Вы находитесь на странице: 1из 8

TUGAS KIMIA SAWIT

REVIEW JURNAL KIMIA SAWIT


PEMBUATAN KERTAS

Disusun Oleh:
Ahmad Maulana Ardi

RSA1C113019

Dosen Pengampu:
Dr. Yusnelti, M.Si
M. Haris Efendi, S.Pd, M.Si, Ph.D
Nazarudin, S.Si, M.Si, Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA PGMIPAU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015

A. Potensi Tandan Kosong Kelapa Sawit


Kertas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam peradaban
manusia, sehingga industri pulp dan kertas mengalami perkembangan
yang pesat di Indonesia dan di dunia. Kebutuhan kertas di dunia
khususnya Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Perkembangan
konsumsi kertas baik di negara maju maupun di negara berkembang dari
tahun ke tahun menunjukkan kenaikan tetap 1- 4 %, Produksi dan
konsumsi kertas dan karton dunia pada tahun 2008 masing-masing
mencapai 389.237 dan 388.715 juta ton (FAO 2011). Di Indonesia,
menurut Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, produksi kertas pada tahun
2009 sebanyak 9.363 juta ton, dan meningkat menjadi 9.951 juta ton di
tahun 2010.
Namun hal tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku
terutama kayu berdaun jarum yang saat ini sangat terbatas, bahkan dari
tahun ke tahun menurun, terutama untuk negara tropis seperti Indonesia,
India, Mesir dan Amerika Tengah yang praktis tidak mempunyai potensi
kayu berdaun jarum dan hutan berdaun lebar. Lebih dari itu, peningkatan
produksi dan konsumsi kertas ini juga diiringi dengan peningkatan
deforestasi (pengurangan luas wilayah) hutan Indonesia pada selang
tahun 2000-2010 sebesar 498 ribu hektar/per tahun atau sebesar 0,5%
per tahun. Hal ini menyebabkan sangat kecilnya ketersediaan sumber
bahan bahan baku kertas sehingga untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku industri pulp dalam negeri sementara ini dikembangkan dari bahanbahan nonkayu seperti ampas tebu, jerami, bambu dan lain-lain. Selain
itu, pencarian alternatif sumber bahan baku kertas selain kayu dan bahanbahan di atas harus selalu dilangsungkan.
Rencana pemerintah untuk mengembangkan hutan tanaman industri
(HTI) untuk menyediakan bahan baku industri berbasis kayu termasuk
industri kertas belum dapat mengatasi kelangkaan bahan baku, sehingga
banyak

perusahaan

industri

kertas

skala

besar

yang

berupaya

memperoleh bahan baku dari pasar gelap (illegal logging) yang berasal
dari hutan alam, sehingga sangat berpotensi merusak hutan.
Bahan selulosa non kayu sesungguhnya tersedia di Indonesia dalam
jumlah yang berlimpah, di antaranya adalah kelapa sawit (Elaeis
quineensis Jaco), merupakan komoditas di sektor perkebunan yang sangat
berkembang pesat sampai saat ini. Kelapa sawit merupakan bahan baku
pembuatan minyak sawit mentah atau yang dikenal dengan Crude Palm
Oil

(CPO).

Dalam

proses

pengolahan

kelapa

sawit

tidak

hanya

meninggalkan CPO sebagai produk utama tetapi juga menghasilkan


produk sampingan yang dikenal dengan limbah. Limbah yang dihasilkan
terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Salah satu limbah padat yang
dihasilkan yaitu tandan kosong (takos).
Tandan kosong kelapa sawit memiliki potensi yang cukup besar untuk
dapat dimanfaatkan. Selama ini tandan kosong hanya dimanfaatkan
sebagai pupuk organik, makanan ternak, pembuatan batako, bahan baku
pembuatan matras dan media untuk pertumbuhan jamur dan tanaman,
sedangkan di beberapa Negara sudah mulai memanfaatkan tandan
kosong sebagai salah satu bahan untuk pembuatan kertas . Kandungan
lignoselulosa yang terdapat pada tandan kosong dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan kertas.
Saat

ini

tandan

kosong

kelapa

sawit

masih

belum

banyak

dimanfaatkan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah limbah TKKS seluruh
Indonesia yang pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 26,5 juta ton
(Ditjen Perkebunan 2012). Karena potensi ketersediaannya yang besar,
penggunaan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan kertas telah
diinisiasi oleh Purwanto dan Sparingga (2000) dan Roliadi (2009).

