Вы находитесь на странице: 1из 18

TUGAS PSIKOLOGI FAAL

PERILAKU REPRODUKSI

KELOMPOK 3

ANDI SARTIKA
DEWI SUSWATI KAMAL
SULFIANI JUHAMZAH
SRI SUNDARI SAMWATI
RIDHAYANI RAHMAT
AFIFATUNNISA BURHAN
KELAS C

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
APRIL 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Psikologi faal atau biopsikologi adalah ilmu yang mempelajarari mengani

perilaku manusia dalam kaitannya dengan fungsi dan kerja alat-alat dalam tubuh.
Dalam psikologi faal, perhatian yang diberikan terkait materi yang membahas
mengenai kondisi faal atau biologis yang memengaruhi fungsi kognisi, afeksi dan
konasi.
Salah satu materi yang menjadi pokok pembahasan dalam psikologi faal
perilaku reproduksi pada manusia. Reproduksi adalah suatu proses biologis dimana
individu sebagai organisme baru diproduksi. Reproduksi merupakan cara dasar dalam
mempertahankan diri yang dilakukan individu oleh semua bentuk kehidupan.
Perilaku reproduksi membahas mengenai pengaruh hormon seks yang
mengatur, pengaruh hormon seks yang mengaktivasi. Selain itu, perilaku reproduksi
juga membahas mengenai interpretasi evolusi perilaku pemilihan pasangan. Sejumlah
besar perilaku seksual pria dan wanita termasuk pemilihan pasangan, mungkin
merupakan hasil dari seleksi evolusi. Terkait dengan hal ini, perilaku yang berasal
dari diri sendiri maupun dari lingkungan masih belum bisa ditentukan. Perilaku
reproduksi juga terkait dengan identitas gender dan perilaku beda gender serta
kemungkinan dasar biologis orientasi seksual dan perilaku seksual.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengaruh hormon seks yang mengatur pada perilaku reproduksi ?
2. Apa pengaruh hormon seks yang mengaktivasi pada perilaku reproduksi ?
3. Bagaimana perilaku terkait identittas gender dan perilaku beda gender ?
4. Bagaimana kemungkinan dasar biologis orientasi seksual ?
5. Bagaimana bentuk perilaku seksual ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh hormon seks yang mengatur pada perilaku
reproduksi.
2. Untuk mengetahui pengaruh hormon seks yang mengaktivasi pada perilaku
reproduksi.
3. Untuk mengetahui perilaku terkait identittas gender dan perilaku beda gender.
4. Untuk mengetahui kemungkinan dasar biologis orientasi seksual.
5. Untuk mengetahui bentuk perilaku seksual.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh hormon seks yang mengatur pada perilaku reproduksi


Individu membedakan antara pengaruh hormon seks, yang mengatur dan
pengaruh yang mengaktivasi. Pengaruh hormon seks yang mengatur, sebagian besar
3

terjadi pada tahap yang perkembangannya sensitif, pada manusia jauh sebelum
dilahirkan, serta menghasilkan perubahan anatomi dan fisiologi yang relatif.
Pengaruh hormon yang mengatur memengaruhi pola nalar spasial. Pria kebanyakan
menggunakan istilah arah (seperti:uatara, selatan) sedangkan untuk menunjukkan
lokasi, sementara wanita lebih mengandalkan penanda lokasi. Pengaruh yang
mengaktivasi dapat terjadi kapan saja, ketika hormon secara sementara mengaktivasi
respons tertentu. Perbedaan dua jenis pengaruh tersebut tidak mutlak. Selama masa
puber, hormon dapat menimbulkan perubahan struktur yang bertahan lama dan juga
menimbulkan pengaruh yang bersifat mengatur.
Perbedaan seks pada Gonad
Kromosom Y adalah kromosom terkecil pada manusia yang diperlukan untuk
perkembangan seksual dan spermatogenesis. Regio heterokromatin sebuah kromosom
adalah regio yang tercat gelap (heteropiknosis positif) pada pemeriksaan sitogenetika
22. Heterokromatin terdiri atas dua tipe, yaitu heterokromatin fakultatif dan
konstitutif 22. Heterokromatin konstitutif kaya dengan DNA repetitif yang
mengandung sangat sedikit gen-gen struktural dan bersifat sangat polimorfik.
Kromosom Y dan Perkembangan Seksual Secara normal perkembangan prenatal
organ genital laki-laki dan perempuan merupakan proses yang sangat kompleks.27,28
Jenis kelamin ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu faktor kromosom, faktor gonad
dan faktor

