Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Membantu Bayi Bernapas (HBB) adalah program pendidikan berbasis bukti untuk mengajarkan
teknik resusitasi neonatal di daerah terbatas sumber daya. Ini merupakan inisiatif dari American Academy of
Pediatrics (AAP) bekerjasama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Pembangunan Internasional
AS (USAID), Saving Newborn Lives, Institut Nasional Kesehatan Anak dan Pengembangan, dan sejumlah
organisasi kesehatan global lainnya.
WHO memperkirakan bahwa satu juta bayi meninggal setiap tahun dari asfiksia lahir (misalnya.
Ketidakmampuan untuk bernapas segera setelah melahirkan). Alamat Program HBB tantangan ini serta
membantu untuk bergerak maju Millennium Development Goal # 4 (MDG4) pengurangan kematian anak dua
pertiga 1990-2015.
Tujuan dari HBB adalah untuk melatih dukun bayi di negara-negara berkembang dalam keterampilan
penting dari resusitasi bayi baru lahir, dengan tujuan memiliki setidaknya satu orang yang terampil dalam
resusitasi neonatal pada saat kelahiran setiap bayi.
Sebuah konsep kunci dari HBB adalah Menit Emas : Dalam satu menit dari kelahiran, bayi harus
bernapas dengan baik atau harus berventilasi dengan tas dan masker. Menit Emas mengidentifikasi langkahlangkah yang bidan harus mengambil segera setelah lahir untuk mengevaluasi bayi dan merangsang
pernapasan.
The HBB kurikulum yang dirancang untuk digunakan sebagai bagian dari pendekatan pendidikan
terkoordinasi untuk perawatan neonatal awal dan dapat secara efektif dikombinasikan dengan kurikulum
lainnya. Hal ini dapat secara lokal diajarkan untuk bidan di tempat-tempat dan lokasi yang beragam. HBB
berfokus pada praktek bahwa semua orang yang peduli untuk bayi saat lahir bisa belajar untuk merawat bayi
yang sehat dan / atau membantu bayi yang tidak bernapas sendiri.
Untuk mencapai tujuan ini HBB telah mengembangkan solusi pelatihan yang
komprehensif, yang meliputi:
Peka budaya, bahan pembelajaran bergambar berbasis termasuk Learner Workbook, Rencana Aksi
dinding poster, dan Fasilitator Flip Chart.
Simulator baru lahir realistis dengan kemampuan untuk meniru pulsa pusar, tas-masker ventilator, dan
bola hisap yang dapat dibersihkan dengan cara merebus. Semua peralatan telah diuji untuk daya tahan
dalam berbagai iklim dan kondisi pengajaran dan akan tersedia dengan biaya untuk negara MDG.
Program bimbingan yang sedang berlangsung untuk memberikan: bantuan ahli, petunjuk pelaksanaan,
pertukaran pengetahuan, integrasi dan dukungan evaluasi, dan peningkatan mutu berkelanjutan untuk
hasil praktek berkelanjutan dan penurunan kematian bayi.
HBB memiliki fokus berbasis sistem yang dirancang untuk mengubah praktek klinis di
seluruh sistem perawatan. Pencapaian MDG 4 mensyaratkan bahwa tempat kerja siap untuk yang sedang
berlangsung pelatihan dan berlatih keterampilan belajar untuk membantu bayi bernapas saat lahir. Pelatihan
HBB harus dianggap sebagai bagian dari melanjutkan perbaikan praktek untuk fasilitator, peserta didik dan
sistem kesehatan.
Pada bayi baru lahir yang dilakukan tindakan resusitasi, setelah dilakukan ventilasi tekanan positif
dan chest compression selama 30 detik tetapi denyut jantungnya masih kurang dari 60 kali per
menit, tindakan yang harus dilakukan selanjutnya yaitu memberikan medikasi berupa epinefrin.
Dosis penggunaan epinefrin pada bayi baru lahir: 0,1-0,3 ml/kg BB yang diencerkan dalam
larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB). Cara pemberian : i.v (intravena) atau endotrakeal.
Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Epinefrin adalah pemicu jantung dengan efek yang kompleks pada jantung dan pembuluh darah.
Epinefrin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah arteri dan memicu
denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan darah naik seketika dan berakhir
dalam waktu pendek.