B. Pembuatan Pulp dan Formulasi Kombinasi Pulp


Pulp adalah bahan berserat yang merupakan produk antara dalam
pembuatan kertas dan karton. Bahan baku untuk pulp adalah bahan
3

berselulosa seperti kayu dan non kayu. Dalam tulisan ini, bahan baku non
kayu yang digunakan adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Namun,
pada limbah padat organik seperti TKKS yang diproses secara semi kimia,
masih terdapat bahan bukan serat yang bersifat higroskopis, sehingga
kertas yang dihasilkan mengandung air cukup besar dan tidak kaku. Hal
ini yang membuat kualitas pulp dari TKKS, khususnya untuk produk karton
masih berkualitas rendah. Dilain pihak, selulosa mikrobial atau bahanbahan lain telah terbukti bisa digunakan sebagai bahan pembuat kertas
yang kuat dan ramah lingkungan. Namun ketiadaan peralatan yang cocok
yang dirancang khusus untuk produksi kertas hanya dari selulosa
mikrobial merupakan kelemahan dari penggunaan selulosa mikrobial,
sehingga dalam pembuatan pulp perlu dikombinasikan antara bahan
selulosa dari tandan kosong kelapa sawit dengan bahan selulosa mikrobial
atau selulosa dari bahan lain. Dalam tulisan ini akan dicoba dibahas
mengenai kombinasi selulosa TKKS dengan nata de cassava dan
kombinasi selulosa TKKS dengan selulosa sampah kertas.
Proses pembuatan pulp dari TKKS, nata de cassava, dan sampah
kertas adalah:
1) Pemasakan Tahap I

Bahan baku pulp (TKKS/nata de cassava/sampah kertas) yang


sudah dikeringkan dimasukkan ke dalam drum berisi 15 liter NaOH
1,5 % (225 gram NaOH dalam 15 liter air)

Setelah jadi bubur, dilakukan pendinginan selama 24 jam

Hasil tersebut dibilas dengan air bersih untuk menghilangkan lignin


dan bau NaOH.

Pulp dikeringkan dengan sinar matahari agar pulp tersebut mudah


untuk ditimbang dan digunting.

2) Pemasakan Tahap II

Pulp dari pemasakan tahap I dimasak kembali dalam tabung


digester yang telah dilarutkan NaOH dengan konsenterasi 5 %
yaitu 350 gram NaOH dalam 7 liter air.

Pulp dimasak selama 4 jam.


4

Pulp tersebut didinginkan selama 24 jam

Pulp dibilas dengan air bersih untuk menghilangkan bau NaOH


pada pemasakan II.

Pulp tersebut direndam selama 24 jam didalam air kaporit

Kemudian

pulp

tersebut

dibilas

dengan

air

bersih

untuk

menghilangkan bau kaporit.

Dilakukan penghalusan tahap I dengan blender

Kemudian direndam selama 3 x 24 jam di dalam air agar terjadi


pengembangan serat.

Dihaluskan kembali dengan blender

Dikeringkan di bawah sinar matahari

C. Karakteristik Kertas dari TKKS

Karakteristik kertas meliputi gramatur kertas, ketahanan tarik,


ketahanan sobek, ketahanan lipat, dan derajat putih
1) Gramatur
Gramatur merupakan nilai bobot kertas per luas kertas, yang
dinyatakan dalam satuan (g/m2). Kertas yang baik adalah kertas yang
memiliki nilai gramatur yang tinggi. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Syamsu dkk (2014) dan dan Andarini dkk (2014),
penambahan pulp yang dibuat dari selulosa mikrobial dan sampah
kertas menambah nilai gramatur dari suatu pulp yang dibuat dari
TKKS. Pengaruh penambahan pulp tersebut dilihat dari tabel berikut:
Tabel pengaruh penambahan pulp nata de cassava terhadap nilai gramatur

