Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Kelompok 3
Verdani Leoni Edrin
0910313269
Ivan Maulana Fakh
1010313019
Herik Okta Jonanda
1010313073
Ilvilia Saptahani
1110312087
Chika Aulia Husna
1110312119
Preseptor:
dr. Citra Manela, Sp. F
DAFTAR ISI
DAFTAR ISIi
DAFTAR GAMBAR......iii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...................................................2
1.2 Batasan Masalah.... 2
1.3 Tujuan Penulisan2
1.4 Metode Penulisan...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Luka Tusuk.....3
2.1.1 Definisi 3
2.1.2 Epidemiologi3
2.1.3 Karakteristik Luka....3
2.1.4 Pemeriksaan pada Luka Tusuk 6
2.1.5 Kualifikasi Luka.. 8
2.1.6 Penyebab Kematian... 10
2.2 Embalming...11
2.2.1 Definisi.. 11
2.2.2Klasifikasi ......................................... 11
2.2.3Bahan Kimia yang digunakan.. 13
2.3 Aspek Medikolegal.. 15
2.3.1 Aspek Medikolegal pada Luka Tusuk... 15
2.3.2 Aspek Medikolegal pada Embalming17
BAB III LAPORAN KASUS ... 19
3.1 Visum et repertum... 19
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma tajam adalah sebuah trauma yang diakibatkan oleh senjata atau
benda-benda yang memiliki tepi yang tajam atau runcing (seperti pisau, gunting,
dan kaca).Putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan karena trauma akibat
alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing pada umumnya mudah
dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul dan dari luka tembakan
senjata api.1
Suatu komunitas trauma di Jerman, mendapatkan sebanyak 871 pasien
mengalami luka tusuk dan 305 pasien dengan luka tembak.Pada peneletian lain di
Jerman, 376 kematian diakibatkan oleh trauma tajam dan 80% merupakan kasus
pembunuhan, 17% bunuh diri dan 3% diantaranya adalah kecelakaan.1 Pada rumah
sakit di Belgia, korban dengan luka tusuk lebih sering ditemukan pada laki-laki
dewasa muda dan usia pertengahan, dan sekitar 27% dari seluruh pasien dibawah
pengaruh obat-obatan. Di Indonesia, tepatnya di provinsi Jawa Tengah, angka
kejadian luka akibat benda tajam/tumpul menempati posisi ketiga sebanyak 16,7%
setelah cedera akibat jatuh yang menempati posisi puncak (60,4%).2
Di Indonesia, yang beriklim tropis, dalam 24 jam mayat sudah mulai
membusuk, mengeluarkan bau, dan cairan pembusukan yang dapat mencemari
lingkungan sekitarnya, karena itu jika terjadi penundaan penguburan atau kremasi
lebih dari 24 jam, dapat dilakukan proses embalming.3
Masih tingginya angka kematian yang disebabkan oleh luka tusuk, dan
perlunya embalming dalam penundaan penguburan, membuat penulis merasa
tertarik untuk membahas aspek medikolegal pada luka tusuk dan embalming pada
laporan kasus ini.
1.2 Batasan Masalah
Batasan penulisan ini membahas mengenai definisi, epidemiologi,
karakteristik, aspek medikolegal dari luka tusuk, dan embalming.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.1Luka Tusuk
6
2.1.1 Definisi
Luka tusuk merupakan
(trauma tajam).4Luka tusuk ini terjadi akibat tusukan benda tajam dengan
arah kurang lebih tegak lurus terhadap kulit.5 Lebar luka yang ditimbulkan
pada kulit jarang sekali memberikan gambaran dari kedalaman luka tusuk.
