Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1.
Pengantar
diperoleh seseorang melalui pendidikan formal dan berbagai pelatihan baik struktural
maupun non-struktural. Sehingga pada konteks ini diklat merupakan salah satu
unsur penting dalam rangka meningkatkan kompetensi atau profesionalitas SDM
pada Institusi Polri.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, sebagai suatu proses agar diklat
menghasilkan out put yang berkompeten dan profesional sesuai tujuan, maka syarat
yang harus dipenuhi adalah adanya manajemen penyelenggaraan diklat yang baik
dan profesional. Untuk hal tersebut setidaknya ada 3 ( tiga ) aspek yang harus
dipenuhi, yaitu : standar kualitas, jaminan kualitas, pengawasan atau pengendalian
kualitas dan standar kompetensi.
Standar kualitas ( quality standard ) menyangkut pedoman-pedoman diklat dan
panduan teknis yang dijadikan acuan bagi lembaga penyelenggara diklat. Penetapan
standar kualitas melalui pedoman-pedoman yang terus ditingkatkan kualitasnya
sehingga tetap sejalan dengan perkembangan lingkungan strategis yang ada.
Disamping pedoman-pedoman, instansi pembina ( Lemdiklat ) dituntut pula membuat
sejumlah modul/naskah sekolah untuk menetapkan standar penyelenggaraan diklat
sebagai acuan bagi penyelenggaraan diklat yang dibinanya.
Jaminan Kualitas ( quality assurance ) merupakan suatu upaya untuk menjamin
kualitas diklat. Instansi pembina bertanggung jawab memotret kapasitas lembaga
penyelenggara diklat yang dibinanya melalui kegiatan akreditasi dan sertifikasi.
Dalam akreditas ini ada 5 ( lima ) indikator yang perlu diperhatikan, yaitu :
kelembagaan, program, SDM penyelenggara, tenaga kependidikan serta sarana dan
prasarana.
Pengendalian/Pengawasan kualitas (quality control) diwujud-kan dalam bentuk
pelaporan rencana penyelenggaraan diklat sebelum dan sesudah diklat dilaksanakan
kepada instansi pembina diklat. Disamping pelaporan juga mengajukan pengesahan
regristrasi Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan ( STTPP ). Selanjutnya
instansi pembina juga melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan diklat,
baik lembaga diklat yang sudah terakreditasi ( Pusdikmin Polri untuk Diklat
Kepemimpinan PNS dan Latprajab CPNS Polri ) maupun lembaga diklat yang masih
melakukan kemitraan guna menjamin mutu pelaksanaan diklatnya ( SPN di PoldaPolda untuk diklat Prajabatan CPNS Polri menjaminkan mutunya ke Pusdikmin
Polri ).
Hal penting lain yang perlu diperhatikan selain ketiga hal di atas adalah standar
kompetensi yang dibutuhkan. Setiap diklat yang diselenggarakan perlu ditetapkan
secara jelas kompetensi yang hendak dicapai sesuai jabatan, tugas pokok dan
tanggung jawab individu di instansinya/satuan kerjanya.
2.
Standar Kompetensi
BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
ADMINISTRASI DIKLAT
Kompetensi Dasar
Memahami pengertian, faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan diklat dan
kaitan antara faktor dan administrasi penyelenggaraan diklat.
Indikator Hasil Belajar
Setelah menyelesaikan Bab I, diharapkan peserta didik mampu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
Pengertian Administrasi.
Pengertian Diklat.
b. Proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih
dan terkontrol ( khususnya yang dating dari sekolah ) sehingga dia dapat
memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan
individu yang optimum.
Godfrey Thompson ( 1957 ) mengatakan bahwa pendidikan itu adalah pengaruh
lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap di
dalam kebiasaan-kebiasaan perilakunya, pikirannya dan sikapnya.
Crew dan Crow (1960) mengemukakan bahwa fungsi pendidikan harus diorganisir
untuk memberikan bimbingan kepada seorang siswa agar potensi, kebutuhan dan
keinginannya berkembang sehingga akan memberikan jaminan tercapainya suatu
pola hidup pribadi dan sosialnya yang memuaskan.
Kamus Besar Bahasa Indanesia memberikan pengertian pendidikan sebagai suatu
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pelatihan.
lstilah pelatihan sebagaimana melekat erat dengan pengertian istilah pendidikan.
Poerwadarminta (1984) memberikan arti pelatihan sebagai pelajaran untuk
membiasakan atau memperoleh sesuatu kecakapan. Ini menunjukkan bahwa
pelatihan itu berkaitar dengan pekerjaan. Seseorang yang melakukan sesuatu
pekerjaan, tidak akan mencapai hasil dan mutu yang diharapkan tanpa didahului
atau dibarengi dengan adanya aktivitas pelatihan. Pelatihan untuk sesuatu pekerjaan
dapat dilakukan oleh seorang pegawai dari suatu organisasi atau lembaga dengan
jalan melatih dirinya sendiri melalui cara, coba-coba atau ikut-ikutan orang lain saja.
Cara seperti itu tidak akan mencapai hasil dan kualitas yang memuaskan.
Adanya program pelatihan yang terencana dengan baik dan sistematik merupakan
cara utama untuk membiasakan atau memberikan kecakapan kepada seorang
pegawai agar dia terampil mengerjakan pekerjaannya.
Flippo (1961) menegaskan bahwa pelatihan pada dasarnya merupakan suatu usaha
pengetahuan dan kecakapan agar karyawa dapat mengerjakan suatu pekerjaan
tertentu.
Sedangkan Inpres No. 15 Tahun 1974 memberikan pengertian kepada pelatihan
sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu
yang relatif singkat dengan met ode yang mengutamakan praktek daripada teori.
Selanjutnya Inpres tersebut menerangkan lebih lanjut bahwa yang disebut dengan
pelatihan pewgawai adalah bagian dari pendidikan yang dilakukan bagi pegawai
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan persyaratan
pekerjaan pegawai tersebut. Dalam hubungan ini Mills ( 1973) menerangkan pula
bahwa pelatihan yang dibarengi dengan penuh pengertian merupakan pendidikan
lanjutan dan menjadi dasar yang lebih luas sehingga pekerja akan menjadi lebih
terampil dalam pekerjaannya, akan merasa lebih bahagia dalam pekerjaan itu dan
akan membuat dirinya sadar terhadap kesempatan-kesempatan untuk mencapai
kemajuan atau bahkan untuk merubah pelatihannya sesuai dengan yang
diinginkannya.
Tujuan dari pelatihan, demikian dikatakan oleh Mills lebih lanjut adalah untuk
menolong peserta pelatihan agar mereka memperoleh skills, sikap, kebiasaan
berfikir dan kualitas watak yang memungkinkan mereka dapat memahami pekerjaanpekerjaannya dan dapat melakukannya secara efisien dan memuaskan.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 6
sadar
terhadap
kesempatan-kesempatan
untuk
Pelatihan yang diberikan kepada personel Polri akan mempunyai kontribusi pada
pencapaian tujuan yang lebih luas dan akan memberikan motivasi yang lebih besar
terhadap bidang pelaksanaan tugasnya bilaman mereka menyadari sepenuhnya
betapa pentingnya tugas mereka dan betapa berharganya atas apa yang mereka
mainkan dalam mendukung keberhasilan tugas-tugas Kepolisian.
