Вы находитесь на странице: 1из 21

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak di dunia dan penyebab
kematian kedua terbanyak (terlepas dari gender) di Amerika Serikat.1 Penderita kanker
rektum berkisar 40.000 per tahun di AS. Di Indonesia dari berbagai laporan terdapat kenaikan
jumlah kasus tetapi belum ada angka yang pasti berapa insiden karsinoma kolorektal.
Sjamsuhidajat (1986) dari evaluasi data-data di Departemen Kesehatan mendapatkan 1,8 per
100.000 penduduk.1
Kunci utama keberhasilan penanganan karsinoma kolorektal adalah ditemukannya
karsinoma dalam stadium dini, sehingga terapi dapat dilaksanakan secara bedah kuratif.
Namun sayang sebagian besar penderita di Indonesia datang dalam stadium lanjut sehingga
angka survival rendah, terlepas dari terapi yang diberikan. Penderita datang ke rumah sakit
sering dalam stadium lanjut karena tidak jelasnya gejala awal dan tidak menganggap penting
gejala dini yang terjadi.1
Terapi bedah paling efektif bila dilakukan pada penyakit yang masih terlokalisir. Bila
sudah terjadi metastasis, prognosis menjadi buruk, karena pilihan terapi mungkin hanya
paliatif saja. Dengan perkembangan metode pembedahan, kemoterapi dan radioterapi pada
beberapa tahun terakhir, telah dimungkinkan tercapainya hasil terapi yang lebih baik pada
karsinoma rekti.1
Skrining karsinoma kolorektal memegang peranan yang sangat penting. Pengalaman
di berbagai negara memperlihatkan bahwa skrining yang adekuat terbukti menurunkan angka
kematian akibat dari karsinoma kolorektal, karena dengan program skrining yang baik akan
lebih banyak ditemukan kasus dini sehingga terapi dapat secara kuratif.1

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

BAB II
CA RECTI
II.1 Definisi
Kanker colorectal ditujukan pada tumor ganas yang berasal dari mukosa colon atau
rectum. Karsinoma rekti didefinisikan sebagai keganasan yang muncul pada rektum, yang

sebagian besar adalah tumor ganas. Jenis keganasan terbanyak pada rektum adalah
Adenokarsinoma. Rektum merupakan bagian bawah kolon mulai 12 cm anocutan line (ACL)
ke arah anus diatas anal kanal dan dibagi menjadi 3 bagian: 1/3 atas, 1/3 tengah dan 1/3
bawah. Struktur rektum terletak retroperitoneal, dan berdasar aliran getah beningnya, rektum
memiliki beberapa kelenjar getah bening regional, yaitu KGB presakral, KGB iliaka interna,
dan untuk bagian distal, KGB iliaka eksterna dan inguinal. Letak anatomi ini berperan
memberikan morbiditas yang besar pada bedah ekstirpasi dan terjadinya rekurensi
lokoregional. Anatomi dari rektum yang terletak distal dan terdapatnya sfingter anus juga
merupakan hal yang penting diperhatikan demi kualitas hidup pasien.2
Terdapat banyak faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan risiko terjadinya
Karsinoma Rekti; faktor risiko dibagi menjadi dua yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan
yang tidak dapat dimodifikasi. Termasuk di dalam faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
adalah riwayat KKR atau polip adenoma individual dan keluarga, dan riwayat individual
penyakit kronis inflamatori pada usus. Yang termasuk di dalam faktor risiko yang dapat
dimodifikasi adalah inaktivitas, obesitas, konsumsi tinggi daging merah, merokok dan
konsumsi alkohol moderat- sering.2
II.2 Anatomi
Usus besar atau colon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar
1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari caecum hingga canalis ani. Diameter usus besar sudah
pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar 6,5 cm (2,5 inci), tetapi makin dekat anus
diameternya semakin kecil.
Usus besar terdiri dari 6 bagian, yaitu caecum, colon ascenden, colon transversum,
colon descenden, colon sigmoid dan rectum (Lihat Gambar. 1). Berbeda dengan mukosa usus
halus, pada mukosa colon tidak dijumpai vili dan kelenjar biasanya lurus-lurus dan teratur.
Permukaan mukosa terdiri dari pelapis epitel tipe absorptif diselang-seling dengan sel goblet.
Pada lamina propria dan basis kripta secara sporadik terdapat nodul jaringan limfoid.
Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