hormonal. Pada individu dengan kromosom seks XY, gonad indeferen akan
berkembang menjadi testis dan akan menimbulkan maskulinisasi, sedangkan pada
individu XX akan terbentuk ovarium.

B. Pengaruh hormon seks yang mengaktivasi pada perilaku reproduksi.


Hormon merupakan zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin,
Harmon mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ lain dalam tubuh mahluk
hidup. Fungsi hormon dalam tubuh adalah sebagai pengatur metabolisme,
pertumbuhan, dan perkembangan reproduksi. Di sisi lain, hormon juga berperan
dalam menanggapi stress dan tingkah laku sehingga menimbulkan pola dan model
tertentu. Dalam kegiatan tubuh, hanya sedikit hormon yang diperlukan, tetapi
mempunyai pengaruh yang sangat luas. Hormon seks merupakan zat yang
dikeluarkan oleh kelenjar seks dan kelenjar adrenalin langsung ke aliran darah.
Secara sebagian bertanggung jawab dalam menentukan jenis kelamin pada janin dan
bagi perkembangan organ seks yang normal. Mereka juga memulai pubertas dan
kemudian memainkan peran dalam pengaturan perilaku seksual. Hormon seks utama
dibedakan menjadi estrogen atau androgen. Kedua kelas hormon ini ada pada pria
dan wanita, tetapi dalam kadar yang berbeda. Kebanyakan pria memproduksi 6-8 mg
testosteron (sebuah androgen) per hari, dibandingkan dengan wanita yang
memproduksi 0,5 mg setiap harinya.
Estrogen merupakan hormon seks yang umumnya diproduksi oleh rahim
wanita yang merangsang pertumbuhan organ seks anak perempuan, seperti halnya
5

payudara

dan

rambut

kelamin,

dikenal

sebagai

karakteristik

seks

sekunder. Estrogen juga mengatur siklus menstruasi. Pada kebanyakan wanita,


hormon indung telur tidak memainkan peran yang penting dalam gairah seks mereka.
Dalam sebuah penelitian pada wanita dibawah usia 40 tahun, 90% melaporkan tidak
adanya perubahan dalam nafsu seks atau fungsi setelah hormon seks diturunkan
karena pengangkatan kedua rahim. Estrogen juga ada pada kedua jenis kelamin,
namun dalam jumlah yang lebih besar pada wanita. Estrogen penting dalam menjaga
kondisi dinding vagina dan elastisitasnya, serta dalam memproduksi cairan yang
melembabkan vagina. Mereka juga membantu untuk menjaga tekstur dan fungsi
payudara wanita. Pada pria, estrogen tidak memiliki fungsi yang diketahui. Namun,
kadar yang terlalu tinggi dapat mengurangi selera seksual, menyebabkan kesulitan
ereksi, pembesaran payudara, dan kehilangan rambut tubuh pada beberapa pria.
Androgen merupakan seks yang biasanya diproduksi hanya oleh testis pria,
namun juga diproduksi dalam jumlah kecil oleh rahim wanita dan kelenjar adrenalin
yang ada pada pria dan wanita. Androgen membantu memulai perkembangan testis
dan penis pada janin laki-laki. Mereka memulai proses pubertas dan mempengaruhi
pertumbuhan rambut pada wajah, tubuh, dan alat kelamin, mendalamkan suara,
pertumbuhan otot, karakteristik seks kedua pria. Setelah pubertas, hormon androgen khususnya testosteron - memainkan peran dalam pengaturan gairah seks.
Kekurangan testosteron dapat menyebabkan turunnya gairah seks, dan
kelebihan testosteron dapat meningkatkan gairah seks, Tetapi kadar testosteron tidak
begitu mempengaruhi daya tarik dan gairah seks saat mereka berada pada batas rata6