3.
Aspek-aspek diklat.
Inti dari kegiatan diklat adalah proses belajar. Hal ini dikarenakan pencapaian tujuan
diklat sangat ditentukan oleh efektivitas proses belajar.
Berdasarkan pada pengertian diklat yang telah diuraikan di atas dapatlah
diidentifikasikan mengenai aspek-aspek diklat sebagai berikut :
4.1.
Aspek Pendidikan.
Secara umum unsur atau aspek-aspek yang terdapat dalam pengertian pendidikan
adalah :
a. Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai.
b. Pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja dan terencana dalam memilih
materi, strategi dan evaluasi.
c. Pendidikan dapat diberikan dalam lingkungan sekolah dan luar sekolah.
4.2.
Aspek Pelatihan.
5.
6.1.
f. Pelatihan Gabungan.
Pelatihan gabungan dilaksanakan oleh kesatuan Polri dengan instansi terkait (di
dalam negeri maupun dengan kepolisian dari negara lain) secara terpadu, baik di
tingkat Mabes Polri maupun kewilayahan yang bertujuan untuk meningkatkan
koordinasi, kerja sama dan prosedur dalam melaksanakan tugas bersama.
Pelatihan gabungan dilaksanakan baik dengan maupun tanpa pasukan.
g. Kerjasama Pelatihan.
Kerjasama pelatihan diselenggarakan oleh Polri bersama instansi/lembaga di luar
Polri baik di dalam maupun di luar negeri berdasarkan :
Perkembangan Iptek dan situasi yang berkembang yang ditetapkan bersama
sesuai dengan kebutuhan.
Kerja sama diselenggarakan atas dasar saling menguntungkan dan didukung
dengan nota kesepaham-an kerja sama (Memorandum of Understanding).
Biaya yang digunakan berumber baik dari negara maupun sponsorship.
7.
Apa yang dimaksud dengan pendidikan dan pelatihan sudah diuraikan di halaman
depan. Pendidikan merupakan usaha yang berkaitan dengan peningkatan
pengetahuan, sikap dan skill yang menyangkut seluruh lingkungan secara umum.
Pelatihan merupakan upaya yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, sikap
dan skill pegawai (tenaga kerja) dalam mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.
Uraian di atas memberikan petunjuk bahwa batas perbedaan antara pendidikan dan
pelatihan sulit untuk ditentukan secara tegas. Baik pendidikan maupun pelatihan
mempunyai maksud yang sama, yaitu meningkatkan pengetahuan, sikap dan skill
peserta belajarnya. Karenanya betapa sulitnya untuk memilah-milahkan atau
membeda-bedakan antara pendidikan dan pelatihan bila dilihat dari segi
maksudnnya.
Dilihat dari segi peserta belajarnya, seolah-olah tampak ada perbedaan anatara
pendidikan dan pelatihan. Aktivitas pendidikan ditujukan kepada semua orang yang
terdiri dari anak-anak, para remaja dan orang dewasa, sedangkan pelatihan
sasarannya lebih terbatas lagi, yakni hanya kelompok pegawai (tenaga kerja) saja.
Bila dianalisa lebih jauh lagi perbedaan peserta belajar ini hanya semu belaka.
Bukankah golongan remaja dan orang dewasa itu merupakan tenaga pekerja
(pegawai) ? Bukankah tenaga pekerja/pegawai sendiri mungkin golongan remaja
atau orang dewasa ?
Jawaban dari semua pertanyaan tersebut akan menuju pada suatu kesimpulan yang
mengatakan bahwa pada dasarnya sulit untuk menetapkan dengan tegas dan jelas
batas perbedaan anatara peserta belajar yang dijadikan sasaran aktivitas pedidikan
dan pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan lebih tepat bila dikatakan bahwa keduanya itu sebagai
suatu rangkaian kesatuan yang bergeser dari sesuatu yang bersifat umum sampai
kepada sesuatu yang khusus ( Flippo, 1961:228). Pendidikan lebih bersifat
memberikan pengertian secara umum, sedangkan pelatihan memberikan pengertian
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 13
yang lebih terarah menuju kepada suatu keterampilan khusus untuk mengerjakan
sesuatu dengan baik.
BAB II
KOMPONEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Kompetensi Dasar
Memahami tentang komponen pendidikan dan pelatihan.
Indikator hasil belajar
Setelah menyelesaikan Bab II, diharapkan peserta didik mampu :
1.
2.
1.
Komponen Pendidikan.
Komponen pendidikan di lingkungan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri
berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Komponen
Pendidikan di lingkungan Lembaga Diklat terdiri dari : (1) kurikulum (2) hanjar, (3)
peserta didik, (4) tenaga pendidik (5) tenaga kependidikan (6) metode (7) fasilitas
pendidikan (8) alins/alongins (9) evaluasi (10) anggaran.
1.1.
Kurikulum.
Fungsi kurikulum bagi pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
yang diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan sehari-hari.
Fungsi kurikulum bagi tataran tingkat pendidikan yaitu sebagai pemelihara proses
pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia Polri.
Fungsi kurikulum bagi pengguna hasil didik adalah sebagai keikutsertaan dalam
memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan kritik yang membangun dalam
penyempurnaan program yang serasi.
Kerangka kurikulum terdiri dari : (1) rumpun mata pelajaran dan (2) cakupan mata
pelajaran.
1.2.
Hanjar.
Tujuan hanjar adalah : (1) sebagai pedoman bagi peserta didik untuk mengawali,
mengetahui dan memahami kunci-kunci atau prinsip-prinsip pelajaran yang akan
diterima, (2) memperlancar kegiatan belajar mengajar di kelas, (3) memperlancar
proses interaksi anatara tenaga pendidik dengan peserta didik dalam membahas
mata pelajarannya dan (4) memotivasi peserta didik untuk lebih aktif berpartisipasi
dalam proses pembelajaran.
1.3.
Peserta Didik.
Peserta didik pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan Polri ditetapkan berdasarkan
Keputusan Kapolri. Calon peserta didik pada diktuk Polri adalah warga negara
Republik Indanesia yang telah lulus seleksi. Calon peserta didik pada dikbang Polri
adalah Pegawai negeri pada Polri yang telah lulus seleksi.
Kewajiban peserta didik adalah : (1) mengikuti seluruh proses pembelajaran, (2)
mentaati hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dan (3)
menyimpan rahasia negara.
Hak peserta didik adalah : (1) memperoleh pendidikan atau pelatihan yang bermutu,
(2) memperoleh perlindungan hukum dan (3) memperoleh uang saku, makan, minum
dan kebutuhan lainnya serta pelayanan kesehatan.
1.4.