II.2.1 Rectum
Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu colon sigmoid dengan panjang
sekitar 15 cm. Rectum memiliki tiga kurva lateral serta kurva dorsoventral. Mukosa dubur
lebih halus dibandingkan dengan usus besar.
Rectum memiliki 3 buah valvula : superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3
bagian distal rectum terletak di rongga pelvic dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian proksimal
terletak dirongga abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum
reflectum dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior. Saluran anal
(anal canal) adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus
yang lebih proksimal, dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan internal ) serta otot-otot
yang mengatur pasase isi rectum kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas,
medial dan depan.
II.2.2 Fungsi Colon dan Rectum
Usus besar atau colon mengabsorbsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari kimus
yang tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat. Usus besar hanya
memproduksi mucus. Sekresinya tidak mengandung enzim atau hormon pencernaan.
Sejumlah bakteri dalam colon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa dan memproduksi
sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap hari. Bakteri juga memproduksi vitamin K,
riboflavin, dan tiamin, dan berbagai gas. Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk
feses.
Fungsi utama dari rectum dan canalis anal ialah untuk mengeluarkan massa feses
yang terbentuk dan melakukan hal tersebut dengan cara yang terkontrol. Fungsi rectum
berhubungan dengan defekasi sebagai hasil refleks. Apabila feses masuk ke dalam rectum,
terjadi peregangan rectum sehingga menimbulkan gelombang peristaltik pada colon
descendens dan colon sigmoid mendorong feses ke arah anus, sfingter ani internus dihambat
dan sfingter ani internus melemas sehingga terjadi defekasi. Feses tidak keluar secara terus
menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot sfingter ani
internus dan externus

II.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ca Rekti


Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian kanker colorectal yaitu:
Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

a. Umur
Kanker colorectal sering terjadi pada usia tua. Lebih dari 90% penyakit ini menimpa
penderita di atas usia 40 tahun, dengan insidensi puncak pada usia 60-70 tahun (lansia).
Kanker colorectal ditemukan di bawah usia 40 tahun yaitu pada orang yang memiliki riwayat
colitis ulseratif atau polyposis familial.
b. Faktor Genetik
Meskipun sebagian besar kanker colorectal kemungkinan disebabkan oleh faktor
lingkungan, namun faktor genetik juga berperan penting. Ada beberapa indikasi bahwa ada
kecenderungan faktor keluarga pada terjadinya kanker colorectal. Risiko terjadinya kanker
colorectal pada keluarga pasien kanker colorectal adalah sekitar 3 kali dibandingkan pada
populasi umum.
Banyak kelainan genetik yang dikaitkan dengan keganasan kanker colorectal
diantaranya sindrom poliposis. Namun demikian sindrom poliposis hanya terhitung 1% dari
semua kanker colorectal. Selain itu terdapat Hereditary Non-Poliposis Colorectal Cancer
(HNPCC) atau Syndroma Lynch terhitung 2-3% dari kanker colorectal.
c. Faktor Lingkungan
Kanker colorectal timbul melalui interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan
faktor lingkungan. Sejumlah bukti menunjukkan bahwa lingkungan berperan penting pada
kejadian kanker colorectal. Risiko mendapat kanker colorectal meningkat pada masyarakat
yang bermigrasi dari wilayah dengan insiden kanker colorectal yang rendah ke wilayah
dengan risiko kanker colorectal yang tinggi. Hal ini menambah bukti bahwa lingkungan
sentrum perbedaan pola makanan berpengaruh pada karsinogenesis.
d. Faktor Makanan
Makanan mempunyai peranan penting pada kejadian kanker colorectal.
Mengkonsumsi serat sebanyak 30 gr/hari terbukti dapat menurunkan risiko timbulnya kanker
colorectal sebesar 40% dibandingkan orang yang hanya mengkonsumsi serat 12 gr/hari.
Orang yang banyak mengkonsumsi daging merah (misal daging sapi, kambing) atau daging
olahan lebih dari 160 gr/hari (2 porsi atau lebih) akan mengalami peningkatan risiko kanker
colorectal sebesar 35% dibandingkan orang yang mengkonsumsi kurang dari 1 porsi per
minggu.
Serat makanan terutama yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin sebagian
besar tidak dapat dihancurkan oleh enzim-enzim dan bakteri di dalam tractus digestivus.
Serat makanan ini akan menyerap air di dalam colon, sehingga volume feses menjadi lebih
besar dan akan merangsang syaraf pada rectum, sehingga menimbulkan keinginan untuk
Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

