sarana dan Prasarana di lembaga Polri.
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam setiap pelaksanaan pelatihan
hendaknya disesuaikan dengan jenis pelatihan itu sendiri karena tidak semua
pelatihan akan mengunakan sarana dan prasarana yang sama, akan tetapi secara
garis besar, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk hampir setiap jenis
pelatihan antara lain sebagai berikut :
a. Lapangan dan fasilitasnya (Sesuai jenis latihan).
Lapangan Hitam ( biasa ).
Lapangan Tembak.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 26

Lapangan Terbuka.
b. Gedung / ruangan / kelas dan fasilitasnya (Sesuai jenis latihan).
Gedung / ruang pembelajaran.
Kelas Besar.
Kelas Sedang.
Kelas Kecil
Kelas Simulasi
c. Gedung / ruang Kepanitiaan.
Ruang Sekertariat.
Ruang Kolat.
d. Barak dan fasilitasnya (sesuai jenis latihan).
Barak Peserta.
Barak Panitia / pendukung.
2.4.2. Sarana dan Prasarana di luar lembaga Polri (fasilitas umum)
Apabila sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan tidak
tersedia di Lembaga Polri maka dapat digunakan sarana/ prasarana (fasilitas umum)
untuk mendukung kegiatan pelatihan yang disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan
pelatihan, adapun sarana /prasarana tersebut, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Jalan raga
Medan Latihan ( sungai, hutan, gunung, dll)
Pelabuhan.
Bandar Udara.
Kolam Renang.
Hotel / gedung bertingkat.
Dll.

Sarana pendukung/Alins Alongins.


a. Untuk membantu dan mempermudah para instruktur dalam memberikan materi
pelatihan selama proses pembelajaran maupun mempermudah para peserta
dalam menerima materi pelatihan sehingga diperoleh hasil pelatihan yang
maksimal sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan, maka perlu
disiapkan peralatan instruksional (alins/alongins) yang memadai sesuai dengan
kebutuhan pelatihan.
b. Alins (Alat Instruksi) adalah alai atau benda yang digunakan untuk memberikan
instruksi dalam proses pembelajaran, guna memperlancar pembelajaran agar
peserta didik lebih mudah dalam menerima dan memahami materi pelajaran
sesuai kompetensi yang diharapkan.
c. Alongins (Alat Penolong Instruksi) adalah alat atau benda yang digunakan untuk
membantu/menolong pengunaan alins/alongins.
Jenis Alins dan Alongins.
Alins/alongins untuk mendukung proses pembelajaran dan pelatihan digolongkan
menjadi 2, yaitu :
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 27

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 28

a.

Alins/alongins bersifat umum.


Adalah alins/alongins yang digunakan untuk memberikan materi pelatihan dalam
proses pembelajaran :
Didalam ruang kelas besar :
LCD proyektor dan layar ukuran besar.
Lap top/komputer dan printer.
Sound system.
DVD/TV berwarna 24 inch dan DVD player.
Papan tulis (whiteboard/blackboard).
Flipchart dan kertas.
Spidol warna dan penghapus.
Didalam ruang kelas sedang / kecil

LCD proyektor dan layar ukuran sedang.


Lap top/komputer dan printer.
Wireless dengan perangkatnya.
DVD/TV berwarna 24 inch dan DVD player.
Papan tulis (whiteboard/blackboard).
Flipchart dan kertas.

Spidol warna dan penghapus.


b. Alins/alongins bersifat khusus.
Adalah alins/alongins yang digunakan untuk memberikon materi pelajaran
maupun pelatihan yang berkaitan langsung dengan "materi pelatihan itu sendiri"
Jenis, macam dan jumlah alins/alongins yang bersifat khusus tersebut sangat
bervariasi sesuai dengan ketentuan yang melekat dari fungsi tennis yang
bersangkutan dan kebutuhan dalam pelatihan dimaksud.
Standarisasi alins/alongins :
a. Sesuai dengan peruntukan dan fungsinya.
b. Dapat mempermudah tercapainya kompetensi hasil pelatihan yang diharapkan.
c. Sesuai dengan jumlah yang diperlukan (kebutuhan minimal).
d. Tidak mudah rusak.
e. Mudah dioperasionalkan.
f. Mudah dibawa.
g. Tidak ketinggalan zaman.
2.4.

Anggaran Pelatihan.

Anggaran adalah suatu rencana kerja berupa program maupun kegiatan yang
dijabarkan dalam angka atau uang. Anggaran pelatihan adalah sejumlah uang atau
pagu yang telah ditetapkan jumlahnya untuk mendukung terselenggaranya kegiatan
pelatihan. Biaya operasional pelatihan adalah biaya yang digunakan untuk
mendukung terselenggaranya proses pelatihan dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi serta administrasi pelatihan.
Penetapan kebutuhan anggaran pelatihan Polri adalah kebutuhan anggaran
pelatihan yang diusulkan melalui rencana kerja (Renja) Satker balk tingkat
kewilayahan maupun tingkat pusat dengan menentukan jumlah waktu dan peserta
yang akhirnya ditetapkan berdasarkan Renja Polri dalam Surat Keputusan Kapolri
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 29

tentang program, tempat, kalender dan macam pendidikan dan pelatihan Polri.
Fungsi Anggaran :
a. Untuk mendukung seluruh pembiayaan yang diperlukan dalom Denvelen qqaraan
pelatihan.
b. Sumber anggaran pelatihan
c. Sumber anggaran pelatihan Polri diantaranya :
Berasal dari Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) yang
dituangkan dalam Daftar Isian Program dan Anggaran (DIPA).
Berasal dari Anggaaran Belanja dan Pendapat Daerah Anggaran (APED) yaitu
bantuan dari pemerintah daerah.
Berasal dari kerja sama, yaitu adanya suatu kesepakatan antar instansi,
lembaga departemen baik dalam negeri maupun luar negeri dan Polri dalam
pembiayaan guna mendukung terselenggaranya suatu pelatihan.
Berasal dari bantuan murni, yaitu adanya bantuan yang berasal baik dari
danatur dalam negeri maupun luar negeri dimana seluruh biaya pelaksanaan
latihan keseluruhannya ditanggung oleh danatur.
Anggaran bersyarat, yaitu anggaran yang diajukan oleh Kapolri kepada
Menteri Keuangan untuk mendukung pelatihan yang anggarannya tidak
didukung anggaran kepolisian, danatur maupun instansi diluar Polri.
Anggaran emergensi yaitu anggaran yang berada di Kapolri yang
penggunaannya untuk menghadapi suatu keadaan yang sangat mendesak
dan perlu dilakukan suatu tindakan.
Anggaran kontijensi yaitu anggaran yang berada di Kapolda yang
penggunaannya untuk menghadapi suatu keadaan yang sangat mendesak
ditingkat kewilayahan dan memerlukan suatu tindakan.
Jenis biaya pelatihan
Jenis biaya pelatihan digolongkan menjadi 2 (dua) Jenis menurut program
pendidikan dan pelatihan Polri (Prodiklat Polri) yaitu :
a. Biaya pelatihan yang disalurkan.
Sejumlah kebutuhan biaya pelatihan yang anggarannya telah disediakan dan
dikelola oleh salah satu satker penyelenggaraan latihan :
Honorarium gadik dan kepanitiaan.
Konsumsi pelatihan.
ATK/administrasi pelatihan.
Cetak materi pelatihan untuk peserta.
Akomodasi pelatihan.
Transportasi (biaya perjalanan pulang dan pergi peserta latihan).
Dukungan praktek lapangan.
Penyusunan kurikulum dan hanjar.
b. Biaya pelatihan yang dipusatkan.
Sejumlah kebutuhan biaya pelatihan terpusat yang anggarannya dikelola ditingkat
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 30

pusat meliputi :
Honorarium gadik dan kepanitiaan.

