Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMBIMBING:
H. ICHWAN MARISAN, S.E., M.Si.
SOLIKUL HIDAYAT, S.E., M.Si.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Industri meubel merupakan salah satu sektor industri yang terus berkembang di
Indonesia. Kebutuhan akan produk-produk dari industri meubel terus meningkat karena
sektor industri ini memberikan desain interior serta nilai artistik yang dapat memberikan
kenyamanan sehingga dapat menunjang berbagai aktifitas. Meubel Indonesia kini juga
berperan penting sebagai sumber devisa bagi negara karena peminat produk tidak hanya di
dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Keadaan ini membuat para produsen meubel bersaing
untuk menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan keinginan konsumen. Faktor
yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu produk adalah kualitas.
Kualitas produk yang baik akan meningkatkan loyalitas pelanggan serta mampu menjaga
persaingan dengan para kompetitor.
Persaingan tentu membuat suatu perusahaan harus mempunyai suatu metode dalam
menghadapi kompetitor salah satunya metode harga pokok produksi, yang memiliki tingkat
kepastian
relatif
dibutuhkan adalah informasi mengenai biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik. Ketiga jenis biaya tersebut harus ditetukan secara cermat, baik dalam
pencatatan maupun penggolongannya.
Dalam menentukan harga pokok produksi dapat menggunakan dua metode yaitu
metode full costing dan variable costing. Pada metode full costing semua biaya-biaya
diperhitungkan baik yang bersifat tetap maupun variabel. Sedangkan pada metode variable
costing untuk menentukan harga pokok produksi hanya biaya-biaya produksi variable saja
yang dimasukkan dalam persediaan dan biaya pokok penjualan.
Dengan perhitungan harga pokok produksi, perusahaan dapat mengetahui biaya
produksi yang akan dikeluarkan begitupun dengan perhitungan harga pokok produksi yang
tepat maka akan mengakibatkan penetapan harga jual yang benar, tidak terlalu tinggi bahkan
terlalu rendah dari harga pokok, sehingga nantinya mampu menghasilkan laba sesuai dengan
yang diharapkan. Pada dasarnya tujuan dari perhitungan harga pokok produksi adalah:
1. Sebagai dasar untuk menetapkan harga jual suatu produk
2. Untuk menetapkan keuntungan atau laba yang diinginkan perusahaan
3. Sebagai alat untuk mengukur atau menilai efisiensi dari proses produksi.
mengetahui
apakah
perusahaan
telah
melakukan
pengumpulan
dan
penggolongan biaya serta penentuan harga pokok produksinya secara tepat, maka diperlukan
adanya evaluasi di dalamnya. Dengan adanya evaluasi tersebut, diharapkan nantinya akan
dapat digunakan dalam berbagai pengambilan keputusan. Di sisi lain penentuan harga pokok
produksi yang wajar akan dapat dipakai dalam penentuan laba rugi perusahaan, sehingga
dapat mencerminkan laba yang sesungguhnya yang menjadi tujuan dari perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Untuk mendukung dan mempermudah dalam memahami maksud dan tujuan penelitian
yang telah dikemukakan pada bab I, diperlukan literatur tentang teori-teori yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti. Adapun ulasan berbagai literatur mengenai teori tersebut
adalah sebagai berikut:
Harga Pokok Produksi
2.1.3.
Unsur unsur yang membentuk harga pokok produksi adalah biaya bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Pada umumnya biaya
bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung disebut juga dengan biaya utama
(Prime Cost), sedangkan yang lainnya disebut biaya konversi (Conversion Cost). Biayabiaya
ini dikeluarkan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Yang termasuk kedalam
unsur unsur harga pokok produksi adalah sebagai berikut:
1) Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)
Bahan baku adalah bahan yang menjadi bagian utama dan dapat diidentifikasikan
secara langsung pada produk jadi. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002:14),
dinyatakan bahwa biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya
konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan barang dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Bahan baku yang digunakan dalam suatu
proses produksi biasanya dikelompokkan atas bahan baku langsung dan bahan baku
tidak langsung atau bahan penolong. Pertimbangan utama dalam pengelompokkan
bahan baku ini adalah kemudahan penelusuran bahan tersebut sampai menjadi barang
jadi.