defekasi. Dengan demikian tinja yang mengandung serat akan lebih mudah dieliminir atau
dengan kata lain transit time yaitu kurun waktu antara masuknya makanan dan
dikeluarkannya sebagai sisa makanan yang tidak dibutuhkan tubuh menjadi lebih singkat.
Waktu transit yang pendek, menyebabkan kontak antara zat-zat iritatif dengan mukosa
colorectal menjadi singkat, sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit di colon dan
rectum. Di samping menyerap air, serat makanan juga menyerap asam empedu sehingga
hanya sedikit asam empedu yang dapat merangsang mukosa colorectal, sehingga timbulnya
karsinoma colorectal dapat dicegah.
e. Polyposis Familial
Polyposis Familial diwariskan sebagai sifat dominan autosom. Insiden pada populasi
umum adalah satu per 10.000. Jumlah total polip bervariasi 100-10.000 dalam setiap usus
yang terserang. Bentuk polip ini biasanya mirip dengan polip adenomatosun bertangkai atau
berupa polip sesil, akan tetapi multipel tersebar pada mukosa colon. Sebagian dari poliposis
ini asimtomatik dan sebagian disertai keluhan sakit di abdomen, diare, sekresi lendir yang
meningkat dan perdarahan kecil yang mengganggu penderita. Polip cenderung muncul pada
masa remaja dan awal dewasa dan risiko karsinoma berkembang di pasien yang tidak diobati
adalah sekitar 90% pada usia 40 tahun.
f. Polip Adenoma
Polip Adenoma sering dijumpai pada usus besar. Insiden terbanyak pada umur
sesudah dekade ketiga, namun dapat juga dijumpai pada semua umur dan laki-laki lebih
banyak dibanding dengan perempuan. Polip adenomatosum lebih banyak pada colon sigmoid
(60%), ukuran bervariasi antara 1-3 cm, namun terbanyak berukuran 1 cm. Polip terdiri dari 3
bagian yaitu puncak, badan dan tangkai. Polip dengan ukuran 1,2 cm atau lebih dapat
dicurigai adanya adenokarsinoma. Semakin besar diameter polip semakin besar kecurigaan
keganasan. Perubahan dimulai dibagian puncak polip, baik pada epitel pelapis mukosa
maupun pada epitel kelenjar, meluas ke bagian badan dan tangkai serta basis polip. Risiko
terjadinya kanker meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran dan jumlah polip.
g. Adenoma Vilosa
Adenoma vilosa jarang terjadi, berjumlah kurang dari 10% adenoma colon. Terbanyak
dijumpai di daerah rectosigmoid dan biasanya berupa massa papiler, soliter, tidak bertangkai
dan diameter puncak tidak jauh berbeda dengan ukuran basis polip. Adenoma vilosa
mempunyai insiden kanker sebesar 30-70%. Adenoma dengan diameter lebih dari 2 cm,