Tenaga Pendidik
Tenaga Kependidikan
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 16
Metode
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu : (1) fasilitas umum
dan (2) fasilitas khusus. Fasilitas umum terdiri dari : fasilitas pangkalan, fasilitas
belajar, fasilitas latihan atau praktek dan fasilitas pendukung.
1.8.
Alins/Alongins
1.9.
1.10. Anggaran
Besaran alokasi anggaran setiap jenis kegiatan operasional pendidikan ditentukan
dalam indeks biaya operasional pendidikan.
Biaya operasional pendidikan digunakan untuk membiayai kebutuhan operasional
pendidikan yang terdiri dari : pembukaan, proses pendidikan, evaluasi, supervisi dan
biaya kembali ke kesatuan asal atau pengirim bagi peserta didik.
Biaya operasional pendidikan didukung dengan anggaran Polri melalui RKA-KL
Satker Tahun Anggaran berjalan, yang meliputi : (1) belanja pegawai, terdiri dari
honorarium tenaga pendidik dan mentor/supervisor, (2) belanja barang, terdiri dari :
makan peserta didik, kebutuhan peserta didik, kebutuhan tenaga pendidik,
dukungan, kebutuhan kebersihan, kebutuhan administrasi, latihan praktek lapangan,
kegiatan khusus, bimbingan pengasuhan, cetak hanjar, perjalanan, penyusunan
kebijakan bidang pendidikan, penyusunan bahan ajar dan kurikulum serta kegiatan
penempatan pertama.
2.
Komponen Pelatihan.
Peserta.
Pelatih/Instruktur.
a. Berjiwa Pancasila.
b. Memiliki kepribadian dengan sifat-sifat yang dapat diteladani.
c. Memiliki latarbelakang pendidikan yang memadai dalam arti harus memiliki
sertifikat minimal setara dengan tempat dimana yang bersangkutan ditugaskan.
d. Memiliki kualifikasi akademik minimal D III / D IV atau sarjana S I dan memiliki
keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan Polri.
e. Memiliki pengalaman tugas di lapangan atau operasional.
f. Memiliki kemampuan dan kematangan berfikir bagi dirinya sendiri.
g. Memiliki kemampuan mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta pelatihan.
h. Memiliki prestasi yang baik dalam setiap jenjang pendidikan yang diikuti.
i. Menguasai materi pelatihan yang akan dilatihkan.
j. Mendapatkan rekomendasi dari atasan.
k. Dinyatakan sehat jasmani dan rohani oleh dokter Polri.
l. Memiliki kemampuan melakukan penilaian.
m. Memiliki minat menjadi Instruktur.
Rekruitmen Pelatih :
a. Melakukan kampanye dengan mengirimkan Surat atau telegram ke satker / satwil
dan instansi lain untuk mengirimkan nama calon pelatih atau instruktur yang
diperlukan sesuai dengan jenis pelatihan.
0. Melakukan seleksi kepada para calon /instruktur sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan.
c. Memanggil calon
pelatih/instruktur.
instruktur/pelatih
yang
memenuhi
syarat
sebagai
Hak Pelatih/Instruktur :
a. Memperoleh Honorarium.
b. Mendapat penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
c. Mendapat pembinaan karier sesuai dengan jenjangnya.
d. Menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas pelatihan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas.
Kewajiban Pelatih/Instruktur :
a. Membuat silabus
b. Menyiapkan materi pelatihan dan kelengkapannya.
c. Menguasai bidang pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan
d. Membuat persiapan melatih.
e. Meiaksanakan proses pembeiajaran.
f. Mengadakan evaluasi/penilaian.
g. Menerima kritik, saran, penilaian dari peserta pelatihan.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 21
Kurikulum
Berbasis kompetensi.
Menyamakan persepsi.
Menggunakan materi yang praktis.
Melakukan penilaian sesuai kompetensi.
b.
c. Format bahan latih adalah : (a) pengantar, (b) kompetensi dan indikator
keberhasilan latihan, (c) ur.aian materi (pokok bahasan dan sub pokok bahasan).
d. Lingkup bahan latih adalah : (a) identitas mata latih (nama mata latih, peserta,
waktu), (b) petunjuk penggunaan/ penguasaan bahan latih, (c) kompetensi hasil
latihan dan indikator keberhasilan, (d) uaraian materi ( bahan dan sub bahasan)
sesuai kompetensi, (e) rangkuman, (f) latihan/soal, serta kunci jawaban,
(g) penutup.
e. Kriteria Bahan Latih adalah : (a) sistimatis (berurutan, tidak tumpang tindih, dan
bertahap /berjenjang), (b) relevan sesuai kebutuhan peserta, sesuai kompetensi),
(c) efisien menggunakan format yang mudah, kalimat sederhana /mudah dicerna.
2.3.4. Metode
Metode adalah pendekatan/cara pelatihan yang digunakan dalam proses
mewujudkan kemampuan yang ditetapkan juga sebagai sarana untuk memelihara
kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Jenis-jenis metode yang dapat digunakan :
a. Metode ceramah adalah cara penyajian pelatihan yang dilakukan guru/pelatih
dengan penuturan. atau penjelasan lisan secara langsung kepada siswa, sebagai
alat komonikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses pelatihan.
b. Metode diskusi adalah cara penyajian pelatihan, dimana siswa dihadapkan pada
satu permasalahan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan
bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik berlatih dimana terjadi interaksi
antara dua atau lebih individu yang terlibat secara aktif, saling tukar menukar
pengalaman, informasi dan pemecahan masalah.
c. Metode simulasi / bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara
dua orang atau lebih untuk membahas suatu masalah atau topik. Siswa dituntut
untuk melekukan suatu peran sesuai tokoh yang dilakoninya, mereka melakukan
melakukan interaksi sesama mereka dan melakukan peran terbuka.
Metode ini dapat dipergunakan dalam mempraktekan pelatihan baru mereka
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga menemukan
kemungkinan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya.
Metode ini menuntut guru untuk mencermati kekurangan dari peran yang
diperagakan. oleh siswa.
d. Metode demonstrasi / peragaan adalah cara penyajian bahan pelLatihan dengan
meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelatihkan dan disertai dengan penjelasan lisan.
Dengan metode demonstrasi proses penerimaan siswa terhadap pelatihan akan
lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik
dan sempurna karena siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang
yang diperagakan selama pelatihan berlangsung.
Metode ini baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang halhal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 24
Penetapan skor menggunakan Skala 0 s/d 100 dengan Label sebagai berikut :
INDEKS SKOR
NO.
DALAM ANGKA
DENGAN HURUF
PREDIKAT
1.
85 - 100
Baik Sekali
2.
75 - 84
Baik
3.
65 - 74
Cukup
4.
55 - 64
Kurang
5.
0 - 54
Sangat Kurang
Administrasi penilaian
a. Format rekap penilaian peserta pelatihan.
b. Format perorangan penilaian peserta pelatihan.
c. Tanda lulus.
2.4.
Sarana Prasarana
Sarana adalah peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan yang dapat
dipenuhi sebagai alat dalam memenuhi maksud dan tujuan.
