Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
3. PATOFISIOLOGI
4.
16.
17. B1
18.
Menginfeksi jaringan paru
Oedema membran alveoli dan
kapiler
sesak
Abnormalitas ventilasiperfusi O2
Gangguan pertukaran gas
B2
B3
Gangguan
19.
moetabolisme
20.
oksidatif cerebral
21.
Perubahan fungsi
miokardium
Kontraktilitas jantung
Gangguan termoregulasi
B4
22.
Demand glukosa
23.
24.
Pemecahan glikogen
curah jantung
CO
25.
menjadi glukosa
GFR
26.
Saturasi O2
-Hiperglikemia
Ventilator
27.
Oliguria, anuria
Hipoglikemia
28.
Hipoksia
Terganggunya fungsi silia
29.
Gangguan pola eliminasi
jaringan
pembentukan
sekret
30.
urin
Bersihan jalan nafas tdk efektif
hypertermi
Hipoxia & iskemi
pada otak
Sel otak terganggu
Penurunan
Kesadaran
B6
B5
Pasokan O2 ke jaringan
otot skelet tidak
mencukupi
Gangguan syaraf
simpatis dan
parasimpatis
Demand glukosa
Peristaltik usus
Distended abdomen
gangguan absorsi
Gangguan
nutrisi < dari
kebutuhan
tubuh
diare
Anaerob glukosa
Gangguan
keseimbangan
cairan elektrolit
Gangguan
mobilitas fisik
As. Lactat
Tonus otot
Intoleransi
aktivitas
Perubahan sirkulasi
Penurunan perfusi perifer
Tachycardia
Tachypnea
Pyresia atau temperature <36oc
Hypotensi
34.
yang dicurigai (biasanya bakteri) dan mempunyai paling sedikit dua dari
persoalan-persoalan berikut: denyut jantung yang meningkat (tachycardia),
temperatur
yang
tinggi
(demam)
atau
temperatur
yang
rendah
(hypothermia), pernapasan yang cepat (>20 napas per menit atau tingkat
PaCO2 yang berkurang), atau jumlah sel darah putih yang tinggi, rendah,
atau terdiri dari >10% sel-sel band. Pada kebanyakan kasus-kasus, adalah
agak mudah untuk memastikan denyut jantung (menghitung nadi per
menit), demam atau hypothermia dengan thermometer, dan untuk
menghitung napa-napas per menit bahkan di rumah. Adalah mungkin lebih
sulit untuk membuktikan sumber infeksi, namun jika orangnya
mempunyai gejala-gejala infeksi seperti batuk yang produktif, atau
dysuria, atau demam-demam, atau luka dengan nanah, adalah agak mudah
untuk mencurigai bahwa seseorang dengan infeksi mungkin mempunyai
sepsis. Bagaimanapun, penentuan dari jumlah sel darah putih dan PaCO2
biasanya dilakukan oleh laboratorium. Pada kebanyakan kasus-kasus,
diagnosis yang definitif dari sepsis dibuat oleh dokter dalam hubungan
dengan tes-tes laboratorium.
35. Gejala khas sepsis. Dikatakan sepsis jika mengalami dua atau lebih gejala
di bawah ini:
a.
b.
c.
d.
36.
mencakup
mengidentifikasi
dan
oksigenasi,
terapi
cairan
(kristaloid
dan/atau
koloid),
insufisiensi
adrenal.
antimediator
spesifik
(anti-TNF,
antikoagulan-
64. Circulation
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
monitoring tekanan darah, tekanan darah < >
periksa waktu pengisian kapiler
pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
berikan cairan koloid gelofusin atau haemaccel
pasang kateter
lakukan pemeriksaan darah lengkap
siapkan untuk pemeriksaan kultur
catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang
dari 36o
j. siapkan pemeriksaan urin dan sputum
k. berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat
65.
Disability
66.
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis
padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat
kesadaran dengan menggunakan AVPU.
67.
Exposure
68.
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan
tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
69.
Tanda ancaman terhadap kehidupan
70.
Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan
kegagalan fungsi organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap
kehidupan maka pasien harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai
berikut:
a. Penurunan fungsi ginjal
b. Penurunan fungsi jantung
c. Hypoxia
d. Asidosis
e. Gangguan pembekuan
f. Acute respiratory distress syndrome (ards) tanda cardinal oedema
pulmonal.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78. INTERVENSI
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
79.
ventilasi perfusi
80.
Tujuan/ Kriteria Hasil :
81.