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

risiko menjadi kanker adalah 45%. Semakin besar diameter semakin tinggi pula insiden
kanker.
h. Colitis Ulserosa
Perkiraan kejadian kumulatif dari kanker colorectal yang berhubungan dengan colitis
ulserosa adalah 2,5% pada 10 tahun, 7,6% pada 30 tahun, dan 10,8% pada 50 tahun.Colitis
ulserosa dimulai dengan mikroabses pada kripta mukosa colon dan beberapa abses bersatu
membentuk ulkus. Pada stadium lanjut timbul pseudopolip yaitu penonjolan mukosa colon
yang ada diantara ulkus. Perjalanan penyakit yang sudah lama, berulang-ulang, dan lesi luas
disertai adanya pseudopolip merupakan resiko tinggi terhadap karsinoma. Pada kasus
demikian harus dipertimbangkan tindakan kolektomi. Tujuannya adalah mencegah terjadinya
karsinoma (preventif) dan menghindari penyakit yang sering berulang-ulang. Karsinoma
yang timbul sebagai komplikasi colitis ulserosa sifatnya lebih ganas, cepat tumbuh dan
metastasis.
II.4. Gambaran Klinis
Karsinoma colon dan rectum dapat menyebabkan ulserasi, atau perdarahan, menimbulkan
obstruksi bila membesar, atau menembus (invasi) keseluruh dinding usus dan kelenjar-kelenjar
regional. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses di peritonium. Keluhan
dan gejala tergantung juga dari lokasi dan besarnya tumor.

II.4.1 Karsinoma Rectum


Sering terjadi gangguan defekasi, misalnya konstipasi atau diare. Sering terjadi
perdarahan yang segar dan sering bercampur lendir, berat badan menurun. Perlu diketahui
bahwa rasa nyeri tidak biasa timbul pada kanker rectum. Kadang-kadang menimbulkan
tenesmus dan sering merupakan gejala utama
Keluhan perdarahan melalui anus, gangguan defekasi, kadang didapatkan massa pada
perut, tanda-tanda obstruksi usus, anemia, penurunan berat badan. Tanda dan gejala berikut
ini merupakan temuan yang sering menjadi awal dugaan adanya karsinoma rekti:

Perdarahan per-anum disertai peningkatan frekuensi defekasi dan/atau diare selama

minimal 6 minggu pada semua umur 1


Defekasi seperti kotoran kambing
Perdarahan per-anum tanpa gejala anal pada individu berusia di atas 60 tahun
Peningkatan frekuensi defekasi atau buang air besar berlendir
Massa intra-luminal di dalam rektum
Tanda-tanda obstruksi mekanik usus

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

Pemeriksaan fisis dapat ditemukan :

Tanda-tanda anemia
Kadang massa yang teraba pada abdomen
Tanda-tanda obstruksi usus.

Pemeriksaan colok dubur:


Pemeriksaan ini dilakukan pada setiap penderita dengan gejala anorektal.
Tujuan pemeriksaan ini untuk menetapkan keutuhan sfingter ani dan menetapkan
ukuran dan derajat fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah dan distal, serta menetapkan

jarak antara tumor dengan anocutan line.


Pada pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah:
o Keadaan tumor
o Mobilitas tumor
o Ekstensi penjalaran
Pemeriksaan Penunjang Dalam menegakkan diagnosis karsinoma rekti, beberapa

pemeriksaan yang sering dilakukan adalah:


Pemeriksaan Laboratorium Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis.
Kimia darah Tumor marker CEA.
Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan foto toraks PA


CT scan/MRI
Ultrasonografi (USG) abdomen
Ultrasonografi (USG) endorektal (bila dapat dikerjakan)
PET scan (bila diperlukan/tidak rutin)
Pemeriksaan patologi anatomi

Biopsi dari rektum dan spesimen reseksi menentukan jenis keganasan dan derajat
diferensiasinya.

Endoskopi
Sigmoidoskopi rigid / Rektoskopi untuk visualisasi kolon dan rektum
Sigmoidoskopi fleksibel (Lebih efektif dibandingkan dengan sigmoidoskopi 2 rigid

untuk visualisasi kolon dan rektum)


Kolonoskopi (Akurasi sama dengan kombinasi enema barium kontras ganda +
sigmoidoskopi fleksibel untuk KKR atau polip > 9 mm.