Luka tusuk diakibatkan oleh suatu gerakan aktif maju yang cepat atau suatu
dorongan pada tubuh dengan sebuah alat yang ujungnya tajam.6
2.1.2 Epidemiologi
Pada tahun 2009 sampai tahun 2011 di suatu tempat komunitas
trauma di Jerman, didapatkan 871 pasien dengan luka tusuk dan 305 pasien
dengan luka tembak.7Di Jerman 376 kematian akibat trauma tajam yang
terjadi menunjukkan bahwa 80% merupakan kasus pembunuhan, 17%
bunuh diri dan 3% diantaranya adalah kecelakaan.1 Pada rumah sakit di
Belgia, korban dengan luka tusuk lebih sering ditemukan pada laki-laki
dewasa muda dan usia pertengahan, dan sekitar 27% dari seluruh pasien
dibawah pengaruh obat-obatan.8 Di Indonesia, tepatnya di provinsi Jawa
Tengah, angka kejadian luka akibat benda tajam/tumpul sebanyak 16,7%.1
2.1.3 Karakteristik Luka
a) Kedalaman luka
Pada luka tusuk, panjang luka pada kulit dapat sama, lebih kecil
ataupun lebih besar jika dibandingkan dengan lebar pisau. Kebanyakan luka
tusuk akan menganga bukan karena sifat benda yang masuk tetapi sebagai
akibat elastisitas dari kulit.Pemakaian istilah luka penetrasi ditunjukkan
untuk menjelaskan dimana dalaman luka yang diakibatkan oleh benda itu
melebihi lebar luka yang tampak pada permukaan kulit.9,10 Dalamnya luka
sulit ditentukan pada daerah tanpa tulang seperti di daerah abdomen oleh
karena elastisitas dinding perut tersebut.5
Panjang saluran luka atau kedalaman luka dapat mengindikasikan
panjang minimun dari senjata yang digunakan. Umumnya dalam luka lebih
pendek dari panjang senjata, karena jarang ditusukan sampai kepangkal
senjata.4
Gambar 2. Konfigurasi ireguler dari luka tusuk karena pisau berputar atau
pergerakan dari korban ketika pisau dicabut. 11
c) Bentuk luka
Bentuk luka merupakan gambaran yang penting dari luka tusuk karena
karena hal itu akan sangat membantu dalam membedakan berbagai jenis
senjata yang mungkin telah dikumpulkan oleh polisi dan dibawa untuk
diperiksa. Pinggir luka dapat menunjukan bagian yang tajam (sudut lancip)
dan tumpul (sudut tumpul) dari pisau berpinggir tajam satu sisi. Pisau
dengan kedua sisi tajam akan menghasilkan luka dengan dua pinggir tajam.4
titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar
lebih besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan.
5. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka
berbentuk ireguler dan besar.
2.1.4 Pemeriksaan Luka Tusuk
Pada pemeriksaan luka ada dua tipe luka oleh karena instrumen
yangtajam yang perlu diperhatikan dengan baik dan memiliki ciri yang
dapat dikenalidari aksi korban yaitu tanda percobaan dan luka perlawanan.
Keduanya
mempunyai
bentuk,
letak
dan
medikolegal.
Tanda
percobaanadalah insisi dangkal, luka tusuk dibuat sebelum luka yang fatal
oleh individu yang berencanabunuh diri. Luka percobaan tersebut seringkali
terletak paralel dan terletak dekatdengan luka dalam di daerah pergelangan
tangan atau leher. Bentuk lainnya antaralain luka tusuk dangkal didekat luka
tusuk dalam dan mematikan. Meskipun jarangsekalidilaporkan.2
10
Jumlah luka
Lokasi luka
Arah luka
Ukuran luka (panjang, lebar dan dalam)
11
ataupekerjaan pencaharian
Kehilangan salah satu panca indera
Mendapat cacat berat
Menderita sakit lumpuh
Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
12
13
demikian
tidak dilakukan
ini
mengakibatkan
penanganan
yang
syok
tepat
dan
dan
meninggal
cepat,
bila
sedangkan
dari
organorgan
dalam
tubuh,
seperti
meningitis,
14
Pre-Embalming
Pertama buka semua pakaian dan perhiasan yang dikenakan
jenazah. Lalu bersihkan kulit, mata, mulut, dan seluruh orificium
pada tubuh jenazah dengan menggunakan desinfektan yang kuat.
Jika sudah terjadi rigor mortis, maka lemaskan otot dengan cara
memijat perlahan pada otot yang kaku. Kemudian cukur bulubulu di wajah dan badan. Selain itu dilakukan juga pengeluaran
darah dari tubuh jenazah.
b.
Penyesuaian Fitur
Penyesuaian fitur ini bertujuan untuk memposisikan tubuh
dan wajah sedekat mungkin dengan kondisi aslinya. Misalnya
melakukan perawatan mata, perawatan rahang, dan perawatan
bibir.
c.
Arterial Embalming
Perlakuan yang utama pada tahap ini ialah menyuntikkan
cairan pembalseman melalui arteri-arteri besar. Langkah ini
terutama untuk mengawetkan kulit, otot, dan organ-organ.
d.
