Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2. Cha Sunwoo : Jiwons ex bf. Doctor. He meet Jiwon at senior hs. And also
study together with Jiwon at Japan.
3. Song Minho : Jiwons first love. Lawyer. He was in the same school with Jiwon
durung elementary and junior hs.
4. Lee Minhyuk : a man who has dijodohkan with Jiwon. Director of a huge hotel
in Korea, Shapire Hotel.
6. Ahn Yoonji a.k.a Choi Jiho : Lee Minhyuks first love and ex gf. She is known to
have died bcz of a car accident, but isnt.
7. Oh Sangmi : Jiwons close friend. Lawyer. She was at the same school with
Jiwon during senior hs and during collage at Japan.
XXX???
Ayah ku mohon.. biarkan aku tetap di sini. Eung? seorang gadis melangkahkan
kakinya tanpa arah disekeliling dapur. Gadis itu menghela napas panjang dan
melanjutkan rengekannya pada seseorang di balik telpon.
***
Ya tuhan, haruskah aku mengemasi semua benda ini?! Aish! Ini sebabnya aku
benci pindah rumah gerutu Jiwon sembari mengkat rambur panjangnya.
Gadis 23 tahun itu menyetel lagu-lagu favoritnya dengan suara paling keras,
tujuannya agar menghilangkan stres dan menghindari agar ia tak terus-terusan
mengupat tentang kepindahannya ke Seoul.
Aak! gadis itu memnadang kesal sebuah box biru yang barusaja mengenai
kakinya. Kedua manik mata gadis itu membulat sempurna saat menyadari identitas
kotak tersebut.
Cih desisnya disertai sebuah tawa tak berarti melihat kitak itu.
Apa aku gila? Bagaimana mungkin benda ini masih ada.. bukan bagaimana bisa
benda ini juga berada di sini?! ia tampak berpikir keras tentang box biru itu.
Ia membuka box itu dengan raut wajah yang aneh, seakan memiliki fobia dengan
apa yang ada di dalamnya. Benda pertama yang menarik perhatiannya adalah
sebuah stetoskop berwarna pink fuscha, gadis itu tersenyum dan kembali
mengeluarkan satu persatu isi box tersebut. Saat hamper semua isi box sudah
berada di luar, tersisa satu benda di sudut kotak itu yang berhasil membuat Jiwon
tertawa.
Hah, benda ini juga masih ada? Aigoo Kang Jiwon.. neo jjinja.. ucapnya
menertawakan diri sendiri. Beberapa menit setelah memandangi benda terakhir
tersebut -sebuah kacamata dengan plester luka di bagian tengahnya- gadis itu
kembali memasukkan satu persatu isi box ke posisinya semula.
***
One Year Later
Jiwon-aa neo eodiya? bisik seorang gadis pada telponnya.
Sebentar lagi aku akan tiba, ada apa? Bukannkah waktu masuk keraja masih
setengah jam lagi?
Ya! Apa kau tidak membaca pesanku? Hari ini kita diminta untuk datang lebih
awal
Jeongmal?!! Aishh.. Baiklah aku akan tiba kurang dari lima menit di sana ucap
gadis itu menutup telponnya. Ia berlari tanpa menghiraukan orang-orang
desekitarnya memberi salam.
Huh.. huh.. huh.. gadis itu berusaha mengatur napas dan menata rambutnya
begitu pintu lift terbuka di lantai 10 gedung.
Apa aku bisa masuk? ia memberi kode pada seorang gadis di dalam ruangan.
Gadis dalam ruangan membalas dengan memberi kode O dengan jemarinya.
Dengan gesit, Kang Jiwon dengan tenang menempati meja kerjanya, dan
menghembuskan napas yang sedaritadi ditahannya saat berlalri.
Berterimakasihlah pada Tuhan, kau masih diberi keberuntungan pagi ini ucap
seorang gadis dengan rambut coklat sebahu sembari menyodorkan secangkir kopi
pada Jiwon.
Gomawo Oh Sangmi, aku hamper saja mati muda pagi ini, aish gadis itu meneguk
kopinya dengan ganas.
Ya ya Kang Jiwon, tunda dulu omelanmu, pamanmu tiba Sangmi menarik lengan
Jiwon menuju barisan para rekan kantornya.
Selamat pagi ketua Kang ucap salah satu pria di ujung barisan, ia membungkuk
memberi salam, diikiuti oleh pegawai lainnya.
Pagi semuanya balas pria paruh baya yang menggunakan setelan jas yang baru
memasuki ruangan. Pria itu tersenyum khas, dan melirik ke belakangnya tanpa
memutar kepala.