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

Penentuan Stadium Klinik Penentuan stadium klinik dilakukan berdasarkan hasil


imaging (CT Scan/MRI, toraks foto, dan USG transrektal/TRUS)
II.5 Karsinoma Rektal dan Aspek Radiologinya
Hampir seluruh jenis keganasan rektal adalah adenokarsinoma. Adenokarsinoma
rektal adalah penyebab utama mortalitas dan morbilitas di Amerika Utara dan Eropa Barat.
Karsinoma rektal merupakan karsinoma traktus digestivus tersering setalah karsinoma kolon
dan mempunyai prognosis yang baik. The 5-year servial rate mencapai 50%. Skrining dan
pengobatan dari polip adenomatosa menaikkan survival rates.
Prognosis tergantung dari staging saat diagnosis dan penatalaksanaan awal. Walaupun
klasifikasi internasional TMN dan staging dari computer tomography (CT) banyak
digunakan, klasifikasi the Dukes juga masih banyak digunakan secara luas.
Prognosis juga dipengaruhi oleh grading secara histologi. Dimana komplikasi dari
karsinoma rektal tersering adalah obstruksi, fistula dari usus halus, vesika urinaria, atau
vagina (jarang), dan perforasi (sangat jarang).
II.5.1 Pemeriksaan yang Dianjurkan
Pemeriksaan sigmoidoskopi (rigid/ flexible) atau double-contras barium enema.
Pemeriksaan flexible sigmoidoscope (60 cm) lebih dapat menjangkau rectosigmoid junction
lebih baik daripada rigid sigmoidoscope (20 cm). Sigmoidoskop lebih akurat pada
pemeriksaan rektum dan dapat mendeteksi polip adenomatosa daripada barium enema, selain
itu dapat dilakukan reseksi polip pada pemeriksaan ini. Double-contras barium enema dapat
medeteksi tumor kolorektal sekitar 80-95%, juga
Pemeriksaan CT untuk mentukan staging sebelum dilakukan pengobatan dan
pemilihan terapi yang tepat. Walaupun MRI lebih akurat dibantingkan CT pada staging tumor
primer, namun CT lebih banyak digunakan. CT dan MRI tidak dapat digunakan untuk
mendeteksi derajat invasi tumor primer. Pemeriksaan tersebut tidak dapat dibedakan dari
pembesaran kelenjar getah bening yang diakibatkan oleh inflamasi dari tumor. Ukuran
normal dari kelenjar getah bening yang telah di invasi oleh tumor tidak dapat di deteksi
dengan CT, MRI, sigmoidoskopi maupun barium enema.
II. 5.2 Pemeriksaan Foto X-Ray
Karsinoma yang awal/kecil biasanya berbentuk massa polypoid dengan permukaan
licin dan mungkin tidak dapat dibedakan dari polip jinak. Jarang sekali karsinoma berbentuk
lesi yang flat. Massa polypoid dapat dilihat secara radiologis berbentuk filling defect pada
pemeriksaan barium enema (single-contras) atau lebih sering berbentuk tonjolan massa
jaringan lunak dengan barium-coated di lumen berudara (double-contras). Polip juga dapat
Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

berbentuk bulan sabit atau bayangan ringlike pada dinding usus. Lobulasi juga sering terlihat
pada polip yang berdiameter lebih dari 2 cm.
Polip yang bertangkai mungkin dapat lebih mudah dilihat. Polip ini berbentuk
targetlike atau Mexican hat appearance. Perubahan keganasan dapat terjadi pada kepala atau
tangkai polip. Polip dengan panjang 2 cm atau lebih dan tangkai 5 mm atau lebih tipis dapat
mencegah penyebaran karsinoma dari kepala ke dinding usus.
Pemeriksaan foto polos abdomen berguna pada pasien dengan obstruksi usus besar
atau perforasi. Free gas dibawah diafragma dapat dideteksi dari pemeriksaan foto thoraks
posisi erect.
Kebanyakan kasus karsinoma rektal berukuran 3-4 cm saat di diagnosis. Lesi polip
bervariasi dari ukuran kecil sampai besar, massa bundar dengan permukaan irregular dan juga
deformitas dari struktur dinding usus (Gambar 1).

Gambar 1. Polipoid

pada

rekum bagian atas


Lesi anular
diakbatkan oleh

yang
massa

sirkumtansial irregular yang menyumbat lumen usus. Margin dari karsinoma menggambarkan
overhanging edge, yang merupakan batas dari tumor (Gambar 2).