Konsumsi pelatihan.
ATK/administrasi pelatihan.
Cetak materi pelatihan untuk peserta.
Akomodasi pelatihan.

Transportasi (biaya perjalanan pulang dan pergi peserta latihan).


Dukungan praktek lapangan.
Penyusunan kurikulum dan hanjar.
Penggunaan dan pertanggung jawaban anggaran pelatihan.
Penggunaan anggaran pelatihan disusun secara rind mulai dari perencanaan sampai
dengan penggunaannya sesuai ketentuan yang berlaku.
Anggaran pelatihan digunakan untuk mendukung seluruh komponen-komponen yang
berkaitan dengan pelaksanaan pelatihan.
Anggaran pelatihan dibuat dalam bentuk laporan pertanggung jawaban keuangan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.5.

Organisasi dan Kelembagaan.

Organisasi pelatihan adalah sekumpulan individu yang bekerja sama dalam


melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawab serta wewenang dalam
penyelenggaraan pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Agar pelaksanaan pelatihan Polri dapat berjalan dengan lancar dan mencapai
keberhasilan sesuai kompetensi yang diharapkan, maka perlu adanya personelpersonel sebagai pelaksana penyelenggaraan pelatihan yang tersusun dalam suatu
"organisasi pelatihan" balk di tingkat pusat (Mabes Polri) maupun di tingkat
kewilayahan (Polda).
2.5.1. Organisasi Pelatihan.

NO.

ORGANISASI
PELATIHAN

TINGKAT
KEWILAYAHAN

TINGKAT PUSAT

1.

Pelindung

Kapolri

Kapolda

2.

Penasehat

- DeSDM Kapolri
- Deops Kapolri
- Kalemdiklat Polri
- Pembina Fungsi
- Ka Instansi terkait

- Wakapolda
- Ka Instansi terkait
- Pembina fungsi

3.

Pengawas

Irwasurn

Irwasda

4.

Direktur Pelatihan

Dirbinlat Lemdiklat

- Karo Ops

Polri/Pembina fungsi
yang dikedepankan

- Fungsi dikedepankan
- Ka SPN

Fungsi dikedepankan/
Ditbinlat

Kabag lat Roops/


pembina fungsi

5.

Wkl. Direktur
pelatihan

KET

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 31

Seslem SPN
Pamen yang
dikedepankan

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 32

NO.

ORGANISASI
PELATIHAN

6. Sekretaris

TINGKAT PUSAT
- Dari fungsi
dikedepankan

TINGKAT
KEWILAYAHAN

KET

Pamen yang
dikedepankan

- Pamen Bag
Rendallat
Lemdiklat
Polri
7. Bendahara

Bensat Fungsi

Bensat Fungsi

8. Seksi-seksi

Penunjukan

Penunjukan

2.5.2.
NO.

Seksi-seksi
dalam
organisasi
pelatihan
ditentukan
sesuai dgn
kebutuhan
pelatihan

Organisasi Pelatihan Kerjasama.


ORGANISASI
PELATIHAN

TINGKAT PUSAT

TINGKAT
KEWILAYAHAN

1.

Pelindung

Kapolri

Kapolda

2.

Penasehat

- DeSDM Kapolri
- Deops Kapolri
- Kalemdiklat Polri
- Pembina Fungsi
- Ka Instansi terkait

- Pengemban
fungsi teknis
- Ka Instansi terkait

3.

Pengawas

Irwasum

Irwasda

4.

Direktur pelatihan

Dirbinlat Lemdiklat
Polri/pembina fungsi
yang dikedepankan

- Pembina Fungsi
- Ka SPN

5.

MI. Direktur
pelatihan

Instansi terkait

- Pejabat instansi
yang bersangkutan

KET

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 33

NO.

ORGANISASI
PELATIHAN

TINGKAT
KEWILAYAHAN

TINGKAT PUSAT

6. Sekretaris

- Kabag Kermalat/
Pembina fungsi
yang bersangkutan

Kabag Bindiklat
Ropers Polda

7. Bendahara

- Bensat Kermalat
- Bensat instansi ybs

Bensat Fungsi yg
ditunjuk/Bensat
Instansi terkait

8. Seksi-seksi

Penunjukan

Penunjukan

KET

Seksi-seksi
dalam
organisasi
pelatihan
ditentukan
sesuai dgn
kebutuhan
pelatihan

Tugas dan tanggung jawab masing-masing unsur dalam struktur organisasi pelatihan.
a. Pelindung dan Penasehat.
Memberikan arahan, saran dan masukan agar pelaksanaan pelatihan dapat
berjalan lancar, berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien) sesuai
dengan tujuan pelatihan.
b. Pengawas.
Mengawasi semua unsur pelaksana apakah telah/belum melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya dengan mempedomani rencana pelatihan yang telah
ditetapkan/dibuat Berta petunjuk dalam pedoman pelatihan.
Melakukan evaluasi terhadap seluruh proses penyelenggaraan pelatihan.
c. Direktur Pelatihan.
Bertanggung jawab terhadap terselenggaranya pelatihan sesuai dengan
rencana pelatihan.
Secara langsung memimpin seluruh proses pelaksanaan pelatihan agar dapat
berjalan dengan aman dan lancar.
Bertanggung jawab kepada pimpinan yang ditunjuk (tingkat pusat), kepada
Kapolda (tingkat wilayah).
d. Wakil Direktur Pelatihan
Membantu Ketua Pelaksana Pelatihan dalam menjalankan tugasnya.
Mewakili Ketua Pelaksana apabila berhalangan.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 34

e.

Sekretaris.
Menyiapkan administrasi pelaksanaan pelatihan.
Membuat laporan hasil pelaksanaan pelatihan.
Melaksanakan tugas kesekretariatan secara lengkap.

Bendahara.
Mengajukan rencana kebutuhan anggaran pelatihan.
Membuat pertanggungjawaban keuangan yang
pelaksanaan pelatihan.

digunakan

selama

g. Seksi Konsumsi
Menyiapkan konsumsi (makan, minum dan snack) dan perlengkapannya selama
pelaksanaan pelatihan.
h. Seksi Perlengkapan.
Menyiapkan seluruh perlengkapan yang dibutuhkan selama pelaksanaan
pelatihan
i. Seksi Kesehatan.
Memberikan pelayanan kesehatan selama pelaksanaan pelatihan.
j. Seksi Keamanan.
Memberikan pengamanan terhadap seluruh kegiatan selama pelaksanaan
pelatihan yang meliputi personel dan materiil.
k. Seksi Akomodasi.
Menyiapkan akomodasi terhadap semua unsur yang terlibat dalam pelaksanaan
pelatihan selama pelatihan berlangsung.
I. Seksi Transportasi.
Menyiapkan sarana transportasi selama pelaksanaan pelatihan.
m. Seksi Dokumentasi.
Membuat dokumentasi seluruh kegiatan selama pelaksanaan pelatihan.
n. Seksi-seksi lain yang disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.
2.5.3. Administrasi Pelatihan.
a. Direktif
Direktif latihan adalah kebijakan latihan yang dikeluarkan oleh Kapolri berisikan
petunjuk umum tentang penyelenggaraan suatu pelatihan (hanya untuk pelatihan
khusus dan kontijensi).
0. Rencana Garis Besar
Suatu produk perencanaan pelatihan secara garis besar yang memuat tujuan,
sasaran, materi dan anggaran pelatihan
c. Rencana Pelatihan (Renlat)
Suatu produk tertulis yang memuat atau berisikan rincian kegiatan pelatihan yang
akan disusun oleh panitia penyelenggara di Satker/Satwil, termasuk kewilayahan dan
satuan fungsi.
d.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 35

Laporan hasil pelaksanaan pelatihan.


e. Administrasi Personel.