Prasarana adalah suatu tempat, alat atau infrastruktur yang digunakan dalam
pelaksanaan pelatihan.
Sarana prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan latihan dapat di bagi menjadi
2 (dua) alternatif antara lain :
2.4.1. Sarana dan Prasarana di lembaga Polri.
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam setiap pelaksanaan pelatihan
hendaknya disesuaikan dengan jenis pelatihan itu sendiri karena tidak semua
pelatihan akan mengunakan sarana dan prasarana yang sama, akan tetapi secara
garis besar, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk hampir setiap jenis
pelatihan antara lain sebagai berikut :
a. Lapangan dan fasilitasnya (Sesuai jenis latihan).
Lapangan Hitam ( biasa ).
Lapangan Tembak.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 26
Lapangan Terbuka.
b. Gedung / ruangan / kelas dan fasilitasnya (Sesuai jenis latihan).
Gedung / ruang pembelajaran.
Kelas Besar.
Kelas Sedang.
Kelas Kecil
Kelas Simulasi
c. Gedung / ruang Kepanitiaan.
Ruang Sekertariat.
Ruang Kolat.
d. Barak dan fasilitasnya (sesuai jenis latihan).
Barak Peserta.
Barak Panitia / pendukung.
2.4.2. Sarana dan Prasarana di luar lembaga Polri (fasilitas umum)
Apabila sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan tidak
tersedia di Lembaga Polri maka dapat digunakan sarana/ prasarana (fasilitas umum)
untuk mendukung kegiatan pelatihan yang disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan
pelatihan, adapun sarana /prasarana tersebut, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Jalan raga
Medan Latihan ( sungai, hutan, gunung, dll)
Pelabuhan.
Bandar Udara.
Kolam Renang.
Hotel / gedung bertingkat.
Dll.
a.
Anggaran Pelatihan.
Anggaran adalah suatu rencana kerja berupa program maupun kegiatan yang
dijabarkan dalam angka atau uang. Anggaran pelatihan adalah sejumlah uang atau
pagu yang telah ditetapkan jumlahnya untuk mendukung terselenggaranya kegiatan
pelatihan. Biaya operasional pelatihan adalah biaya yang digunakan untuk
mendukung terselenggaranya proses pelatihan dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi serta administrasi pelatihan.
Penetapan kebutuhan anggaran pelatihan Polri adalah kebutuhan anggaran
pelatihan yang diusulkan melalui rencana kerja (Renja) Satker balk tingkat
kewilayahan maupun tingkat pusat dengan menentukan jumlah waktu dan peserta
yang akhirnya ditetapkan berdasarkan Renja Polri dalam Surat Keputusan Kapolri
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 29
tentang program, tempat, kalender dan macam pendidikan dan pelatihan Polri.
Fungsi Anggaran :
a. Untuk mendukung seluruh pembiayaan yang diperlukan dalom Denvelen qqaraan
pelatihan.
b. Sumber anggaran pelatihan
c. Sumber anggaran pelatihan Polri diantaranya :
Berasal dari Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) yang
dituangkan dalam Daftar Isian Program dan Anggaran (DIPA).
Berasal dari Anggaaran Belanja dan Pendapat Daerah Anggaran (APED) yaitu
bantuan dari pemerintah daerah.
Berasal dari kerja sama, yaitu adanya suatu kesepakatan antar instansi,
lembaga departemen baik dalam negeri maupun luar negeri dan Polri dalam
pembiayaan guna mendukung terselenggaranya suatu pelatihan.
Berasal dari bantuan murni, yaitu adanya bantuan yang berasal baik dari
danatur dalam negeri maupun luar negeri dimana seluruh biaya pelaksanaan
latihan keseluruhannya ditanggung oleh danatur.
Anggaran bersyarat, yaitu anggaran yang diajukan oleh Kapolri kepada
Menteri Keuangan untuk mendukung pelatihan yang anggarannya tidak
didukung anggaran kepolisian, danatur maupun instansi diluar Polri.
Anggaran emergensi yaitu anggaran yang berada di Kapolri yang
penggunaannya untuk menghadapi suatu keadaan yang sangat mendesak
dan perlu dilakukan suatu tindakan.
Anggaran kontijensi yaitu anggaran yang berada di Kapolda yang
penggunaannya untuk menghadapi suatu keadaan yang sangat mendesak
ditingkat kewilayahan dan memerlukan suatu tindakan.
Jenis biaya pelatihan
Jenis biaya pelatihan digolongkan menjadi 2 (dua) Jenis menurut program
pendidikan dan pelatihan Polri (Prodiklat Polri) yaitu :
a. Biaya pelatihan yang disalurkan.
Sejumlah kebutuhan biaya pelatihan yang anggarannya telah disediakan dan
dikelola oleh salah satu satker penyelenggaraan latihan :
Honorarium gadik dan kepanitiaan.
Konsumsi pelatihan.
ATK/administrasi pelatihan.
Cetak materi pelatihan untuk peserta.
Akomodasi pelatihan.
Transportasi (biaya perjalanan pulang dan pergi peserta latihan).
Dukungan praktek lapangan.
Penyusunan kurikulum dan hanjar.
b. Biaya pelatihan yang dipusatkan.
Sejumlah kebutuhan biaya pelatihan terpusat yang anggarannya dikelola ditingkat
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 30
pusat meliputi :
Honorarium gadik dan kepanitiaan.
Konsumsi pelatihan.
ATK/administrasi pelatihan.
Cetak materi pelatihan untuk peserta.
Akomodasi pelatihan.
NO.
ORGANISASI
PELATIHAN
TINGKAT
KEWILAYAHAN
TINGKAT PUSAT
1.
Pelindung
Kapolri
Kapolda
2.
Penasehat
- DeSDM Kapolri
- Deops Kapolri
- Kalemdiklat Polri
- Pembina Fungsi
- Ka Instansi terkait
- Wakapolda
- Ka Instansi terkait
- Pembina fungsi
3.
Pengawas
Irwasurn
Irwasda
4.
Direktur Pelatihan
Dirbinlat Lemdiklat
- Karo Ops
Polri/Pembina fungsi
yang dikedepankan
- Fungsi dikedepankan
- Ka SPN
Fungsi dikedepankan/
Ditbinlat
5.
Wkl. Direktur
pelatihan
KET
Seslem SPN
Pamen yang
dikedepankan
NO.
ORGANISASI
PELATIHAN
6. Sekretaris
TINGKAT PUSAT
- Dari fungsi
dikedepankan
TINGKAT
KEWILAYAHAN
KET
Pamen yang
dikedepankan
- Pamen Bag
Rendallat
Lemdiklat
Polri
7. Bendahara
Bensat Fungsi
Bensat Fungsi
8. Seksi-seksi
Penunjukan
Penunjukan
2.5.2.
NO.
Seksi-seksi
dalam
organisasi
pelatihan
ditentukan
sesuai dgn
kebutuhan
pelatihan
TINGKAT PUSAT
TINGKAT
KEWILAYAHAN
1.