Jadi alasanku meminta kalian datang lebih awal adalah aku ingin memperkenalkan
kalian dengan seseorang yang akan bergabung dengan kita di kantor ini. Pria itu
kemudian memutar kepalanya 90 derjat.
Masuklah ucapnya lagi. Perintah itu diikuti oleh sebuah langkah kaki yang muncul
dari belakang kepala Kang.
Selamat pagi, salam kenal semuanya, namaku Song Minho ucapnya ramah seraya
membungkukkan badan.
Oh, bukankah dia yang ketua bicarakan beberapa bulan yang lalu? ucap pria yang
tadinya pertama memberi salam pada Ketua Kang.
Ya, ini pengacara Song Minho. Ia baru datang beberapa hari yang lalu ke Korea.
Mulai hari ini ia akan menjadi salah satu bagian dari kita jelas pria paruh baya itu
lagi.
Aku harap kerjasamanya sekali lagi pria bernama Song Minho itu membungkukan
badan dihadapan para karyawan.
***
Jiwon-aa, bukankah pengacara yang baru itu terlihat cool? ucap Sangmi
mendekatkan kursinya dengan meja kerja Jiwon.
Keuraeyo? Aku tak memperhatikannya tadi, haha Jiwon menjawab santai.
Apa maksudmu kau tidak memperhatikan?
Tadi saat pamanku memperkenalkan orang itu aku sedang berbicara dengan ibuku
di telpon, kau tidak menyadarinya kan? ucapnya dengan santai.
Pengacara Kang, kau diminta ke ruangan tuan Song sekarang ucap seorang staf
di depan ruangan kerja Jiwon dan Sangmi.
Akhirnya kau bisa melihat wajahnya Sangmi tertawa renyah pada sahabat
sekaligus rekan satu ruangannya itu. Jiwon membalasnya dengan sebuah ekspresi
yang hanya mereka berdua yang mengerti.
Permisi, apakah anda memanggil saya.. napas Jiwon seketika terhenti melihat
siapa yang berada di ruangan yang baru saja dimasukinya itu.
Oh, ne Kang Jiwon-ssi. Kang.. Jiwon? ucap pria itu dengan nada tak kalah
terkejutnya dengan Jiwon.
Song Minho sonbae-nim? tanya gadis itu ragu-ragu.
Eo, majayo. Omo, neo jinjja Jiwonie? Wah, aku benar-benar tak menyangka akan
bertemu dengan mu di sini pria dengan setelan jas abu-abu itu mengembangkan
senyumannya.
Banggawoyo, oraenmane Jiwon-aa ucapnya lagi seraya mengulurkan tangannya.
Ne, nado banggawoyo sonbae-nim gadis itu membungkuk lalu menyambut
tangan pria yang dipanggilnya sonbae tersebut.
Hening sejenak di antara mereka yang sibuk dengan pikiran masing-masing.
Ehem. Jadi, ada apa sonbae.. ah, ani, pengacara Song memanggilku ke sini? ucap
Jiwon memecah keheningan.
Ah, ne, wah, aku masih sangat terkejut dengan pertemuaan kita ini. Jawab Song
Minho dengan sedikit canggung.
Anjayo, aku akan menjelaskan beberapa hal yang ingin aku minta pada pengacara
Kang, aku sangat mengharapkan bantuanmu. Pria itu mulai menjelaskan beberapa
hal terkait pekerjaan mereka.
Sekali lagi aku mohon kerjasama darimu pengacara Kang ucapnya setelah cukup
lama memberikan penjelasan pada Kang Jiwon.
Ne, aku permisi dulu gadis itu membungkukkan badannya.
Heol~ deabak ucap Jiwon dengan ekspresi yang lucu. Dia merasakan wajahnya
mulai memerah, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil
tertawa kecil pada dirinya sendiri.
***
Kang Jiwon-ssi sebuah mobil sedan putih berhenti tepat di samping Kang Jiwon.
Pemilik suara menjuurkan kepalanya kea rah jendela.
Sonbae-nim ucap gadi itu membungkukkan badannya.
Apa kau sibuk? Naiklah, aku akan mentraktirmu kopi pria itu memamerkan
senyumannya.
Ne?
Naiklah, anggap saja pesta pertemuan kita
Ah, ne, baiklah dengan canggung gadis itu memasuki sedan merah di
hadapannya.
Uwah.. myoya igeon? Apa aku baru saja pergi makan bersama Song Minho? Hah
rona merah di pipi gadi itu mulai tampak.