Cavity Embalming
16
tubuh,
kemudian
memasukkan
cairan
pengawet
Post-Embalming
Setelah dilakukan proses di atas, jenazah dibersihkan untuk
menghilangkan noda darah dan bahan kimia yang menempel, lalu
dirias dan disisir.
adalah
bahan-bahan
kimia
yang
dapat
digunakan
untuk
embalming:16,17
1. Formaldehida
Senyawa kimia formaldehida (metanal), merupakan aldehida
berbentuk gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida dihasilkan dari
pembakaran bahan yang mengandung karbon. Formaldehida dalam kadar
kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme,
termasuk manusia.
Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian bakteri,
sehingga sering digunakan sebagai desinfektan dan juga sebagai bahan
pengawet. Sebagai desinfektan, formaldehida dikenal juga dengan nama
formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, pembersih kapal,
gudang, dan pakaian.16Dalam bidang medis, larutan formaldehida
digunakan untuk embalming untuk mematikan bakteri serta untuk
mengawetkan mayat.16Formaldehida diabsorbsi di jaringan dengan baik,
tetapi relatif lambat. Formalin adalah pengawet yang banyak digunakan
dan tidak ada jaringan yang dirusaknya. Bau formalin yang menusuk
hidung membuat formalin sangat dikenal banyak pihak, sehingga cukup
berhati-hati dalam menggunakannya.16
2. Etil alkohol dan Polietilen Glikol
Alternatif formaldehida dalam embalming dikenal oleh Boon dkk.
Kryofix dikembangkan di Belanda, merupakan gabungan antara etil
17
alkohol dan polietilen glikol tanpa aldehid. Efek kryofix pada fiksasi
jaringan elah dibandingkan dengan formaldehida dilabor patologi. Waktu
fiksasi kryofix lebih pendek dan lebih baik dibandingkan formaldehida.
Hal ini berbeda dengan uji di laboraturium. Dengan demikian, penggunaan
kryofix pada jaringan yang besar diperlukan untuk menentukan
keberhasilan kryofix dalam proses embalming. Menurut definisi toksisitas
OSHA, etil alkohol dan polietin glikol tidak termasuk bahan kimia
berbahaya.16
3. Glutaraldehid
Glutaraldehid dapat digunakan sebagai alternatif formaldehid untuk
embalming. Produk komersial glutaraldehid adalah 25% larut dalam air,
memiliki bau ringan, dan berwarna terang. Glutaraldehid menyebabkan
deformasi struktur helix-alfa protein dan mengawetkan jaringan dengan
sangat cepat. Glutaraldehid menyebabkan konsentrasi tinggi meningkatkan
fiksasi protein dalam tubuh mayat. Konsentrasi optimum untuk embalming
ialah 1-1,5% (cairan). Larutan glutaraldehid 2% sering digunakan sebagai
persiapan embalming.16Ikatan protein dengan glutaraldehid lebih kuat dan
menghasilkan protein aldehid yang stabil. Gabungan protein jaringan dan
glutaraldehid tidak disukai oleh bakteri. Glutaraldehid berdifusi menembus
jaringan lebih merata dibandingkan formaldehid. Ketika dicampur dengan
zat pewarna pada proses embalming akan menghasilkan warna yang lebih
alami. Glutaraldehid merupakan desinfektan yang lebih efisien dan efektif
dibandingkan formaldehid, namun harga glutaraldehid lebih mahal 4-5 kali
lipat.17 Formaldehid dan glutaraldehid dapat mengiritasi kulit, mata, dan
pernapasan, tetapi efek yang disebabkan lebih ringan. Glutaraldehid tidak
memiliki bau seperti formal dehid. Sampai saat ini, belum ada data yang
menyebutkan efek paparan kronis dari glutaraldehid pada manusia.18
2.3 Aspek Medikolegal
2.3.1 Aspek Medikolegal pada Luka Tusuk
18
atau
kecelakaan
dapat
ditentukan
dengan
19
mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau
yang menimbulkan bahaya maut; tidak mampu terus-menerus untuk
menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian; kehilangan salah satu
panca indera, mendapat cacat berat (verminking); menderita sakit lumpuh;
terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih; atau gugur atau
matinya kandungan seorang perempuan2.