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

Gambar 2. Anular

karsinoma

pada rektum

proksimal

II.5.3 Computered

Tomography

Indikasi pemeriksaan CT pada karsinoma rektal:

CT digunakan dalam staging karsinoma rektal sebelum penatalaksanaan,


penentuan rekurensi dan untuk menentukan metastasus setelah operasi

Pada pasien usia lanjut yang tidak dapat dilakukan colonoskopi atau barium
enema

Staging atau TMN dari pemeriksaan CT dapat dilihat dari table berikut.
Tabel 1. Staging dari pemeriksaan CT
Stage
T1
T2
T3a
T3b

Deskripsi
Massa polypoid intralumen; tanpa pelebaran dinding usus
Penebalan dinding rektum > 6mm; tanpa perluasan perirektal
Penebalan dinding rektum dengan invasi ke organ atau otot sekitar
Penebalan dinding rektum dengan invasi ke dinding pelvis dan dinding

T4

abdomen
Metastase ke hepar atau adrenal

Tabel 2. Klasifikasi TNM Dukes


TNM

Duke

Deskripsi

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

10

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

T1 N0 M0
T2 N0 M0
T3 N0 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
T4
Semua T,

A
B1
B2
C1
C2
C2
D

Terbatas hanya pada lapisan mukosa


Terbatas hanya pada lapisan muskularis propia
Ekstensi transmural
T2, pembesaran KGB mesentrika
T3, pembesaran KGB mesentrika
Invasi organ sekitar
Metastase jauh

M1
Penemuan pada CT :

Tumor rektum biasanya terlihat pada massa jaringan lunak dengan sekitar lumen usus
dengan kontras gastrografin 1% yang diberikasn 12 jam dan 2 jam sebelum

pemeriksaan
Malignansi terdeteksi sebagai penebalan dinding usus (lampiran 1).
Penyebaran tumor ekstrarektal memberi kesan hilangnya lemak jaringan pada rektum

dan nodus pada perirectal


Penebalan otot yang terinvasi
Penebalan dinding rektum ke lemak perirectal
Pemeriksaan CT membantu dalam proses operasi, merupakan informasi yang penting
pada tempat dan ekstensi lokal dari tumor dan penentuan tindakan operasi yang tepat
Kelenjar getah bening berdiameter > 10 mm dikatakan abnormal. CT berguna untuk

menentukan pembesaran KGB, nodul jinak maupun ganas. Selain itu, focus malignansi dapat
berada pada KBG yang berdiameter < 1 cm. Secara keseluruhan, 60% dari KGB yang
terjangkit terdeteksi oleh CT. Pembesaran KBG mungkin terdeteksi pada KGB mesenterikal
dan retroperitoneum, tumor rektum dapat bermetastasis ke KGB iliaka.
Hepar merupakan tempat metastase jauh yang paling sering. CT dapat mendeteksi
metastase hepar yang terlihat sebagai area yang low density dibanding parenkim normal hepar
pada fase vena portal setelah dimasukkan kontras (lampiran 2). Pada awal fase arteri,
metastase hepar dapat terlihat sebagai rim enhancement atau menjadi hiperden atau isoden
disbanding hepar normal.

Metastasis pulmonum lebih sering terjadi pada karsinoma rektum bagian bawah atau
karsinoma kolon. Hal ini dikarenakan perdarahan rektal bagian bawah mengalir ke sistem
vena sistemik (vena iliaka interna) dibantingkan ke sistem vena portal (vena mesenterika
superior dan inferior), dan juga pada kolon dan rektum bagian atas. Oleh sebab itu, tumor
Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

