Вы находитесь на странице: 1из 8

Artikel Ilmiah Tugas Akhir

Analisis Interkoneksi PLTS dengan Jala-jala Listrik Satu Fase Menggunakan FullBridge Inverter dengan Hysteresis Current Controller
Reditya Septiyadi1, Suroso,2 Winasis3
1)
Mahasiswa Pemakalah, 2)Dosen Pembimbing 1, 3)Dosen Pembimbing 2
Jurusan/Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman
Jl. Mayor Jenderal Sungkono KM 5 Blater Purbalingga 53371
Abstrak
Kebutuhan akan energi listrik masa masa ini semakin meningkat, peningkatan ini menunjukan betapa pentingnya
energi listrik ini. Sumber energi listrik utama saat ini di Indonesia masih didapat dari hasil konversi energi fosil seperti
minyak bumi dan batu bara. Energi fosil ini memiliki jumlah yang terbatas dikarenakan pembentukannya yang membutuhkan
waktu yang sangat lama. Yang mengakibatkan semakin berkurang dan naiknya harga bahan bakar fosil ini. Untuk
itudiperlukan sumber energi alternatif sebagai pembangkit energi listrik, salah satunya berupa Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) yang merupakan fasilitas pembangkit energi listrik yang menggunakan energi sinar matahari sebagai sumber
energinya dengan mengkonversinya menjadi energi listrik. Alat utama dalam mengubah energi sinar matahari menjadi
energi listrik adalah Panel Sel Surya atau Phatovoltaic (PV). Salah satu topologi jaringan PV adalah Grid Connected-PV.
Keandalan Grid Connected PV tergantung dari banyak aspek, namun yang paling menunjang adalah pada perancangan
inverter dengan penggunaan controller yang tepat. Perancangan rangkaian simulasi pada penelitian ini menggunakan full
bridge inverter menggunakan kontrol arus histerisis. Dengan adanya sistem ini dapat mengurangi biaya tagihan dan
meningkatkan mutu listrik yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan sumber PV. Hasil penelitian menggunakan sumber
PV array menunjukan nilai THD arus keluaran inverter sebesar 0.01771 % pada saat arus referensi (Iref) 5A dan hysteresis
band (HB) 0.1. Hal ini masih dalam standar yang diizinkan sehingga keluaran inverter dapat dikatakan baik.
Kata Kunci: PLTS, Full-Bridge Inverter, Photovoltaic,Grid Connected-PV.
ABSTRACT
The need for electricity is increasing period of time, this increase shows how important this electrical energy. The
main source of electrical energy today in Indonesia is still obtained from the conversion of fossil fuels such as petroleum and
coal. Fossil energy has a limited amount due to the formation which requires a very long time. Resulting in diminishing
returns and rising prices of fossil fuels.Becouse of that it is necessary for alternative energy sources for generating electrical
energy, one of them a Solar Power Plant (SPP) which is an electrical energy generation facilities that use solar energy as a
source of energy by converting it into electrical energy. The main tool in converting the energy of sunlight into electrical
energy is Solar Cell Panel or Phatovoltaic (PV). One of the network topology is Grid Connected PV-PV. Reliability Grid
Connected PV depends on many aspects, but the most support is in the design of the inverter with the proper use of the
controller. The design of the circuit simulation in this study using a full-bridge inverter using hysteresis current control. With
this system can reduce cost of bills and improve the quality of electricity produced. This study uses a PV source. The results
using the PV array source indicates the inverter output current THD value of 0.01771% when the reference current (Iref) 5A
and hysteresis band (HB) 0.1. It is still within the allowed standards so that the output inverter can be said to be good.
Keywords : SolarPower Plant, Full-Bridge Inverter Photovoltaic, Grid-Connected PV.

1.
1.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di era modern masa kini kebutuhan akan energi
semakin meningkat, terutama kebutuhan akan energi listrik
yang digunakan dalam kehidupan sehari hari seperti
penerangan, mesin pompa air, lemari pendingin, kompor
listrik, pendingin ruangan, dll. Oleh karenanya persedianan
akan energi listrik harus selalu terpenuhi.
Energi listrik didapatkan dengan mengubah energi
lain menjadi energi listrik. Sumber energi lain bisa berasal

