Вы находитесь на странице: 1из 15

257

Bimbingan Kelompok Teknik Simulasi untuk Meningkatkan


Interaksi Sosial dengan Lingkungan Sekolah
Siswa Kelas IV SD N 1 Jendi Selogiri Wonogiri
Tahun Pelajaran
2011/2012
Wardatul Djannah dan Retno Ismiyati

ABSTRACT
Retno Ismiyati. GROUP GUIDANCE SIMULATION TECHNIQUES TO
IMPROVE SOCIAL INTERACTION WITH THE ENVIRONMENT SCHOOL
STUDENTS CLASS IV ELEMENTARY SCHOOL STATE 1 JENDI SELOGIRI
WONOGIRI SCHOOL YEAR 2011/2012. Undergraduate Thesis, Faculty of
Teacher Training and Education Sebelas Maret University of Surakarta. October
2012
This study aims to determine the effectiveness of the implementation of
the tutoring services with a simulation technique in improving the social
interaction with the fourth grade elementary school students of Jendi Selogiri
Wonogiri SD Negeri 1. This research is a classroom action research with research
subjects were fourth grade of SD Negeri 1 Jendi Selogiri Wonogiri school year
2011/2012 consists of 5 students who have difficulty in social interacting with the
school environment. Preliminary studies conducted using interviews and
observation instruments.
The research was conducted in three cycles of action. The data were
obtained from observations during the game activitiy takes place using
observation sheets interviews, and documentation. Researchers gave pre-test and
post-test using the observation sheet and students are provided counseling services
group with a game simulation techniques. The validity of the instrument through
expert judgment to test the theoretical concept of social interaction with the school
environment, as for the analysis of the data using percentage analysis of Godwin
and Coates further clinical analysis.
The results showed that the group guidance through effective simulation
techniques to improve the social interaction with the school in the fourth grade
students' school 1 Jendi Selogiri. This is indicated by an increase in the average
yield percentage of social interaction of students for each cycle, ie the cycle of
16.96% for the second cycle of 31.64% and 58.21% for the third cycle.
Keywords: group guidance, engineering simulation, social interaction with the
school environment

258

A. Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan makhluk
sosial yang mempunyai dorongan sosial
untuk berhubungan dengan orang lain.
Dengan adanya dorongan atau motif
sosial pada manusia,maka manusia akan
mencari orang lain untuk mengadakan
hubungan atau untuk mengadakan
interaksi. Dengan begitu terjadilah
interaksi antara manusia satu dengan
manusia yang lain. Interaksi sosial
ialah hubungan antara individu yang
satu dengan individu yang lain dan dapat
saling mempengaruhi sehingga dapat
terjadi hubungan timbal balik (Bimo
Walgito, 1999: 57). Hubungan interaksi
dapat terjadi antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok. Suatu
interaksi sosial tidak akan terjadi apabila
tidak memerlukan dua syarat yaitu
adanya kontak sosial dan adanya
komunikasi. Interaksi sosial memegang
peranan penting dalam perkembangan
moral anak karena dapat memberikan
dasar-dasar dari tingkah laku yang
diterima
masyarakat,
memberikan
motivasi melalui apa yang diterima dan
tidak diterima kelompok. Interaksi sosial
pertama yang dialami anak adalah
melalui kehidupan di lingkungan
keluarganya.
Anak
belajar
dari
keluarganya mengenai apa yang
dianggap baik dan buruk oleh keluarga
tersebut.
Sekolah merupakan salah satu
lembaga yang bertanggung jawab atas
pendidikan, dan mempunyai peranan
yang penting dalam proses sosialisasi.
Anak akan mengalami perubahan dalam
kelakuan sosial setelah masuk sekolah.
Melalui
sekolah
mereka
belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial yang lebih luas yang akan

meningkatkan
ketrampilan
sosial.
Mereka berkenalan dengan orang lain
dari berbagai ragam latar belakang dan
belajar untuk menjalankan peranannya
dalam struktur sosial yang dihadapi di
sekolah. Pada usia 6-13 tahun adalah
saat siswa belajar bagaimana bergaul
dengan orang lain, berinteraksi dalam
lingkungan bermain, baru kemudian
dalam dunia sesungguhnya.
Di sekolah dasar siswa-siswa
harus diberikan pengetahuan yang lebih,
khususnya
dalam
pembelajaran
berinteraksi sosial, sehingga nantinya
bisa
diaplikasikan
ke
jenjang
selanjutnya. Pada sekolah dasar siswa
mulai berinteraksi lebih banyak dengan
orang lain dibandingkan ketika berada di
lingkungan keluarga. Dari bermain
individual berubah menjadi bermain
secara kelompok, siswa mulai memasuki
masa kelompok sebaya, yaitu masa
dimana kesadaran sosial berkembang
secara cepat. Hubungan dengan
kelompok sebaya yang buruk dapat
membuat
anak
tidak
dapat
menyesuaikan diri dimasa sekolah dan
kehidupan selanjutnya, akibatnya di
masa remaja anak tersebut menjadi
bermasalah (Stommer, 1983 dalam
Hera Lestari Mikarsa dkk, 2009: 4.20).
Akibat keterlibatan siswa dalam
kelompok sebaya, dapat membuat
mereka belajar bersosialisasi dan
berinteraksi mengembangkan konsep
diri yang positif. Berinteraksi sosial
membuat siswa lebih bertanggung jawab
dan bekerjasama dengan teman dan
anggota kelompoknya. Siswa belajar
bergaul dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan merupakan suatu usaha
mereka
untuk
membangkitkan
pemahaman tentang lingkungannya.
Kemampuan anak untuk menyesuaikan

