Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pendahuluan
I.1
Latar Belakang
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sampai saat ini penyakit TB
merupakan penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan
global. World Health Organization (WHO) menyatakan,hampir 1/3 penduduk
dunia telah terinfeksi oleh M. tuberculosis. Pada tahun 1993, tercatat
sebanyak 8 juta kasus baru TB dengan angka kematian meningkat 2-3 juta
manusia per tahun. Dilaporkan bahwa diseluruh dunia setiap 18 detik ada
seseorang yang meninggal karena penyakit ini. TBC merupakan penyakit
infeksi yang paling mematikan dan penyebab kematin nomor dua akibat
penyakit infeksi tunggal, setelah penyakit jantung. Sebanyak 1,6 juta
penduduk dunia meninggal akibat TB setiap tahunnya. Sedangkan pada tahun
2010, tercatat sebanyak 8,8 juta kasus baru TB (128 kasus per 100.000
penduduk) dan sebanyak 1,1 juta penduduk dunia meninggal akibat TB setiap
tahunnya. Indonesia menduduki ranking keempat penyumbang TB di dunia
diantara 22 negara dengan beban TB tinggi setelah India, Cina, dan Afrika
Selatan. Sebagian besar penderita TB adalah penduduk usia produktif yaitu
usia 15-55 tahun. Tingginya angka insiden TB paru pada usia tersebut
merupakan ancaman serius penularan TB pada anak. Di Indonesia sendiri,
angka insiden dan prevalens TB anak yang pasti masih belum tersedia.
Menurut WHO, di dunia pada tahun 1998 sedikitnya 180juta anak dibawah
15 tahun terinfeksi TB dan 170.000 anak diantaranya meninggal. Prevalensi
infeksi dan sakit TB anak lebih tinggi di negara berkembang karena upaya
penanggulangan dan pencegahan TB anak yang masih kurang baik
dibandingkan negara maju. Kegiatan investigasi TB anak masih jarang
dilakukan karena diagnosis penyakit yang sulit ditegakkan.1,2
I.2
Masalah
1
I.2.1
Jumlah kasus baru penderita Tb di dunia adalah 8,8 juta kasus (128
kasus per 100.000 penduduk) di dunia.
I.2.2
I.2.3
I.2.4
I.3
Tujuan
Melakukan
studi
kasus
secara
professional
terhadap
kasus
Manfaat
Manfaat dari studi kasus ini adalah:
-
Bab II
Tinjuauan Pustaka
2
II.1
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB
Penularan
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk
atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan
dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin
Faktor yang
negatif menjadi positif. Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi
3
sakit TB. Dengan arti 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata
terjadi 1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi
sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan
malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi
yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan
luas sistem daya tahan tubuh seluler
terjadi infeksi penyerta
kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien
TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan
meningkat pula.
II.3
Patogenesis
Infeksi primer
Infeksi primer tejadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati system pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sehingga
sampai alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC
berhasil berkembang biak dngan cara pembelahan diri di paru, yang
mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa
kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru dan ini disebut sebagai
kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan
dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi
sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
II.4
nyeri dada
Gejala Sistemik: demam, malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun
Penderita dengan gejala tersebut dianggap sebagai curiga TB dan
kompleks ranke
Destroyed Lung:
Luas proses yang tampak pada foto toraks dapat dinyatakan seperti
berikut:
Lesi minimal
Bila proses mengenai sebahagian dari satu atau dua paru, dengan
luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrosternal
junction dari tiga kedua dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis IV
atau korpus vertebra torakalis V (sela iga II) dan tidak dijumpai kavitas.
Lesi luas
Bila pross lebih luas dari lesi minimal
Pemeriksaan laboratorium
A.
Pemeriksaan bakteriologik
Pemeriksaan
baktriologik
untuk
menemukan
kuman
B.
metode konvensional
-
Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah kurang menunjukkan indikator yang
spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah (LED) jam pertama dan
kedua sangat dibutuhkan. Data ini sangat penting sebagai indikator
tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan biologik penderita,
sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap
pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat
penyembuhan
penderita.