Sebagai seorang dokter, ia tidak mengenal istilah penganiayaan. Jadi
istilah tersebut tidak boleh dicantumkan dalam Visum et Repertum. Akan
tetapi dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apa pun. Sebagai
misalnya luka lecet yang akan sembuh sendiri dalam satu-dua hari secara
sempurna dan tidak mempunyai arti medis, tetapi sebaliknya sangat berarti
dari kacamata hukum2.
2.3.2 Aspek Medikolegal pada Embalming
Embalming berfungsi untuk menghambat pembusukan, membunuh
kuman, serta mempertahankan bentuk mayat. Prinsipnya embalming hanya
boleh dilakukan oleh dokter pada kematian yang wajar (natural death),
sedangkan pada kematian yang tidak wajar embalming baru dapat dilakukan
setelah proses pemeriksaan forensik dilakukan. Embalming sebelum
pemeriksaan forensik dapat menyebabkan perubahan serta hilangnya atau
berubahnya beberapa fakta forensik. Dokter yang melakukan hal tersebut
dapat diancam hukuman karena melakukan tindak pidana menghilangkan
barang bukti berdasarkan pasal 233 KUHP. Bunyi pasal 233 KUHP adalah
Barang siapa dengan sengaja menghancurkan, merusak, membikin tak
dapat dipakai, menghilangkan barang-barang yang digunakan untuk
meyakinkan atau membuktikan seusatu dimuka penguasa yang berwenang,
akta-akta, surat-surat atau daftar-daftar yang atas perintah penguasa umum,
terus menerus atau untuk sementara waktu disimpan, atau diserahkan
kepada orang lain untuk kepentingan umum, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.19,20
Di Indonesia, embalming sebaiknya dilakukan oleh orang yang
mempunyai keahlian dan kewenangan yaitu dokter spesialis forensik.
Adapun alasannya adalah sebagai berikut:8
21
autopsi,
dapat
menyebabkan
terjadinya
kesulitan
mewajibkan
orang
yang
menimbulkan
kerugian
itu
karena
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Visum et Repertum
Nomor :
22
: Rita Mulyap
PROJUSTITIA
Padang, 19 Januari
2016
VISUM ET REPERTUM
Yang bertanda tangan dibawah ini, Rika Susanti, Doktor, dokter spesialis forensik
pada Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang, menerangkan bahwa atas
permintaan tertulis dari Kepolisian NegaraRepublik Indonesia daerah Sumatera
Barat Resor Kota Padang Sektor Padang Barat, tertanggal sembilan belas Januari
dua ribu enam belas, dengan Nomor VER/09/I/K/2016 pada tanggal sembilan
belas Januari tahun dua ribu enam belas pukul dua puluh Waktu Indonesia Bagian
Barat, bertempat di bagian forensik Rumah Sakit Umum Pusat Dr.M.Djamil
Padang, telah dilakukan pemeriksaan luar atas jenazah dengan keterangan sebagai
berikut:---------Nama
Rita
Mulyap---------------------------------------------------------Jenis Kelamin
Perempuan-----------------------------------------------------------Umur
26
Tahun
------------------------------------------------------------Suku
Tionghoa-------------------------------------------------------------Pekerjaan
Karyawan
Swasta
--------------------------------------------------Alamat
Kelurahan Olo,
Kecamatan
Padang
Barat,
Padang--------------------------------------------------------
23
HASIL PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
LUAR:--------------------------------------------------------------------1. Label
mayat
tidak
mayat
tidak
dan
keadaan
basah
dan
terdapat
noda
warna
kemerahan-------------------------b) Satu helai bra warna putih merk walcoat ukuran B delapan puluh,
dalam keadaan terpotong dan keadaan basah serta terdapat noda
warna
kemerahan.------------------------------------------------------------------------c) Satu helai celana jeans warna hitam, terdapat dua buah saku pada
bagian atas depan kiri kanan tanpa isi, terdapat dua buah saku pada
bagian belakang atas kiri kanan tanpa isi merk peneLope ukuran dua
puluh
enam.------------------------------------------------------------------------------d) Satu helai celana dalam bahan kaos warna ungu merk pierre cardin.
24
5. Benda
disamping
mayat
tidak
ada
------------------------------------------------6. Kaku
mayattidak
ada
penekanan
-----------------------------------------------------------------------7.
8.