Bahan baku langsung merupakan keseluruhan bahan baku yang diolah menjadi
barang jadi dan dapat ditetapkan langsung pada harga pokok dari barang jadi. Atau
dengan kata lain merupakan komponen biaya yang jumlahnya relatif besar dalam
menghasilkan output dan biasanya merupakan bagian integral dari output tersebut.
Biaya bahan baku langsung ini biasanya dianggap sebagai biaya variabel, yaitu biaya
yang bergerak secara proporsional sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Secara
teoritis, biaya bahan baku langsung terdiri dari harga pokok pembelian bahan baku
langsung ditambah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan
menyiapkannya untuk memasuki proses produksi, misalnya biaya pengangkutan, biaya
bongkar muat, biaya gudang dan biaya asuransi. Syarat jual beli dan potongan
pembelian juga harus diperhatikan.
Bahan baku tidak langsung disebut juga biaya bahan penolong, yaitu bahan baku
yang jumlahnya relatif kecil untuk menghasilkan produk. Walaupun penggunaan bahan
ini relatif kecil tetapi merupakan bagian dari barang jadi.
2) Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)
Mulyadi (2001:343), mendefinisikan biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan
untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Biaya tenaga kerja pada fungsi
produksi diklasifikasikan atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak
langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada
tenaga kerja yang secara langsung menangani pengolahan bahan baku menjadi produk
jadi, sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah jumlah gaji yang dibayarkan
kepada tenaga kerja yang secara tidak langsung menangani pengolahan bahan. Pada
umumnya biaya tenaga kerja langsung terdiri dari:
a. Gaji pokok, yaitu upah yang harus dibayarkan kepada setiap buruh sesuai dengan
kontrak kerja, yang dapat dibayar secara harian, mingguan atau bulanan.
b. Upah lembur, yaitu upah tambahan yang diberikan kepada pekerja yang
melaksanakan pekerjaan melebihi jam kerja yang ditentukan.
c. Bonus, yaitu upah tambahan diberikan kepada pekerja yang menunjukkan prestasi
melebihi batas yang ditentukan.
3) Biaya Overhead (Overhead Cost)
Berikut ini merupakan beberapa pengertian menurut para ahli mengenai biaya
overhead:
Menurut Carter (2009:40) yang diterjemahkan oleh Krista adalah sebaga berikut:
Biaya overhead pabrik terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak secara langsung
ditelusuri ke output tertentu. Misalnya biaya energi bagi pabrik seperti gas, listrik,
minyak dan sebagainya.
Sedangkan menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:13) Biaya Overhead dapat
dikelompokkan menjadi elemen:
a) Bahan Tidak Langsung (Bahan Pembantu atau Penolong) adalah bahan yang
digunakan dalam penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan
biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Contoh:
amplas, pola kertas, oli dan minyak pelumas, paku, sekrup dan mur,staples, asesoris
pakaian, vanili, garam, pelembut, pewarna.
b) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung adalah biaya tenaga kerja yang membantu
dalam pengolahan produk selesai, tetapi dapat ditelusuri kepada produk selesai.
Contoh: Gaji satpam pabrik, gaji pengawas pabrik, pekerja bagian pemeliharaan,
penyimpanan dokumen pabrik, gaji operator telepon pabrik, pegawai pabrik,
pegawai bagian gudang pabrik, gaji resepsionis pabrik, pegawai yang menangani
barang.
c) Biaya Tidak Langsung Lainnya adalah biaya selain bahan tidak langsung dan tenaga
kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak
dapat ditelusuri kepada produk selesai. Contoh : Pajak bumi dan bangunan pabrik,
listrik pabrik, air, dan telepon pabrik, sewa pabrik, asuransi pabrik, penyusutan
pabrik, peralatan pabrik, pemeliharaan mesin dan pabrik, gaji akuntan pabrik,
2.1.4.