dari aliran air, angin, uap, nuklir, panas bumi, dan cahaya
matahari.Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pemasok
utama energi listrik di Indonesia, memproduksi energi listrik
dari berbagai pembangkit antara lain Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan
masih banyak lagi lainya.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah
suatu teknologi pembangkit yang mengkonversikan energi
foton dari surya menjadi energi listrik. Konversi ini terjadi
pada panel surya yang terdiri dari sel-sel Photovoltaik. Sel-

sel ini merupakan lapisan-lapisan tipis dari silicon (Si) murni


dan bahan semikondukator lainnya. Apabila bahan tersebut
mendapat energi foton, akan mengeksitasi elektron dari
ikatan atomnya menjadi elektron yang bergerak bebas dan
akhirnya akan mengeluarkan tegangan listrik arus searah.
Dengan hubungan seri-paralel, sel Photovoltaic dapat
digabungkan menjadi modul dengan jumlah sekitar 40 sel,
selanjutnya gabungan dari sekitar 10 modul akan membentuk
suatu array Photovoltaik.
PLTS memanfaatkan cahaya matahari untuk
menghasilkan listrik DC (direct current), yang dapat diubah
menjadi listrik AC (Alternating current) apabila diperlukan.
PLTS pada dasarnya adalah pecatu daya dan dapat dirancang
untuk mencatu kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan
besar, baik secara mandiri, maupun hibrid. Dengan metode
desentralisasi (satu rumah satu pembangkit) maupun dengan
metoda sentralisasi.
Sistem photovoltaic (PV) pada umumnya digunakan
sebagai distributed generating unit, sumber DC yang
dihasilkan dari PV diumpankan ke dalam jaringan distribusi
melalui unit pengkondisi daya (inverter). Dalam distributed
generating unit (DG), inverter merupakan peralatan yang
paling penting yang berfungsi sebagai pengkonversi
tegangan DC menjadi tegangan AC (Salman, 2013).
Diperlukan strategi kontrol arus pada inverter agar
inverter dapat bekerja dengan baik salah satunya adalah
metode kontrol arus histerisis. Kontroller histerisis adalah
kontroller yang membandingkan arus output dengan arus
referensi setelah diberi batas toleransi yang telah ditentukan.
Dengan menggunakan metode kontrol arus histerisis
performa yang dihasilkan sangat memuaskan dikarenakan
mempunyai respon yang cepat dan stabil dalam mengontrol
arus output inverter (Salman, 2013).
Melihat kebutuhan masyarakat dan potensi energi
sel surya di Indonesia maka penulis berinisiatif mengambil
judul Analisis Interkoneksi PLTS dengan Jala-Jala
Listrik Satu Fase Menggunakan Full-Bridge Inverter
dengan Hysteresis Current Controller. Sehingga
diharapkan dari penelitian ini didapatkan solusi alternatif
pembangkit yang ramah lingkungan dan murah namun
memiliki nilai keandalan yang tinggi. Selain itu dapat juga
dijadikan pedoman atau referensi dalam implementasi
rangkaian melalui parameter-parameter yang telah ditentukan
nilainya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka
yang menjadi permasalahan penelitian adalah sebagi berikut :
1. Bagaimana menghubungkan energi listrik yang
dihasilkan PLTS dengan sistem kelistrikan PLN?
2. Bagaimana bentuk pemodelan Full-Bridge Inverter
dengan Hysteresis Current Controller dalam PSIM?
3. Bagaimana unjuk kerja interkoneksi PLTS dengan
jala-jala listrik PLN satu fase menggunakan FullBridge Inverter dengan Hysteresis Current
Controller?

1.3

Batasan Masalah
Untuk menghindari melebarnya topik yang akan diteliti,
maka penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti
sebagai berikut :
1. Perhitungan
dan
analisa
keseluruhannya
menggunakan pendekatan simulasi.
2.

Tidak membahas sistem kerja PLTS pada


umumnya, tetapi lebih memfokuskan pada kinerja
inverter yang digunakan pada sistem PV tersebut.

3.

Tidak membahas mengenai rugi-rugi daya yang


terdapat pada komponen transformer.

4.

Pemodelan dan simulasi menggunakan PSIM.

5.

