Вы находитесь на странице: 1из 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Logam emas (Au) terdistribusi secara luas di alam.
Umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang
terdapat di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk
mineral. Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang
terbentuk karena proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang
mengandung emas (gold-bearing rocks) (Lucas, 1985). Kelimpahan
relatif emas didalam kerak bumi diperkirakan sebesar
0,004 g/ton,

termasuk sekitar

0,001 g/ton terdapat didalam

perairan laut sehingga disebut logam minor. Sedangkan logam lain


seperti Fe, Si dan Al kandungannya mencapai lebih dari 1000
g/ton dan disebut logam mayor. Meskipun demikian, emas merupakan
logam berharga yang bernilai ekonomis tinggi, sehingga banyak
penelitian

untuk

memisahkannya

dari

logam

lain

kemudian

memperoleh recovery emas yang maksimal.


Proses isolasi emas yang dilakukan pada industri berasal dari
batuan bijih emas. Menurut Greenwood dkk (1989), batuan bijih
emas yang layak untuk dieksploitasi sebagai industri tambang
emas, kandungannya sekitar 25 g/ton. Metode isolasi emas sangat
beragam baik secara pirometalurgi maupun hidrometalurgi. Contoh
metode

pirometalurgi

adalah

smelting yang saat ini banyak

digunakan untuk keperluan eksploitasi emas skala industri, namun


mempunyai banyak kelemahan diantaranya: prosesnya menyebabkan
pencemaran (masalah lingkungan dan ruang), pertimbangan ekonomi
seperti modal yang tinggi, biaya operasional perlakuan termal dan
recovery hasil samping serta tahapan proses terlalu banyak sehingga
menyebabkan lamanya proses. Sehingga banyak beralih ke metode
hidrometalurgi.
Proses yang berdasar pada metode hidrometalurgi dapat lebih
efisien pada skala kecil dan lebih ramah lingkungan dari pada
teknologi pirometalurgi dan relatif lebih mudah dalam pengoperasian,
adanya resiko finansial yang tinggi yang berkaitan dengan teknologi
yang belum terbukti pada skala komersial dapat dihilangkan
sebagaimana metode berbasis bioteknologi yang dipakai pada proses
produksi (Paulin dan Lawrance, 1996). Metode hidrometalurgi
yang biasa digunakan untuk recovery logam emas adalah metode
amalgamasi (Widodo, 2008) yang merupakan metode paling
sederhana dan ekonomis namun juga mempunyai kelemahan yaitu
penggunaan Hg sebagai amalgamator akan menyebabkan masalah
lingkungan.
Metode hidrometalurgi lain yang banyak digunakan untuk
isolasi emas adalah proses sianidasi (Bayraktar, 1995; Zhang et al.,
1997).

Namun larutan sianida

juga

bersifat

racun sehingga

menyebabkan masalah pembuangan limbah (Wadsworth et al.,


2000;

Turkel

et

al,

1996).

Adanya

mineral-mineral

sulfida

menunjukkan adanya komponen-komponen logam berat seperti Fe


dan Cu, yang secara signifikan meningkatkan konsumsi sianida dan
oksigen (Habashi, 1970). Sehingga akan menambah dampak buruk

pada lingkungan, maka logam-logam berat tersebut harus dikurangi


atau bahkan dihilangkan.
Selain berdampak buruk pada lingkungan berupa limbah
beracun, hasil recovery logam minor seperti emas atau perak dengan
metode-metode tersebut kurang maksimal disebabkan sedikitnya
kandungan dalam mineral tersebut, sehingga perlu dilakukan
peningkatan kualitas terhadap bijih emas tersebut.
Pada penelitian ini, peningkatan kualitas bijih emas dalam
mineral akan

dilakukan dengan proses

hidrometalurgi,

yaitu

menggunakan pelarutan asam (acid leaching) HCl, H 2 SO 4

dan

HNO 3 dengan berbagai konsentrasi sehingga diperoleh konsentrasi


optimum dari pelarut tersebut. Pelarut-pelarut ini merupakan asam
kuat yang dapat melarutkan logam pengganggu dalam cuplikan yaitu
Fe dan Cu.
Konsentrasi optimum pelarut pada proses peningkatan
kualitas bijih emas akan menghasilkan recovery logam emas yang
maksimal pada penelitian selanjutnya. Informasi mengenai komposisi
awal cuplikan ataupun komposisi hasil yang terbentuk dilakukan
analisa dengan Inductively Coupled Plasma Optical Emission
Spectrometry (ICP-OES) dan X-ray Fluoresence (XRF)
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian
ini adalah kandungan bijih emas yang rendah akan menghasilkan
recovery yang kurang maksimal, serta adanya komponen- komponen
logam berat

seperti Fe dan Cu

pada

metode isolasi emas

khususnya sianidasi akan meningkatkan konsumsi sianida dan

oksigen sehingga akan menambah dampak buruk pada lingkungan.


Maka dalam penelitian ini proses peningkatan kualitas akan dilakukan
terhadap cuplikan bijih emas kadar rendah dengan mengurangi logamlogam pengganggu yaitu Fe dan Cu dalam cuplikan tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menghilangkan unsur logam mayor Fe dan logam minor Cu
sebagai logam pengganggu dengan proses pelarutan bertingkat.
2. Mengetahui

pengaruh

pemanasan

(roasting)

terhadap

efektifitas proses pelarutan bertingkat.


3. Mengetahui konsentrasi optimum pelarut.
4. Meningkatkan rasio kadar bijih emas dalam cuplikan.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini diharapkan kondisi optimum
baik pemanasan ataupun pelarutan bertingkat akan menurunkan kadar
logam-logam pengganggu dan menaikkan kadar rasio logam minor
(emas) dalam cuplikan sehingga dapat mempermudah penelitianpenelitian selanjutnya untuk mendapatkan perolehan (recovery) logam
emas ataupun logam-logam minor lain secara maksimal.

Вам также может понравиться