Sprin penyelenggara/kepanitiaan.
TR pemanggilan peserta.
Surat permintaan instruktur/nara cumber.
Struktur Organisasi pelatihan.
Pembuatan rencana upacara.

Administrasi Logistik.
Perlengkapan perorangan.
Fasilitas dan sarana prasarana pelatihan.
Alins/alongins.

g. Administrasi Keuangan.
Rencana kebutuhan anggaran.
Pertanggung jawaban keuangan.
h. Panduan pelaksanaan pelatihan
Panduan adalah dokumen yang berisikan ketentuanketentuan yang mengatur
penyelenggaraan pelatihan guna tercapainya suatu tujuan latihan.
Fungsi panduan adalah untuk memberikan gambaran hal-hal yang harus
dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dalam pelatihan dan sebagai alat
kontrol dalam pelaksanaan pelatihan.
Ruang lingkup panduan terdiri dari

Tujuan pelatihan
Peserta pelatihan
Pelatih / instruktur
Tugas dan tanggung
pelatihan.
Peraturan tata tertib.
Jadual
Struktur organisasi.
Dan lain-lain.

jawab

masing-masing

unsur

penyelenggara

Kriteria panSduan.

Sistimatis.
Mudah dimengerti dan dilaksanakan.
Mudah dibawa kemana-mana.

Buku panduan diberikan kepada panitia/ penyelenggara, pelatih/instruktur,


peserta pelatihan dan personel lannya yang terlibat dalam pelatihan yang
memuat :
Tugas dan kewajiban panitia/penyelenggara.
Kewajiban dan sanksi instruktur dan peserta pelatihan.
Tata tertib penyelenggaraan pelatihan.
2.5.4. Evaluasi
a. Pengertian Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 36

tingkat keberhasilan, kekurangan/ kelemahan dan perbaikan dimasa yang akan


datang dalam suatu pelaksanaan pelatihan.
b. Komponen Evaluasi.
Personel.

Tingkat Mabes Polri dilaksanakan oleh Irwasum Polri, Deops Kapolri,


Pembina Fungsi dan Instansi lain (bila diperlukan).

Tingkat Kewilayahan dilaksanakan oleh Irwasda, Karo Ops, Pembina


Fungsi dan Instansi lain (bila diperlukan).

Alat/bahan.

Cheklist (pre test dan post test).


Sminmefro.
Instrumen.

Metode.

Pengisian cheklist Pengisian matrik sosiometri.


Pengamatan.

c. Evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan pelatihan yaitu :


Evaluasi terhadap penyaji materi/pelatih/ instruktur yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat kinerja penyaji/pelatih pada saat menyampaikan materi
pelatihan.
Aspek-aspek yang dievaluasi meliputi : perencanaan pembelajaran dalam
pelatihan (desain pelatihan), penguasaan dan kemampuan penyajian materi,
penggunaan metode dan media, ketepatan waktu, gaya dan sikap, pemberian
motivasi belajar dan kerjasama antar pelatih.
Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan seluruh komponen pelatihan :
peserta pelatihan, pelatih/instruktur, kurikulum, sarana pendukung, anggaran
dan organisasi dan kelembagaan.
Evaluasi terhadap peserta pelatihan, meliputi : kompetensi dan keberhasilan
peserta dalam mengikuti pelatihan, aspek sikap dan mental kepribadian
dilakukan melalui pengamatan, aspek kognitif (pemahaman dan dimensi
pengetahuan selama pelatihan) dilakukan melalui tes akhir, kemampuan
peserta pada awal pelatihan (pre test) dan akhir pelatihan (post test), peserta
mengisi chek list yang disiapkan oleh penyelenggara yang meliputi
kompetensi dan keberhasilan peserta dalam mengikuti pelatihan serta aspek
sikap dan mental kepribadian.
Sertifikasi.
Sertifikat dalam pelatihan ferdiri dari :

Surat Tanda Tamat Pelatihan (STTP), diberikan kepada peserta yang


memenuhi kriteria sebagai berikut :
o Memenuhi kehadiran sekurang-kurangnya 95 %.
o Nilai indek prestasi sekurang-kurangnya 65 atau berkualifikasi cukup.

Surat keterangan mengikuti pelatihan, surat keterangan ini diberikan


kepada peserta yang tidak memenuhi batas kualifikasi kelulusan.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 37

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 38

BAB III
MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Kompetensi Dasar
Memahami manajemen pendidikan dan pelatihan (diklat) dan mampu membuat
perencanaan pelaksanaan diklat.
Indikator Hasil Belajar
Setelah menyelesaikan Bab III, diharapkan peserta didik mampu menjelaskan
manajemen dan administrasi diklat serta mampu membuat perencanaan
pelaksanaan diklat.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 39

1.

Manajemen Diklat

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ( diklat ) di lingkungan Kepolisian Negara


Republik Indanesia dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian diklat.
1.1.

Perencanaan.

Perencanaan merupakan awal dari manajemen penyelenggaraan diklat yang


disesuaikan dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas
pekerjaan yang sedang dan akan dihadapi.
Perencanaan diklat disusun sesuai dengan prosedur mulai Direktif, Rencana Garis
Besar, Rencana diklat dan penetapan pelaksanaan diklat.
Rencana Garis Besar (RGB) disusun untuk menggambarkan latar belakang, tujuan,
urgensi dan sasaran yang ingin dicapai.
Perencanaan diklat meliputi : jenis diklat, lama diklat, tempat diklat, tenaga
pelatih/instruktur, materi diklat, organisasi diklat, peserta diklat dan anggaran diklat.
Perencanaan diklat rutin yang didukung oleh APBN disusun dalam suatu program
diklat yang disahkan melalui sidang pleno Dewan Pendidikan dan Pelatihan
(Wandiklat) Polri.
Perencanaan diklat yang tidak didukung oleh APBN diajukan sesuai dengan
kebutuhan organisasi kepada pimpinan Polri tingkat Mabes maupun Polda,
selanjutnya dibuat Direktif diklat. Perencanaan diklat Polri dibuat oleh kesatuan
penyelenggara diklat sesuai tingkatannya.
1.1.1. Perencanaan di Tingkat pusat (Mabes Polri).
a. Sde SDM Polri bersama Lemdiklat Polri :
Merumuskan dan menetapkan jenis dan waktu pelatihan berdasarkan usulan
dari Pembina fungsi operasional maupun pembinaan baik di tingkat pusat
maupun kewilayahan.
Merumuskan persyaratan peserta, jumlah peserta dan Kompetensi pelatihan
yang ingin dicapai.
b. Lemdiklat Polri.
Merencanakan pelatihan Instruktur ditingkat pusat maupun wilayah (Master
Instruktur) sesuai fungsi masing-masing.
Merencanakan Kurikulum dan Materi pelatihan sebagai Panduan pelatihan
yang dapat digunakan oleh Instruktur ditingkat kewilayahan.
Merencanakan Instrumen Supervisi pelatihan di tingkat pusat maupun
kewilayahan.
Merencanakan pelaksanaan supervise pelatihan ditinakat Pusat maupun
kewilayahan.
1.1.2. Perencanaan di Tingkat kewilayahan.
a. Karo Pers Polda.
Menghimpun seluruh usulan rencana diklat dari masing-masing Pembina
fungsi operasional maupun pembinaan yang memuat jenis diklat di tingkat
kewilayahan. Bersama pembina fungsi merumuskan persyaratan peserta,
jumlah peserta dan kompetensi diklat yang ingin dicapai.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 40

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 41

Hasil rumusan tersebut akan diusulkan ke tingkat pusat guna dibahas dan ditetapkan
dalam program diklat termasuk dukungan anggaran.
b. Pembina fungsi.
Melalui Training Need Analisys (TNA) mengusulkan jenis/macam diklat di
fungsinya.
Mengusulkan jumlah peserta yang perlu di didik/dilatih.
Mengusulkan dukungan anggaran pelatihan.
1.2.