259

diri dengan lingkungan, penerimaan


lingkungan serta berbagai pengalaman
yang bersifat positif selama anak
melakukan berbagai aktivitas sosial
merupakan modal dasar yang amat
penting bagi anak untuk mencapai
kehidupan yang sukses (Mulyani
Sumantri dan Nana Syaodih, 2009:
3.10). Hal ini dapat dijelaskan bahwa
penyesuaian diri dan interaksi sosial
merupakan hal penting dalam mencapai
keberhasilan.
Dunia sekolah akan membantu
anak dalam merubah kelakuan sosial
dengan cara menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang luas. Pada usia 6-13
tahun hubungan sosial dengan orang lain
menjadi meningkat terutama dalam hal
bermain. Proses berinteraksi bertujuan
untuk lebih dapat mengenal dirinya
sendiri dan juga lingkungan di
sekitarnya. Interaksi dapat dilakukan
dengan keluarga, teman-temannya dan
masyarakat di sekitarnya. Menurut
Sutan dan Syahmiar (1991: 23)Sifat
khas anak usia SD antara lain suka
melakukan kegiatan-kegiatan yang
berguna terhadap lingkungan, sudah
muncul kesadaran terhadap diri sendiri
dan orang lain, telah muncul kebutuhan
akan persahabatan, telah memainkan
peranan sesuai dengan jenis kelamin.
Secara umum pada usia 6-13 tahun anak
mulai
senang
bergaul
dengan
teman,mulai
mandiri
dalam
mengerjakan tugas, senang bermain
dengan teman sebaya, tidak suka
menyendiri, mampu bermain dan
bekerja sama dengan teman dalam
kelompok.
Kenyataan menunjukkan bahwa,
beberapa siswa di SD Negeri 1 Jendi
Selogiri Wonogiri masih mengalami
kesulitan dalam melakukan interaksi

sosial dengan lingkungan sekolah.


Berdasarkan informasi yang diperoleh
melalui wawancara dengan guru kelas
pada tanggal 5 Maret 2012 bahwa pada
siswa kelas 4 terdapat beberapa yang
mengalami kesulitan dalam melakukan
interaksi sosial terutama interaksi
dengan lingkungan sekolah. Terlihat
pada siswa kelas 4 SD Negeri 1 Jendi
Selogiri Wonogiri masih mengalami
keterbatasan berinteraksi dan bekerja
sama dengan orang lain di dalam
lingkungan sekolah. Selain itu siswa
masih merasa canggung dan kurang baik
dalam menyesuaikan diri, sehingga
siswa mengalami kesulitan berinteraksi
baik dengan teman maupun lingkungan
sekolah. Misalnya Siswa merasa lebih
tua dari teman-teman didalam kelas
karena pernah tidak naik kelas, siswa
merasa minder dan pasif pada saat
proses pembelajaran di kelas. Perlu
diketahui bahwa interaksi sosial harus
diciptakan sejak dini sehingga nantinya
siswa tidak akan mengalami kesulitan
dalam
berinteraksi
dengan
lingkungannya.
Selain
masalah
penyesuaian diri, yang menjadi kendala
dalam berinteraksi sosial adalah sikap
orang tua yang overprotected. Orang tua
yang overprotected akan membatasi
ruang gerak anak sehingga anak akan
kehilangan
kesempatan
untuk
mengembangkan ketrampilan sosialisasi
yang baik dalam lingkungan. Sikap yang
overprotected dapat menjadikan perilaku
anak yang agresif dan mementingkan
diri sendiri. Anak dengan sikap tersebut
akan kesulitan dalam berinteraksi dan
akan di tolak oleh kelompok sosialnya.
Berdasarkan keterangan di atas
bila siswa tidak memiliki ketrampilan
berinteraksi maka akan berakibat siswa
kesulitan dalam memahami lingkungan