rata. Gairah seks cenderung dipengaruhi oleh perangsang dari luar (gambar, suara,
sentuhan) daripada oleh variasi hormon seks, kecuali dalam beberapa kasus langka.
Pada pria, terlalu sedikit testosteron dapat menyebabkan sulit mendapat atau menjaga
ereksi, namun tidak jelas apakah kekurangan testosteron mempengaruhi fungsi
seksual wanita selain menurunkan gairah.Hal ini mempengaruhi perilaku manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tidak ada bukti apapun yang menunjukkan
bahwa karena wanita memiliki lebih sedikit testosteron daripada pria, mereka
mempunyai nafsu seks lebih rendah. Malah, sepertinya wanita mendeteksi dan
bereaksi pada jumlah testosteron yang lebih rendah dalam sirkulasi mereka daripada
pria.
Produksi estrogen menurun pada saat ini dimana wanita meninggalkan tahuntahun dimana ia dapat mengandung anak. Pengaruh seksual paling utama dari
penurunan kadar estrogen adalah pengecilan vagina dan penipisan dinding vagina,
bersamaan dengan hilangnya elastisitas dan kurangnya pembasahan vagina saat
rangsangan seksual. Beberapa wanita mengalami hanya sedikit perubahan dalam
fungsi seksual, dimana yang lain dapat mengalami kekeringan dan nyeri saat
berhubungan, atau luka pada alat kelamin selama beberapa hari setelah berhubungan
bila mereka tidak menggunakan minyak pelumas vagina atau sejenis pengganti
hormon. Pria terkadang mengalami penurunan kadar testosteron, yang dapat
bertanggung

jawab

terhadap

gangguan

seksual.

Pengurangan

hormon

ini

mempengaruhi gairah seks pria dan ereksi masih tidak jelas. Tetapi para ahli penyakit
dalam pria terkadang merekomendasikan penggantian testosteron untuk mengatasi
7

masalah-masalah tersebut. Ada banyak hal yang masih harus dipelajari mengenai pria
dan wanita mana yang membutuhkan dan mendapatkan keuntungan dari terapi
penggantian hormon. Sangat menggoda untuk mencoba memahami perilaku seksual
hanya dalam istilah hormon. Pada banyak spesies binatang, hormon mengendalikan
kesediaan sang betina untuk berpasangan dan berhubungan, perilaku seksual sang
jantan, dan secara ketat mengatur perilaku seksual mereka. Namun pada manusia ada
hubungan yang lebih rumit antara hormon dan perilaku seksual.
Wanita yang mempunyai kadar estrogen rendah dalam tubuhnya tidak
kehilangan kemampuan mereka untuk dirangsang secara seksual atau untuk
mengalami orgasme. Secara singkat, hormon-hormon seks bukan satu-satunya faktor
yang

mempengaruhi

ketertarikan

atau

perilaku

seks. Namun hormon-

hormon klamin bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi ketertarikan atau


perilaku seks. Pengaruh hormon mungkin juga akn mempengaruhi kesehatan.

C. Perilaku terkait identitas gender dan perilaku beda gender


Manusia tidak dapat bertukar jenis kelamin dan tetap mempertahankan
fertilisasinya, tetapi dalam perkembangan seksual manusia terdapat kondisi
pertengahan dan variasi. Identitas gender adalah individu mengidentifikasi diri
individu secaseksual dan memeberikan label pada diri individdu sendiri. Sebagian
individu menerima identitas gender yang sesuai dengan tampilan eksternal yang
individu miliki yang umumnya begitu pula cara individu dibesarkan. Psikolog
beranggapan bahwa asumsi mengenai identitas gender terutama atau secara