Pelindung
Kapolri
Kapolda
2.
Penasehat
- DeSDM Kapolri
- Deops Kapolri
- Kalemdiklat Polri
- Pembina Fungsi
- Ka Instansi terkait
- Pengemban
fungsi teknis
- Ka Instansi terkait
3.
Pengawas
Irwasum
Irwasda
4.
Direktur pelatihan
Dirbinlat Lemdiklat
Polri/pembina fungsi
yang dikedepankan
- Pembina Fungsi
- Ka SPN
5.
MI. Direktur
pelatihan
Instansi terkait
- Pejabat instansi
yang bersangkutan
KET
NO.
ORGANISASI
PELATIHAN
TINGKAT
KEWILAYAHAN
TINGKAT PUSAT
6. Sekretaris
- Kabag Kermalat/
Pembina fungsi
yang bersangkutan
Kabag Bindiklat
Ropers Polda
7. Bendahara
- Bensat Kermalat
- Bensat instansi ybs
Bensat Fungsi yg
ditunjuk/Bensat
Instansi terkait
8. Seksi-seksi
Penunjukan
Penunjukan
KET
Seksi-seksi
dalam
organisasi
pelatihan
ditentukan
sesuai dgn
kebutuhan
pelatihan
Tugas dan tanggung jawab masing-masing unsur dalam struktur organisasi pelatihan.
a. Pelindung dan Penasehat.
Memberikan arahan, saran dan masukan agar pelaksanaan pelatihan dapat
berjalan lancar, berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien) sesuai
dengan tujuan pelatihan.
b. Pengawas.
Mengawasi semua unsur pelaksana apakah telah/belum melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya dengan mempedomani rencana pelatihan yang telah
ditetapkan/dibuat Berta petunjuk dalam pedoman pelatihan.
Melakukan evaluasi terhadap seluruh proses penyelenggaraan pelatihan.
c. Direktur Pelatihan.
Bertanggung jawab terhadap terselenggaranya pelatihan sesuai dengan
rencana pelatihan.
Secara langsung memimpin seluruh proses pelaksanaan pelatihan agar dapat
berjalan dengan aman dan lancar.
Bertanggung jawab kepada pimpinan yang ditunjuk (tingkat pusat), kepada
Kapolda (tingkat wilayah).
d. Wakil Direktur Pelatihan
Membantu Ketua Pelaksana Pelatihan dalam menjalankan tugasnya.
Mewakili Ketua Pelaksana apabila berhalangan.
e.
Sekretaris.
Menyiapkan administrasi pelaksanaan pelatihan.
Membuat laporan hasil pelaksanaan pelatihan.
Melaksanakan tugas kesekretariatan secara lengkap.
Bendahara.
Mengajukan rencana kebutuhan anggaran pelatihan.
Membuat pertanggungjawaban keuangan yang
pelaksanaan pelatihan.
digunakan
selama
g. Seksi Konsumsi
Menyiapkan konsumsi (makan, minum dan snack) dan perlengkapannya selama
pelaksanaan pelatihan.
h. Seksi Perlengkapan.
Menyiapkan seluruh perlengkapan yang dibutuhkan selama pelaksanaan
pelatihan
i. Seksi Kesehatan.
Memberikan pelayanan kesehatan selama pelaksanaan pelatihan.
j. Seksi Keamanan.
Memberikan pengamanan terhadap seluruh kegiatan selama pelaksanaan
pelatihan yang meliputi personel dan materiil.
k. Seksi Akomodasi.
Menyiapkan akomodasi terhadap semua unsur yang terlibat dalam pelaksanaan
pelatihan selama pelatihan berlangsung.
I. Seksi Transportasi.
Menyiapkan sarana transportasi selama pelaksanaan pelatihan.
m. Seksi Dokumentasi.
Membuat dokumentasi seluruh kegiatan selama pelaksanaan pelatihan.
n. Seksi-seksi lain yang disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.
2.5.3. Administrasi Pelatihan.
a. Direktif
Direktif latihan adalah kebijakan latihan yang dikeluarkan oleh Kapolri berisikan
petunjuk umum tentang penyelenggaraan suatu pelatihan (hanya untuk pelatihan
khusus dan kontijensi).
0. Rencana Garis Besar
Suatu produk perencanaan pelatihan secara garis besar yang memuat tujuan,
sasaran, materi dan anggaran pelatihan
c. Rencana Pelatihan (Renlat)
Suatu produk tertulis yang memuat atau berisikan rincian kegiatan pelatihan yang
akan disusun oleh panitia penyelenggara di Satker/Satwil, termasuk kewilayahan dan
satuan fungsi.
d.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 35
Sprin penyelenggara/kepanitiaan.
TR pemanggilan peserta.
Surat permintaan instruktur/nara cumber.
Struktur Organisasi pelatihan.
Pembuatan rencana upacara.
Administrasi Logistik.
Perlengkapan perorangan.
Fasilitas dan sarana prasarana pelatihan.
Alins/alongins.
g. Administrasi Keuangan.
Rencana kebutuhan anggaran.
Pertanggung jawaban keuangan.
h. Panduan pelaksanaan pelatihan
Panduan adalah dokumen yang berisikan ketentuanketentuan yang mengatur
penyelenggaraan pelatihan guna tercapainya suatu tujuan latihan.
Fungsi panduan adalah untuk memberikan gambaran hal-hal yang harus
dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dalam pelatihan dan sebagai alat
kontrol dalam pelaksanaan pelatihan.
Ruang lingkup panduan terdiri dari
Tujuan pelatihan
Peserta pelatihan
Pelatih / instruktur
Tugas dan tanggung
pelatihan.
Peraturan tata tertib.
Jadual
Struktur organisasi.
Dan lain-lain.
jawab
masing-masing
unsur
penyelenggara
Kriteria panSduan.
Sistimatis.
Mudah dimengerti dan dilaksanakan.
Mudah dibawa kemana-mana.
Alat/bahan.
Metode.
BAB III
MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Kompetensi Dasar
Memahami manajemen pendidikan dan pelatihan (diklat) dan mampu membuat
perencanaan pelaksanaan diklat.
Indikator Hasil Belajar
Setelah menyelesaikan Bab III, diharapkan peserta didik mampu menjelaskan
manajemen dan administrasi diklat serta mampu membuat perencanaan
pelaksanaan diklat.
1.
Manajemen Diklat
Perencanaan.
Hasil rumusan tersebut akan diusulkan ke tingkat pusat guna dibahas dan ditetapkan
dalam program diklat termasuk dukungan anggaran.
b. Pembina fungsi.
Melalui Training Need Analisys (TNA) mengusulkan jenis/macam diklat di
fungsinya.
Mengusulkan jumlah peserta yang perlu di didik/dilatih.
Mengusulkan dukungan anggaran pelatihan.
1.2.
Pengorganisasian Diklat.
Kapolri
Penasehat
Pengawas
Dirlat
Wakil Dirlat
Sekretaris
Bendahara
Kapolri.