Song Minho? Omo, aku baru saja makan bersama Song Minho? Song Minho? Nae
cheot sarang Song Minho? Omayaa~~ gadis itu setengah berteriak di dalam lift
-yang untung saja kosong- sperti orang dengan gangguan kejiwaan.
Apa aku bermimpi? kalimat it uterus dan terus terucap dari mulut seorang Kang
Jiwon sepanjang koridor menuju apartemennya. Gadis itu terus memegangi
wajahnya yang semakin memerah sambil berteriak terian kecil.
Namun tiba-tiba koridor yang tadinya terlihat sepeti taman bunga sakura bagi Kang
Jiwon berubah menjadi lorong kegelapan yang sama sekali tidak manis.
Aish.. apa-apaan ini? Pemadaman listrik? Ck! Ini sangat mengganggu moodku
gerutunya seraya terus berjalan di lorong gelap itu dengan sedikit batuan cahaya
dari ponselnya.
Aaaaarggh!!! sebuah suara menghentikan langkah kaki Jiwon tepat di depan pintu
apartemennya. Awalnya gadis itu mengabaikan suara yang ia fikir hanya halusinasi.
Aaaaaaaaakk!!! suara itu terdengar makin jelas ditengah kegelapan. Bagi Jiwon
suara itu tak terdengar menyeramkan seperti layaknya sebuah scene di film horror,
itu lebih seperti seseorang yang butuh pertolongan.
Permisi, apakah ada orang di dalam? ucap gadis itu mengetuk pintu yang berada
tepat di sebelah apartemennya.
Permisi! Apa kau mendengarku? Apa kau baik-baik saja? gadis itu sedikit berteriak
dan mengetuk pintu lebih keras. Tidak terdengar suara lagi dari dalam apartemen
tersebut, Jiwon kemudian melangkahkan kakinya kembali menuju pintu
partemennya.
Aarh..aaak..hahh..hh langkah Jiwon kembali terhenti mendengar suara dari dalam
apartemen tadi. Kemudian gadis itu mencoba membuka pintu apartemen
tetangganya tersebut, hal baik pintu itu tak terkunci.
Chogiyo, tuan apa kau tidak apa-apa? gadis itu berusaha memindahkan pria
pemilik apartemen tersebut ke atas sofa.
Ya tuhan, apa orang ini terjatuh dari atas tangga? ucapnya lagi saat
memerhatikan keadaan pria malang di hadapnnya yang samar-samar terlihat. Tanpa
ragu gadis itu mulai memberikan pertolongan pertama pada pria malang dalam
kegelapan yang makin pekat.
Nugu.. pria malang itu mulai tersadar, suara beratnya terdengar penuh kesakitan.
Aku wanita yang tinggal di apartemen sebelah, tadi aku mendengarmu berteriak
beberapa kali, karna khawatir aku masuk ke tempatmu, maafkan kelancanganku
Ah, gwaenchana, kamsahamnida. Maaf aku sudah merepotkanmu ucap pria itu
lagi.
Suara ini.. hoksi.. samar-samar dalam kegelapan Jiwon berusaha melihat wajah
pria tersenut, ada sesuatu yang harus dipastikannya.
Agassi, apa kau masih di sana? ucap pria tersubut sambil mencari-cari dalam
kegelapan.
Ah, ne. Apa keadaanmu sudah mulai membaik? ucap Jiwon ragu, ia masih sibuk
dengan sesuatau dalam pikirannya.
Ne, ku rasa badanku sudah sedikit lebih ba kalimat pria itu terhenti seketika
saat lampu-lampu dalam apartemennya mulai kembali bersinar.
Kang.. Kang Jiwon! ucap pria itu menarik badannya dari atas sofa.
Yak! Cha Seonwoo! jantung Jiwon berhenti berdetak. Sesuatu yang mengganggu
pikirannya beberapa saat yang lalu ternyata benar, pria ini adalah seseorang yang
dikenalnya di masa lalu.
Kau! Apa yang kau lakukan di tempatku?! pria itu mengerutkan keningnya.
Ya! Apa kau bodoh? Jelas-jelas aku sudah menolongmu tadi! Hah! ucap Jiwon
setengah berteriak, kini wajahnya tak kalah masam dengan pria tersebut.
Ah, mian, aku lupa berterimakasih, gomawo Kang Jiwon-ssi ucap pria itu dengan
nada tak senang.
Eo, bagus, sudah sepantasnya kau berterimakasih padaku. Aash! Bagaimana bisa
aku bertemu denganmu di hari yang baik ini? gadis it uterus menggerutu dan
mengacak rambutnya.