Penelitian ini dilakukan di kampus Teknik


Universitas Jendral Soedirman.
I.4
Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini bertujuan untuk bagai mana
cara menghubungkan PLTS dengan jala-jala listrik PLN
menggunakan rangkaina Full-bridge VSI dengan Hysteresis
Current Controller dan juga mensimulasikan keluaran
pemasangan jala jala PLN dengan PLTS dan mengetahui
unjuk kerja interkoneksi PLTS dengan jala-jala listrik
menggunakan Full-Bridge Inverter dengan Hysteresis
Current Controller.
I.5
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Berperan dalam usaha pemerataan listrik dan
penghematan sumber energi konvensional.
2. Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
3. Memberikan gambaran tentang perancangan suatu
sistem PV terhubung grid.
4. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang ingin
membuat karya ilmiah berhubungan dengan inverter
pada sistem PV.
2.

METODE PENELITIAN

2.1

Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Kampus Teknik


Elektro, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Jenderal Soedirman Blater, Purbalingga.

1.2

2.2

Alat dan Objek Penelitian


Adapun alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian
ini adalah:
1. Notebook dengan sistem operasi Microsoft Windows
7.
2.

Software PSIM 9.0.3 sebagai perangkat lunak yang


digunakan untuk mendesain rangkaian penelitian

Sedangkan objek penelitian adalah sistem PLTS


yang tersedia di kampus Teknik Elektro Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman
Blater, Purbalingga.

current controller pada sisi primer dan sekunder pada trafo.


Analisis akan dilakuakan pada setiap data yang didapatkan
4. Tahap Akhir
Tahap akhir dari penelitian, yaitu penulisan laporan dan
seminar hasil penelitian.

2.3 Tahapan Penelitian


1. Tahap Persiapan
Merupakan tahapan sebelum melakukan penelitian, meliputi
membuat pra-proposal hingga penelitian, tahap penelitian ini
dilakukan dengan mengumpulkan literature, referensi,
,diambil dari beberapa buku, jurnal serta website yang berisi
tentang teori penunjang tugas akhir ini.
2. Tahap Penelitian
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap penelitian
ini,adalah sebagai berikut :
Pengumpulan Data
Pada tahap ini penulis akan melakukan pengumpulan data
yang ada dilapangan mengenai parameter - parameter jalajala PLN yang diperlukan dalam pembuatan dan simulasi
rangkaian Full-bridge inverter dengan Hystheresis current
controller serta trafo step-up yang akan digunakan.
Pembuatan Rangkaian
Pada tahap ini pembuatan rangkaian menggunakan
seprangkat computer/laptop dengan sistim oprasi Windows 7.

3 Analisa dan Pembahasan


3.1 Rangkaian sistem
Rangkaian yang telah dibuat adalah rangkaian sebuah sistem
PLTS dengan sumber PV array yang terhubung dengan Full
Bridge-inverter
terhubung grid yang menggunakan
Hysteresis current controller.
3.2 Komponen komponen Penyusun Rangkaian
3.2.1. Modul Surya (Photovoltaic)
Dari gambar 3.1, dapat dilihat bahwa, terdapat
beberapa array PV yang kemudian terhubung ke kapasitor.
Pada perancangan tugas akhir ini, photovoltaic pada simulasi
dimodelkan dengan komponen array PV langsung, bukan
dimodelkan dengan sumber tegangan dc ideal (baterai).
Tabel 3.1 menunjukan spesifikasi modul PV yang digunakan
pada simulasi sistem:

Gambar 3.1 Topologi rangkaian sistem PLTS yang terkoneksi dengan power grid menggunakan half-bridge inverter
dengan hysteresis current controller dan trafo dengan sumber PV
Dengan mempelajari peangkat lunak PISM bagai mana cara
pembuatan rangkaian Inverter Full-Bridge dengan
Hystheresis current controller.
Simulasi Rangkaian
Setelah rangkaian Inverter Full-Bridge dengan Hystheresis
current controller yang terhubung jala-jala PLN dirangkai.
Selanjutya dilakukan proses simulasi untuk mendapatkan
data keluaran yang akan digunakan pada tahap analisis
selanjutnya.
3. Tahap Analisis Data
Data yang akan dianalisis antara lain adalah arus dan
tegangan dari Inverter Full-Bridge dengan Hystheresis

Tabel 3.1. Spesifikasi Modul Surya


Spesifikasi Solar Modul
Merk

Kyocera KD 220

Daya Maksimum

220W

Tegangan Daya
Puncak (Vmpp)

26.6V

Tegangan Rangkaian
Terbuka (Voc)

33.2V

Arus Maksimum
(Imax)

8.28A

Arus Hubung Singkat


(Isc)

8.98A

3.2.2. Rangkaian DC DC (Buck Converter)


Buck Converter adalah salah satu topologi DC-DC
converter yang digunakan untuk menurunkan level tegangan
DC. Prinsip kerja rangkaian ini adalah dengan kendali
pensaklaran yaitu digunakan komponen switching untuk
mendapatkan level tegangan yang lebih rendah dimana
komponen switching digunakan untuk mengatur duty
cyclenya. Komponen switching yang digunakan pada
rangkaian tugas akhir ini adalah IGBT.