11

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

rektal bagian bawah dapat bermetastasis ke paru dan dapat di deteksi dengan foto polos
thoraks. Metastase lain diantaranya adrenal, peritoneum, dan omentum dan jarang pada
tulang dan otak.
II.5.4 Magnetic Resonance Imaging
Tumor recti tampak sebagai lesi dengan intensitas rendah (hampir sama dengan otot
sekitar) pada stadium T1 dengan sedikit perbedaan dengan lemak perirectal yaitu lebih tinggi
intensitasnya (lampiran 3).
Kontras gadolinium berkaitan dengan pembentukan fibrosis renal. Hal ini dapat
terjadi jika diberikan kontras ini kepada pasien dengan gagal ginjal stadium akhir. Fibrosis
renal ini dapat berakibat fatal dengan gejala kemerahan pada kulit, rasa terbakar, gatal,
pembengkakan kulit, bercak kuning pada sklera, kesukaran pergerakan lengan, tangan,
tungkai, rasa nyeri pada tulang iga dan kelemahan otot.
Kegunaan MRI pada karsinoma rektum adalah untuk memnentukan terapi adjuvant,
reseksi radikal atau local. Selain itu juga berguna dalam penegakan staging pada karsinoma
rektum dan rectosigmoid dan mendeteksi penyebaran tumor ke organ pelvis atau sekitarnya.
II.5.5 Ultrasonography
Kegunaan USG dalam karsinoma rektum adalah untuk menilai ada tidak metastasis ke
hepar. Tingkat sensitivitas USG dalam hal ini sebesar 85%. Metastase hepar dari karsinoma
rektum biasanya terlihat hepar yang hyperechoic (lampiran 4) tetapi dapat juga hypoechoic
(lampiran 5).
Tidak seperti CTatau MRI, transrektal USG dapat menggambarkan lapisan dinding
rektum. Penyebaran ke dinding rektum dapat dilihat dengan rotating high-frequency probe
pada rektum (lampiran 6).
Dinding rektumterdiri atas 5 lapisan :

Mukosa (echogenic)
Muskularis mukosa (hypoechoic)
Submucosa (echogenic)
Muskularis propia (hypoechoic)
Serosa (echogenic)
Tumor rektum terlihat sebagai gambaran massa hypoechoic dengan invasi yang

berbeda (lampiran 7). Invasi ke vesika urinaria, prostat dan KGB terkait dapat terjlihat. KGB
yang terkena dapat menjadi lebih speris dan hypodense daripada yang bundar dan hyperdense
yang merupakan gambaran normal KGB.

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

12

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

II.6 Klasifikasi Stadium dan Grading


Klasifikasi stadium Stadium karsinoma kolorektal berdasarkan bistem TNM
American Joint Comittee on Cancer (AJCC), edisi ke 7, tahun 2009:

T- Tumor primer
o Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai
o T0 : Tidak ada evidens adanya tumor primer
o Tis : Karsinoma in situ: intraepitelial atau invasi lamina propria.
o T1 : Tumor invasi submukosa
o T2 : Tumor invasi muskularis proria
o T3 : Tumor invasi melewati muskularis propria ke dalam jaringan
perikolorektal
o T4a : Tumor penetrasi ke permukaan peritoneum viseral
o T4b : Tumor invasi langung atau menempel pada organ atau struktur lain
N- Kelenjar getah bening regional
o Nx : Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
o N0 : Tidak ada metastasis kelenjar getah bening
o N1 : Metastasis pada 1-3 kelenjar getah bening regional
o N1 a : Metastasis pada satu kelenjar getah bening regional
o N1 b : Metastasis pada 2-3 kelenjar getah bening regional
o N1 c :Tumor deposit pada subserosa, mesenteri, atau perikolik nonperitoneal
atau jaringan perirektal tanpa metastasis kelenjar getah bening regional
o N2 : Metastasis pada 4 atau lebih kelenjar getah bening regional
o N2a : Metastasis pada 4-6 kelenjar getah bening regional
o N2b : Metastasis pada 7 atau lebih kelenjar getah bening regional
M - Metastasis jauh
o M0 : Tidak ada metastasis jauh
o M1 : Metastasis jauh
o M1a : Metastasis terbatas pada satu organ atau bagian (contoh, hati, paru-paru,
ovarium, kelenjar non-regional
o M1b : Metastasis pada lebih dari satu oragan/bagian atau peritoneum 4
Pengelompokan stadium T N M

Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium I : T1 N0 M0/T2 N0 M0
Stadium IIA : T3 N0 M0
IIB : T4a N0 M0
IIC : T4b N0 M0