Pengorganisasian Diklat.

Pengorganisasian diklat Polri disusun berdasarkan format organisasi diklat yang


berlaku sesuai dengan kebutuhan diklat.
Pengorganisasian diklat terdiri dari unsur pimpinan, unsur pembantu pimpinan, unsur
pelaksana dan unsur staf, yang masing-masing pejabatnya mempunyai tugas,
tanggung jawab dan wewenang yang jelas.
Pengorganisasian diklat dapat diawaki oleh unsur dari pembina fungsi diklat,
pembina fungsi teknis, pembina fungsi Brimob, penyelenggara diklat, pembina fungsi
pengawasan dan pejabat lain yang ditunjuk.
Skala pengorganisasian diklat terdiri dari organisasi diklat tingkat Markas Besar,
organisasi diklat tingkat Polda, organisasi diklat tingkat Polwil/tabes/Poltabes,
organisasi diklat tingkat Polres/ta/Metro, organisasi diklat gabungan fungsi,
organisasi diklat antar departemen dan organisasi diklat Kepolisian antar negara.
1.2.1. Pengorganisasian di Tingkat Pusat ( Mabes Polri ).
a. Pendidikan dan Pelatihan Rutin maupun Kontijensi tingkat Pusat (Mabes Polri),
dengan struktur organisasi pelatihan sebagai berikut :
Pelindung

Kapolri

Penasehat

De SDM / Deops / Kalemdiklat / Pembinafungsi /


KaInstasi terkait (utk pelatihan kontijensi).

Pengawas

Irwasum, Sde SDM, Sdeops, Lemdiklat dan fungsi yang


di kedepankan.

Dirlat

Dirbinlat Lemdiklat Polri/Pembina fungsi yang dikedepankan.

Wakil Dirlat

Sekretaris

Bendahara

Ditunjuk dari fungsi yang di kedepankan/Ditbinlat Lemdiklat Polri.


dari Pembina Fungsi yang bersangkutan atau Pamen
pada Bag Rendallat Ditbinlat Lemdiklat Polri.
Bensat Fungsi.

Sedangkan seksi-seksi/bidang yang diperlukan dalam organisasi ini disesuaikan


dengan kebutuhan diklat.
b. Diklat kerjasama di tingkat pusat dengan struktur organisasi sebagai berikut :
Pelindung

Kapolri.

Penasehat

De SDM Kapolri/Deops Kapolri/


Pembina fungsi/ Ka Instansi terkait

Kolemdiklat

Polri/

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 42

Pengawas

Itwasum Polri, Staf De SDM Polri, Lemdiklat Polri,


Pembina fungsi dan Instansi terkait.

Dirlat

Dirbinlat Lemdiklat Polri/pembina fungsi yang bersangkutan.

Wakil Dirlat

Instansi yang di kedepankan.

Sekretaris

Kabag Kermalat Ditbinlat/ pembina fungsi yang bersangkutan.

Bendahara

Bensat Kermalat/Instansi yang bersangkutan.

Sedangkan seksi-seksi/bidang yang diperlukan dalam organisasi ini disesuaikan


dengan kebutuhan pelatihan.
1.2.2. Pengorganisasian di Tingkat Polda.
a. Pendidikan dan Pelatihan rutin maupun Kontijensi di tingkat Polda dengan
struktur organisasi sebagai berikut :
Pelindung

Kapolda

Penasehat

Waka Polda/Kainstansi terkait (untuk pelatihan kontijensi).

Pengawas

Irwasda, Ropers, Fungsi yang bersangkutan dan instansi


terkait.

Dirlat

Pembina fungsi atau Ka SPN (Kayo ops untuk pelatihan


Kontijensi).

Wakil Dirlat

Instansi terkait atau Pamen pada fungsi yang dikedepankan.

Sekretaris

Pamen fungsi yang di kedepankan/Pamen pada Roops


untuk pelatihan kontijensi.

Bendahara

Bensat Fungsi.

Sedangkan seksi-seksi/bidang yang diperlukan dalam organisasi ini disesuaikan


dengan kebutuhan pelatihan.
b. Diklat kerjasama tingkat Polda dengan struktur organisasi sebagai berikut :
Pelindung

Kapolda.

Penasehat

Pengemban fungsi teknis/Ka instansi terkait yang bersangkutan

Dirlat

Pembina fungsi yang di kedepankan atau Ka SPN.

Wakil Dirlat

Pejabat Instansi yg bersangkutan.

Sekretaris

Kabag Bindiklat Ropers Polda.

Bendahara

Bensat/bendahara yang ditunjuk.

Sedangkan seksi-seksi/bidang yang diperlukan dalam organisasi ini disesuaikan


dengan kebutuhan pelatihan.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 43

1.3.

Pelaksanaan Diklat.

Diklat Polri tingkat Mabes Polri dilaksanakan di Lembaga Pendidikan Polri, Pusat ,
Pelatihan Polri, kesatuan Polri atau tempat lain yang ditentukan sesuai dengan jenis
diklat yang dilaksanakan.
Diklat Polri di tingkat Polda dilaksanakan di Sekolah Polisi Negara (SPN), di
kesatuan masing-masing atau di tempat lain yang ditentukan sesuai dengan jenis
diklat yang dilaksanakan.
Diklat Polri dalam rangka dilaksanakan berdasarkan Kalender Pendidikan,
sedangkan pelatihan dalam kesatuan untuk memelihara dan meningkatkan
kemampuan dilaksanakan secara terprogram atau sesuai dengan kebutuhan
operasional.
Diklat dalam rangka pendidikan dilaksanakan melalui kerjasama dengan pembina
fungsi teknis dan kesatuan kewilayahan, sedangkan diklat dalam kesatuan
dilaksanakan melalui kerjasama dengan pembina fungsi teknis dan lembaga diklat
terkait.
Diklat perorangan di tingkat Mabes Polri diselenggarakan oleh kesatuan masingmasing, diklat kesatuan diselenggarakan oleh kesatuan fungsi masing-masing dan
Lemdiklat Polri, sedangkan pelatihan pra-tugas, gabungan dan kerjasama
diselenggarakan oleh Sde SDM, Sde Ops dan Lemdiklat Polri.
Pelatihan Polri di tingkat kewilayahan, diselenggarakan oleh Biro Personel Polda,
SPN maupun kesatuan fungsi masing-masing.
Diklat pengembangan spesialisasi dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan
lembaga di luar Polri termasuk lembaga dari luar negeri.
1.3.1. Tataran Kewenangan.
a. Kapolri.
Kepala Kepolisian Negara Republik Indanesia bertanggung jawab terhadap
proses penyelenggaraan pelatihan di lingkungan Kepolisian Negara Republik
Indanesia.
Dalam proses penyelenggaraan pelatihan, Kapolri dibantu oleh De SDM
Kapolri, Deops Kapolri, Kalemdiklat Polri dan para Kapolda.
b. Wandiklat Polri.
Ketua Dewan Pendidikan dan Pelatihan Polri (Ketua Wandiklat Polri) dijabat
oleh Wakapolri bertugas membantu Kapolri dalam merumuskan dan
menentukan arch kebijakan tentang pembinaan pelatihan Polri.
Dewan Pendidikan dan Pelatihan Polri (Wandiklat 'Polri) bertanggung jawab
atas kesiapan penyelenggaraan pelatihan Polri berdasarkan hasil evaluasi
pelatihan secara periodik yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun.
Memberikan saran kepada Kapolri dalam mengatasi
permasalahan di bidang Pendidikan dan Pelatihan Polri.

permasalahan-

Ketua Wandiklat Polri memerintahkan kepada Kalemdiklat Polri untuk


menindaklanjuti hasil Keputusan Sidang Wandiklat.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 44

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 45

c.