keseluruhan bergantung pada cara orang tua membesarkan anaknya.Faktor biologis,


terutama hormon-homron prenatal juga mungkin berperan dalam menentukan
identitas gender individu.
Interseks dapat didefinisikan sebagai individu yang dikategorikan berada di
keduanya, yakni antara pria dan wanita. Pria yang memiliki kadar hormon
testosterone yang rendah kemungkinan akan mengembangkan penampilan wanita.
Wanita yang memiliki kadar hormon testosterone yang lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita normal lainnya, dapat termaskulinisasi sebagian.
Penyebab umum kondisi tersebut adalah hyperplasia adrenal kongenital
(congenital adrenal hyperplasia-CAH), artinya perkembangan kelenjar berlebihan
dari lahir. Indirertarikan dan Prefensi Anak Perempuan Penderita CAH
Studi menunjukkan bahwa anak perempuan yang menderita CAH yang memiliki
kadar hormon testosterone yang lebih banyak dibanding anak normal lainnya
memperlihatkan prefensi yang lebih kuat dalam memilih mainan. Anak akan lebih
memilih tipikal mainan anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Studi
lain mengemukakan bahwa remaja wanita yang menderita CAH akan lebih tertarik
pada majalah-majalah olahraga yang lebih kepada majalah pria
Feminisasi testikular
Feminisasi testicular dapat diartikan sebagai individu yang memiliki pola
kromosom XY, namun memiliki tampilan kelamin perempuan. Individu yang
memiliki kromosom seperti ini dianggap sebagai anak perempuan yang normal.
Payudaranya tetap berkembang dan pinggulnya melebar namun tidak dapat
mengalami menstruasi. Hal tersebut terjadi karena, di dalam tubuhnya terdapat

sepasang testis daripada ovarium, dan sebuah uterus. Hal itu juga dipengaruhi oleh
androgen dalam tubuh individu.
Isu-isu terkait dengan penentuan gender dan pembesaran anak
Banyak anak perempuan penderita CAH dan kondisi lain yang terkait, terlahir
dengan penampilan yang sedikit termaskulinisasi, tetapi sebagian lagi memiliki
penampilan yang sulit dibedakan antara pria dan wanita. Sejumlah anak dengan gen
laki-laki terlahir dengan penis yang sangat kecil, yang penyebabnya tidak terbatas
pada ketidak sensitifan terhadap androgen.
.
D. Kemungkinan dasar biologis orientasi seksual.
Genetik
Beberapa hewan di dalam kandang memperlihatkan adanya orientasi
homoseksual, walaupun tidak seorang pun tahu seberapa sering orientasi tersebut
mucul di alam terbuka. Beberapa kasus homoseksualitas spesies selain manusia dapat
dilacak adanya pengaruh gen. Sebagai contoh, Droshopila jantan dengan gen
Fruitless akan mencumbu jantan lain. Beberapa studi mengenai genetik pada orientasi
seksual manusia telah beriklan pada majalah gay dan lesbi untuk mencari pria atau
wanita homoseks yang memiliki kembaran. Kemudian, para peneliti tersebut
menghubungi

kembarannya,

tanpa

menginformasikan

dari

mana

mereka

mendapatkan nama mereka dan meminta mereka mengisi kuesioner. Kuesioner


tersebut berisi beragam pertanyaan yang bertujuan untuk menyembunyikan fakta
bahwa inti dari kuesioner adalah orientasi seksual.

10

Satu khawatiran muncul dari studi yang telah dilakukan tersebut.


