Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PMRI memiliki prinsip dan karakteristik yang akan saya jelaskan di bawah J
Ada lima karakteristik PMRI (de Lange dalam Zulkardi, 2005: 14), yaitu:
1.The use of context (menggunakan masalah kontekstual)
Masalah kontekstual berfungsi untuk memanfaatkan realitas sebagai sumber
aplikasi matematika. Selain itu juga untuk melatih kemampuan siswa khususnya
dalam menerapkan matematika pada situasi nyata.
2.The use of models (menggunakan berbagai model)
Istilah model berkaitan dengan model matematika yang merupakan jembatan bagi
siswa jembatan bagi siswa dari situasi informal ke formal.
3.Student contributions (kontribusi siswa)
Menggunakan kontribusi siswa dimana siswa diberi kesempatan untuk
mengembangkan strategi-strategi informal dalam menyelesaikan masalah yang
dapat mengarahkan mereka pada pengkontribusian prosedur pemecahan, dengan
bimbingan guru diharapkan siswa bisa menemukan.
4.Interactivity (interaktivitas)
Interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru serta siswa dengan
perangkat pembelajaran juga harus ada dalam pembelajaran. Bentuk-bentuk
interaksi misalnya diskusi, penjelasan, persetujuan, pertanyaan, dan sebagainya
digunakan untuk mencapai bentuk pengetahuan matematika formal dari bentukbentuk pengetahuan matematika informal yang ditentukan sendiri oleh siswa.
5.Intertwining (keterkaitan)
Struktur dan konsep matematika saling berkaitan, biasanya pembahasan suatu
topik (unit pelajaran) harus dieksplorasi untuk mendukung terjadinya proses
pembelajaran yang lebih bermakna.
lain dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Zamroni, 2000). Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) merupakan pendekatan dalam pembelajaran matematika yang sesuai dengan
paradigma pendidikan sekarang. PMRI menginginkan adanya perubahan dalam paradigma
pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar menjadi paradigma belajar (Marpaung, 2004).
PMRI selama ini merupakan sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang relatif baru dan
belum semua kalangan dalam dunia pendidikan mengenalnya. Selama beberapa tahun belakangan
sampai sekarang. PMRI telah diuji coba terbatas di kelas I, II dan III. Kemudian mulai tahun
pelajaran 2002/2003 baru dilakukan uji coba penuh di beberapa Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) di Indonesia dengan hasil yang sangat menggembirakan. Saat ini pembelajaran
matematika dengan pendekatan realistik untuk kelas lainnya masih diujicobakan.
SD Islam Sabilal Muhtadin merupakan salah satu sekolah di Indonesia yang telah melaksanakan
pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik di kelas I dan II sejak tahun pelajaran
2003/2004. Seperti halnya di beberapa sekolah di Indonesia, pembelajaran matematika dengan
pendekatan realistik untuk kelas IV masih diujicobakan.
Pembelajaran matematika selama ini terlalu dipengaruhi pandangan bahwa matematika adalah alat
yang siap pakai. Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberi tahu konsep/ sifat/
teorema dan cara menggunakannya. Guru cenderung mentransfer pengetahuan yang dimiliki ke
pikiran anak dan anak menerimanya secara pasif dan tidak kritis. Adakalanya siswa menjawab soal
dengan benar namun mereka tidak dapat mengungkapkan alasan atas jawaban mereka. Siswa
dapat menggunakan rumus tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus itu dan mengapa rumus itu
digunakan. Keadaan demikian mungkin terjadi karena di dalam proses pembelajaran tersebut siswa
kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-ide dan alasan jawaban mereka sehingga
kurang terbiasa untuk mengungkapkan ide-ide atau alasan dari jawabannya.
Perubahan cara berpikir yang perlu sejak awal diperhatikan ialah bahwa hasil belajar siswa
meruapakan tanggung jawab siswa sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi secara
langsung oleh karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya. Tanggung jawab langsung
guru sebenarnya pada penciptaan kondisi belajar yang memungkinkan siswa memperoleh
pengalaman belajar yang baik (Marpaung, 2004). Pengalaman belajar akan terbentuk apabila siswa
ikut terlibat dalam pembelajaran yang terlihat dari aktivitas belajarnya.
PMRI juga menekankan untuk membawa matematika pada pengajaran bermakna dengan
mengkaitkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik. Siswa disajikan masalahmasalah kontekstual, yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi realistik. Kata realistik
disini dimaksudkan sebagai suatu situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa atau menggambarkan
situasi dalam dunia nyata (Zulkarnain, 2002).
PEMBAHASAN
Matematika Realistik (MR) adalah matematika yang disajikan sebagai suatu proses kegiatan
manusia, bukan sebagai produk jadi. Bahan pelajaran yang disajikan melalui bahan cerita yang
sesuai dengan lingkungan siswa (kontekstual) (Zigma Edisi, 14, 12 Oktober 2007)
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Realistic Mathematics Education (PMR) merupakan
teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika.