Indikasi penggunaan epinefrin:
1. Henti jantung (cardiac arrest) : fibrilasi ventrikel (VF), takikardi ventrikel tanpa denyut nadi
(pulseless VT), asistol, PEA (Pulseless Electrical Activity)
2. Bradikardia simtomatis
3. Hipotensi berat
4. Anafilaksis, reaksi alergi berat : kombinasi bersama sejumlah besar cairan, kortikosteroid,
antihistamin
Sediaan:
Ampul 1 ml = 1 mg
Dosis dewasa dan cara pemberian
IV/IO : 1 mg diberikan/diulang setiap 3 5 menit
Endotrakeal : 2 2,5 mg (2 2,5 kali dosis IV/IO), dilarutkan dalam 10 ml PZ/NS
Infus kontinyu : 1 mg dilarutkan dalam 500 ml NS atau D5%, kecepatan inisial 1 g/menit
dititrasi sampai mencapai efek.
25 diantaranya dapat bertahan, sedangkan 9 bayi sulit untuk dilakukan follow-up. Hal ini juga
dipengaruhi oleh usia gestasi yang kurang dari 28 minggu. ODonnell (1998) yang melibatkan 78
bayi dengan dilakukan follow-up setelah kurang lebih satu tahun, 40 bayi dapat bertahan. Angka
keberhasilannya sangat signifikan pada bayi aterm, yaitu 67% dibandingkan dengan bayi peterm
42%. Pada bayi dengan usia gestasi kurang dari 29 minggu, 78% diantaranya meninggal atau
menunjukkan bukti gangguan pertumbuhan saraf. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Jankov (2000) yang melakukan pengujian terhadap bayi baru lahir yang berat badannya
kurang dari 750 gram. Pada penelitian ini, dari 16 bayi yang mendapat CPR, 12 diantaranya juga
diberikan epinefrin. Sembilan dari 16 bayi dapat bertahan dan 8 lainnya menunjukkan kecacatan
saat dilakukan follow-up pada usia 2 tahun. Dalam hal ini, penggunaan epinefrin secara statistik
tidak berhubungan dengan hasil studi ini.
Secara khusus, untuk bayi baru lahir yang preterm (kurang bulan) disarankan untuk dilakukan
penelitian dan pengawasan lebih lanjut mengenai penggunaan obat vasopresor dalam tindakan
resusitasinya. Bayi baru lahir yang preterm mempunyai potensi kegawatan lebih besar karena
belum maturnya fungsi organ-organ tubuh, terutama dalam hal ini perkembangan imatur pada
sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru.
Efek samping yang terjadi akibat penggunaan epinefrin pada resusitasi bayi baru lahir antara lain
:
1. Kematian - sebelum usia 28 minggu, pada saat pemberhentian, dan pada usia 12 dan 24 bulan,
serta 5 tahun.
2. Kecacatan akan terjadi pada usia 12, 24 bulan dan usia 5 tahun. Kecacatan yang terjadi dapat
berupa kebutaan, ketulian, cerebral palsy, dan keterlambatan pertumbuhan kognitif (ada lebih
dari 2 penyimpangan pada Psychometric Test).
3. Kematian atau kecacatan pada usia 12 bulan, 24 bulan dan 5 tahun.
Selain efek samping pemberian epinefrin pada bayi baru lahir seperti yang disebutkan
sebelumnya, ada beberapa efek lainnya yaitu:
1. Perdarahan intraventrikuler
2. Perdarahan intraventikuler berat (derajat III dan IV)
3. Periventikuler leukomalacia
4. Keterlambatan pertumbuhan kognitif
5. Cerebral palsy (pada usia 12 bulan, 24 bulan, dan 5 tahun)
6. Kebutaan
7. Ketulian
8. Penggunaan suplemen oksigen yang dibutuhkan tiap 28 hari
9. Penggunaan suplemen oksigen yang dibutuhkan pada 36 minggu setelah usia post menstruasi
10. Penggunaan suplemen oksigen yang dibutuhkan saat pemulihan di rumah.
11. Mekanikal ventilasi setiap hari
12. Terapi suplemen oksigen setiap hari
13. Nekrosis enterokolitis
14. Penurunan kadar keratin
15. Perawatan intensif setiap hari
A.
PENGERTIAN RESUSITASI
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada
otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
2002)
Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan
buatan.(Kamus Kedokteran, Edisi 2000).
Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali
kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung
dan paru, yang berorientasi pada otak (Tjokronegoro, 1998).
B.
TUJUAN RESUSITASI
1.
2.
3.
Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen
C.
1.
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa
pernafasan tidak adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya
pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu
tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya
30 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
2.
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak
teratur. Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan
cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba
arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung
secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi denyut
jantung selama 1 menit) Hasil penilaian ;
Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan
menilai warna kulit.
Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi
untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
3.
Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa
sampai sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit
menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila
terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran
darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.
D.
1.
jatuh ke posterior.
2.
misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan
sebagainya
3.