Kekhawatiran tersebut adalah adanya kemungkinana bahwa individu yang merespon
iklan di majalah gay, bukanlah karakteristik gay. Untuk menangkis kekhawatiran
tersebut, studi lain menguji data dari 794 pasangan kembar yang telah merespon
survei nasional (Amerika Serikat) yang tidak terkait dengan seks. Dari 794 kembar
tersebut, hanya 43 pasang kembar yang paling tidak salah satunya adalah individu
homoseksual, jadi ukuran sampelnya memang kecil. Apabila salah satu kembaran
(pria atau wanita) memiliki orientasi homoseksual, kembarannya juga memiliki
orientasi yang sama. Persentasenya pada kembar monozigot 31% dan pada kembar
dizigot adalah 8%. Hasil tersebut mengonfirmasi adanya tendensi genetik, namun
hasil tersebut juga mengonfirmasi bahwa faktor genetik bukanlah salah satunya
faktor. Jika faktor adalah satu-satunya faktor, maka persentase kembar monozigot
adalah 100%. Studi lain memperlihatkan kejadian homoseksual pria yang lebih tinggi
diantara saudara dari pihak ibu daripada saudara dari pihak ayah. Sebagai contoh,
paman dan sepupu laki-laki dari garis ibu lebih mungkin menjadi homoseks dari pada
paman dan sepupu laki-laki dari garis ayah. Hasil tersebut mengindikasikan adanya
gen pada kromosom x yang diterima pria dari ibunya. Akan tetapi, studi lain
mengenai hal yang sama tidak memperlihatkan hasil yang sama dan status mengenai
hal tersebut belum jelas. Berdasarkan hipotesis lain, gen yang menghasilkan
homoseksual pada pria, sedemikian dapat menguntungkan kerabat wanitanya dengan
cara meningkatkan probabilitas kerabatnya bereproduksi sehingga menyebarkan gen.
Hasil sebuah studi mendukung hipotesis tersebut. Ibu dan bibi dari garis ibu pria
11

homoseks secara rata-rata memiliki anak lebih banyak daripada wanita lain. Perlu
dilakukan lebih banyak penelitian untuk menguji hipotesis dan membuktikan apakah
memang gen banyak memengaruhi orientasi seksual.
Hormon
Orientasi seksual tidak terkait dengan kadar hormon ketika dewasa. Sebagai
besar pria homoseks memiliki kadar testosteron dan estrogen yang mirip dengan
kadar yang dimiliki pria heteroseks. Sebagai besar wanita homoseks memiliki kadar
testosteron dan estrogen yang mirip dengan kadar yang dimiliki wanita heteroseks.
Sebuah hipotesis yang lebih masuk akal menyatakan bahwa orientasi seksual
bergantung pada kadar testosteron dalam periode sensitif perkembangan otak.
Penampilan individu homoseks dan heteroseks serupa satu sama lain, tetapi
terdapat perbedaan yang terpendam dalam beberapa hal. Rata-rata pria heteroseks
memiliki tulang lengan, kaki dan tangan yang lebih panjang dari pada pria homoseks
dan lebih panjang pada wanita homoseks dari pada wanita heteroseks artinya, dalam
hal tersebut, pria homoseks terfeminisasi sebagaian dan wanita homoseks
termaskulinisasi sebagaian. Perbedaan panjang tulang-tulang tersebut pada anak
perempuan dan laki-laki dimulai dari masa awal perkembangan-sebelum pubertassehingga perbedaan tersebut kemungkinan berhubungan dengan hormon-hormon
pranatal.
Peristiwa Pranatal
Probabilitas orientasi homoseksual lebih tinggi terjadi pada pria dengan kakak
laki-laki dari pada pria yang merupakan anak pertama. Semakin banyak jumlah kakak
12