Ya Kang Jiwon, apa kau berfikir aku juga berharap akan ditolong oleh mu? Yang
benar saja! Dan.. tadi kau bilang kau tinggal di apartemen sebelah? Ya tuhan, aku
benar-benar sial memilih apartemen ini pria bersuara berat itu tampak tak kalah
kesal dengan gadis di hadapannya.
Ije keumanhae, ku rasa ini hanya akan menyia-nyiakan waktuku berdebat
denganmu Cha Sunwo. Sebaiknya aku kembali ke apartemenku gadis itu
mendengus pelan.
Keurae, itu lebih baik jawab pria itu tak kalah dingin dari Jiwon.
Pertemuan pertama mereka malam itu berakhir tanpa salam perpisahan ataupun
salam pertemuan sebagai tetangga baru.
***
Benarkah? gadis itu menghela napas panjang dan bergumam pada dirinya sendiri.
Ia tersenum simpul.
***
Jiwon-ssi, apa kau sudah memiliki kekasih? tanya pria dengan kemeja biru sambil
menyeruput sebotol soda di tangannya.
Ne?? pertanyaan yang sukses membuat Kang Jiwon tersedak soda miliknya.
Gweanchayo Kang Jiwon-ssi? Apa pertanyaanku..
Aniyo, gwaenchanayo pengacara Song. Gadis itu memotong perkataan pria
tampan yang kini berjalan di sampingnya.
Eobsoyo, aku tidak memiliki kekasih sambungnya lagi diiringi dengan sebuah
senyuman.
Aa keurokhaeyo pria itu mengangguk-anggukan kepalanya.
Bgaimana dengan pengacara Song, apa kau sudah memiliki kekasih? tanya Jiwon
dengan hati-hati dan penuh harap akan jawaban yang akan didengarnya.
Ajik.. jawab Minho santai.
Assa~ perasaan lega muncul di hati Jiwon begitu mendengar jawaban dari pria
cinta pertamanya tersebut. Sebuah senyuman kemenangan tergambar tipis di
wajah cantik gadis itu.
Hening sejenak di antara kedua pengacara tersebut, mereka sibuk dengan
pemikiran sendiri dan juga sibuk menikmati segarnya udara malam di sekitar sungai
Han.
Jiwon-ssi, bagaimana bisa kau menjadi seorang pengacara? Song Minho kemudian
memulai pembicaraan lagi.
Ye?
Maksudku, waktu itu aku pernah mendengar bahwa kau masuk ku jurusan ke
dokteran di sebuah universitas di Jepang jelas pria itu.
Aa~ majayo, aku memang sempat belajar di kedokteran selama hamper dua
tahun, tapi kemudian aku memutuskan untuk berhenti jawab gadis itu lagi.
Waeyo?
Keunyang.. haha, aku merasa itu bukan jalanku gadis itu tertawa renyah.
Chamkanmanyo~ Jiwon sedikit berteriak pada pintu lift yang nyaris tertutup.
Cwiseonghamnida.. eo? tiba-tiba ekspresi gadis itu berubah jadi cemberut.
Ekspresi yang tak jauh berbeda juga ditunjukkan oleh seseorang di dalam lift.
Seorang pria dengan wajah tampan tapi tampak lusuh dan seakan tak bernyawa.
Pacar baru mu? pemilik suara berat itu memulai memecah keheningan yang
menyesakkan di antara mereka.
Bukan urusanmu jawab Jiwon datar.
Pria itu mendengus kesal. Ia tak memperdulikan lagi gadis di sampingnya itu.
Keheningan terus berlanjut sampai pintu lift terbuka tepat di lantai sepuluh.
***
Seorang pria dengan setelan training dan sweeter abu-abu menyandarkan dirinya di
hamparan rumput hijau di tepi sungai han. Ia tampak seperti seorang narapidana
yang baru saja bebas dari tahanan.
Akhirnya aku bisa menghirup segarnya udara Minggu pagi pria itu memejamkan
matanya dan menghirup udara sepuas-puasnya.
Baiklah, ayo kita panaskan kembali otot-otot yang sudah lama membeku ini~!!
ucapnya penuh semangat pada diri sendiri. Pria itu memasang kembali earphone
miliknya dan mulai berlari.
ucap
seorang
kasir
dengan
ramah
mendengus
kesal
melihat
bagaimana
Jiwon
Seorang pria dengan jeans biru dan kaos putih berbalut jaket kulit hitam
mengarahkankan pandangannya ke seluruh penjuru kafe. Manik matanya terus
mencari sosok yang telah membuat janji dengannya sore ini.