Gambar 3.4. Rangkaian Kontrol Arus Histerisis (Hysteresis


current control)
Gambar 3.2 Rangkaian Buck converter

3.2.3. Inverter Jembatan Penuh (Full bridge inverter)

3.2.5. Trafo Ideal


Transformator yang digunakan adalah transformator
satu fasa ideal dengan mengabaikan rugi-rugi daya yang ada
di trafo, sehingga tegangan keluaran lebih mendekati
sinusoidal murni. Sumber tegangan ac untuk trafo diperoleh
dari tegangan keluaran inverter. Perbandingan antara
kumparan primer dan skunder adalah sebesar 1:60.

Gambar 3.5 Trafo Ideal

Gambar 3.3. Rangkaian full-bridge inverter

Rangkaian di atas menggunakan catu daya


yang berasal dari keluaran photovoltaic. Selanjutnya
inverter akan dihubungkan ke beban dan grid. Namun
sebelum dihubungkan ke beban dan grid, keluaran dari
inverter akan dihubungkan dengan transformator yang
berfungsi untuk menaikkan tegangan keluaran inverter
sehingga sesuai dengan standar yang diinginkan pada
grid yaitu sebesar 220 V.
3.2.4. Kendali Arus Histerisis (Hysteresis Current Control)
Untuk menghasilkan keluaran dari inverter maka
perlu diatur pensaklaran pada inverter dengan menggunakan
rangkaian hysteresis current controller. Prinsip kerja
controller ini adalah membandingkan antara arus actual yang
terbaca oleh sensor arus dengan batas bawah (lower band)
maupun dengan batas atas (upper band). Amplitudo arus
keluaran inverter akan mengikuti besar amplitude referensi
dengan lebar band sesuai dengan hysteresis band (HB) yang
telah ditentukan.

3.3 Analisa Hasil Pengujian Sistem


Pada tahap ini, penulis aka menguji rangkaian
sistem PLTS yang telah dirancang sebelumnya menggunakan
program software PSIM 9.03. pengujian dilakukan untuk
mengetahui karakteristik dari arus dan tegangan keluaran
yang nantinya akan terhubung dengan jala jala listrik PLN.
Selian itu perlu juga dicari parameter nilai THD inverter
yang ditentukan oleh nilai arus referensi. Nilai THD ini
diperlukan untuk memungkinkannya sistem untuk terhubung
ke jala jala PLN.
3.3.1

Nilai Amplitudo Arus Referensi pada


Hysteresis Current Controller
Arus referensi (Iref) pada rangkaian hysteresis
current controller berupa gelombang sinusoidal. Pada
penelitian ini arus referensi akan diubah-ubah untuk
mendapatkan kualitas keluaran terbaik dari system. Keluaran
yang akan diamati dan dibahas yaitu di sisi primer trafo
meliputi nilai arus dan tegangan primer keluaran inverter
serta keluaran di sisi sekunder meliputi arus dan tegangan di
sisi sekunder, dan arus pada grid. Selain itu dapat diamati
nilai THD yang terdapat pada keluaran tersebut berupa THD
arus.

Nilai arus referensi yang digunakan pada penelitian


ini dimulai dari 1A-5A. hysteresis band (HB) juga diubah
ubah pada masing-masing arus referensi yang digunakan
dimulai dari 0.1 sampai 0.5 HB. Berikut adalah contoh hasil
simulasi pada saat arus referensi (Iref) sebesar 5V dengan
hysteresis band (HB) 0.1 dan 0.5
Gambar 3.11. Spektrum harmonic arus primer pada HB 0.1

Gambar 3.6 Arus Primer & Tegangan Primer pada HB 0.1


Gambar 3.12. Spektrum harmonic arus primer pada HB 0.5

Gambar 3.7 Arus Primer & Tegangan Primer pada HB 0.5


Selanjutnya ditampilkan keluaran di sisi sekunder trafo.