De SDM Kapolri.
Menyusun kebijakan Kapolri dibidang pelatihan Kepolisian Negara Republik
Indanesia sebagai bagian dari pengembangan kemampuan sumber daya
manusia Kepolisian Negara Republik Indanesia.
Bersama Kalemdiklat Polri menyusun rencana program dan anggaran
pelatihan Kepolisian Negara Republik Indanesia yang tertuang dalam
Prodiklat Polri.
Meng koordin asi kan penyiapan personel peserta pelatihan di tingkot pusat
maupun kewilayahan.
Bersama Kalemdiklat Polri mengadakan kerjasama pelatihan Kepolisian
Negara Republik Indanesia dengan lembaga/ instansi terkait didalam negeri
maupun diluar negeri.

d. Deops Kapolri.
Menyusun kebijakan Kapolri dibidang pelatihan Kepolisian Negara Republik
Indanesia yang berkaitan dengan Operasi Kepolisian.
Menyusun program dan anggaran pelatihan praoperasi Kepolisian.
Menyusun Direktif Kapolri dibidang pelatihan praoperasi Kepolisian.
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan
pelatihan pra-operasi Kepolisian.
Bersama Kalemdiklat Polri dan Deputi Sumdaman Kapolri menyelenggarakan
kerjasama pelatihan dalam rangka operasi kepolisian dengan lembaga/
instansi terkait didalam negeri maupun luar negeri.
e. Kalemdiklat Polri
Bertanggung jawab terhadap pembinaan dan penyelenggaraan pelatihan
Polri.
Bersama Deputi Sumdaman Kapolri ikut merumuskan/menetapkan Program
latihan.
Bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan dan pembinaan komponen
pelatihan.
Bertanggung jawab terhadap pengkajian dan pengembangan sistem dan
metode pelatihan sesuai dengan Program pelatihan.
Menyelenggarakan pelatihan sesuai dengan Program pelatihan Polri.
Bertanggung jawab terhadap pembinaan teknis pelatihan bagi seluruh jajaran
Polri.
Bersama Deputi Sumdaman Kapolri dan Deputi Operasi Kapolri
menyelenggarakan kerjasama pelatihan dengan lembaga/ instansi terkait balk
didalam maupun dduar negeri.
Mengusulkan rencana jenis pelatihan ditingkat pusat maupun kewilayahan.
Menindak lanjuti keputusan sidang dewan pendidikan dan pelatihan
(Wandiklat) Polri.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 46

f.

Pembina Fungsi.
Menyusun kebijakan Kapolri dibidang diklat dalam lingkungan fungsinya.
Menyelenggarakan pembinaan
dilingkungan fungsinya.

sistem,

manajemen

dan

teknis

diklat

Merumuskan jenis, macam serta lamanya diklat dan mengusulkan kepada De


SDM untuk dimasukan dalam program diklat.
Mengadakan kerjasama dan koordinasi dengan Kalemdiklat Polri dalam
pelaksanaan pelatihan fungsi teknisnya.
Menyiapkan personel peserta pelatihan.
g. Kapolda.
Menjabarkan kebijakan Kapolri dibidang pelatihan Kepolisian Negara Republik
Indanesia di kesatuan yang menjadi tanggung jawabnya.
Merumuskan jenis, macam serta lamanya diklat baik di bidang opsnal maupun
pembinaan dengan mekanisme :

Kapolda diwakili oleh Wakapolda mengadakan rapat dengan para pembina


fungsi Opsnal dan pembinaan serta Ka SPN.

Para pembina fungsi serta Ka SPN hadir dalam rapat dengan membawa
konsep tentang rencana jenis diklat yang diusulkan kepada Kapolda
(sebelumnya konsep jenis pelatihan yang diusulkan tersebut sudah
terlebih dahulu dirumuskan dalam rapat kerja teknis fungsi masing-masing
berdasarkan analisa kebutuhan lapangan /Training Need Analysis = TNA).

Kapolda dalam hal ini Wakapolda memimpin diskusi konsep jenis diklat
dari masingmasing fungsi tersebut untuk kemudian dirumuskan dan
disepakati bersama.

Hasil rumusan seluruh jenis diklat tersebut dikirim/dibawa Karo Pers pada
Rakernis De SDM dalam penyusunan Prodik dan Prodiklat Polri tahun
yang akan datang.

Menyelenggarakan diklat Kepolisian Negara Republik Indanesia di tingkat


kewilayahan sesuai dengan kebijakan Kapolri yang diatur dalam Surat
Keputusan Kapolri dalam bentuk program diklat.

Melaksanakan
pembinaan
teknis
dan
operasional
terhadap
penyelenggaraan diklat Kepolisian Negara Republik Indanesia di tingkat
kewilayahan.

Melaksanakan pengkajian terhadap penyelenggaraan diklat Kepolisian


Negara Republik Indanesia yang dilaksanakan oleh kewilayahan.

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan diklat Kepolisian Negara


Republik Indanesia di tingkat kewilayahan.

1.3.2. Pelaksanaan Diklat Tingkat Pusat.


a. Tahap persiapan
Rapat awal.

Peserta rapat antara lain : Desumdaman Kapolri, Deops Kapolri, KalemAdm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 47

diklat Polri, Pembina fungsi Bidang operasional atau pembinaan sesuai


dengan jenis latihannya, Fungsi pendukung lainnya sesuai kebutuhan,
Departemen/instansi terkait (khusus untuk pelatihan kontijensi dan atau
kerjasama).

Kegiatan dalam rapat awal antara lain : (a) membuat struktur organisasi
diklat secara lengkap, (b) menentukan kompetensi yang diharapkan
setelah mengikuti diklat, (c) menentukan materi diklat yang disiapkan oleh
pembina fungsi yang bersangkutan, (d) menentukan persyaratan dan
jumlah peserta diklat, (e) menentukan gadik/instruktur/pelatih baik jumlah
maupun kualifikasi gadik/pelatih, (f) menentukan waktu, tempat dan lama
pelaksanaan diklat, (g) menentukan jumlah, jenis, alins/alongins kebutuhan
diklat, (h) membuat buku panduan diklat dan hal - hal lain yang dianggap
perlu.

Rapat lanjutan (Panitia pelaksana diklat).

Paparan dan tanggapan rencana diklat serta desain diklat oleh Direktur
pelatihan.

Paparan dan tanggapan rencana Upacara oleh perwira upacara.

Mengajukan berkas lengkap beserta rincian kebutuhan/biaya kepada


Fungsi yang dikedepankan sebagai laporan dan sekaligus guna
mendapatkan pengesahan dengan tembusan Desumdaman, Deops dan
Kalemdiklat Polri.