2.1.5.
melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai
biaya dalam periode terjadinya. Jika metode full costing menunda pembebanan overhead
pabrik tetap maka metode variable costing sebaliknya tidak menyetujui penundaan
pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut.
Menurut metode variable costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya
bermanfaat juka dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindati terjadinya biaya yang
sama dalam periode yang akan datang.
2.1.6.
Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing sebetulnya terletak
pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dalam metode full costing dimasukkan
unsur biaya produksi karena masih berhubungan dengan pembuatan produk berdasar tarif
(budget), sehingga apabila produksi sesungguhnya berbeda dengan budgetnya maka akan
timbul kekurangan atau kelebihan pembebanan. Tetapi pada variabel costing memperlakukan
biaya produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi lebih
tepat dimasukkan sebagai biaya periodik, yaitu dengan membebankan seluruhnya ke periode
dimana biaya tersebut dikeluarkan sehingga dalam variabel costing tidak terdapat
pembebanan lebih atau kurang.
Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang sifatnya tetap maupun variabel.
Sedangkan unsur biaya dalam metode variabel costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang sifatnya variabel saja dan tidak
termasuk biaya overhead pabrik tetap.
Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu :
a.
Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan
laba rugi didasarkan pendekatan fungsi. Sehingga apa yang disebut sebagai biaya
produksi adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik
langsung maupun tidak langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variabel
costing, menggunakan pendekatan tingkah laku, artinya perhitungan harga pokok dan
penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi dibebani
b.
biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi.
Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang tidak
berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan dalam rangka
mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai perusahaan, dengan kata lain
biaya periode adalah biaya operasi. Dalam metode variabel costing, yang dimaksud
dengan biaya periode adalah biaya yang setiap periode harus tetap dikeluarkan atau
dibebankan tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan. Dengan kata lain biaya
c.
d.
Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya overhead pabrik
tetap pada periode berjalan ke periode berikutnya bila tidak semua produk pada periode
yang sama. Sedangkan dalam metode variable costing seluruh biaya tetap overhead
pabrik telah diperlakukan sebagai beban pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat
ii.
bagian biaya overhead pada tahun berjalan yang dibebankan kepada tahun berikutnya.
Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibanding metode
full costing. Alasannya adalah dalam variable costing hanya biaya produksi variabel
iii.
Penelitian terdahulu secara lebih ringkas dapat diperjelaskan dalam tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
.
1.
Judul Penelitian
Tujuan penelitian
Costing
Variable
Kesimpulan
Dalam proses
penggolongan biaya,
baik biaya nonproduksi
maupun biaya overhead,
perusahaan tidak
CV. Pyramid
harga pokok
menggolongkan biaya
produksi untuk
jenisnya.
pada perusahaan.
Perbandingan metode
full costing dan variable
costing dalam
perhitungan harga
pokok produksi pada
perusahaan untuk
penentuan harga jual
menunjukkan metode
full costing memiliki
angka nominal jauh
lebih tinggi dalam
perhitungan harga
pokok produksi
daripada metode
variable costing, karena
disebabkan dalam
perhitungan harga
pokok produksi pada
metode full costing
memasukkan semua
Mengetahui
Hasil perhitungan
(2013)
Pokok Produksi
penetuan harga
Berdasarkan Metode
pokok produksi
Full Costing
dengan metode
dengan HPP
Pembuatan Etalase
perusahaan dan
perhitungan perusahaan
Kaca dan
perbandingan
disebabkan oleh
Alumunium di UD.
dengan metode
pembebanan biaya
Istana Alumunium
Manado
dilakukan
perusahaan
dari pembebanan
dalam
overhead dengan
pembuatan
Dyah
Ayu Analisis
alumunium.