Pasien akan memperlihatkan kemampuan pertukaran gas yang
kembali normal dengan kriteria hasil :
a. Hasil analisa gas darah arteri (AGDA) normal:
82. pH
7,35-7,45
83. PO2
200-250 dg asumsi pasien menggunakan FiO2 50% (ventilator)
84. PCO2 35-45
85. HCO3 22-26
86. BE
-2 sampai +2
b. Penggunaan otot bantu napas (-)
c. RR : 12 - 20 x/menit
d. HR : 60 100 x/menit, irama reguler
e. SaO2 : 95 - 100%
f. Suara nafas bersih
g. Pasien tampak sesak (-), sianosis (-)
h. Penurunan kesadaran (-)
87. Intervensi :
88. Mandiri :
1) Observasi status pernafasan secara periodik : RR (frekuensi nafas), suara
nafas, keteraturan nafas, kedalaman nafas, penggunaan otot bantu nafas,
ekspansi dada dan kesimetrisan gerak dada.
89.
R : Takipnea adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia.
Suara nafas bersih (clear lung) menjamin tidak adanya retensi sekret yang
mempengaruhi proses pernafasan. Peningkatan upaya pernafasan /
penggunaan otot bantu nafas dapat menunjukkan derajat hipoksemia.
Ekspansi dada dan kesimetrisan gerak dada menjamin adanya ventilasi
adekuat pada kedua paru
2) Monitor tanda-tanda hipoksia. Pantau SaO 2 , pantau adanya kemungkinan
pasien tampak sesak, sianosis.
90.
R : Penurunan saturasi oksigen bermakna (desaturasi 5 g
hemoglobin) terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari organ hangat
contoh lidah, bibir, dan daun telinga adalah paling indikatif dari hipoksemia
sistemik.
Sianosis
perifer
kuku/
ekstremitas
sehubungan
dengan
vasokonstriksi.
3) Pantau HR / denyut nadi. Catat kemungkinan perubahan irama jantung
91.
R : Hipoksemia dapat menyebabkan mudah terangsang pada
miokardium, meningkatkan HR, menghasilkan berbagai distritmia.
dan
potensial
komplikasi
fatal
hipoksemia.
Steroid
111.
tanda-tanda vital sign stabil, nadi perifer jelas, kulit hangat dan kering, tingkat
kesadarn umum, haluaran urinarius individu yang sesuai dan bising usus
aktif.
112.
Tindakan:
a. Pertahankan tirah baring: bantu perawatan pasien
113. R : Menurunkan
b. Pantau TTV pasien
114. R : Memantau TTV pasien
c. Pantau frekuensi dan irama jantung
115. R : bila terjadi takikardi mengacu pada stimulasi sekunder sistem
saraf simpatis untuk menentukan respond an untuk menggantikan
kerusdakan pada hipovolemia relative Dan hipertensi
d. Perhatikan kualitas/ kekuatan dari denyut jantung
116. R : pada awala nadi cepat karena peningkatan curah jantung
e. Catat haluaran urinarius setiap jam dan berat jenisnya
117. R : penurunan haluaran urin dengan peningkatan berat jenis akan
mengindikasikan penuruynan perfungsi ginjal yang dihubungkan dengan
perpindahan cairan dan vasokonstriksi relatif
f. Auskultasi bising usus
118. R : penurunan aliran darah pada ,esenterium menurunkan
peristaltik
g. Berikan cairan parenteral
119. R : Untuk memepertahankan perfusi jaringan
h. Berikan suplemen O2
120.
R : Memaksimalkan O2 yang tersedia untuk masukan seluler
121.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
122.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
peningkatan metabolisme sekunder terhadap sepsis
123.
Tujuan/ Kriteria Hasil : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
124.
Rencana Tindakan Keperawatan :
a) Catat berat badan setiap hari.
b) Pemberian makan enteral sesuai program.
c) Monitor nilai hasil laboratorium albumin. Nitrogen urea urine, gula darah
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
DAFTAR PUSTAKA
140.
141.Anonim.
(2012).
Asuhan
Keperawatan
Gagal
Napas.
www.ilmukeperawatan.com. Diakses tanggal 18 Januari 2012.
142.
143.Brunner and Suddart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.
Jakarta : EGC.
144.
145.Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Ediai 8.
Jakarta : EGC.
146.
147.Doenges, Marilyn E.dkk. 2000. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta :
EGC.
148.
149.Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta : Media Aesculapius FK UI.
150.
151.Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi Manusia (Dari Sel ke Sistem ). Edisi
ke-6. Jakarta: EGC.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.