Gambar 3.8 Arus Sekunder & Tegangan Sekunder pada HB


0.1

Gambar 3.13. Spektrum harmonic arus sekunder HB 0.1

Gambar 3.14. Spektrum harmonic arus sekunder HB 0.5


Berdasarkan hasil simulasi, diperoleh besarnya arus
inverter pada saat arus referensi diubah-ubah dari 1A-5A
dengan hysteresis bernilai tetap.
Tabel 3.2 Pengaruh Arus Referensi Terhadap Arus Inverter

Gambar 3.9 Arus Sekunder & Tegangan Sekunder pada HB


0.5

Gambar 3.10. Arus Grid


Selanjutnya akan ditampilkan gambar spectrum
harmonic arus primer dan sekunder.

Iref
(A)

HB

Iprimer
(A)

Vprimer
(V)

Isekunder
(A)

Vsekunder
(V)

0.1

0.70892

2.59273

0.01181

155.56

0.1

1.41471

2.59273

0.02357

155.56

0.1

2.12140

2.59273

0.03535

155.56

0.1

2.82662

2.59273

0.04711

155.56

0.1

3.51995

2.59273

0.05866

155.56

Tabel 3.3 Pengaruh Hysteresis Band terhadap Arus Inverter


Iref HB Iprimer Vprimer Isekunder Vsekunder
(A)
(A)
(V)
(A)
(V)
1
0.1 0.76472 2.59273
0.01274
155.56
1
0.2 1.44396 2.59273
0.02406
155.56
1
0.3 2.14108 2.59273
0.03568
155.56
1
0.4 2.84016 2.59273
0.04733
155.56
1
0.5 3.53516 2.59273
0.05891
155.56
Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat disimpulkan
bahwa semakin besar arus referensi (Iref) yang diterapkan
maka semakin besar pula arus inverter yang dihasilkan.
Berarti besar arus inverter sebanding dengan arus referensi
yang ditetapkan. Sedangkan pada tabel 3.3 dapat diambil
kesimpulan bahwa hysteresis band (HB) tidak mempengaruhi
besar arus inverter. Namun dapat kita lihat pada gambar
keluaran arus inverter di sisi primer dan
Iref HB
sekunder bahwa semakin besar band akan
semakin besar pula ripple yang dihasilkan.
1
1
1

Tabel 3.4 Pengaruh Hysteresis Band terhadap


nilai THD arus Inverter
Iref
(A)
1
1
1
1
1

HB
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5

1
1

HB
0.1
HB
0.2
HB
0.3
HB
0.4
HB
0.5

dengan besar arus referensi (Iref). Hal itu dikarenakan


semakin besar arus referensi yang diterapkan mengakibatkan
nilai harmonisa arus inverter berkurang atau semakin kecil.
3.3.2
Orde Harmonik Inverter
Pada subbab ini akan dianalisis perbandingan
harmonic arus inverter pada beberapa orde harmonic ganjil.
Dimulai dari orde ketiga sampai orde ketujuh belas. Gambar
dibawah ini adalah contoh orde harmonic arur inverter pada
saat arus referensi 1A dengan nilai hysteresis band (HB)
yang diubah-ubah.

Tabel 3.6 Nilai Orde Harmonik Inverter Pada Amplitudo


Referensi 1A
Orde Harmonik Arus Primer Inverter
3rd

5th

7th

9th

11th

13th

15th

17th

0,1055

0,1023

0,0974

0,0910

0,0844

0,0759

0,0673

0,0585

0,1252

0,1224

0,1171

0,1112

0,1036

0,0944

0,0856

0,0752

0,1592

0,1557

0,1503

0,1426

0,1323

0,1221

0,1107

0,0985

0,1923

0,1895

0,1858

0,1800

0,1706

0,1578

0,1435

0,1302

0,2387

0,2341

0,2276

0,2169

0,2018

0,1848

0,1690

0,1551

Total Harmonic Distortion (%)


Iprimer Vprimer Isekunder Vsekunder
0.08867 0.000094
0.08867
0.000094
0.17046 0.000094
0.17046
0.000094
0.25219 0.000094
0.25219
0.000094
0.33391 0.000094
0.33391
0.000094
0.41570 0.000094
0.41570
0.000094