260

sekitar dan tidak mampu berkomunikasi


secara baik dengan orang lain.
Woodworth (dalam W.A Gerungan,
2004:59) menyebutkan ada 4 jenis
hubungan individu dengan lingkungan
yaitu individu bertentangan dengan
lingkungan,individu dapat menggunakan
lingkungannya,individu berpartisipasi
dengan lingkungan, individu dapat
menyesuikan diri dengan lingkungan.
Untuk
menyesuikan diri dengan
lingkungan
perlu
ketrampilan
berinteraksi
sosial.
Ketrampilan
berinteraksi sosial ini dapat dilatih
dengan beberapa cara antara lain dengan
permainan, diskusi, dan bimbingan.
Melalui bermain anak akan menjalin
hubungan sosial, belajar menampilkan
emosi yang diterima lingkungannya dan
juga belajar bersosialisasi maupun
menyesuaikan diri dalam lingkungan
sekolah.
Di sekolah dasar siswa harus
mampu
bersosialisasi
dengan
lingkungan sekolah. Untuk dapat
bersosialisasi, anak harus dilatih
menyukai orang lain dan aktivitas sosial
yang ada di lingkungan sekolah.
Bersosialisasi
diartikan
sebagai
kemampuan seseorang untuk dapat
berbaur
dengan
orang
lain,
menyesuaikan diri dengan kegiatan dan
kebiasaan kelompok, dan dengan segala
macam
orang
yang
mempunyai
karakteristik unik (Rini Hidayah dkk,
2007:4.11).
Pernyataan
tersebut
mengandung
makna
bahwa
bersosialisasi merupakan kemampuan
individu untuk menyesuaikan diri dan
bergaul dengan berbagai orang yang
mempunyai latar belakang yang
berbeda. Dengan bersosialisasi anak
akan memiliki penyesuaian diri yang
baik dan diterima sebagai anggota

kelompok sosial di lingkungan sekolah


tersebut.
Berkenaan dengan hal tersebut di
atas, dalam rangka upaya meningkatkan
interaksi sosial bagi siswa kelas 4 SD
Negeri 1 Jendi Selogiri Wonogiri,
penelitian
ini
difokuskan
pada
pelaksanaan
layanan
bimbingan
kelompok dengan teknik simulasi yang
dapat memberikan stimulus pada siswa
untuk mengatasi kesulitan dalam
berinteraksi sosial dengan lingkungan
sekolah. Sitti Hartinah (2009: 4)
menjelaskan bimbingan kelompok
merupakan
bimbingan
yang
dilaksanakan secara kelompok terhadap
sejumlah individu sekaligus supaya
individu-individu
tersebut
dapat
menerima
bimbingan
yang
dimaksudkan. Hal tersebut menjelaskan
bahwa, dalam kegiatan bimbingan
kelompok pelaksanaan dilakukan secara
bersama-sama
terhadap
sejumlah
individu sehingga individu mampu
memahami kegiatan bimbingan yang
tengah dilakukan.
Pada umumnya siswa hanya
berinteraksi
dengan
orang
terdekatnya,tetapi
dengan
layanan
bimbingan kelompok siswa dapat
berinteraksi dengan sesama anak yang
lain dan anak juga dapat berinteraksi
dengan orang lain diluar kelompoknya.
Misalnya bermain dengan teman sebaya
yang berada di lingkungan rumah.
Interaksi dengan sesama anak ini
mempunyai peranan tersendiri, karena
sesama
anak
memiliki
banyak
persamaan.
Dengan
bimbingan
kelompok dapat membantu siswa dalam
mengatasi kesulitan berinteraksi dengan
lingkungan sekolah baik dengan guru,
teman, maupun warga sekolah lainnya.
Bimbingan kelompak juga dapat

261

mendorong siswa untuk mengemukakan


pendapatnya dan menghargai pendapat
orang lain. Bimbingan kelompok
memiliki beberapa teknik yang dapat
diterapkan pada pelaksanannya. Salah
satu teknik yang ada pada bimbingan
kelompok
ini
adalah
teknik
simulasi.Permainan simulasi dapat
dikatakan gabungan antara teknik
bermain peranan dan teknik diskusi
(Tatiek Romlah, 2001:3). Teknik
permainan simulasi ini memakan banyak
waktu, tetapi dalam permainan simulasi
ini siswa dapat berpartisipasi aktif dan
saling berinteraksi satu sama lain.
Belajar dengan cara simulasi sama
seperti belajar dalam kehidupan yang
sebenarnya. Model teknik permainan
simulasi merupakan salah satu model
pembelajaran yang memperhatikan
pengetahuan awal siswa yang diperoleh
dalam kehidupan sehari-hari.
Model
permainan
simulasi
didesain untuk membantu siswa
mempelajari dan menganalisis dunia
nyata secara aktif. Siswa yang terlibat
dalam simulasi mempunyai peranan
masing-masing dan berinteraksi dengan
siswa yang lainnya. Siswa mengambil
keputusan sendiri dan menanggung
konsekuensi dari keputusannya. Metode
bimbingan yang seperti ini, tentunya
memudahkan
siswa
memahamai
konsep-konsep pelajaran, karena objek
yang dipelajari siswa dapat dialami
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
teknik permainan simulasi ini siswa
dipaksa aktif, berpikir, dan terlibat
dalam situasi persoalan yang dihadapi
sehingga siswa akan lebih mengerti dan
memahami persoalan yang akan
dipecahkan. Model permainan simulasi
merupakan salah satu model bimbingan
yang cocok diterapkan pada siswa