Pemanggilan peserta pelatihan oleh De SDM/ Pembina fungsi.

b. Tahap Pelaksanaan.
Upacara pembukaan.
Pengarahan umum oleh Direktur diklat.
Pelaksanaan diklat sesuai dengan jadwal yang ada dalam rencana diklat dan
desain diklat.
Melakukan pengawasan dan pengendalian jalannya pelatihan.
Upacara penutupan.
c. Tahap pengakhiran (kaji ulang).
Mengadakan rapat akhir guna mengevaluasi (kaji ulang) seluruh rangkaian
pelaksanaan pelatihan berupa paparan ketua pelaksana yang meliputi antara
lain : piranti lunak diklat, piranti keras diklat (alins/ alongins),
gadik/instruktur/pelatih, mekanisme jalannya diklat, manajemen diklat,
kompetensi hasil diklat, mengevaluasi peserta diklat, hambatan-hambatan
yang dialami selama diklat, saran tindak lanjut diklat yang akan datang.
Membuat Laporan lengkap hasil pelaksanaan pelatihan dan mengirimkannya
kepada Kapolri Cq. Wakapolri dengan tembusan Irwasum Polri, Derenbang
Kapolri, De SDM Kapolri dan De Ops Kapolri, Kalemdiklat Polri Berta pembina
Fungsi yang bersangkutan.
1.3.3. Pelaksanaan Diklat Tingkat Polda.
a. Pelatihan terprogram (sesuai dengan Prodiklat).
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 48

Tahap Persiapan, berdasarkan Surat Keputusan Kapolri yang mengatur


pelaksanaan program diklat, Karo Pers Polda mengadakan rapat dengan
pembina fungsi di tingkat Polda serta Ka SPN Polda.
Rapat awal, peserta rapat antara lain : Karo Ops Polda, Karo Pers Polda,
Pembina fungsi sesuai dengan jenis pelatihan, Ka SPN Polda, Fungsi
pendukung lainnya sesuai kebutuhan, instansi terkait (khusus untuk pelatihan
kontijensi dan kerja sama).
Kegiatan dalam rapat awal antara lain : membuat konsep struktur organisasi
diklat secara lengkap, hal-hal lain yang dianggap perlu antara lain membuat
petunjuk tata tertib diklat.
Rapat lanjutan (Panitia pelaksana pelatihan), paparan dan tanggapan rencana
diklat oleh Direktur diklat, mengajukan berkas lengkap kepada Kapolda
sebagai laporan dan sekaligus guna mendapatkan pengesahan, pembuatan
rencana upacara (pembukaan dan penutupan) oleh Perwira upacara dan
pemanggilan peserta diklat oleh Karo Pers Polda.
Pelaksanaan.

Upacara pembukaan : (a) apabila dilaksanakan di SPN maka inspektur


upacara Ka SPN, (b) apabila dilaksanakan di Polda oleh Pembina fungsi.

Pengarahan umum oleh Direktur diklat.

Pemberian materi diklat sesuai dengan jadwal yang ada dalam rencana
diklat.

Melakukan pengawasan dan pengendalian jalannya diklat terdiri dari unsur


Itwasda, Ropers Polda, Pembina fungsi dan SPN.

Upacara penutupan.

Tahap pengakhiran (kaji ulang).

Mengadakan rapat akhir guna mengevaluasi (kaji ulang) seluruh rangkaian


pelaksanaan diklat berupa paparan Direktur diklat meliputi : (a) piranti
lunak pelatihan, (b) piranti
keras diklat
(Alins/alongins),
(c)
gadik/instruktur/pelatih, (d) mekanisme jalannya diklat, (e) manajemen
diklat, (f) kompetensi hasil diklat, (g) hambatan-hambatan yang dialami
selama diklat dan saran tindak lanjut diklat yang akan datang.

Membuat Laporan lengkap hasil pelaksanaan diklat dan mengirimkannya


kepada
Ka Lemdiklat Polri JI.Ciputat Raya No.40 Keb. Lama Jaksel
dengan tembusan kepada Wakapolri, Irwasum, De SDM Kapolri, Deops
Kapolri dan Pembina fungsi yang bersangkutan.

b. Pelatihan non program.


Tahap Persiapan berdasarkan Perintah Kapolri atau Kapolda, Waka polda
mengadakan rapat lengkap dengan pembina fungsi di tingkat Polda serta Ka
SPN Polda.
Rapat awal, peserta rapat antara lain : Irwasda, Karo Ops Polda, Karo Pers
Polda, Pembina fungsi sesuai dengan jenis diklat, Ka SPN Polda, Fungsi
pendukung lainnya sesuai kebutuhan, Instansi terkait (khusus untuk pelatihan
kontijensi dan kerjasama).
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 49

Kegiatan dalam rapat awal antara lain : (a) Membuat konsep struktur
organisasi diklat secara lengkap, (b) menentukan kompetensi/kemampuan
yang diharapkan setelah selesai mengikuti diklat, (c) menentukan dan
merumuskan materi diklat oleh Karo Pers dan pembina fungsi,
(d) menentukan gadik/instruktur/pelatih baik jumlah maupun kualifikasinya,
(e) menentukan waktu, tempat dan lama pelaksanaan pelatihan,
(f) menentukan jumlah, jenis dan alins/alongins kebutuhan pelatihan,
(g) membentuk tim pembuat rencana diklat terdiri dari : pembina fungsi yang
dikedepankan Ropers dan Ka SPN, (h) hal-hal lain yang dianggap perlu.
Rapat lanjutan (Panitia pelaksana diklat) : paparan dan tanggapan rencana
diklat oleh Direktur pelatihan, mengajukan berkas lengkap beserta rincian
biaya/anggaran kepada Kapolda sebagai laporan dan sekaligus guna
mendapatkan pengesahan, pembuatan rencana upacara (pembukaan dan
penutupan) oleh Perwira upacara, pemanggilan peserta diklat oleh Karo Pers
Polda, menentukan dan merumuskan materi diklat oleh Karo Pers dan
pembina fungsi, menentukan gadik/instruktur/pelatih baik jumlah maupun
kualifikasi diklat, menentukan waktu, tempat dan lama pelaksanaan diklat,
menentukan jumlah, jenis dan alins/alongins kebutuhan diklat, membentuk tim
pembuat rencana diklat terdiri dari pembina fungsi yang dikedepankan Ropers
dan Ka SPN, hal - hal lain yang dianggap perlu.
Rapat lanjutan (Panitia pelaksana pelatihan) : paparan dan tanggapan
rencana diklat oleh Direktur diklat, mengajukan berkas lengkap beserta
rincian, biaya/anggaran kepada Kapolda sebagai laporan dan sekaligus guna
mendapatkan pengesahan, Pembuatan rencana upacara (pembukaan dan
penutupan) oleh Perwira upacara, pemanggilan peserta diklat oleh Karo Pers
Polda, kompetensi hasil diklat, hambatan-hambatan yang dialami selama
diklat, saran tindak lanjut diklat yang akan datang.
Membuat Laporan lengkap hasil pelaksanaan diklat dan mengirimkannya
kepada Ka Lemdiklat Polri Jaksel dengan tembusan kepada Wakapolri,
Irwasum, De SDM Kapolri dan Pembina fungsi yang bersangkutan.
1.4.

Pengendalian Diklat.