Kerusakan neurologis.
4.
Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat,
E.
1.
2.
4.
F.
Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi
bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang
sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak
bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau meninggal.
1.
Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinankemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta persiapan yang dilakukan
oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang
diperlukan.
2.
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan
ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan
kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata
diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di dekat
sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau
pintu yang terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau
lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.
3.
2 helai kain/handuk
Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk
kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
c.
d.
e.
f.
G.
Bila hasil penilaian baik, yaitu bayi cukup bulan, air ketuban tidak bercampur mekonium,
bayi menangis, tnus otot baik. Maka lakukan PERAWATAN RUTIN: Beri kehangatan,
Bersihkan jalan nafas, Mengeringkan bayi
1.
2.
Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong. Ganjal bahu agar kepala
sedikit ekstensi. Posisi semi ekstensi yaitu hidung dan mulut dalam satu garis lurus.
3.
Isap lendir.
Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung.
b.
Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan).
c.
terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung)
karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti napas bayi.
4.
a.
sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi atau bernapas lebih
baik.
b.
1)
2)
Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan
Rangsangan yang kasar, keras atau terus menerus, tidak akan banyak menolong dan
malahan dapat membahayakan bayi.
5.
a.
b.
Reposisi.
Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru (disiapkan).
Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar
bernapas.
Lakukan evaluasi meliputi:
Pernapasan
Frekuensi jantung
Warna kulit
Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit PERAWATAN SUPORTIF
B.
BREATHING (VTP)
1.
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.
2.
Ventilasi percobaan (2 kali) Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air. Tiupan
awal ini sangat penting untuk membuka alveloli paru agar bayi bisa mulai bernapas dan
sekaligus menguji apakah jalan napas terbuka atau bebas.
Lihat apakah dada bayi mengembang, Bila tidak mengembang
a.
b.
Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air
dalam 30 detik.
b.
C.
CIRCULATION
Apabila setelah dilakukan VTP, FJ < 60x/menit VTP dan kompresi dada
Kompresi Dada
Kompresi dinding dada dapat dilakukan dengan melingkari dinding dada dengan
kedua tangan dan menggunakan ibu jari untuk menekan sternum atau dengan
menahan punggung bayi dengan satu tangan dan menggunakan ujung dari jari
telunjuk dan jari tengah dari tangan yang lain untuk menekan sternum.
Tehnik penekanan dengan ibu jari lebih banyak dipilih karena kontrol kedalaman
penekanan lebih baik.
Tekanan diberikan di bagian bawah dari sternum dengan kedalaman 1,5 cm dan
dengan frekuensi 90x/menit.
Dalam 3x penekanan dinding dada dilakukan 1x ventilasi sehingga didapatkan
30x ventilasi per menit. Perbandingan kompresi dinding dada dengan ventilasi
yang dianjurkan adalah 3 : 1.
Evaluasi denyut jantung dan warna kulit tiap 30 detik. Bayi yang tidak berespon,
kemungkinan yang terjadi adalah bantuan ventilasinya tidak adekuat, karena
itu adalah penting untuk menilai ventilasi dari bayi secara konstan.
D.
DRUG
I.
Resusitasi berhasil
Resusitasi berhasil bila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal yang
kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif. Lanjutkan dengan
asuhan berikutnya.
Konseling:
a.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan.
Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila
Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan
pernapasan perlu banyak energi. Pemberian ASI segera, dapat memasok energi yang
dibutuhkan.
d.
Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan metode
Kangguru).
e.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi
baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda
tersebut pada bayi.
Lakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk:
1.
2.
2.
3.
Bayi lemas.
4.
Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas normal.
2.
Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per
menit
b.
c.
Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap- megap (bising napas inspirasi)
d.
e.
Bayi lemas
Konseling
a.
Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk. Bayi dirujuk
bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu
atau keluarganya.
b.
salah seorang anggota keluarga juga diminta untuk menemani ibu dan bayi selama
perjalanan rujukan.
c.
Beritahukan (bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju tentang kondisi bayi
dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga ibu baru melahirkan bayi yang sedang
dirujuk.
d.
Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama perjalan
ke tempat rujukan
Asuhan bayi baru lahir yang dirujuk
a.
Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit, suhu tubuh)
Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup kepala bayi dan bayi dalam posisi
Metode Kangguru dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi dalam satu selimut.
c.
d.
Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera kepada bayinya,
3.
Bila bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan resusitasi dilakukan maka hentikan
upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan
syaraf pusat dan kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral
yang adekuat Secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk memahami
masalah dan musibah yang terjadi serta berikan dukungan moral sesuai adat dan
budaya setempat