laki-laki yang ada, semakin besar probabilitas tersebut jumlah adik laki-laki tidak
memengaruhi probabilitas, begitupula dengan jumlah dan umur saudara perempuan.
Tidak ada kaitan signifikan antara kejadian homoseksual pada wanita dengan kakak
atau adik laki-laki maupun saudara wanita. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa
sistem imunitas seorang ibu terkadang bereaksi terhadap protein yang terdapat pada
anak laki-lakinya serta menyerang protein pada anak laki-laki kedua dan seterusnya
sehingga sapat memegaruhi perkembangan. Hipotesis tersebut sesuai dengan
pengamatan bahwa tinggi badan pria homoseks yang bukan anak pertama cenderung
lebih pendek dari rata-rata. Akan tetapi, hipotesis tersebut seperti memperkirakan
bahwa jika satu anak laki-laki adalah homoskesual, maka anak laki-laki berikutnya
akan menjadi homoseksual juga dan perkiraan tersebut tidak benar.
Relevansi hasil penelitian terhadap kasus pada manusia masih dalam
perdebatan dan peneliti harus memeriksa pengaruh yang mungkin timbul akibat stress
pranatl pada manusia. Salah satu cara adalah dengan bertanya kepada ibu dari pria
homoseks, apakah dalam masa kehamilannya ibu tersebut mengalami stress lebih dari
normal. Tiga survei membandingkan ibu-ibu dari pria homoseks dengan ibu-ibu dari
pria heteroseks. Dua dari tiga hasil survei memperlihatkan bahwa ibu-ibu dari pria
homoseks ingat pernah mengalami stres diatas normal ketika mereka hamil.
Anatomi Otak
Secara rata-rata, otak pria berbeda dengan otak wanita dalam beberapa hal,
termasuk ukuran berbagai bagian hipotalamus. Secara rata-rata, ukuran komisura
anterior lebih besar di otak wanita heteroseks daripada pria heteroseksual. Ukuran
13

bagian tersebut pada otak pria homoseks paling tidak sama dengan wanita heteroseks,
bahkan mungkin sedikit lebih besar. Pengaruh adanya perbedaan tersebut masih
belum dipahami dengan jelas karena komisura anterior tidak berkaitan langsung
dengan perilaku seksual. Ukuran nukleus suprakiasma (SCN) pada pria homoseks
lebih besar daripada pria heteroseks. Studi yang paling berpengaruh membahas
nukleus interstitial ketiga pada hipotalamus anterior. Pria heteroseks memiliki ukuran
INAH- 3 dua ali lebih besar

bahkan lebih daripada wanita heteroseks . Levay

mengungkapkan bahwa rerata volume INAH 3 untuk pria heteroseks adalah 0,12
mm3 untuk wanita heteroseksual adalah 0,056 mm3, dan untuk pria homoseks adalah
0,051 mm3. Selanjutnya, Levay (1993) mempelajari hipotalamus pria homoseks yang
meninggal karena kanker paru-paru. Pria tersebut memiliki INAH 3 yang kecil, sama
seperti pria homoseks yang meninggal karena AIDS.
Perbedaan otak menimbulkan predisposisi bagi pria untuk menjadi heteroseks
dan sebagaian homoseks. Kemungkinan simuplan lain adalah aktivitas seksual yang
berbeda menimbulkan perbedaan ukuran neuron hipotalamus individu dewasa. Pada
individu dewasa, sejumlah area otak tumbuh membesar atau menyusut akibat
pengaruh hormon atau perilaku. Pembatas yang perlu di ingat dar studi yang telah
dilakukan adalah ketidaktahuan mengenai peran INAH 3 pada perilaku seksual
manusia.