Seorang gadis dengan kemeja berwarna tosca yang duduk di sebuah kursi di sudut
kafe mengangkat tangannya, ia berusaha menghentikan sepasang mata yang terus
kebingungan di dekat pintu masuk kafe.
Ya Cha Sunwoo! gadis itu sedikit mengeraskan suaranya, berharap orang yang
dituju mendengarnya. Butuh beberapa kali hingga akhirnya pria di depan pintu
mengenali keberadaan gadis tersebut.
Ku rasa kafe ini tidak terlalu besar kan? ucap gadis itu sedikit kesal.
Kau memilih meja terlalu di sudut, jelas saja aku sulit mencari
Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku dokter Cha?
Ya Kang Jiwon, biarkan aku memesan minuman dulu pria itu mendengus kesal.
Beberapa menit berlalu, keheningan di antara kedua orang yang terlihat saling
menahan beribu kata dalam dirinya untuk satu sama lain. Mereka terus meneguk
minuman masing-masing, tanpa sengaja bertemu pandang dan kemudian berusaha
menghindari kontak mata.
Jadi yang ingin aku bicarakan adalah pria itu menghentikan kalimatnya, ia
berusaha mencari kata yang tepat unutk diucapkan.
Bisakah kita mengakhiri ketidaknyamanan ini? Bisakah kita bersikap biasa saja?
Layaknya tetangga layaknya teman lama lanjutnya.
Ketidaknyamanan? gadis itu mengulangi sebuah kata.
Ya. Bukankah kau juga merasakannya? pria itu menatap lekat gadis di depannya.
Ehm.. maja, aku juga merasakannya, ketidaknyamanan. Tapi, ku rasa ini tidak
terlalu menggangguku gadis itu bicara dengan nada datar.
Jeongmalyo? Apa kau benar-benar merasa seperti itu? Kau tidak terganggu dengan
itu?
Eung jawab gadis itu singkat. Ia tampak berpikir sejenak.
Bukankah kita hanya sebatas tetangga? Ah, ani, tadi kau mengatakan teman lama
bukan? lanjut gadis itu, ia tersu mengalihkan pandangannya ke sekitar.
Kotjimal suara berat pria itu terdengar sangat ketus.
Ani, jinshimiya. Gadis itu berusaha memberanikan dirinya mentapa pria di
hadapannya. Namun begitu manik mata mereka bertemu gadis itu langsung
mengalihkan pandangannya.
Aku mengenalmu cukup lama, kau tak bisa berbohong padaku Kang Jiwon
Kau bilang kau mengenalku? Hah! kini tatapan gadis itu berubah. Ia menarik
napas dalam.
Kenapa kau berteriak padaku. Apa yang aku katakana salah? Kita memang saling
mengenal kan?
Aku tak ingin berdebat lagi denganmu, baiklah jadi menurutmu apa yang harus kita
lakukan? gadis itu berusaha menahan amarahnya yang tiba-tiba memuncak.
Aku juga tak ingin berdebat. Jiwon-aa, bukankah kita dulu sudah mengakhiri
pertengkaran itu dengan baik-baik? Bukankah kau mengatakan kita dapat berteman
setelahnya? pria itu memberi pengertian.
Ku fikir itu benar. Tapi pada malam kita bertemu saat kau menolongku, aku melihat
ekspresi yang tidak ku harapkan dari seorang Kang Jiwon. Wajahmu seolah
mengatakan kau benar-benar sial bertemu lagi denganku, dan aku benar-benar
tersinggung dengan itu. Lanjutnya lagi dengan suara beratnya yang sedikit
tertahan, ia menghela napas dalam.
Dan bebrapa hari berikutnya aku masih merasakan hal yang sama, kau
menghindariku bukan karna canggung atau semacamnya. Kau tampak seperti
benar-benar tak mengharapkan kemunculanku. Pria itu menghentikan kalimatnya
dan menatap gadis di depannya lekat.
Hingga gadis itu mengangkat wajahnya dan pandangan keduanya bertemu.
Beberapa saat pria itu tampak kesulitan merangkai kata yang tepat.
Apa kita benar-benar tak bisa berteman lagi? akhirnya kalimat tersebutlah yang ia
lontarkan.
Hening beberapa saat setelah pria itu mengakhiri kalimatnya. Gadis berkemeja
tosca di hadapan Sunwoo menggigit bibirnya dan merunduk. Kini wajahnya
tertutupi tirai rambut hitamnya yang dibiarkan tergerai.