Pengendalian operasional diklat yang dilaksanakan di tingkat Mabes Polri


dilaksanakan oleh De SDM Kapolri, Deops Kapolri, Kalemdiklat Polri dan Pembina
fungsi.
Pengendalian operasional diklat yang dilaksanakan di kesatuan kewilayahan secara
struktural oleh Kasatwil dan pembinaan teknis oleh Kalemdiklat Polri.
Pengendalian diklat dilaksanakan melalui pengawasan, supervisi dan evaluasi.
Pengendali diklat dapat melakukan perubahan jalannya diklat dari rencana diklat
manakala terjadi penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan atau bahkan
menghentikan jalannya diklat apabila membahayakan.
Pengendalian terhadap arah kebijakan diklat Polri dilaksanakan oleh Dewan
Pendidikan dan Pelatihan Polri (Wandiklat Polri).
a. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian jalannya pelaksanaan diklat.
Tingkat pusat terdiri dari unsur Itwasum Polri, Desumdaman Polri, Deops
Polri, pembina fungsi dan Lemdiklat Polri.
Tingkat kewilayahan/Polda terdiri dari unsur Itwasda, Ropers Polda, Roops
Polda dan pembina fungsi tingkot Polda.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 50

b. Membuat laporan pengawasan dan pengendalian jalannya diklat.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 51

2.

Administrasi Penyelenggaraan Diklat.

2.1.

Tingkat Pusat.

a. Administrasi diklat.
Administrasi diklat, terdiri dari : (1) Direktif diklat berisikan petunjuk/arahan Kapolri
mengenai penyelenggaraan pelatihan; (2) Rencana Garis Besar merupakan
pendukung administrasi diklat yang berisikan antara lain : (a) Sprin penyelenggara/
kepanitiaan, (b) Struktur organisasi diklat, (c) Kebutuhan anggaran & logistik,
(d) Bagan daerah diklat, (e) Jaring komunikasi; (3) Rencana Pelatihan merupakan
gambaran secara rinci kegiatan diklat yang akan dilaksanakan antara lain :
(a) Direktif (untuk diklat tingkat Mabes ), (b) Rencana Garis besar diklat, (c) Sprin
Peserta, (d) Sprin gadik/instruktur, (e) Desain diklat/Persiapan Mengajar, (f) Jadwal
kegiatan diklat, (g) Bagan denah diklat, (h) Skenario rencana diklat, (i) Mekanisme
diklat (j) Petunjuk Komlek, (k) Rencana pengamanan, (l) Petunjuk tata tertib
pelatihan; (4) Laporan
Hasil Pelaksanaan diklat.
b. Pendukung administrasi Logistik.
Menggunakan logistik pelaksanaan diklat meliputi : (1) Perlengkapan perorangan,
(2) Fasilitas diklat, (3) Alins/alonains
c. Pendukung administrasi keuangan/anggaran.
Menggunakan anggaran yang telah diprogramkan atau berdasarkan kebijakan
pimpinan.
d. Ketentuan lain :
Bagi peserta diklat yang tidak dapat mengikuti pelatihan selama 5 % (berturutturut)/12 % terputus-putus, kepada yang bersangkutan dinyatakan tidak dapat
melanjutkan diklat.
Bagi peserta diklat yang melakukan pelanggaran disiplin, kode etik, pidana dan
ketentuan lain dalam diklat yang diatur dalam tata tertib diklat diberikan sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku.
Bagi peserta dapat diberikan sertifikat/surat keterangan bahwa yang bersangkutan
telah mengikuti diklat, penandatanganan sertifikat tersebut oleh Direktur diklat sesuai
dengan struktur organisasi diklat.
2.2.

Tingkat Polda.

a. Administrasi diklat.
Administrasi diklat, terdiri dari : (1) Rencana Garis Besar (RGB) diklat yang
meliputi : sprin kepanitiaan, struktur organisasi diklat, kebutuhan anggaran dan
logistik, bagan daerah diklat dan jaring komunikasi; (2) Rencana diklat, meliputi
antara lain : RGB, sprin peserta, sprin gadik/instruktur/pelatih, desain
diklat/persiapan mengajar, jadwal kegiatan, bagan denah diklat, skenario diklat,
mekanisme diklat, petunjuk komlek, rencana pengamanan dan petunjuk tata tertib
diklat; (3) Laporan hasil pelaksanaan diklat.
b. Pendukung administrasi logistik.
Menggunakan logistik pelaksanaan diklat, meliputi
fasilitas diklat dan alins/alongins.

perlengkapan perorangan,

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 52

c.

Pendukung administrasi keuangan/anggaran.

Menggunakan anggaran yangb telah diprogramkan atau berdasarkan kebijakan


pimpinan.
d. Ketentuan lain.
Pelatihan yang berdasarkan Skep Kapolri (prodiklat) diberikan sertifikat yang ditanda
tangani oleh : Ka SPN apabila dilaksanakan di SPN, pembina fungsi apabila
dilaksanakan di Mapolda.
Bagi peserta diklat yang tidak dapat mengikuti pelatihan selama 5 % (berturutturut)/12 % terputus-putus, kepada yang bersangkutan dinyatakan tidak dapat
melanjutkan diklat.
Bagi peserta diklat yang melakukan pelanggaran disiplin, kode etik, pidana dan
ketentuan lain dalam diklat yang diatur dalam tata tertib diklat diberikan sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku.
Bagi peserta dapat diberikan sertifikat/surat keterangan bahwa yang bersangkutan
telah mengikuti diklat, penandatanganan sertifikat tersebut oleh Pembina fungsi atau
Karo Pers Polda atas nama Kapolda.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 53

BAB IV
PENUTUP

Administrasi Pendidikan dan Pelatihan ini merupakan Naskah Sekolah


Sementara untuk dijadikan pedoman bagi penyelenggaraan Pendidikan
Pengembangan Spesialisasi ( Dikbangspes ) di lingkungan Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan Kepolisian Negara Republik Indanesia.
Penyusunan Naskah Sekolah Sementara (NSS) ini dimaksudkan untuk dapat
dijadikan bahan acuan sehingga diharapkan tercapai kesatuan arah dan
keseragaman pengertian dan tindakan demi terwujudnya kelancaran tugas
khususnya fungsi Penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan umumnya fungsi Biro
Personel Polri secara keseluruhan sehingga mampu berperan untuk mendukung
tugas - tugas Operasional Polri.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 54

DAFTAR PUSTAKA

----------------, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III (2000), Jakarta, Balai
Pustaka, Departemen Pendidikan Nasional
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Komponen Pendidikan untuk Pendidikan Pembentukan
dan Pendidikan Pengembangan di Lingkungan Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Roni Artasasmita (1985), Pedoman Merancang Sistem Kursus dan Latihan,
Bandung, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
Surat Keputusan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri,
Pelatihan Polri, Jakarta, 2007.

Komponen

Surat Keputusan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri,


Naskah
Sementara Buku Pedoman Pelaksanaan Pelatihan Polri, Jakarta, 2007.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 55

LAMPIRAN

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 56

FORMAT
DIREKTIF PENDIDIKAN/PELATIHAN

Format penulisan Direktif pendidikan/pelatihan meliputi :


I.

PENDAHULUAN
1. Umum
2. Dasar
3. Maksud dan Tujuan

II.

PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN/PELATIHAN


4.
5.
6.
7.
8.