Penasehat
Kolemdiklat
Polri/
Pengawas
Dirlat
Wakil Dirlat
Sekretaris
Bendahara
Kapolda
Penasehat
Pengawas
Dirlat
Wakil Dirlat
Sekretaris
Bendahara
Bensat Fungsi.
Kapolda.
Penasehat
Dirlat
Wakil Dirlat
Sekretaris
Bendahara
1.3.
Pelaksanaan Diklat.
Diklat Polri tingkat Mabes Polri dilaksanakan di Lembaga Pendidikan Polri, Pusat ,
Pelatihan Polri, kesatuan Polri atau tempat lain yang ditentukan sesuai dengan jenis
diklat yang dilaksanakan.
Diklat Polri di tingkat Polda dilaksanakan di Sekolah Polisi Negara (SPN), di
kesatuan masing-masing atau di tempat lain yang ditentukan sesuai dengan jenis
diklat yang dilaksanakan.
Diklat Polri dalam rangka dilaksanakan berdasarkan Kalender Pendidikan,
sedangkan pelatihan dalam kesatuan untuk memelihara dan meningkatkan
kemampuan dilaksanakan secara terprogram atau sesuai dengan kebutuhan
operasional.
Diklat dalam rangka pendidikan dilaksanakan melalui kerjasama dengan pembina
fungsi teknis dan kesatuan kewilayahan, sedangkan diklat dalam kesatuan
dilaksanakan melalui kerjasama dengan pembina fungsi teknis dan lembaga diklat
terkait.
Diklat perorangan di tingkat Mabes Polri diselenggarakan oleh kesatuan masingmasing, diklat kesatuan diselenggarakan oleh kesatuan fungsi masing-masing dan
Lemdiklat Polri, sedangkan pelatihan pra-tugas, gabungan dan kerjasama
diselenggarakan oleh Sde SDM, Sde Ops dan Lemdiklat Polri.
Pelatihan Polri di tingkat kewilayahan, diselenggarakan oleh Biro Personel Polda,
SPN maupun kesatuan fungsi masing-masing.
Diklat pengembangan spesialisasi dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan
lembaga di luar Polri termasuk lembaga dari luar negeri.
1.3.1. Tataran Kewenangan.
a. Kapolri.
Kepala Kepolisian Negara Republik Indanesia bertanggung jawab terhadap
proses penyelenggaraan pelatihan di lingkungan Kepolisian Negara Republik
Indanesia.
Dalam proses penyelenggaraan pelatihan, Kapolri dibantu oleh De SDM
Kapolri, Deops Kapolri, Kalemdiklat Polri dan para Kapolda.
b. Wandiklat Polri.
Ketua Dewan Pendidikan dan Pelatihan Polri (Ketua Wandiklat Polri) dijabat
oleh Wakapolri bertugas membantu Kapolri dalam merumuskan dan
menentukan arch kebijakan tentang pembinaan pelatihan Polri.
Dewan Pendidikan dan Pelatihan Polri (Wandiklat 'Polri) bertanggung jawab
atas kesiapan penyelenggaraan pelatihan Polri berdasarkan hasil evaluasi
pelatihan secara periodik yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun.
Memberikan saran kepada Kapolri dalam mengatasi
permasalahan di bidang Pendidikan dan Pelatihan Polri.
permasalahan-
c.
De SDM Kapolri.
Menyusun kebijakan Kapolri dibidang pelatihan Kepolisian Negara Republik
Indanesia sebagai bagian dari pengembangan kemampuan sumber daya
manusia Kepolisian Negara Republik Indanesia.
Bersama Kalemdiklat Polri menyusun rencana program dan anggaran
pelatihan Kepolisian Negara Republik Indanesia yang tertuang dalam
Prodiklat Polri.
Meng koordin asi kan penyiapan personel peserta pelatihan di tingkot pusat
maupun kewilayahan.
Bersama Kalemdiklat Polri mengadakan kerjasama pelatihan Kepolisian
Negara Republik Indanesia dengan lembaga/ instansi terkait didalam negeri
maupun diluar negeri.
d. Deops Kapolri.
Menyusun kebijakan Kapolri dibidang pelatihan Kepolisian Negara Republik
Indanesia yang berkaitan dengan Operasi Kepolisian.
Menyusun program dan anggaran pelatihan praoperasi Kepolisian.
Menyusun Direktif Kapolri dibidang pelatihan praoperasi Kepolisian.
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan
pelatihan pra-operasi Kepolisian.
Bersama Kalemdiklat Polri dan Deputi Sumdaman Kapolri menyelenggarakan
kerjasama pelatihan dalam rangka operasi kepolisian dengan lembaga/
instansi terkait didalam negeri maupun luar negeri.
e. Kalemdiklat Polri
Bertanggung jawab terhadap pembinaan dan penyelenggaraan pelatihan
Polri.
Bersama Deputi Sumdaman Kapolri ikut merumuskan/menetapkan Program
latihan.
Bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan dan pembinaan komponen
pelatihan.
Bertanggung jawab terhadap pengkajian dan pengembangan sistem dan
metode pelatihan sesuai dengan Program pelatihan.
Menyelenggarakan pelatihan sesuai dengan Program pelatihan Polri.
Bertanggung jawab terhadap pembinaan teknis pelatihan bagi seluruh jajaran
Polri.
Bersama Deputi Sumdaman Kapolri dan Deputi Operasi Kapolri
menyelenggarakan kerjasama pelatihan dengan lembaga/ instansi terkait balk
didalam maupun dduar negeri.
Mengusulkan rencana jenis pelatihan ditingkat pusat maupun kewilayahan.
Menindak lanjuti keputusan sidang dewan pendidikan dan pelatihan
(Wandiklat) Polri.
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 46
f.
Pembina Fungsi.
Menyusun kebijakan Kapolri dibidang diklat dalam lingkungan fungsinya.
Menyelenggarakan pembinaan
dilingkungan fungsinya.
sistem,
manajemen
dan
teknis
diklat
Para pembina fungsi serta Ka SPN hadir dalam rapat dengan membawa
konsep tentang rencana jenis diklat yang diusulkan kepada Kapolda
(sebelumnya konsep jenis pelatihan yang diusulkan tersebut sudah
terlebih dahulu dirumuskan dalam rapat kerja teknis fungsi masing-masing
berdasarkan analisa kebutuhan lapangan /Training Need Analysis = TNA).
Kapolda dalam hal ini Wakapolda memimpin diskusi konsep jenis diklat
dari masingmasing fungsi tersebut untuk kemudian dirumuskan dan
disepakati bersama.
Hasil rumusan seluruh jenis diklat tersebut dikirim/dibawa Karo Pers pada
Rakernis De SDM dalam penyusunan Prodik dan Prodiklat Polri tahun
yang akan datang.
Melaksanakan
pembinaan
teknis
dan
operasional
terhadap
penyelenggaraan diklat Kepolisian Negara Republik Indanesia di tingkat
kewilayahan.