sekolah dasar. Dapat ketahui, sekolah


dasar merupakan masa yang didominasi
oleh aktivitas bermain. Permainan
merupakan suatu bentuk kegiatan yang
memberikan
kesenangan
dan
memberikan pengalaman yang menarik
bagi siswa. Metode simulasi dihadirkan
untuk memberi kesempatan kepada
siswa untuk bermain dalam konteks
belajar. Dalam permainan siswa bebas
berbicara, berimajinasi, berpendapat,
dan
berekspresi
sesuai
dengan
keinginannya.
Ketika
berlangsung
proses permainan, siswa dilibatkan
secara
langsung
untuk
berpikir
bagaimana menanggapi, menyikapi, dan
memecahkan masalah yang ada.
Permasalahan yang dihadirkan dalam
permainan simulasi ini adalah peristiwa
faktual yang lekat dengan kehidupan,
maupun peristiwa yang terjadi seharihari didalam kehidupan.
Berdasarkan fenomena tersebut
maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tindakan dengan judul
Bimbingan
Kelompok
Teknik
Simulasi
Untuk
Meningkatkan
Interaksi Sosial Dengan Lingkungan
Sekolah Siswa Kelas 4 SD N 1 Jendi
Selogiri Wonogiri Tahun Pelajaran
2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan
identifikasi masalah di atas, maka dapat
dirumuskan
permasalahan
sebagai
berikut :
Apakah bimbingan kelompok
teknik
simulasi
efektif
untuk
meningkatkan interaksi sosial dengan
lingkungan sekolah siswa kelas 4 SD
Negeri 1 Jendi Selogiri Wonogiri?
C. Tujuan penelitian

262

Tujuan penelitian ini adalah :


Untuk mengetahui keefektifan
pelaksanaan
layanan
bimbingan
kelompok dengan teknik simulasi dalam
meningkatkan interaksi sosial dengan
lingkungan sekolah siswa kelas 4 SD
Negeri 1 Jendi Selogiri Wonogiri
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Memberikan
pemahaman
kepada siswa tentang perlunya
interaksi
sosial
dengan
lingkungan sekolah.
b. Memberikan
wawasan
pengembangan ilmu kepada
program studi Bimbingan dan
Konseling.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Memberi masukan kepada siswa
untuk dapat melakukan interaksi
sosial di lingkungan sekolah
secara efektif.
b. Memberi
contoh
model
penerapan bimbingan kelompok
teknik
simulasi
untuk
meningkatkan interaksi sosial
dengan lingkungan sekolah
kepada guru kelas.
c. Memberikan masukan kepada
kepala
sekolah
untuk
mendukung dan memberikan
fasilitas kepada guru kelas
dalam pelaksanaan bimbingan
kelompok teknik simulasi
E. Prosedur Penelitian
1. Metode Penelitian

Dalam penggunaan
metode
penelitian harus disesuaikan dengan
keadaan obyek dan kemampuan peneliti
agar tepat sasaran.Penelitian ini
menggunakan
metode
penelitian
tindakan Dede Rahmat Hidayat dan Aip
Badrujaman (2012 : 12) menyatakan
bahwa penelitian tindakan merupakan
salah satu strategi yang memanfaatkan
tindakan
nyata
dan
proses
pengembangan
kemampuan
dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah.
Pendapat tersebut menegaskan
bahwa di dalam penelitian tindakan
dilakukan dengan tindakan nyata yang
efektif untuk pemfokusan dalam
pemecahkan suatu masalah secara
tepat.Tindakan yang dilaksanakan pada
penelitian ini adalah pemberian layanan
bimbingan kelompok menggunakan
teknik simulasi untuk meningkatkan
interaksi sosial dengan lingkungan
sekolah pada siswa kelas IV SD Negeri
1 Jendi Selogiri Kabupaten Wonogiri.
2. Rencana Tindakan
Penelitian ini direncanakan dalam
tiga siklus, yaitu siklus I, siklus II, dan
siklus III. Setiap satu siklus terdiri dari
empat tahap yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi, serta analisis
dan refleksi. Keempat tahap tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan
merupakan
serangkaian tindakan terencana untuk
mencapai tujuan tindakan yang
diharapkan. Pada penelitian ini
perencanaan
tindakan
meliputi
kegiatan
persiapan
sebelum
pelaksanaan sosiodrama. Adapun
kegiatan persiapan tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut :

263

1) Membuat
satuan
layanan
bimbingan dan konseling tentang
layanan bimbingan kelompok
melalui teknik permainan simulasi
2) Untuk Siklus I di pertemuan
pertama pemberian appersepsi
mengenai interaksi sosial dengan
lingkungan sekolah
3) Menetapkan tema permainan yang
akan dilakukan untuk masingmasing pertemuan.
4) Peneliti
membagi
kelompok
menjadi 2 kelompok dan masingmasing kelompok terdiri dari 5
orang anggota kelompok. Untuk
setiap
permainan,
anggota
kelompokberbeda
dengan
permainan sebelumnya.
5) Menentukan guru dan karyawan
sekolah untuk ikut berpartisipasi
dalam permainan
6) Peneliti menentukan waktu dan
tempat
untuk
dilakukannya
permainan.
b. Tindakan
Tindakan pada penelitian
tindakan merupakan kegiatan praktis
yang terencana. Tindakan yang
diterapkan pada penelitian ini adalah
melaksanakan
pementasan
sosiodrama untuk meningkatkan
interaksi sosial dengan teman sebaya.
Uraian kegiatan dalam pelaksanaan
tindakan dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Peneliti dibantu guru menyiapkan
tempat dan media yang akan
digunakan dalam permainan.
2) Pemberian salam pembuka dan
doa terlebih dahulu
3) Menginstruksikan supaya siswa
untuk berkelompok menurut
kelompok masing-masing sesuai

dengan daftar yang dibuat


sebelumnya.
4) Peneliti membacakan aturan
permainan yang akan dilakukan
dipertemuan tersebut.
5) Peneliti mengamati jalannya
permainan guna mengetahui
kemampuan tiap-tiap siswa dalam
melakukan
interaksi
dengan
anggota lain selama pelaksanaan
permainan.
6) Peneliti memberikan tambahan
penjelasan kepada semua peserta
layanan
mengenai
makna
permainan yang telah ditampilkan
untuk dapat dimaknai dan
diaplikasikan dalam kehidupan
nyata.
7) Peneliti membuat kesimpulan dari
pelaksanaan permainan.
8) Peneliti menutup pertemuan.
c. Observasi
Observasi pada penelitian
tindakan
memiliki
fungsi
mendokumentasikan
implikasi
tindakan yang diberikan kepada
subyek.Observasi pada penelitian ini
yaitu mengamati tingkah laku yang
dihasilkan pada saat pelaksanaan
permainan
maupun
setelah
pelaksanaan permainan.
1) Observasi pada saat pelaksanaan
permainan (observasi proses)
Kegiatan
observasi
yang
dilakukan pada saat pelaksanaan
permainan
yaitu
peneliti
melakukan pengamatan terhadap
jalannya permainan dari masingmasing
kelompok.
Kegiatan
pengamatan
pada
saat
pelaksanaan
permainan
difokuskan pada kemampuan
siswa dalam melakukan hubungan
timbal balik dengan anggota

264

kelompok lain baik itu dengan


guru, karyawan atau siswa lain
dalam
permainan
tersebut.
Langkah selanjutnya, peneliti
membuat kesimpulan dari hasil
observasi tersebut.
2) Observasi setelah pelaksanaan
permainan (observasi hasil)
Observasi setelah pelaksanaan
permainan dilakukan dengan
mengamati perubahan perilaku
subjek pada saat kegiatan
pembelajaran di kelas. Hasil
observasi tersebut dapat diketahui
perubahan kemampuan siswa
dalam melakukan interaksi sosial
dengan
lingkungan
sekolah.
Pelaksanaan kegiatan observasi
tersebut melibatkan wali kelas.

d. Refleksi
Analisis
dan
Refleksi
merupakan sarana untuk melakukan
pengkajian kembali tindakan yang
telah dilakukan kepada subjek
penelitian. Pada penelitian tindakan

ini, langkah refleksi digunakan untuk


mengkaji keefektifan bimbingan
kelompok teknik permainan dalam
meningkatkan interaksi sosial dengan
lingkungan sekolah. Langkah refleksi
pada penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Peneliti
melakukan
analisis
terhadap hasil observasi.
2) Hasil dari masing-masing subyek
diubah kedalam skala 100
kemudian dicari perubahan pada
masing-masing subjek dengan
menggunakan rumus yang telah
ditetapkan sebelumnya.
3) Apabila belum dicapai target
peningkatan seperti yang telah
ditetapkan
maka dilanjutkan
permainan
untuk
siklus
berikutnya sampai memenuhi
target atau target dapat tercapai.
4) Apabila sudah memenuhi target /
kriteria
maka
penelitian
dinyatakan
berhasil,
artinya
bimbingan
kelompok
teknik
permainan dinyatakan efektif
untuk meningkatkan interaksi
sosial dengan lingkungan sekolah.