Tabel 3.5 Pengaruh Arus Referensi terhadap nilai THD arus


Inverter
Total Harmonic Distortion (%)
Iref
HB
(A)
Iprimer Vprimer Isekunder Vsekunder
1
0.1 0.08867 0.000094
0.08867
0.000094
2
0.1 0.04430 0.000094
0.04430
0.000094
3
0.1 0.02952 0.000094
0.02952
0.000094
4
0.1 0.02214 0.000094
0.02214
0.000094
5
0.1 0.01771 0.000094
0.01771
0.000094

Analisis THD diatas menggunakan frekuensi


fundamental pada system PLTS penelitian ini yaitu 50Hz.
Berdasarkan tabel 3.4 diatas dapat disimpulkan bahwa
semakin besar hysteresis band akan menghasilkan harmonisa
yang semakin besar pula. Dengan kata lain peningkatan
hysteresis band sebanding dengan nilai harmonic arus yang
dihasilkan. Bedasarkan tabel 3.5 dapat disimpulkan bahwa
nilai arus hamonik yang dihasilkan berbanding terbalik

Gambar 3.15. Presentase nilai spektrum harmonik arus


primer inverter pada nilai arus referensi 1A
Tujuan dari perbandingan orde harmonic adalah
mengetahui nilai harmonisa yang terjadi pada orde lainnya.
Perubahan nilai hysteresis band akan mempengaruhi besar
harmonisa. Semakin besar hysteresis band akan semakin
besar pula harmonisa yang dihasilkan. Sehingga dapat
disimpulkan kenaikan harmonisa arus inverter akan
sebanding dengan kenaikan hysteresis band.
3.4.3

Faktor Daya dan Efisiensi


Faktor daya menggambarkan efisiensi dari sistem
ini dalam menyalurkan daya yang bisa dimanfaatkan atau
dihasilkan untuk pemakaian pada beban. Untuk itu perlu
dilakukan pengujian terhadap daya yang ada pada keluaran

sistem ini yaitu pada grid. Pengujian dilakukan dengan


mencari nilai daya yang ada pada grid antara lain daya aktif,
daya semu, maupun daya reaktifnya.
Kemudian dapat dicari nilai daya aktif, daya semu,
dan daya reaktif dari simulasi. Dengan diketahui nilai dayadaya tersebut akan dapat dicari nilai faktor dayanya. Faktor
daya dapat dicari menggunakan persamaan berikut :

Dapat dilihat pada tabel diatas nilai efisiensi sistem


memiliki nilai rata rata 95% dan tidak tampak perubahan
yang berarti pada nilai efisiensi dengan hysteresis band yang
berubah ubah. Hal ini disebabkan karena hysteresis band
hanya digunakan untuk mengatur nilai arus keluaran dari
inverter. Sehingga nilai efisiensi tidak ditentukan oleh
hysteresis band, melainkan dari daya keluaran yang
didapatkan.

Faktor Daya (cos ) = .............................................. (3.1)


Dimana :
S = Daya Semu (Va)
P = Daya Aktif (W)
Dari hasil simulasi nilai daya aktif dan daya semu
yang didapat saat arus referensi 5A dan nilai HB 0.1 yaitu
9.1647055W dan 9.1661318VA. Sehingga faktor daya yang
didapat:
Faktor Daya (cos )

=
= 0.999

Nilai faktor daya yang dihasilkan pada sistem ini


dapat dikatakan sangat baik sehingga dapat disimpulkan
sistem PLTS ini memiliki kualitas yang sangat baik.
Efisiensi merupakan perbandingan antara daya pada
masukan (daya input) dengan daya pada keluaran (daya
output). Dengan tingginya efisiensi dari suatu sistem maka
bisa dikatakan sistem tersebut memiliki kualitas yang baik
dari sisi penyaluran tenaga listrik. Efisiensi yang tinggi
berarti daya yang dihasilkan suatu sistem akan sama dengan
daya yang dikeluarkan atau disalurkan sistem tersebut.
Efisiensi dapat dicari dari persamaan berikut :
Efisiensi () =

x 100 % ............................................(3.2)

Untuk mencari nilai efiensi dari sistem, maka


terlebih dahulu dicari nilai dari daya input dan daya output.
Daya input didapat dari keluaran pv dan daya output didapat
dari keluaran sistem yaitu pada sisi grid atau pada sisi
sekunder trafo. Kemudian akan diamati pengaruh perubahan
hysteresis band terhadap nilai efisiensi pada sistem. Hasil
simulasi ditampilkan melalui tabel berikut:
Tabel 3.7 Hubungan Hysteresis Band dengan Efisisensi
Arus
Hysteresis Daya
Daya
Effisiensi
referensi band
sumber
Beban
(%)
(A)
DC (Watt) (Watt)
5
0.1
10.550403 8.9682462 85,0038
5
0.2
10.547771 8.9688819 85,0311
5
0.3
10.545806 8.9699933 85,0574
5
0.4
10.54622
8.9715346 85,0687
5
0.5
10.546728 8.9735582 85,0838