No
1
2
3

% massa pulp
TKKS
100
75
50

% massa pulp nata de


cassava
0
25
50
5

Gramatur (g/m2)
59,8
68,4
78,92

4
5

25
0

75
100

70,1
69,9

Tabel pengaruh penambahan pulp sampah kertas terhadap nilai gramatur

No
1
2
3
4
5
6

% massa pulp
TKKS
100
90
80
70
60
50

% massa pulp sampah


kertas
0
10
20
30
40
50

Gramatur (g/m2)
11,97
185,56
210,83
236,78
242,43
269,03

Dapat dilihat bahwa penambahan pulp nata de cassava dan sampah


kertas dapat meningkatkan nilai gramatur dari kertas yang dihasilkan.
2) Ketahanan tarik
Ketahanan tarik adalah gaya tarik maksimum per satuan lebar
yang dapat ditahan oleh kertas sesaat sebelum putus pada kondisi
yang telah ditetapkan dalam metode uji standar. Sedangkan indeks
tarik merupakan ketahanan tarik (dinyatakan dalam kN/m) dibagi
dengan gramatur kertas. Semakin tinggi indeks tarik, maka semakin
kuat kertas tersebut untuk menahan gaya tarik yang diberikan, begitu
pula sebaliknya. Berikut adalah tabel pengaruh penambahan pulp
terhadap nilai indeks tarik dari kertas yang dihasilkan:
Tabel pengaruh penambahan pulp nata de cassava terhadap indeks tarik

No
1
2
3
4
5

% massa pulp
TKKS
100
75
50
25
0

% massa pulp nata de


cassava
0
25
50
75
100

Indeks tarik
(kN/m)
0,013
0,0056
0,0194
0,0327
0,04793

Tabel pengaruh penambahan pulp sampah kertas terhadap nilai indeks


tarik

No

% massa pulp
TKKS

% massa pulp sampah


kertas
6

Indeks tarik
(kN/m)

1
100
0
0,04
2
90
10
3,27
3
80
20
3,66
4
70
30
3,79
5
60
40
4,13
6
50
50
4,25
Dapat dilihat bahwa penambahan pulp nata de cassava dan sampah
kertas dapat meningkatkan nilai indeks tarik dari kertas yang
dihasilkan.
3) Ketahanan sobek
Ketahanan sobek adalah gaya dalam milinewton (mN) yang
diperlukan untuk menyobek kertas pada kondisi standar. Sedangkan
indeks sobek adalah ketahanan sobek kertas dalam milinewton dibagi
gramatur kertas dalam gram per meter persegi, dinyatakan dalam
mNm2/g. Semakin tinggi nilai ketahanan sobek dan indeks sobek,
maka semakin tinggi gaya yang diperlukan untuk menyobek kertas,
dengan kata lain kertas tersebut semakin sulit untuk disobek. Di
bawah ini adalah tabel pengaruh penambahan pulp nilai ketahanan
sobek dan indeks sobek:
Tabel pengaruh penambahan pulp nata de cassava terhadap indeks sobek

N
o
1
2
3
4
5

% massa pulp
TKKS
100
75
50
25
0

% massa pulp nata de


cassava
0
25
50
75
100

Indeks sobek (mN


m2/g)
6,25
8,22
7,46
5,91
4,04

Tabel pengaruh penambahan pulp sampah kertas terhadap nilai ketahanan


sobek

N
o
1
2
3
4
5

% massa pulp
TKKS
100
90
80
70
60

% massa pulp sampah


kertas
0
10
20
30
40
7

Ketahanan sobek
(mN)
186,67
283,33
235
306,67
308,67

6
50
50
300
Dapat dilihat bahwa penambahan pulp nata de cassava dan sampah
kertas dapat meningkatkan nilai ketahanan sobek dan indeks sobek
dari kertas yang dihasilkan.
4) Derajat putih
Derajat putih merupakan ukuran yang menyatakan seberapa
putih suatu benda. Derajat putih digunakan untuk mengetahui tingkat
kecerahan kertas dengan cara melihat perbandingan cahaya biru yang
dapat dipantulkan oleh kertas dengan cahaya biru yang dapat
dipantulkan oleh permukaan lapisan magnesium oksida. Pengaruh
penambahan pulp terhadap derajat putih adalah sebagai berikut:
Tabel pengaruh penambahan pulp nata de cassava terhadap derajat putih

No

% massa pulp TKKS

% massa pulp nata de


Derajat putih
cassava
1
100
0
25,2 %
2
75
25
16,41 %
3
50
50
17,13%
4
25
75
23,67 %
5
0
100
44,98%
Dapat dilihat bahwa penambahan massa pulp nata de cassava relatif
meningkatkan derajat putih dari kertas yang dihasilkan.
Sedangkan untuk pengaruh penambahan pulp sampah kertas
terhadap derajat putih kertas diketahui langsung dari tampilan kertas
yang dihasilkan. Tampilan kertas hasil penelitian Andarini dkk (2014)
berwarna sangat coklat pada kertas yang hanya terbuat dari pulp
TKKS, kemudian diketahui bahwa semakin banyak campuran sampah
kertas berpengaruh pada warna kertas dimana kertas akan semakin
memudar atau semakin mendekati warna putih.

Вам также может понравиться