Mianhae Sunwoo-yaa. Mian. Suara gadis itu melemah. Gadis tersebut menarik
napas dalam, ia menahan sesuatu dalam dirinya, ada beribu kata yang ingin ia
katakana, tapi lidahnya terasa kelu.
Yaa neo ureo? pria itu sedikit terkejut dengan reaksi gadis di hadapannya
tersebut. Sunwoo kemudian bangkit sedikit dari bangkunya.
Yaa uljima Kang Jiwon. Aku sama sekali tak bermaksud membuatmu menangis
ucap pria itu lagi.
Aku tidak menangis ucap gadis itu dengan nada yang lucu.
Kau benar. Masa lalu kita sudah kita akhiri baik-baik, semuanya sudah berakhir.
Mian, aku telah bersikap kasar padamu gadis itu tersenyum simpul pada pria di
hadapannya.
Gwaenchanayo balas pria itu dengan sebuah senyuman tulus.
Mulai hari ini, ayo kita berteman ucap pria itu lagi dengan nada yang lucu.
Eung~ balas gadis itu dengan sebuah senyum simpul di wajahnya.
***
Sorang pria dengan wajah tampan namun berpenampilan sedikit lusuh memasuki
pintu lift dengan langkah berat.
Ah~ hari ini benar-benar melelahkan, ku rasa tulang-tulangku sudah tidak pada
posisinya keluhnya sambil memutar-mutar lengannya. Terdengar bunyi krek
beberapa kali saat ia menggerakkan tubuhnya, bunyi yang menandakan betapa
letih tubuhnya saat ini.
Sesaat sebelum pintu lift tertutup, sebuah tangan menghentikan pintu tersebut.
Seorang siswa sekolah menengah tampak berdiri dengan sebuah koper di
sampingnya. Siswa laki-laki itu pun memasuki lift yang sama dengan Sunwoo.
Selama di dalam lift, Sunwoo merasa ada sesuatu yang mengganjal. Ia merasa
siswa laki-laki di sampingnya it uterus memerhatikan Sunwoo.
Hyung.. Sunwoo hyung tiba-tiba laki-laki itu menyebutkan nama Sunwoo. Sontak
Sunwoo langsung menoleh ke arah siswa laki-laki tersebut.
Maja! Sunwoo hyung maja? siswa lakilaki itu tersenyum begitu melihat wajah
Sunwoo dengan jelas.
Eo! Neo.. Kang Jeno? ucap Sunwoo mengenali laki-laki berseragam sekolah di
sampingnya tersebut.
Ne hyung. Ini aku, Kang Jeno. Aa~ senang sekali bisa bertemu denganmu lagi
hyung laki-laki bernama Jeno itu memeluk pria tampan nan lusuh disebelahnya.
Nado nado. Yaa Kang Jeno, kau tampak berbeda dari terakhir kita bertemu pria itu
tampak sama gembiranya dengan Jeno.
Tapi.. apa yang kau lakukan? Bukankah ini jam sekolah?
Ah.. keugae.. aku meninggalkan asrama, aku memilih pindah ke sini siswa laki-laki
itu menepuk-nepuk kopernya.
Ah~ jadi begitu. Pria berpenampilan kusut itu mengangguk-anggukkan kepalanya.
Keundae hyung, hoksi.. apa kau juga tinggal di apartemen ini?
Eung
Jeongmalyo? Daebak! Apa kau bertemu dengan noona ku?
Kang Jiwon? Tentu saja kami bertemu
Daebak! Hyung, apa kalian sudah berbaikan? Atau mungkin.. kalian kembali
bersama? ucap siswa sekolah menengah itu dengan nada yang lucu.
Yaa! Aniya. Apa kau fikir jika kami berada di satu apartemen berarti kami kembali
bersama? jawab Sunwoo dengan ekspresi lucu.
Aa~ jadi begitu, ku fikir kalian.. ucapan laki-laki itu terhenti ketika pintu lift
terbuka.
Hyung, aku duluan ya, sampai jumpa lagi kemudian ia membungkukkan
badannya. Tapi sesuatu di depan Jeno membuatnya segera berdiri.
Eo? Hyung? Jeno menunjukkan ekspresi yang lucu ketika melihat Sunwoo juga ikut
keluar dari lift.
Apartemenku juga di lantai yang sama. Untuk apa kau mengucapkan salam ucap
Sunwoo merangkul bahu Jeno.
Di sini, ini apartemenku Sunwoo menunjuk sebuah pintu di hadapannya.