4 Kesimpulan dan Saran


4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan:
1. Hysteresis current controller sesuai untuk koneksi
PLTS ke grid dikarenakan memiliki respon yang
cepat dan stabil terhadap perubahan arus output
inverter.
2. Perubahan nilai hysteresis band (HB) akan
mempengaruhi kualitas arus dan besarnya THD
karena harmonisa yang ditimbulkan.
3. Meningkatnya nilai Iref akan memperkecil nilai
THD dari arus yang dihasilkan. Dimana hal ini
berkebalikan dengan peningkatan nilai HB.
4. Hysteresis current controller tidak mempengaruhi
besarnya nilai tegangan dan THD tegangan.
4.2 Saran
Hasil penelitian ini masih belum sempurna dan
masih dapat
diperbaiki
sehingga
penulis
memberikan saran:
1. Karena masih berupa simulasi maka dibutuhkan
implementasi
rangkaiannya
sehingga
dapat
diketahui hasil yang sebenarnya.
2. Untuk mengurangi rugi-rugi pada transformator
dapat digunakan rangkaian boost up chopper.
3. Untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan
penelitian dengan menggunakan sumber energi
alternatif lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kholid. 2008. Sel Surya (Photovoltaic System).
Materi Kuliah Teknologi Energi Terbarukan,
Program Studi Teknik Elektro, Jurusan Teknik,
Fakultas Sains & Teknik, Universitas Jendral
Soedirman, Purwokerto.
Budianto, Heru. 2013. Studi Sistem PLTS Low Voltage High
Current Yang Terkoneksi Power Grid
Menggunakan H-Bridge Current Source
Inverter.
Skripsi.
Universitas
Jenderal
Soedirman: Purwokerto. 119
David. 2008. Pemodelan dan Simulasi Photovoltaic System
dengan Menggunakan PSIM. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Surabaya : FTI-UKP.
Ismail, Bin Baharuddin.2008. Design and Develepment of
Unipolar SPWM Switching Pulses for Single

Phase Full Bridge Inverter Application. Tesis.


Universitas Sains Malaysia.
Kurniaji, Aji. 2014. Analisis Unjuk Kerja Interkoneksi PLTS
Dengan Jala Jala Listrik Satu Fase
Menggunakan Half Bridge Inverter Sumber
Tegangan dan Trafo. Skripsi. Universitas
Jenderal Soedirman: Purwokerto
Kusnandar, Vendi. 2012. Studi Sistem Photovoltaic yang
dilengkapi Boost-Up Chopper dan Maximum
Power Point Tracker (MPPT) Menggunakan
Metode Incremental Conductance. Skripsi.
Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman.
Maryanto, Aziz. 2014. Analisis interkoneksi PLTS dengan
jala-jala listrik satu fase menggunakan FullBridge Inverter sumber tegangan dan trafo.
Skripsi. Purwokerto : Universitas Jenderal
Soedirman.
Prasetyo, Adi. 2014. Analisis Unjuk Kerja Sistem PLTS Low
Voltage High Current (LVHC) Yang
Terhubung Dengan Power Grid Menggunakan
Inverter Sumber Arus Tiga Fasa Dan Trafo.
Skripsi Universitas Jendral Soedirman:
Purwokerto.
Prisandi, Denny. 2012. Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada
Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan
Hysteresis Current Control. Jurnal Teknik
POMITS Vol. 1, No. 1. Institut Teknologi
Sepuluh November: Surabaya
Rashid, M. H. 1993. Power Electronics, Circuits, Devices
and Applications, 2nd ed. Prentice Hall,
Englewood Cliffs, NJ.
Salman, Mochammad. 2013. Perancangan Inverter Satu
Fasa Yang Terhubung Dengan Jaring
Distribusi Menggunakan Metode Hysterisis
Current Control. Skripsi. Institut Teknologi
Sepuluh November: Surabaya.
Zuhal. 1988. Dasar Teknik Tenaga Listrik Dan Elektonika
Daya. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Вам также может понравиться