Вы находитесь на странице: 1из 3

DOKTER UNTUK INDONESIA BEBAS ROKOK

Rokok masih menjadi masalah yang sangat besar di negeri ini. Saat ini
tercatat jumlah perokok di Indonesia berjumlah 34,7%, angka yang cukup besar
untuk menghantarkan Indonesia untuk memuncaki posisi tiga klasemen negara
dengan jumlah perokok terbesar. Dalam hal produksi, Indonesia juga tak kalah.
Berada di posisi keenam dibawah China, Brazil, India, USA dan Malawi dengan
sumbangan 135.678 ton.1
Menyelesaikan rantai setan rokok ini bukanlah hal yang mudah. Buktinya,
dunia butuh gerakan bersama dalam mewujudkan pengendalian rokok yang
terwadah dalam Framework Convention On Tobacco Control ( FCTC). Di Indonesia
sendiri, beberapa saat sebelum gerakan tersebut dicetuskan secara global,
sudah lebih dahulu melahirkan PP No 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok
Bagi Kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2013, Indonesia tengah mencanangkan penurunan prevalensi rokok
sebesar 1% pertahun dan penurunan perokok pemula sebesar 1% pertahun
selama periode 2015 sampai dengan 2019. Dalam merealisasikan peraturan
tersebut dibutuhkan kerjasama lintas sektor yang dibangun dengan asas
manfaat, artinya bahwa pelaksanaan peraturan tersebut harus memberikan
manfaat yang sebesar besarnya bagi kemanusiaan dan kehidupan yang sehat.
Sebagai insan terdepan yang langsung menghadapi masyarakat, dokter
memiliki andil yang besar dalam mewujudkan Indonesia bebas rokok. Dalam
pergerakannya dalam mewujudkan hal tersebut tak hanya dilakukan dokter
secara individu, namun juga dilakukan secara bersama-sama. Dokter lewat
organisasi profesi terus mengadvokasi upaya pemberantasan rokok yang
diwujudkan dengan bergabungnya dalam perumusan rancangan undang undang
tentang pengendalian dampak produk tembakau tehadap kesehatan. 2
Selain lewat organisasi profesi, para dokter yang juga berada di puskesmas
juga terus menginovasi diri. Puskesmas sebagai pusat layanan primer kesehatan
di Indonesia lewat progam promosi kesehatan terus mengedukasi masyrakat
akan bahaya rokok dan mendorong masyarakat yang telah merokok untuk
berhenti merokok. Inovasi-inovasi yang lahir sebagai contoh adalah lahirnya
Klinik Konsultasi Berhenti Merokok di 18 Puskesmas di Yogyakarta. 3
Terlepas dari fungsinya sebagai dokter yang tengah bekerja di Puskesmas
maupun di Rumah sakit, sebagai bagian dari masyarakat tentu juga dapat
mengedukasi masyarakat atau dalam spektrum yang lebih kecil yakni
mengedukasi keluarga dan kerabat.
Dokter sebagai insan pribadi tentu juga harus menjadi panutan masyarakat.
Patut disayangkan saat ini, berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh
Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3) di Indonesia, masih terdapat
16,4% dokter Puskesmas dan 11% dokter swasta yang masih menjadi perokok.

Terlepas dari berita buruk tersebut, tentu kita masih ada harapan. Berdasarkan
survey tersebut berarti masih ada 84,6% dokter puskesmas yang sudah memberi
contoh berperilaku hidup tidak merokok.
Besarnya peran dokter dalam upaya membebaskan Indonesia dari rokok
tentu menyadarkan kita bahwa dokter menjadi salah satu ujung tombak
terpenting yang dalam pembebasan rokok dari bumi Indonesia. Indonesia yang
bebas rokok bukan mimpi, akan ada jalan untuk setiap usaha. Usaha yang terus
dibangun agar menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang sehat.

Referensi
1.
2.

3.

Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia. Atlas Tembakau
Indonenesia Tahun 2013. Jakarta: TCSC-IAKMI. 2013.
Mulyono, Ignatius. Perkembangan RUU tentang pengendalian Dampak Produk tembakau terhadap
Kesehatan. Makalah Pada Executive Forum Media Indonesia. 2011.
Republika. 18 Puskesmas di Yogya Layani Konsultasi Berhenti Merokok. Republika [online]. Tersedia :
http://m.republika.co.id/berita/shortlink/88904 ( Diakses 3 Maret 2016 )

Вам также может понравиться