Daebak! Jadi apartemenmu bersebelahan denga apartemen Jiwon noona?
Begitulah. Apa kau mau masuk? tawarnya.
Tidak, terimakasih hyung. Aku harus membereskan barang-barangku dulu. Aku
permisi dulu hyung, annyeong kemudian siswa tampan itu berjalan menuju
apartemen kakak perempuannya. Dengan hati-hati ia menekan kode sandi pintu
rumah kakak permepuannya itu.
Gotcha! Aku sudah menyangka noona akan menggunakan angka-angka ini
ucapnya bangga pada dirinya sendiri.
Seorang gadis dengan setelan dress putih selutut dan bolero berwana merah
maroon menyeret langkahnya sepanjang lorong apartemen dengan wajah kusam.
Aku berharap takkan mendapat klien seperti itu lagi ucapnya pada papan kode
sandi di pintu apartemennya. Gadis itu kemudian melepas high heelsnya dan
menaruhnya sembarang. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat menyadari ada sesuatu
yang berbeda pada susunan sepatunya.
Igeon..
gadis
itu
menggosok-gosokan
matanya
untuk
meyakinkan
penglihatannya. Sebuah sepatu olah raga berwana biru yang sama sekali bukan
seleranya tiba-tiba ada di deretan sepatu miliknya. Sebuah nama terlintas di pikiran
Jiwon saat itu juga.
Gadis itu kemudian memasuki ruang tengah apartemennya dengan wajah lebih
masam dari sebelumnya. Sebuah kotak pizza dan sekaleng minuman soda di atas
meja membuat gadis itu mendengus kesal. Ia memjamkan matanya dan
mengumpulkan tenaganya yang sudah banyak terkuras hari ini.
YA! KANG JENO!! gadis itu berteriak di tengah apartemennya.
Eo! Noona, kau sudah pulang? si pemilik nama muncul dari balik meja dapur
dengan wajah cemas yang berusaha di tutupinya mati-matian.
Apa yang kau lakukan di tempatku? ucap gadis itu dengan nada datar.
Nan.. nan.. aku ingin tinggal bersama noona. Aku benar-benar muak berada di
asrama, noona jebaal, eung?
Wae? Bukankah kau yang meminta ingin masuk asrama? Lalu kenapa sekarng tibatiba menempati apartemenku?? gadis itu mengacak-acak rambutnya.
Noona jebal.. aku berjanji tak akan membuat ulah selama tinggal di sini. Eung?
Eung? laki-laki tampan itu menatap kakaknya dengan tatapan memelas.
Apa ayah dan ibu tau? kini nada bicara Jiwon mulai melemah.
Eung. Mereka tau
Mereka tau? Dan mereka mengizinkanmu tinggal di sini? gadis itu tampak tak
percaya.
Ne. ibu dan ayah bilang mungkin akan lebih baik jika kita tnggal bersama. Aku
dapat melindungimu, dank au juga sebaliknya. Lagi pula apa salahnya jika aku juga
tinggal di sini? Bukankah ini dibeli dengan uang ayah? Jeno berargumen.
Ah molla~ gadis itu melambai-lambaikan tanggannya sambil berlalu menuju
kamar tidurnya. Ia benar-benar ingin memenangkan perdebatan dengan adik lakilakinya itu, tapi tubuhnya sudah sangat merindukan kasur, Jiwon menyerah.
***
Noona, jam berapa kau pulang kantor hari ini? ucap Jeno sambil mengoleskan
selai kacang di atas rotinya.
Wae? balas Jiwon santai.
Temani aku membeli seragamku, aku malas pergi ke tempat itu sendiri
Yaa, Kang Jeno, berapa umurmu? Kenapa masih minta ditemani hanya untuk
membeli seragam? Jiwon menatap adiknya dengan ekspresi lucu.
Ayolah, selain membeli seragam aku juga ingin pergi membeli gitar baru. Kau tahu
lagi pula udara akhir-akhir ini sangat dingin, jadi akan lebih baik kalau bepergian
dengan mobil kan? ucap siswa tampan itu dengan wajah memelas pada kakak
perempuannya tersebut.
Jiwon tampak berpikir sebentar. Saat hendak menjawab permintaan adik laki-lakinya
tersebut, hp Jiwon berbunyi, ia kemudian melihat sebuah pesan dari Sangmi.
Jeno-yaa, mian ucap Jiwon sambil menunnjukkan isi pesan yang baru saja
diterimanya kepada Jeno.