Peserta rapat antara lain : Desumdaman Kapolri, Deops Kapolri, KalemAdm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 47
Kegiatan dalam rapat awal antara lain : (a) membuat struktur organisasi
diklat secara lengkap, (b) menentukan kompetensi yang diharapkan
setelah mengikuti diklat, (c) menentukan materi diklat yang disiapkan oleh
pembina fungsi yang bersangkutan, (d) menentukan persyaratan dan
jumlah peserta diklat, (e) menentukan gadik/instruktur/pelatih baik jumlah
maupun kualifikasi gadik/pelatih, (f) menentukan waktu, tempat dan lama
pelaksanaan diklat, (g) menentukan jumlah, jenis, alins/alongins kebutuhan
diklat, (h) membuat buku panduan diklat dan hal - hal lain yang dianggap
perlu.
Paparan dan tanggapan rencana diklat serta desain diklat oleh Direktur
pelatihan.
b. Tahap Pelaksanaan.
Upacara pembukaan.
Pengarahan umum oleh Direktur diklat.
Pelaksanaan diklat sesuai dengan jadwal yang ada dalam rencana diklat dan
desain diklat.
Melakukan pengawasan dan pengendalian jalannya pelatihan.
Upacara penutupan.
c. Tahap pengakhiran (kaji ulang).
Mengadakan rapat akhir guna mengevaluasi (kaji ulang) seluruh rangkaian
pelaksanaan pelatihan berupa paparan ketua pelaksana yang meliputi antara
lain : piranti lunak diklat, piranti keras diklat (alins/ alongins),
gadik/instruktur/pelatih, mekanisme jalannya diklat, manajemen diklat,
kompetensi hasil diklat, mengevaluasi peserta diklat, hambatan-hambatan
yang dialami selama diklat, saran tindak lanjut diklat yang akan datang.
Membuat Laporan lengkap hasil pelaksanaan pelatihan dan mengirimkannya
kepada Kapolri Cq. Wakapolri dengan tembusan Irwasum Polri, Derenbang
Kapolri, De SDM Kapolri dan De Ops Kapolri, Kalemdiklat Polri Berta pembina
Fungsi yang bersangkutan.
1.3.3. Pelaksanaan Diklat Tingkat Polda.
a. Pelatihan terprogram (sesuai dengan Prodiklat).
Adm. Diklat_Pusdikmin Polri. Halaman 48
Pemberian materi diklat sesuai dengan jadwal yang ada dalam rencana
diklat.
Upacara penutupan.
Kegiatan dalam rapat awal antara lain : (a) Membuat konsep struktur
organisasi diklat secara lengkap, (b) menentukan kompetensi/kemampuan
yang diharapkan setelah selesai mengikuti diklat, (c) menentukan dan
merumuskan materi diklat oleh Karo Pers dan pembina fungsi,
(d) menentukan gadik/instruktur/pelatih baik jumlah maupun kualifikasinya,
(e) menentukan waktu, tempat dan lama pelaksanaan pelatihan,
(f) menentukan jumlah, jenis dan alins/alongins kebutuhan pelatihan,
(g) membentuk tim pembuat rencana diklat terdiri dari : pembina fungsi yang
dikedepankan Ropers dan Ka SPN, (h) hal-hal lain yang dianggap perlu.
Rapat lanjutan (Panitia pelaksana diklat) : paparan dan tanggapan rencana
diklat oleh Direktur pelatihan, mengajukan berkas lengkap beserta rincian
biaya/anggaran kepada Kapolda sebagai laporan dan sekaligus guna
mendapatkan pengesahan, pembuatan rencana upacara (pembukaan dan
penutupan) oleh Perwira upacara, pemanggilan peserta diklat oleh Karo Pers
Polda, menentukan dan merumuskan materi diklat oleh Karo Pers dan
pembina fungsi, menentukan gadik/instruktur/pelatih baik jumlah maupun
kualifikasi diklat, menentukan waktu, tempat dan lama pelaksanaan diklat,
menentukan jumlah, jenis dan alins/alongins kebutuhan diklat, membentuk tim
pembuat rencana diklat terdiri dari pembina fungsi yang dikedepankan Ropers
dan Ka SPN, hal - hal lain yang dianggap perlu.
Rapat lanjutan (Panitia pelaksana pelatihan) : paparan dan tanggapan
rencana diklat oleh Direktur diklat, mengajukan berkas lengkap beserta
rincian, biaya/anggaran kepada Kapolda sebagai laporan dan sekaligus guna
mendapatkan pengesahan, Pembuatan rencana upacara (pembukaan dan
penutupan) oleh Perwira upacara, pemanggilan peserta diklat oleh Karo Pers
Polda, kompetensi hasil diklat, hambatan-hambatan yang dialami selama
diklat, saran tindak lanjut diklat yang akan datang.
Membuat Laporan lengkap hasil pelaksanaan diklat dan mengirimkannya
kepada Ka Lemdiklat Polri Jaksel dengan tembusan kepada Wakapolri,
Irwasum, De SDM Kapolri dan Pembina fungsi yang bersangkutan.
1.4.
Pengendalian Diklat.
2.
2.1.
Tingkat Pusat.
a. Administrasi diklat.
Administrasi diklat, terdiri dari : (1) Direktif diklat berisikan petunjuk/arahan Kapolri
mengenai penyelenggaraan pelatihan; (2) Rencana Garis Besar merupakan
pendukung administrasi diklat yang berisikan antara lain : (a) Sprin penyelenggara/
kepanitiaan, (b) Struktur organisasi diklat, (c) Kebutuhan anggaran & logistik,
(d) Bagan daerah diklat, (e) Jaring komunikasi; (3) Rencana Pelatihan merupakan
gambaran secara rinci kegiatan diklat yang akan dilaksanakan antara lain :
(a) Direktif (untuk diklat tingkat Mabes ), (b) Rencana Garis besar diklat, (c) Sprin
Peserta, (d) Sprin gadik/instruktur, (e) Desain diklat/Persiapan Mengajar, (f) Jadwal
kegiatan diklat, (g) Bagan denah diklat, (h) Skenario rencana diklat, (i) Mekanisme
diklat (j) Petunjuk Komlek, (k) Rencana pengamanan, (l) Petunjuk tata tertib
pelatihan; (4) Laporan
Hasil Pelaksanaan diklat.
b. Pendukung administrasi Logistik.
Menggunakan logistik pelaksanaan diklat meliputi : (1) Perlengkapan perorangan,
(2) Fasilitas diklat, (3) Alins/alonains
c. Pendukung administrasi keuangan/anggaran.
Menggunakan anggaran yang telah diprogramkan atau berdasarkan kebijakan
pimpinan.
d. Ketentuan lain :
Bagi peserta diklat yang tidak dapat mengikuti pelatihan selama 5 % (berturutturut)/12 % terputus-putus, kepada yang bersangkutan dinyatakan tidak dapat
melanjutkan diklat.
Bagi peserta diklat yang melakukan pelanggaran disiplin, kode etik, pidana dan
ketentuan lain dalam diklat yang diatur dalam tata tertib diklat diberikan sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku.