E. Bentuk perilaku seksual.

14

Perilaku seksual berkaitan dengan otak dan hormon. Khususnya pada otak,
yang berperan dalam control perilaku seksual adalah hipotalamus. Banyak ilmuwan
sekarang percaya nahwa regulasi pusat perilaku seksual dikaitkan area di hipotalamus
yang disebut nukleus preoptic medial (MPO). Percobaan pada hewan menunjukkan
bahwa control perilaku seksual sebagian besar diatur oleh interaksi antara hormon
steroid seks di MPO dan struktur hipotalamus lainnya. Administrasi sejumlah kecil
steroid ini ke MPO akan segera mengaktifkan perilaku sanggama perempuan. The
MPO juga terlibat dalam regulasi perilaku seksual maskulin. Misalnya pengibirian
mengrangi perilaku sanggama laki-laki, tetapi sejumlah kecil testosterone disuntikkan
ke MPO akan mengembalikan kemampuan yang hilang. Tampaknya, setidaknya pada
primata, bahwa testosteron langsung mengaktifkan perilaku seksual laki-laki dengan
mengikat reseptor androgen di MPO.
Hipotalamus, yang terletak di otak langsung di atas hipofisis tersebut,
diketahui untuk melakukan kontrol atas hal itu dengan cara koneksi saraf dan zat
seperti hormon yang disebut faktor melepaskan, sarana yang sistem saraf mengontrol
perilaku seksual melalui sistem endokrin. Perilaku seksual dipengaruhi oleh
hipotalamus. Ini merangsang kelenjar hipofisis untuk melepaskan hormon seks.
Ketika kadar hormon tersebut jatuh, begitu pula hasrat seksual.
Hipofisis, juga disebut hipofisis, adalah kelenjar endokrin utama. Ini
mengeluarkan sejumlah besar hormon penting yang terlibat dalam pengendalian
berbagai fungsi tubuh. Sasaran dari banyak hormon yang merupakan kelenjar
endokrin lainnya. Ini melepaskan sejumlah hormon untuk kelenjar tertentu, yang
15

kemudian mengambil hormon dari aliran darah dan membangkitkan ke dalam


aktivitas sebagai hasil dari "pesan" dari hipofisis.
Kelenjar ini melepaskan hormon untuk kelenjar tertentu, yang kemudian
mengambil hormon dari aliran darah dan membangkitkan ke dalam aktivitas sebagai
hasil dari "pesan" dari hipofisis tersebut. Kelenjar ini daripada memproduksi hormon
sendiri dan membuangnya ke dalam aliran darah. Aktivitas kelenjar hipofisis
dikendalikan oleh faktor kimia yang diproduksi oleh sel neuroendocine di otak dan
diteruskan kepada melalui serangkaian pembuluh darah khusus, sistem portal
hipofisis.
Hipotalamus mensekresi faktor melepaskan tepat ke dalam darah, yang
mencapai hipofisis dan merangsang untuk mengeluarkan hormon gonadotrophic.
Pada wanita kelenjar target hormon gonadotrophic adalah ovarium. Ovarium
memiliki dua fungsi, yang pertama adalah untuk menghasilkan telur, dan yang
lainnya adalah untuk mensekresi hormon (entrogen dan progesteron). Hormonhormon ovarum membuat loop umpan balik kepada hipofisis dan mengembangkan
karakteristik seksual yang membedakan laki-laki dan perempuan.
Pada pria kelenjar target hormon gonadotrophic adalah testis. Seperti
ovarium, testis memiliki peran ganda: produksi sperma dan produksi hormon.
Androgen (testosteron) adalah hormon yang dikeluarkan oleh testis. Hormon hipofisis
merangsang produksi hormon testis yang pada gilirannya mengatur produksi hormon
hipofisis dengan cara umpan balik. Stimulus listrik daerah preoptic meningkatkan
perilaku seksual pada laki-laki, dan secara signifikan meningkatkan frekuensi ereksi,
16

sanggama dan ejakulasi, kita juga menyodorkan panggul diikuti dengan mengalirkan
peledak semen bahkan tanpa adanya pasangan (Hart, et al, 1985;. Maclean,
1973). Sebaliknya, lesi ke hipotalamus preoptic dan posterior menghilangkan perilaku
seksual laki-laki dan hasil dalam atrofi gonad.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam membahas mengenai perilaku reproduksi, individu akan berkaitan
dengan hormon, serta perilaku seksual. Reproduksi adalah suatu proses biologis
dimana individu sebagai organisme baru diproduksi. Reproduksi merupakan cara

17

dasar dalam mempertahankan diri yang dilakukan individu oleh semua bentuk
kehidupan. Hal ini juga berkaitan identitas gender pada individu dan individu
yang mengalami interseks. Hal ini juga berkaitan dengan perilaku seksual yang di
dalamnya memiliki kaitan erat dengan otak yakni hipotalamus dan hormone.

18

Вам также может понравиться