Identifikasi
khusus:
tidak
ada
-------------------------------------------------------9.
dua
sentimeter
-------------------------------------------------------------------------Alis
mata
berwarna
hitam,
tumbuhnya
sedang
tidak
ada
-----------------------------------------------------------------------Jenggot
tidak
ada
---------------------------------------------------------------------10. a. Mata kanan terbuka dua milimeter, selaput bening mata jernih, teleng
mata bulat, diameter lima milimeter, warna tirai mata cokelat, selaput
bola
mata
putih,
selaput
kelopak
mata
pucat----------------------------------b. Mata kiri terbuka dua milimeter, selaput bening mata jernih, teleng
mata bulat, diameter lima milimeter, warna tirai mata coklat, selaput
bola
mata
putih,
selaput
kelopak
mata
pucat
-----------------------------------------------25
11.
Hidung
sedang,
tidak
ada
kelainan-------------------------------------------------Kedua
daun
telinga
oval,
tidak
ada
kelainan--------------------------------------Mulut terbuka sepuluh milimeter, lidah tidak terjulur dan tidak tergigit
-----12.
Gigi
Geligi
Jumlah
gigi
dua
puluh
tujuh
buah----------------------------------a) Rahang kanan atas jumlah gigi tujuh buah, gigi delapan tidak
ada--------b) Rahang kiri atas jumlah gigi tujuh buah, gigi deapan tidak ada
-----------c) Rahang kanan bawah jumlah gigi enam buah, gigi tujuh dan delapan
tidak
ada---------------------------------------------------------------------------d) Rahang kiri bawah jumlah gigi tujuh buah, gigi delapan tidak ada
-------13. Dari
lubang-lubang
------------------------------------------------------------------a) Dari
lubang
mulut
keluar
tidakada
tidak
ada
-----------------------------------------------------------------d) Dari
lubang
kemaluan
keluar
cairan
kemerahan
----------------------------e) Dari
lubang
pelepasan
keluar
tidak
ada
--------------------------------------14. Pada
tubuh
terdapat
luka
luka
sebagai
berikut :-------------------------------26
1) Pada dada kiri atas enam sentimeter dari garis pertengahan depan tiga
sentimeter dari puncak bahu seratus tiga puluh tiga sentimeter dari
tumit terdapat luka terbuka tepi rata, satu sudut lancip dan satu sudut
tumpul, dasar rongga dada, bila dirapatkan berbentuk garis sepanjang
tiga
sentimeter.
--------------------------------------------------------------------------2) Pada dada kiri atas tujuh belas sentimeter dari garis pertengahan depan
enam sentimeter dari lipat ketiak depan seratus dua puluh tiga
sentimeter dari tumit terdapat luka terbuka tepi rata, satu sudut lancip
dan satu sudut tumpul, dasar otot, bila dirapatkan berbentuk garis
sepanjang
tiga
koma
dua
sentimeter.
--------------------------------------------------------------------3) Pada lengan atas kiri sisi dalam sembilan koma lima sentimeter dari
lipat ketiak depan terdapat luka terbuka tepi rata, satu sudut lancip dan
satu sudut tumpul, dasar otot, bila dirapatkan membentuk garis
sepanjang
tiga
koma
lima
sentimeter.
------------------------------------------------------------4) Pada lengan atas kiri sisi luar tiga koma lima sentimeter dari siku
terdapat luka terbuka tepi rata, satu sudut lancip dan satu sudut tumpul,
dasar otot, bila dirapatkan membentuk garis sepanjang delapan koma
dua
sentimeter.-------------------------------------------------------------------------5) Pada pangkal jari telunjuk telapak tangan kanan sembilan sentimeter
dari pergelangan tangan terdapat luka terbuka tepi rata, dengan kedua
sudut lancip, dasar jaringan di bawah kulit, bila dirapatkan membentuk
garis
sepanjang
satu
koma
lima
sentimeter.
------------------------------------------6) Pada pangkal jari telunjuk punggung tangan kanan enam sentimeter
dari pergelangan tangan terdapat luka lecet gores berwarna kemerahan
27
berukuran satu koma dua sentimeter kali nol koma satu sentimeter.
------7) Pada punggung tangan kanan tiga koma enam sentimeter dari
pergelangan tangan terdapat luka lecet gores berwarna kemerahan
berukuran dua koma dua sentimeter kali nol koma satu sentimeter.
-------15.
Patah
Tulang:tidak
ada
--------------------------------------------------------------16.