Tema pendidikan/pelatihan
Tujuan pendidikan/pelatihan
Sasaran pendidikan/pelatihan
Materi pendidikan/pelatihan
Obyek, metode, tingkat dan sifat pendidikan/pelatihan

a. Obyek pendidikan/pelatihan
b. Metoda pendidikan/pelatihan
c. Tingkat pendidikan/pelatihan
d. Sifat pendidikan/pelatihan
9. Tempat dan waktu pendidikan/pelatihan
a. Tempat pendidikan/pelatihan
b. Waktu pendidikan/pelatihan
10. Organisasi dan peserta pendidikan/pelatihan
a. Pimpinan umum
b. Perangkat pelaksana pendidikan/pelatihan
c. Pelibatan personel
11. Dukungan anggaran pendidikan/pelatihan
a. Anggaran pendidikan/pelatihan
b. Sarana dan prasarana pendukung pendidikan/pelatihan
Ill. INSTRUKSI KOORDINASI
12. Penekanan khusus
a. Waktu perencanaan
b. Menyiapkan materi pelatihan
13. Koordinasi
IV. PENUTUP

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 57

FORMAT
PENULISAN RGB PELATIHAN
Format Penulisan Rencana Garis Besar Pendidikan/Pelatihan meliputi :
I. PENDAHULUAN
1.

Umum

2.

Maksud dan Tujuan


a. Maksud
b. Tujuan

3.

Ruang Lingkup dan Tata Urut


a. Ruang Lingkup
b. Tata Urut
I. PENDAHULUAN
II. LANDASAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN/PELATIHAN
III. POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN/PELATIHAN
IV. PENUTUP

4.

Dasar

II. LANDASAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN/PELATIHAN


4.

Latar Belakang Pendidikan/Pelatihan

5.

Urgensi Pendidikan/Pelatihan

6.

Tema Pendidikan/Pelatihan

III. POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN/PELATIHAN


7.

Tujuan Pendidikan/Pelatihan

8.

Sasaran Pendidikan/Pelatihan

9.

Materi Pendidikan/Pelatihan

10.

Metode Pendidikan/Pelatihan

11.

Tempat Pendidikan/Pelatihan

12.

Waktu Pendidikan/Pelatihan

13.

Peserta Pendidikan/Pelatihan

14.

Instruktur Pendidikan/Pelatihan

15.

Penyelenggara Pendidikan/Pelatihan

16.

Dukungan anggaran, logistik & alkapus

17.

Komando pengendalian & perhubungan

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 58

IV.

INSTRUKSI KOORDINASI
19. INSTRUKSI
20. KOORDINASI

V. PENUTUP

LAMPIRAN
A.

Sprin penyelenggara/kepanitiaan

B.

Struktur organisasi pendidikan/pelatihan

C.

Kebutuhan anggaran & logistik

D.

Bagan daerah pendidikan/pelatihan

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 59

FORMAT
PENULISAN RENDIK/RENLAT

Format penulisan Rencana Pendidikan/Pelatihan meliputi :


I.

PENDAHULUAN
1.

Umum

2.

Maksud dan Tujuan


a. Maksud
b. Tujuan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut


a.Ruang lingkup
b. Tata Urut
4.
II.

Ill.

Dasar

LANDASAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN/PELATIHAN


5.

Latar Belakang Pendidikan/Pelatihan

6.

Urgensi Pendidikan/Pelatihan

7.

Tema Pendidikan/Pelatihan

POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN PELATIHAN


8.

Tujuan Pendidikan/Pelatihan

9.

Sasaran Pendidikan/Pelatihan

10. Materi Pendidikan/Pelatihan


11. Obyek, metode, tingkat dan sifat Pendidikan/Pelatihan
12. Tempat, waktu & jadwal Pendidikan/Pelatihan
13. Referensi Pendidikan/Pelatihan
14. Penyelenggara Pendidikan/Pelatihan
a. Perencana Pendidikan/Pelatihan (organisasi Pendidikan/Pelatihan)
b. Instruktur dalam Pendidikan/Pelatihan
0. Peserta Pendidikan/Pelatihan, Organisasi Pendidikan/Pelatihan dan
peserta gladi
15. Dukungan anggaran
16. Komando dan pengendalian /Alkom

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 60

IV.

INSTRUKSI KOORDINASI
17. INSTRUKSI
18. KOORDINASI

V.

PENUTUP

LAMPIRAN
A.

Direktif

B.

RGB

C.

Sprin peserta/Instruktur

D.

Jadwal kegiatan pelatihan

E.

Bagan denah pelatihan

F.

Diagram rencana ops/lat

0.

Mekanisme pelatihan

G.

Petunjuk Komlek

A.

Rencana pengamanan

B.

Petunjuk tata tertib pelatihan

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 61

LANGKAH-LANGKAH DALAM MENYUSUN


TRAINING NEED ANALYSIS ( TNA )

1.

Mengumpulkan informasi di dalam organisasi tentang kelemahan yang ada


pada masing-masing fungsi baik pembinaan maupun operasional.

2.

Mengidentifikasi kelemahan manajemen operasional dan personel di masingmasing fungsi dalam organisasi.

3.

Membuat analisa prioritas pelatihan dan pentingnya Pendidikan/Pelatihan.

4.

Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh konsekuensi jika pelatihan


dilaksanakan atau tidak dilaksanakan.

5.

Membuat alternatif solusi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan.

6.

Membuat rekomendasi tentang perlunya melakukan kegiatan pelatihan dalam


bentuk telaahan staf.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 62

FORMAT PENULISAN
PANDUAN PENDIDIKAN/PELATIHAN

I.

PENDAHULUAN
1. Umum
2. Dasar
3. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
b. Tujuan.
4. Ruang Lingkup
5. Tata Urut

II.

PELAKSANAAN
6. Waktu
a. Mengambarkan lama/waktu pelaksanaan pelatihan
b. Merinci kegiatan selama pelatihan
7. Jadwal
a. Menggambarkan jenis materi latihan
b. Mengatur alokasi waktu selama pelaksanaan pelatihan
8. Daftar Instruktur
a. Nama, Pangkat dan jabatan gadik/instruktur/pelatih beserta jenis materi
yang diajarkan.
b. Nama gadik/istruktur/pelatih cadangan (bila perlu).
9. Tata tertib
a. Mengatur peserta
b. Mengatur gadik/instruktur/pelatih
c. Mengatur panitia pelaksana
d. Absensi peserta dan gadik/instruktur/pelatih.
10. Daftar peserta pendidikan/pelatihan
Nama, pangkat, jabatan dan kesatuan asal
11. Skenario pendidikan/pelatihan
a. Menggambarkan kompetensi pendidikan/pelatihan yang ingin dicapai.
b. Menggambarkan secara ringkas

jalannya

pelaksanaan

pendidikan/

pelatihan.

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 63

12.

Susunan Kepanitiaan
Menggambarkan susunan panitia penyelenggara (Sprin Kepanitiaan).
13. Anggaran
Menggambarkan

besarnya

biaya

pendidikan/pelatihan

dan

berasal

darimana.
III. ADMINISTRASI
14. Akomodasi
Mengatur masalah tempat penampungan
15. Konsumsi
Mengatur jadwal pelayanan konsumsi
IV. PENUTUP

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 64

FORMAT PENULISAN
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN/PELATIHAN

I.

PENDAHULUAN
1.

Umum

2.

Dasar

3.

Maksud dan Tujuan


a. Maksud
b. Tujuan.

II.

4.

Ruang Lingkup

5.

Tata Urut

PELAKSANAAN
6.

Waktu dan tempat

7.

Materi

8.

Metode

9.

Peserta

10. Gadik/Instruktur/Pelatih
11. Alins alongins
12. Anggaran
III.

HASIL YANG DICAPAI


13. Anev terhadap kompetensi hasil pendidikan/pelatihan
14. Hambatan/permasalahan
15. Kesimpulan
16. Saran-saran

IV.

PENUTUP

Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 65

Вам также может понравиться