Jiwon-aa, ketua meminta kita menemui klien di Daegu. Dia klien penting, pamanmu
bilang kita akan di sana sekitar dua atau tiga hari. Kita berangkat jam 10 pagi ini.
Aissh.. Jeno mengerutkan keningnya begitu membaca isi pesan tersebut.
Mianhae dongsaeng-aa Jiwon tersenyum jahil pada adiknya.
Apa hanya kita berdua yang akan pergi ke Daegu? ucap Jiwon sambil
membenarkan sabuk keselamatan yang digunakannya.
Ani. Ketua Kang juga akan ada di sana. jawab Sangmi.
Aah~ jadi begitu Jiwon mengangguk-angguk kecil.
Wae? Kau kecewa karna pengacara Song tidak ikut serta? ucap Sangmi menggoda
sahabatnya tersebut.
Aniyaa bantah Jiwon dengan ekspresi lucu.
Benarkaaah? goda gadis berambur sebahu itu lagi.
Asih jinjja I yeojaga. Aniya aniya aniyaa
Sangmi tak bisa menahan tawanya melihat betapa lucunya reaksi sahabatnya
tersebut.
Ah, maja! Yaa Kang Jiwon! tiba-tiba Sangmi mengerutkan dahinya dan melirik kea
rah Jiwon.
Mwol?
Aku kecewa padamu ucap gadis itu lagi, dengan nada kesal yang dibuat-buat.
Wae? Apa aku melakukan kesalahan? ucap Jiwon yang bear-benar tak mengerti
maksud ucapan Sangmi.
Kau menyembunyikan sesuatu dariku. Matji?
Eung? Mwoji? Apa yang aku sembunyikan? Jiwon mengerutkan dahinya, ia
berusaha mengingat rahasia apa yang ia sembunyikan dari Sangmi. Lalu otaknya
memberikan jawaban tidak ada.
Eobso. Jinjja eobso. Tak ada apapun seingatku jawab Jiwon jujur dengan ekspresi
lucu.
Sangmi berusaha menahan tawanya melihat ekspresi Jiwon. Ia kembali memasang
ekspresi kesalnya.
Yaa Oh Sangmi! Mwoya? Marhaebwaa~ palli~
Tetangga sebelahmu
Eo?
Tetanggamu di apartemen! Kau tidak bercerita padaku tentang seseorang yang
tinggal di sebelah apartemenmu jelas Sangmi.
Ya! Bagaimana kau bisa tahu?! mata Jiwon membulat sempurna mendengar
pertanyaan Sangmi.
Ternyata benar, kau menyembunyikannya dariku Sangmi mendengus kecil.
Aish.. eotteokhae areo? Eo?
Aku bertemu dengannya saat hendak ke apartemenmu jawab Sangmi santai, ia
tidak lagi memamerkan wajah pura-pura kesalnya.
Nugu? Sunwoo?
Eo. Ya~ kenapa kau tidak menceritakannya padaku? Bukankah itu cerita yang
sangat menarik? Sangmi menyikut pinggul gadis berambut panjang di sampingnya
tersebut.
Kau tahu pasti alasannya Jiwon menatap sahabatnya dengan ekspresi kesal yan
lucu.
Sangmi tertawa lepas melihat ekspresi pengacara muda di sebelahnya tersebut. Ia
tahu betul alasan Jiwon tidak meceritakan hal tersebut, tapi hal itulah yang sengaja
Sangmi ungkit untuk mebuat kesal sahabat baiknya itu.
Apa kau bahagia sekarang? Apa aku terlihat lucu?
Benar-benar lucu. Kau tahu, saat aku bertemu dengan Sunwoo di depan
apartemenmu aku benar-benar membeku saat itu, tapi saat aku mengingatnya
kembali di rumah aku tak bisa berhenti tertawa ucap Sangmi jujur.
Yaa~ Oh Sangmi keumanhae~ Jiwon menghela napas panjang meratapi tawa
Sangmi yang tak berhenti sepanjang perjalanan.
Eottaeyo?
Mwoga?
Bagaimana kalian setelah bertemu lagi dan menjadi tetangga?
Biasa saja, seperti layaknya orang bertetangga jawab Jiwon santai, ia sedikit lega
karna kini Sangmi sudah berhenti tertawa.
Jeongmalyo? Apa kalian tidak merasa tidak nyaman satu sama lain?
Awalnya. Tapi sekarang keadaan di antara kami sudah benar-benar baik
Ah~ baguslah jika begitu jawab Sangmi lagi dengan sebuah ekspresi jahil di
wajahnya yang membuat Jiwon menggerutu kesala pada sahabatnya tersebut.