Lain-lain
Hukum
Acara
28
29
BAB IV
DISKUSI
Seorang korban berumur 26 tahun pada tanggal 19 Januari 2016 datang
diantar oleh suaminya dalam keadaan meninggal (Death On Arrival) ke IGD
RSUP Dr. M. Djamil Padaang. Berdasarkan pengakuan suami korban, korban
ditusuk oleh karyawan yang bekerja diperusahaan korban. Sebelumnya korban
dibawa ke RS.Selaguri dan kemudian dirujuk ke IGD RSUP. Dr. M. Djamil
Padang. Kemudian korban langsung dibawak ke Bagian Forensik RSUP Dr. M.
Djamil Padang dan dilakukan pemeriksaan luar. Kesimpulan dari pemeriksaan
luar adalah ditemukan luka terbuka tepi rata pada dada kiri atas, lengan atas kiri
sisi dalam, lengan atas kiri sisi luar, pangkal jari telunjuk telapak tangan kanan
akibat kekerasan tajam dan luka lecet pada pangkal jari telunjuk punggung tangan
kanan, punggung tangan kanan akibat kekerasan tumpul. Sebab kematian tidak
dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam (autopsi).
Dalam kasus ini yang bersalah (pelaku) dapat dikenakan pasal 351 ayat 2
KUHP dan pasal 90 KUHP. Dimana pasal 351 ayat 2 KUHP menyatakan bahwa
Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.Dan luka berat menurut pasal 90 KUHP
adalah luka yang menimbulkan bahaya maut.
Pada hari yang sama, dilakukan embalming pada korban di bagian Forensik
oleh dokter Spesialis Forensik. Korban dilakukan embalming karena korban
adalah penganut agama kristen dan akan adanya penundaan kremasi. Penundaan
kremasi dilakukan karena akan korban akan dibawa ke rumah duka terlebih
dahulu dan menungu keluarga yang lain untuk datang. Pasien harus dilakukan
embalming sesuai dengan waktu dan permintaan keluarga dengan tujuan agar
terjadi penundaan pembusukan dan penampilan pasien sama antara saat hidup dan
30
saat kematian. Bahan yang digunakan untuk embalming pada pasien ini adalah
Formaldehid
Embalming merupakan proses pengawetan mayat untuk mempertahankan
penampilan mayat dalam waktu yang singkat, tetap dalam kondisi yang baik
untuk jangka waktu yang lama. Pada korban ini proses embalming dilakukan
setelah proses pemeriksaan forensik. Hal tersebut dilakukan karena korban
meninggal secara tidak wajar (akibat pembunuhan). Dengan dilakukannya
embalming, terjadi penghambatan dekomposisi jaringan untuk periode waktu
yang diperlukan sebagaimana yang diinginkan oleh keluarga agar jenazah berada
dalam kondisi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Kedokteran Forensik FKUI, Ilmu kedokteran forensik,1997.
2. Triono. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) provinsi Jawa
Tengah Tahun 2007. 2008.
3. Atmadja DS. Tatacara dan pelayanan pemeriksaan serta pengawetan
jenazah pada kematian wajar. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik dan
MedikolegalFKUI / RSUPN Cipto Mangunkosumo. 2002.
31
Forensic and Legal Medicine; Elsevier academic Press. 2005: p 123 129.
10. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman Bagi Dokter dan Penegak
Hukum.Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang, 2004. Hal 14955.
11. Munim Idris, Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan
Edisi Revisi Cetakan I 2008 CV. Sagung Seto 181-177.
12. Rivers RL. Embalming Artifacts. J Forensic Sci, 1978, 23:531-5.
13. Embalming Process. Diakses melalui http://www.amsocembalmers.org pada
tanggal 30 Januari 2016 pukul 17.00 WIB.
14. Australian Funeral Direction Association. So You want To Be Embalmers.
Diakses melalui http://www.afda.org.au. Pada tanggal 27 Januari 2016 pukul
17.16 WIB.
15. Nasution GB. Kompetensi Embalming di Indonesia. Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal FK-USU Medan. 2010.
16. Bajracharya S, Magar A. Embalming: An Art of Preserving Human Body.
Kathmandu University Medical Journal, 2006;4(16):155-7.
17. Bedino HJ. Embalming Chemistry: Glutaraldehyde versus Formaldehyde.
Champion: Expanding Encyclopedia of Mortuary Practices, 2003;649:261432
18. Scott
TJ.
What
is
Embalming.
Diakses
melalui
pada
Kematian
Wajar.
Diakses
melalui
32
33