Demikian
pula
kadar
limfosit
bisa
laju
endap
darah
yang
normal
tidak
menyingkirkan
Uji Tuberkulin
Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi
TB di daerah dengan prevalensi tuberkulosis rendah. Di Indonesia
dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi, pemeriksaan uji
tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik kurang berarti apalagi pada
orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan
konversi dari uji yang dilakukan sebelumnya atau bila kepositifan dari
uji didapat besar sekali. Sebenarnya secara tidak langsung, reaksi
yang ditimbulkan hanya menunjukkan gambaran reaksi tubuh yang
analog dengan: a) reaksi peradangan dari lesi yang berada pada target
organ yang terkena infeksi atau b) pada status respon individu yang
tersedia bila menghadapi agent dari baksil tahan asam yang
bersangkutan (M. Tuberkulosis).
II.5
Diagnose banding
Diagnosis banding untuk Tuberkulosis paru adalah:
- Pneumonia
- Abses paru
- Kanker paru
- Aspirasi pneumonia
II.6
Klasifikasi TB Paru
Kalsifikasi berdasarkan gejala klinik, radiologik, bakteriologik dan
riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi tersebut digunakan untuk
menetapkan strategi pengobatan dan penanganan pemberantasan penyakit
TB.
Bekas TB Paru
- Baktriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
- Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru yang
ditinggalkan
- Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, terlebih
menunjukkan gambaran serial foto toraks yang sama/ tidak berubah.
- Riwayat pengobatan OAT yang adekuat akan lebih mendukung
II.7
Pengobatan TBC
Pada anak biasanya ada terapi profilaksis sebagai berikut pengobatan
TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita
TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC
(gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif)
memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 510 mg/kgbb/hari.
1. Pencegahan (profilaksis) primer
10
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat
INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
o Penderita baru TBC paru BTA positif.
o Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
11
Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
o Penderita kambuh.
o Penderita gagal terapi.
o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
o Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
Kasus
Fase inisial
Fase lanjutan
2 HRZE
4 HR atau 6HE
2HRZES/1HRZE
5 HRE
2 HRZE
4 HR atau 6HE
- Kambuh
- Gagal pengobatan (treatment after failure)
- TB paru pengobatan ulang (treatment after default)
III
IV
12
Obat
Dosis
harian
(mg/kgbb/hari)
Dosis
2x/minggu
(mg/kgbb/hari)
Dosis
3x/minggu
(mg/kgbb/hari)
INH
Rifampisin
Pirazinamid
15-40 (maks. 2 g)
50-70 (maks. 4 g)
15-30 (maks. 3 g)
Etambutol
50 (maks. 2,5 g)
Streptomisin
15-40 (maks. 1 g)
Wanita hamil
Pada prinsipnya pengobatan TBC pada wanita hamil tidak berbeda
dengan pengobatan TBC pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk
wanita hamil, kecuaii streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada
wanita hamil karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier
placenta, Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran
dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkannya. Perlu
dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya sangat
13
penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang
akan dilahirkannya terhindar dari kemungkinan penularan TBC.
badannya.
Wanita penderita TBC pengguna kontrasepsi.
Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB,
suntikanKB, susuk KB), sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi
tersebut. Seorang wanita penderita TBC seyogyanya mengggunakan
kontrasepsi non hormonal, atau kontrasepsi yang mengandung estrogen dosis
tinggi (50 mcg).
14
II.8
Prognosis
15
II.9
16
BAB III
Metodologi
III.1
17
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
: Tempuran
: 19 Desember 2015
II.
Identitas Pasien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Pekerjaan
e. Pendidikan
f. Alamat
: Tn. M
: 47 tahun
: Laki-laki
: Petani
: tidak sekolah
: Desa Cikuntul , Tempuran
:
:
:
:
:
:
:
:
:
berat
kurang baik
batuk
hipertensi
TBC
tidak ada
sedang
baik
6 orang
18
III.
IV.
V.
VI.
VII.
Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk
b. Pengambilan keputusan
c. Ketergantungan obat
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan
e. Pola rekreasi
:
:
:
:
:
Merokok
Diri sendiri
Tidak ada
Puskesmas dan Bidan desa
Kurang
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah
b. Keyakinan tentang kesehatan
: Baik
: Kurang
Semi permanen
Tanah
32m2 (4m X 8m)
Kurang
Kurang
Kurang
Ada
Ada
Air sumur yang di masak
Ada
Tidak ada
Tidak ada
ada
Buruk
:
:
:
:
:
Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh
b. Lain-lain
:Sunda
:Tidak ada
Rendah
Baik
Baik
Sedang
Kurang
2
19
3
4
5
: Laki-laki
: Perempuan
No
Nama
1
2
3
4
5
Tn. M
Ny. H
Ny. S
Tn. C
Ny. K
Hub dgn
KK
KK
Istri
Ibu
Anak
Menantu
IX.