Penjelasan rencana tindakan di atas dapat digambarkan dalam bagan berikut :


Rencana
Tindakan I

Permasalahan

Refleksi
II

Observasi

Pelaksanaan
Tindakan I

Observasi

Rencana
Tindakan II

Refleksi
I

Belum
Terselesaikan

265

Pelaksanaan
Tindakan II

Belum
Terselesaikan

Rencana
Tindakan III

Dilanjutkan Siklus selanjutnya


sampai masalah Teratasi

F. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah
dilaksanakan
selama
dua
bulan
diperoleh perubahan positif
yang
signifikan yaitu perkembangan interaksi
sosial dengan lingkungan sekolah
mencapai prosentase sebesar 58,21%
untuk 5 subjek penelitian. Secara rinci
perkembangan sebagai hasil perubahan
interaksi teman sebaya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan bimbingan kelompok
teknik simulasi dilakukan dalam tiga
siklus yaitu siklus I, siklus II, dan
siklus III. Pada siklus I terdapat
hambatan dalam permainan yaitu
ditemukan beberapa siswa pilih-pilih
teman dalam berkelompok dan tidak
mau mendengar masukan dari teman
lain. Pada siklus I kurangnya
komunikasi
dalam
anggota
kelompok. Pada siklus II pelaksanaan
permainan dapat berjalan lumayan
baik karena masing-masing siswa
mulai merubah perilaku saat ada
pada siklus I yaitu sudah bisa
menerima saran atau masukan teman
dan bisa bergaul dengan semua

Pelaksanaan
Tindakan III

Belum
Terselesaikan

Observasi

Refleksi
III

teman. Tetapi pada siklus II masih


ada hambatan rata-rata siswa masih
kurang berani untuk berpendapat
dalam
diskusi
atau
kegiatan
kelompok dan juga pada saat belajar
di kelas. Pada siklus III pelaksanaan
permainan dapat berjalan dengan
baik. Terlihat beberapa siswa sudah
mulai berani mengutarakan pendapat
untuk kelompoknya. Dan siswa lebih
mampu lagi berkomunikasi dan
interaksi sosial dengan orang lain.
Hal tersebut diperkuat dengan
penelitian tentang penerapan teknik
permainan
kerjasama
dalam
bimbingan
kelompok
untuk
meningkatkan interaksi sosial Donik
Restyowati dan Najlatun Naqiyah
(2010) menyatakan bahwa Melalui
bimbingan
kelompok
teknik
permainan kerjasama, membuat
individu dapat belajar ketrampilan
sosial
melalui
pengalaman,
memperbaiki
hubungan
antar
manusia, dan melalui permainan

juga akan tercipta suasana yang


santai dan menyenangkan.

266

2. Siswa yang mengikuti layanan

bimbingan kelompok dengan


teknik simulasi tidak semuanya
siswa yang kurang mampu dalam
berinteraksi dengan lingkungan
sekolah,tetapi
penelitian
difokuskan pada lima siswa yang
kurang mampu dalam melakukan
interaksi
sosial
dengan
lingkungan.yang kurang mampu
melakukan interaksi sosial dengan
teman
sebaya.
Hal
tersebut
dikarenakan, siswa yang memiliki
karakter seperti itu cenderung tidak
disukai oleh teman, sehingga dapat
menghambat kelangsungan siswa
dalam berinteraksi sosial dengan
teman sebaya.
3. Bimbingan

kelompok teknik
simulasi dinyatakan efektif untuk
meningkatkan interaksi sosial
dengan lingkungan sekolah. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya peningkatan kemampuan
siswa dalam melakukan interaksi
sosial dengan lingkungan sekolah.
Pada siklus I rata-rata perubahan
yang dicapai oleh masing-masing
siswa adalah sebesar 16,96%,
pada siklus II rata-rata perubahan
yang dicapai oleh siswa adalah
sebesar 31,64% dan pada siklus
III rata-rata perubahan yang
dicapai oleh siswa adalah sebesar
58,21%. Perubahan tersebut sudah
mencapai indikator keberhasilan
layanan, sehingga teknik simulasi
dapat meningkatkan interaksi
sosial dengan lingkungan sekolah.
G. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian


yang diperoleh dari pelaksanaan
tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III,
dapat dikemukakan beberapa simpulan
sebagai berikut :
1. Bimbingan kelompok teknik simulasi
efektif untuk meningkatkan interaksi
sosial dengan lingkungan sekolah
pada siswa kelas IV SD Negeri 1
Jendi Selogiri Wonogiri tahun
pelajaran 2011/2012. Hal tersebut
dapat dibuktikan berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
seluruh subjek penelitian yang
berjumlah
5
orang
mampu
mengalami
peningkatan
dalam
melakukan interaksi sosial dengan
lingkungan sekolah.
2. Penelitian tindakan ini berlangsung
selama tiga siklus yaitu siklus I,
siklus II, dan siklus III. Pelaksanaan
tindakan pada siklus I dinyatakan
belum
berhasil
meningkatkan
kemampuan siswa dalam melakukan
interaksi sosial dengan lingkungan
sekolah. Hal tersebut dikarenakan
pada siklus I rata-rata peningkatan
yang diperoleh oleh masing-masing
siswa lainnya sebesar 16,96%. Hasil
tersebut masih terlalu jauh untuk
mencapai target pada indikator
capaian penelitian sehingga harus
dilanjutkan
pada
siklus
II.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II
rata-rata perubahan yang dicapai oleh
siswa adalah sebesar 31,64%. Hasil
tersebut masih belum mampu
mencapai target pada indikator
capaian penelitian sehingga harus
dilanjutkan kembali pada siklus III.
Pelaksanaan tindakan pada siklus III
mampu meningkatkan kemampuan
berinteraksi pada masing-masing

267

siswa yaitu rata-rata sebesar 58,21%.