Penentuan Menganalisis dan
Pokok mendeskripsikan
Setyaningrum
Harga
(2013)
Produksi
menggunakan sistem
Mustika
Berdasarkan System
batik berdasarkan
Activity
apabila dibandingkan
Based
dengan sistem
tradisional.
Mustika Blora)
based costing
disesuaikan dengan
aktivitas-aktivitas yang
dilakukan dalam
pembuatan kain batik.
Perhitungan Harga
Perhitungan Harga
Pokok Produksi
Pokok Produksi
dengan Metode
Costing
Antique
Perbedaan Kedua Metode
2.4 Hipotesis
Hipotesis menurut Sugiyono (2004:51) merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian. Adapun hipotesis yang penelikti rumuskan adalah:
Ho: harga pokok produksi sketsel menggunakan Metode Full Costing tidak lebih rendah
daripada harga pokok produksi yang ditetapkan oleh Meubel Jawa Indah Antique
Ha: harga pokok produksi sketsel menggunakan Metode Full Costing lebih rendah daripada
harga pokok produksi yang ditetapkan oleh Meubel Jawa Indah Antique
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap dalam
suatu kegiatan penelitian, yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif (Arikunto, 2006: 10). Variabel ataupun objek dalam penelitian ini adalah
perhitungan harga pokok produksi pada produk sketsel. Penentuan variabel penelitian ini
berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terdahulu dengan pemilik Jawa Indah Antique
dan menghasilkan kesimpulan bahwa jenis sketsel merupakan produk yang paling banyak
diminati oleh konsumen. Untuk setiap bulannya, Jawa Indah Antique dapat memproduksi 3
sampai 4 jenis sketsel lebih banyak daripada jenis produk lain seperti kursi wayang, almari
dan sebagainya.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel bebas atau variabel penyebab (independent variables)
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu faktorfaktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan
antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Dalam hal ini variabel bebasnya yakni
harga pokok produksi.
2. Variabel terikat atau variabel tergantung (dependent variables).
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan
adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau
berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti. Dalam hal ini variabel
terikatnya adalah unsur-unsur harga pokok produksi dan metode full costing.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, jenis data yang akan digunakan adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh melalui hasil pengolahan dan hasil penelitian lapangan,
yakni: laporan harga pokok produksi sketsel yang diperoleh penulis dari Jawa Indah Antique,
yang berupa data kualitatif dan data kuantitatif.
1) Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar. Dalam
penelitian ini, data kualitatif adalah:
Sejarah singkat Jawa Indah Antique
Struktur organisasi Jawa Indah Antique
2) Data kuantitatif adalah data yang dapat dihitung yang berupa angka/nominal. Dalam hal
ini adalah data dan laporan harga pokok produksi sketsel Jawa Indah Antique.
3.3. Populasi dan Jumlah Sampel
Menurut Sugiyono (2006:55) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh data harga pokok produksi sketsel periode 2013-2014 pada Jawa Indah Antique.
Menurut Sugiyono (2006:56), sampel adalah sebagian jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian ini adalah harga pokok produksi sketsel ratarata setiap bulan pada Jawa Indah Antique dari tahun 2013 -2014, sehingga data observasi pada
penelitian ini berjumlah 24.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan
menguraikan dan menginterpretasikan data yang telah didapat dari lapangan dan informan
Daftar Pustaka
http://www.slideshare.net/bycmd/metode-hargapokokpesananfullcosting
http://www.slideserve.com/aspasia/metode-harga-pokok-proses-process-costing
https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/anggaran-biaya-overhead-pabrikbop/menghitung-harga-pokok-produksi
http://lib.unnes.ac.id/18179/
https://ml.scribd.com/doc/74271628/Variable-Costing-Akmen
https://ml.scribd.com/doc/127094777/PENERAPAN-ACTIVITY-BASED-COSTINGSYSTEM-UNTUK-MENENTUKAN-HARGA-POKOK-PRODUKSI
http://ejournal.unesa.ac.id/article/529/57/article.pdf
http://www.e-jurnal.com/2013/12/perbandingan-harga-pokok-produksi-full.html