Bagi peserta dapat diberikan sertifikat/surat keterangan bahwa yang bersangkutan
telah mengikuti diklat, penandatanganan sertifikat tersebut oleh Direktur diklat sesuai
dengan struktur organisasi diklat.
2.2.
Tingkat Polda.
a. Administrasi diklat.
Administrasi diklat, terdiri dari : (1) Rencana Garis Besar (RGB) diklat yang
meliputi : sprin kepanitiaan, struktur organisasi diklat, kebutuhan anggaran dan
logistik, bagan daerah diklat dan jaring komunikasi; (2) Rencana diklat, meliputi
antara lain : RGB, sprin peserta, sprin gadik/instruktur/pelatih, desain
diklat/persiapan mengajar, jadwal kegiatan, bagan denah diklat, skenario diklat,
mekanisme diklat, petunjuk komlek, rencana pengamanan dan petunjuk tata tertib
diklat; (3) Laporan hasil pelaksanaan diklat.
b. Pendukung administrasi logistik.
Menggunakan logistik pelaksanaan diklat, meliputi
fasilitas diklat dan alins/alongins.
perlengkapan perorangan,
c.
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
----------------, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III (2000), Jakarta, Balai
Pustaka, Departemen Pendidikan Nasional
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Komponen Pendidikan untuk Pendidikan Pembentukan
dan Pendidikan Pengembangan di Lingkungan Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Roni Artasasmita (1985), Pedoman Merancang Sistem Kursus dan Latihan,
Bandung, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
Surat Keputusan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri,
Pelatihan Polri, Jakarta, 2007.
Komponen
LAMPIRAN
FORMAT
DIREKTIF PENDIDIKAN/PELATIHAN
PENDAHULUAN
1. Umum
2. Dasar
3. Maksud dan Tujuan
II.
Tema pendidikan/pelatihan
Tujuan pendidikan/pelatihan
Sasaran pendidikan/pelatihan
Materi pendidikan/pelatihan
Obyek, metode, tingkat dan sifat pendidikan/pelatihan
a. Obyek pendidikan/pelatihan
b. Metoda pendidikan/pelatihan
c. Tingkat pendidikan/pelatihan
d. Sifat pendidikan/pelatihan
9. Tempat dan waktu pendidikan/pelatihan
a. Tempat pendidikan/pelatihan
b. Waktu pendidikan/pelatihan
10. Organisasi dan peserta pendidikan/pelatihan
a. Pimpinan umum
b. Perangkat pelaksana pendidikan/pelatihan
c. Pelibatan personel
11. Dukungan anggaran pendidikan/pelatihan
a. Anggaran pendidikan/pelatihan
b. Sarana dan prasarana pendukung pendidikan/pelatihan
Ill. INSTRUKSI KOORDINASI
12. Penekanan khusus
a. Waktu perencanaan
b. Menyiapkan materi pelatihan
13. Koordinasi
IV. PENUTUP
FORMAT
PENULISAN RGB PELATIHAN
Format Penulisan Rencana Garis Besar Pendidikan/Pelatihan meliputi :
I. PENDAHULUAN
1.
Umum
2.
3.
4.
Dasar
5.
Urgensi Pendidikan/Pelatihan
6.
Tema Pendidikan/Pelatihan
Tujuan Pendidikan/Pelatihan
8.
Sasaran Pendidikan/Pelatihan
9.
Materi Pendidikan/Pelatihan
10.
Metode Pendidikan/Pelatihan
11.
Tempat Pendidikan/Pelatihan
12.
Waktu Pendidikan/Pelatihan
13.
Peserta Pendidikan/Pelatihan
14.
Instruktur Pendidikan/Pelatihan
15.
Penyelenggara Pendidikan/Pelatihan
16.
17.
IV.
INSTRUKSI KOORDINASI
19. INSTRUKSI
20. KOORDINASI
V. PENUTUP
LAMPIRAN
A.
Sprin penyelenggara/kepanitiaan
B.
C.
D.
FORMAT
PENULISAN RENDIK/RENLAT
PENDAHULUAN
1.
Umum
2.
Ill.
Dasar
6.
Urgensi Pendidikan/Pelatihan
7.
Tema Pendidikan/Pelatihan
Tujuan Pendidikan/Pelatihan
9.
Sasaran Pendidikan/Pelatihan
IV.
INSTRUKSI KOORDINASI
17. INSTRUKSI
18. KOORDINASI
V.
PENUTUP
LAMPIRAN
A.
Direktif
B.
RGB
C.
Sprin peserta/Instruktur
D.
E.
F.
0.
Mekanisme pelatihan
G.
Petunjuk Komlek
A.
Rencana pengamanan
B.
1.
2.
Mengidentifikasi kelemahan manajemen operasional dan personel di masingmasing fungsi dalam organisasi.
3.
4.
5.
6.
FORMAT PENULISAN
PANDUAN PENDIDIKAN/PELATIHAN
I.
PENDAHULUAN
1. Umum
2. Dasar
3. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
b. Tujuan.
4. Ruang Lingkup
5. Tata Urut
II.
PELAKSANAAN
6. Waktu
a. Mengambarkan lama/waktu pelaksanaan pelatihan
b. Merinci kegiatan selama pelatihan
7. Jadwal
a. Menggambarkan jenis materi latihan
b. Mengatur alokasi waktu selama pelaksanaan pelatihan
8. Daftar Instruktur
a. Nama, Pangkat dan jabatan gadik/instruktur/pelatih beserta jenis materi
yang diajarkan.
b. Nama gadik/istruktur/pelatih cadangan (bila perlu).
9. Tata tertib
a. Mengatur peserta
b. Mengatur gadik/instruktur/pelatih
c. Mengatur panitia pelaksana
d. Absensi peserta dan gadik/instruktur/pelatih.
10. Daftar peserta pendidikan/pelatihan
Nama, pangkat, jabatan dan kesatuan asal
11. Skenario pendidikan/pelatihan
a. Menggambarkan kompetensi pendidikan/pelatihan yang ingin dicapai.
b. Menggambarkan secara ringkas
jalannya
pelaksanaan
pendidikan/
pelatihan.
12.
Susunan Kepanitiaan
Menggambarkan susunan panitia penyelenggara (Sprin Kepanitiaan).
13. Anggaran
Menggambarkan
besarnya
biaya
pendidikan/pelatihan
dan
berasal
darimana.
III. ADMINISTRASI
14. Akomodasi
Mengatur masalah tempat penampungan
15. Konsumsi
Mengatur jadwal pelayanan konsumsi
IV. PENUTUP
FORMAT PENULISAN
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN/PELATIHAN
I.
PENDAHULUAN
1.
Umum
2.
Dasar
3.
II.
4.
Ruang Lingkup
5.
Tata Urut
PELAKSANAAN
6.
7.
Materi
8.
Metode
9.
Peserta
10. Gadik/Instruktur/Pelatih
11. Alins alongins
12. Anggaran
III.
IV.
PENUTUP