Berdasarkan hasil tersebut maka,
tindakan permainan simulasi pada
siklus III dinyatakan berhasil dan
efektif untuk meningkatkan interaksi
sosial dengan lingkungan sekolah.
3. Siswa mampu mengikuti beberapa
kegiatan permainan simulasi dengan
baik. Hal tersebut terlihat dari
masing-masing siswa antusiasme
melakukan kegiatan tersebut. Siswa
yang sebelumnya kurang mampu
melakukan interaksi sosial dengan
lingkungan
sekolah,
setelah
mengikuti
kegiatan
permainan
simulasi menjadi lebih aktif dalam
menjalin hubungan dengan orang lain
di lingkungan sekolah baik itu
dengan guru, karyawan dan siswa
yang lainnya. Perubahan tersebut
menjadi bukti bahwa bimbingan
kelompok teknik simulasi memang
terbukti efektif untuk meningkatan
interaksi sosial dengan lingkungan
sekolah.
H. SARAN
Berdasarkan
simpulan,
dan
implikasi dari penelitian maka, terdapat
beberapa
saran
yang
dapat
dikemukakan. Berikut ini adalah
beberapa saran yang disampaikan untuk
pihak-pihak terkait :
1. Sekolah
Mengingat banyak terdapat
kejadian yang terjadi di lingkungan
sekolah
seperti
kurangnya
kemampuan siswa dalam membina
interaksi sosial dengan lingkungan
sekolah maka, hendaknya sekolah
dapat menyediakan staff pembimbing
agar dapat membantu siswa dalam
menangani
permasalahanpermasalahan
berkaitan dengan

perilaku siswa, sehingga siswa dapat


terhindar dari masalah-masalah yang
menyebabkan siswa tersebut kurang
mampu dalam interaksi sosial dengan
lingkungan sekolah.
2. Wali Kelas
Wali kelas sekolah dasar
merupakan orang yang lebih
mengetahui keadaan siswa yang
diampunya. Dan wali kelas juga
orang yang paling bertanggung jawab
bagi para siswa yang diampu. Oleh
karena itu, seorang wali kelas
hendaknya
mengetahui
permasalahan-permasalahan
yang
sedang dialami oleh siswa, sehingga
wali
kelas
dapat
melakukan
bimbingan pada siswanya yang
mengalami masalah untuk bersamasama menyelesaikan permasalahan
tersebut. Melalui permainan simulasi
akan lebih efektif apabila permainan
yang digunakan sesuai dengan
permasalahan yang ada. Hal tersebut
menuntut wali kelas agar lebih
kreatif untuk menentukan permainan
yang akan dilakukan. Permainan
dibuat semenarik mungkin agar siswa
senang dan tertarik untuk mengikuti
kegiatan tersebut.
3. Siswa
Siswa diharapkan mampu
membina interaksi sosial yang baik
dengan orang lain baik itu dengan
guru, karyawan, penjaga sekolah dan
siswa lain. Hal tersebut dikarenakan
bahwa
kemampuan
melakukan
interaksi sosial dengan lingkungan
sekolah akan membuat siswa merasa
nyaman, senang untuk bergaul dan
berkomunikasi dengan orang lain di
lingkup sekolah.

268

4. Peneliti Lain
Bagi peneliti lain yang hendak
mengkaji dengan teknik yang sama,
sebaiknya lebih cermat dan teliti
untuk mengkaji serta menggunakan
teori-teori yang relevan yang

berkaitan dengan teknik simulasi.


Hal tersebut dimaksudkan agar hasil
penelitian
selanjutnya
dapat
memberikan perbaikan terhadap hasil
yang telah dicapai pada penelitian
tindakan
ini.

269

DAFTAR PUSTAKA

A.Surjadi. 1989. Membuat Siswa Aktif


Belajar. Bandung: Mandar Maju
Anwar Sutoyo. 2009. Pemahaman
Individu. Semarang: Widya Karya
Astrid S. Susanto. 1983. Pengantar
Sosiologi
dan
Perubahan
Sosial.Bandung : Putra A Bardin
Bimo Walgito. 1999. Psikologi Sosial :
Suatu Pengantar. Yogyakarta :
Andi Yogyakarta
Dede

Rahmat Hidayat dan Aip


Badrujaman.2012.
Penelitian
Tindakan
dalam
Bimbingan
Konseling. Jakarta: PT Indeks

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan


Peserta Didik : Panduan Bagi
Orang Tua dan Guru dalam
Memahami Psikologi Anak Usia
SD, SMP, dan SMA. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya
Dewa Ketut Sukardi. 2008. Pengantar
Pelaksanaan Program Bimbingan
dan Konseling Di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta
Djumhur dan Muh. Surya. 1985.
Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah. Bandung: CV Ilmu
Donik