Stadium IIIA : T1-T2 N1/N1c M0


T1 N2a M0
IIIB : T3-T4a N1/N1c M0

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

13

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

T2-T3 N2a M0
T1-T2 N2b M0
IIIC : T4a N2a M0
T3-T4a N2b M0
T4b N1-N2 M0

Stadium IVA : Semua T Semua N M1a


IVB : Semua T SemuaN M1b
Grading pembagian derajat keganasan tumor berdasar kriteria yang dianjurkan WHO:

Grade I: Tumor berdifferensiasi baik, mengandung struktur glandular >95%


Grade II: Tumor berdifferensiasi sedang, mengandung komponen glandular 50-95%
Grade III: Tumor berdifferensiasi buruk, mengandung komponen glandular 5-50%,

adenokarsinoma musinosum dan signet ring cell carcinoma termasuk dalam grade III
Grade IV: Tumor tidak berdifferensiasi, kandungan komponen glandular

II.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan karsinoma rectum ditangani berdasarkan stadium:
1. Stadium I: Eksisi transanal atau reseksi transabdomen + teknik TME bila resiko
tinggi, observasi.
2. Stadium IIA-IIIC: Neoadjuvan kemoradioterapi (5-FU/RT short course atau
Capecitabine/RT short course), reseksi transabdominal (AR atau APR) dengan teknik TME
dan terapi adjuvant (5-FU leucovorin or FOLFOX or CapeOX)
3. Stadium IIIC dan/atau locally unresectable: Neoadjuvant: 5-FU/ RT or Cape/RT or
5FU/Leuco/RT (RT: Long course 25x), reseksi trans-abd resection + teknik TME bila
memungkinkan dan adjuvant in any T (5-FU leucovorin or FOLFOX or CapeOx)
4. Stadium IVA/B (metastasis dapat direseksi): Kombinasi kemoterapi atau reseksi
staged/synchronous lesi metastasis+ lesi rektum atau 5-FU/pelvic RT. Lakukan reassessmen
untuk menentukan stadium dan kemungkinan reseksi.
5. Stadium IVA/B (metastasis synchronous tidak dapat direseksi atau secara medis
inoparabel): Bila simptomatik (terapi simptomatis: reseksi atau stoma atau kolon stenting),
lanjutkan dengan kemoterapi untuk kanker lanjut. Bila asimptomatik berikan terapi nonsurgikal lalu reassess untuk menentukan kemungkinan untuk reseksi.

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

14

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

DAFTAR PUSTAKA
1. NCCN Guidelines Version 1.2015: Rectal Cancer
2. Minsky BD. Cancer of the Rectum. In: Hoppe R, Phillips TL, Roach M III. Leibel and
Phillips Textbook of Radiation Oncology. 3rded. Philadelphia:
Saunders, 2010.

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

15

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

LAMPIRAN
Lampiran 1. Penebalan dinding rektum.

Lampiran 2. Penebalan dinding rektum terlihat seperti daerah yang bundar dengan tepi yang
menebal.

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

16

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

Lesi hipoden pada lobus kanan hepar dari metastase karsinoma rektal.

Metastase pada lobus kanan hepar dari karsinoma rektum. Ginjal kiri terlihat hidroneprosis
karena obstruksi dari ureter distal kiri dari penyebaran tumor.

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

17

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

Lampiran 3. Gambaran MRI potongan axial karsinoma rektum stadium T3a, terlihat
penebalan pada daerah rektum dengan ekstensi ke jaringan lemak perirektum.

Lampiran 4. USG: Hyperechoic dari metastase karsinoma rektum ke hepar.

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

18

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

Lampiran 5. USG: Hypoechoic dari metastase karsinoma rektum ke hepar.

Lampiran 8. Transrektal USG memperlihatkan ke 5 lapisan dinding rektumyang normal.

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

19

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

20

Ca Recti dan Aspek Radiologinya

Lampiran 7. Transrektal USG : tampak tumor pada bagian kiri dengan invasi lemak perirectal
dan terlihat pembesaran KBG pada arah jam 12.

Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14 Desember 2015 16 Januari 2016

21

Вам также может понравиться