Teori PMR pertama kali diperkenalkan
dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Realistik dalam hal ini
dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa
(Slettenhaar, 2000). Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan
informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi
(http/darsusianto-blogspot. Com 2007/08/matematika realistik/html). Adapun konsep pendidikan
matematika realistik tentang siswa antara lain sebagai berikut:Siswa memiliki seperangkat konsep
alternatif tentang ide-ide matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya;Siswa memperoleh
pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri;Pembentukan
pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, modifikasi,
penghalusan, penyusunan kembali, dan penolakan; Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa
untuk dirinya sendiri berasal dari seperangkat ragam pengalaman; Setiap siswa tanpa memandang
ras, budaya dan jenis kelamin mampu memahami dan mengerjakan matematik (Zigma Edisi 10, 27
Juni 2007)
Pengajaran matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik meliputi aspek-aspek
berikut : Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi siswa sesuai
dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran
secara bermakna; Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai dalam pelajaran tersebut Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model
simbolik secara informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan (De Lange, 1995)
Berdasarkan uraian aspek-aspek di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan matematika realistik
berlangsung secara interaktif, siswa mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru, dan
memberikan alasan terhadap pertanyaan atau jawaban yang diberikannya, memahami jawaban
temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari
alternatif penyelesaian yang lain dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh
atau terhadap hasil pelajaran.
Prinsip-prinsip Dasar Matematika Realistik
Pendekatan Matematika Realistik (PMR) mempuinyai tiga prinsip kunci, yaitu :
jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Model dibuat siswa sendiri dalam
memecahkan masalah. Model pada awalnya adalah suatu model dari situasi yang dikenal (akrab)
dengan siswa. Dengan suatu proses generalisasi dan formalisasi, model tersebut akhinrya
menjadi suatu model sesuai penalaran matematika (Anonim, tt)
Karakteristik Matematika Realistik
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) memiliki 5 karakteristik, yaitu :
Menggunakan konteks, Konteks yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkuingan
realistik/html).
Menggunakan kontribusi murid, Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar
diharapkan dan konstruksi peserta didik sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informai
mereka ke arah yang lebih formal atau baku.
Menggunakan Interaktif, Interaksi antar siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar
dalam PMR. Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa penjelasan, pembenaran,
setuju, tidak, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentukbentuk informal siswa.
Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya, Topik-topik yang peneliti berikan dikaitkan
dan diintegrasikan sehingga memunculkan pemahaman suatu konsep atau operasi secara
terpadu, agar hal tersebut dapat memberikan kemungkinan efisien dalam mengajarkan beberapa
topik pelajaran.
Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Matematika Realistik
1.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Matematika Realistik adalah sebagai berikut :
2.
3.
4.
secara bermakna
5.
Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam pelajaran tersebut;
6.
Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap
persoalan/masalah yang diajukan
7.
Pengajaran berlangsung secara interaktif, siswa menjelaskan dan memberikan alasan
terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju
Sejarah PMRI
A. Sejarah PMRI
Sejarah PMRI bisa dibaca pada buku 10 tahun PMRI di Indonesia ( A decade of PMRI
in Indonesia, diterbitkan di Belanda) yang sudah beredar diseluruh dunia.
B. Pendekatan PMRI
Pada pendekatan PMRI, guru berperan tidak lebih dari seorang fasilitator atau
pembimbing, moderator dan evaluator. Sutarto Hadi (2005) menyebutkan bahwa
diantara peran guru dalam PMRI adalah sebagai berikut :
1. Guru hanya sebagai fasilitator belajar;
2. Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif;
3. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif
menyumbang pada proses belajar dirinya, dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan riil; dan
4. Guru tidak terpancang pada materi yang termaktub dalam kurikulum, melainkan
aktif mengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun sosial.
C. Prinsip PMRI
2. Progressive mathematization
Situasi yang beriisikan fenomena yang dijadikan bahan dan area aplikasi dalam
pengajaran matematika haruslah berangkat dari keadaan yang nyata terhadap
siswa sebelum mencapai tingkat matematika secara formal.
3. Self-developed models
Peran self-developed models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke
situasi konkrit atau dari informal matematika ke formal matematika. Artinya siswa
membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Pertama adalah model
suatu situasi yang dekat dengan alam siswa. Dengan generalisasi dan formalisasi
model tersebut akan menjadi berubah menjadi model-of masalah tersebut. Model-of
akan bergeser menjadi model-for masalah yang sejenis. Pada akhirnya akan
menjadi model dalam formal matematika.
D. Karakteristik PMRI
2.
3.
4.
Interaktivitas
5.
1. Tujuan
Dalam mendesain, tujuan haruslah melingkupi tiga level tujuan dalam RME : lover
level, middle level, and high level. Jika pada level awal lebih difokuskan pada ranah
kognitif maka dua tujuan terakhir menekankan pada ranah afektif dan psikomotorik
seperti kemampuan berargumentasi, berkomunikasi, justifikasi, dan pembentukan
sikap kristis siswa.
2. Materi
Desain guru open material atau materi terbuka yang didiskusikan dalam realitas,
berangkat dari konteks yang berarti; yang membutuhkan; keterkaitan garis
pelajaran terhadap unit atau topik lain yang real secara original seperti pecahan
dan persentase; dan alat dalam bentuk model atau gambar, diagram dan situasi
atau simbol yang dihasilkan pada saat proses pembelajaran.
3. Aktivitas
4. Evaluasi
Materi evaluasi biasanya dibuat dalam bentuk open-ended question yang
memancing siswa untuk menjawab secara bebas dan menggunakan beragam
strategi atau beragam jawaban atau free productions. Evaluasi harus mencakup
formatif atau saat pembelajaran berlangsung dan sumatif, akhir unit atau topik.