Restyowati
dan Najlatun
Naqiyah. 2010. Penerapan Teknik
Permainan Kerjasama Dalam
Bimbingan Kelompok Untuk
Meningkatkan Interaksi Sosial
Pada Siswa. Jurnal. Volume 11.
UNESA.
http://ppb.jurnal.unesa.ac.id/74/vo

lume-11-no-2-desember-2010.
Diakses pada tanggal 24 April
2012
Erman Amti dan Marjohan. 1991.
Bimbingan
dan
Konseling.
Jakarta:Rineka Cipta
Godwin, Dwight L dan Coates, Thomas
J. 1976. Helping Student Help
Themselves.
New
Jersey:
Prentice-hall,inc
Gerungan W.A. 1981. Psychologi-Sosial
Suatu Ringkasan. Jakarta : PT.
Eresco
Gerungan. 2004. Sosiologi Pendidikan.
Surakarta: UNS
Hera Lestari Mikarsa, Agus Taufik, Puji
Lestari Prianto . 2009. Pendidikan
Anak di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka
Herimanto dan Winarno. 2009. Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:
PT bumi Aksara
H.M.

Basrowi dan Suwandi.2008.


Memahami Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Rineka Cipta

Isriani

Hardini
dan
Dewi
Puspitasari.2012.
Strategi
Pembelajaran Terpadu( teori,
Konsep,
&
Implementasi).
Yogyakarta: Familia (Group
Relasi Inti Media)

Mardalis. 1989. Metode Penelitian


(Suatu Pendekatan Proposal).
Jakarta: PT Bumi Aksara

270

M.D.Dahlan.
1990.
Model-Model
Mengajar(Beberapa
Alternatif
Interaksi
Belajar
Mengajar).Bandung:
CV.
Diponegoro
Mg. Sri Wiyarti dan Sutapa Mulya
Widada.2007.
Sosiologi.
Surakarta: UNS Press
Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih.
2009. Perkembangan Peserta
Didik.
Jakarta:
Universitas
Terbuka
Nana SY. Sukmadinata. I983. Teori Dan
Teknik Bimbingan Kelompok.
Bandung :Universitas Pendidikan
Indonesia
Nasution. 2004. Sosiologi Pendidikan.
Jakarta: Bumi aksara
Prayitno dan Erman Amti. 1994. Dasardasar Bimbingan Konseling.
Jakarta:
Rineka Cipta

Siti Nur Zahriyah dan Retno Tri


Hariastuti.
2011.
Penerapan
Bimbingan Kelompok dengan
Teknik
Bermain
Untuk
Menangani Siswa yang Terisolasi.
Jurnal. Volume 12. BK FIP
UNESA.http://ppb.jurnal.unesa.ac
.id/74/volume-11-no-2-desember2011. Diakses pada tanggal 24
April 2012
Sitti Hartinah DS. 2009. Konsep Dasar
Bimbingan Kelompok. Bandung:
PT Refika Aditama
Slamet Santoso. 1999. Dinamika
Kelompok. Jakarta : Bumi Aksara
Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi :
Suatu Pengantar. Jakarta: PT
Radja Grafindo Persada
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : PT Rineka
Cipta.

Karsidi.
2005.
Sosiologi
Pendidikan. Surakarta: UNS Press

Sumadi Suryabrata.1998. Psikologi


Pendidikan.
Jakarta:
PT
RajaGrafindo Persada

Rini Hildayani, Rosdiana S. tarigan, S.


R. Retno Pujiati, Mayke Sugianto,
Alzena
Masykouri,
Eko
Handayani.
2007.
Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta:
Universitas Terbuka

Sutan Zanti Arbi dan Syahmiar Syahrun.


1992. Dasar-dasar Pendidikan.
Jakarta: Departemen pendidikan
dan
Kebudayaan
Direktorat
Pendidikan
Tinggi
Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan

Robert
E.Slavin.2008.
Psikologi
Pendidikan Teori dan Praktik.
Jakarta: PT Indeks

Tatiek Romlah. 2001. Teori dan Praktek


Bimbingan Kelompok. Malang:
Universitas Negeri Malang

Sardiman A.M. 2001. Interaksi dan


Motivasi
Belajar-Mengajar.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada

Tidjan., Muh. Farozin., Abdulkahar.,


Sayekti
Pudjosuwarno.,
Syamsudin.,
Sugihartono.,
Sumadi., Sri Iswanti., Yosef

Ravik

271

Ilmoe., Ariyadi Warsito., Tri


Marsiyanti. 1993. Bimbingan dan
Konseling Sekolah Menengah.
Yogyakarta : UNY Press
Tim

Pengembangan MKDK IKIP


Semarang. Psikologi Pendidikan.
Semarang: IKIP Semarang Press

W.S.Winkel. 1991. Bimbingan dan


Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta:
Fakultas
Ilmu
Pendidikan IKIP Sanata Dharma

Вам также может понравиться