X.
XI.
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
47 th
45 th
84 th
29 th
26 th
Tidak sekolah
Tidak sekolah
Tidak sekolah
Tamat SD
Tamat SD
Petani
Petani
Tidak bekerja
Petani
Tidak bekerja
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Keadaan
kesehatan
Sakit
Baik
Sakit
Baik
Baik
Keadaan gizi
Imunisasi
Cukup
Kurang
Cukup
Cukup
Tidak ingat
Tidak ingat
Tidak ingat
Tidak lengkap
Keluhan Utama
Batuk lama
Keluhan Tambahan
Meriang dan tidak napsu makan, berat badan menurun, sering nyeri kepala
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami batuk sudah lebih 2 bulan pasien mengeluhkan batuk
bersifat berdahak yang lalu. pasien mengeluh batuk-batuk yang tidak kunjung
sembuh sejak 1 bulan yang lalu. Batuk-batuk dirasakan pasien sepanjang
hari, dan mengeluarkan dahak. Dahak berwarna keputihan. Pasien sering
membuang dahak di wadah plastik, namun bila sedang di luar rumah pasien
membuang dahak dimanapun. Pasien jarang menutup mulut saat batuk.
Pasien mengeluh sering merasakan meriang, meriang terutama saat
menjelang sore hari. Pasien juga menjadi tidak nafsu makan, dan berat
badannya menurun. Pasien tetap memaksakan dirinya untuk makan. Saat ini
pasien hanya minum obat yang dibeli di warung, namun tetap tidak membaik.
Sejak 1 minggu yang lalu pasien batuk dan mengeluarkan darah. Darah
berwarna merah segar, darah hanya berupa bercak. Namun ia belum
memeriksakan kesehatannya. Karena tidak ada akomodasi untuk pergi ke
20
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
- Keadaan Umum
- Kesadaran
- Keadaan gizi
- Tekanan Darah
- Nadi
- Pernapasan
- Suhu
- Berat badan
- Tinggi badan
KEPALA
-
Bentuk
: Bulat, simetris
Rambut
Kulit
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
: Bibir tidak tampak kering, lidah kotor (-), tonsil T1T1 tenang, faring tidak hiperemis
LEHER
-
Bentuk
: Simetris
Trakhea
: Lurus di tengah
KGB
21
THORAKS
- Bentuk
-
: Tampak simetris
Retraksi
JANTUNG
-
Inspeksi : Iktus kordis terlihat pada sela iga IV garis midclavicula sinistra
Palpasi: Iktus kordis teraba sela iga IV garis midclavicula sinistra
Perkusi: Batas atas sela iga II ga ris parasternal sinistra
Batas jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra
Batas jantung kiri sela iga IV garis midclavicula sinistra
PARU
ANTERIOR
POSTERIOR
KIRI
KANAN
KIRI
KANAN
Inspeksi
Pergerakan
pernafasan simetris
Pergerakan
pernafasan simetris
Pergerakan
pernafasan simetris
Pergerakan
pernafasan simetris
Palpasi
Fremitus taktil =
kanan
Fremitus taktil =
kiri
Fremitus taktil =
kanan
Fremitus taktil =
kiri
Perkusi
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Auskultasi
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
vesikuler
Ronkhi (-/-)
Ronkhi (-/-)
Ronkhi (-/-)
Ronkhi (+/+)
Wheezing (-/-)
Wheezing (-/-)
Wheezing (-/-)
Wheezing (-/-)
ABDOMEN
-
Inspeksi
: Datar, simetris
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
22
EKSTREMITAS
Akral teraba hangat di semua ekstremitas.
Udem tidak ada
Tonus: normotonus
Massa
: normal
Sendi
: normal
karbol.
Kuratif:
- 2HRZE/4H3R3
- Vitamin B6
Rehabilitatif:
- Istirahat yang cukup
- Makan makanan bergizi
23
XV. Prognosis
Penyakit :
Keluarga :
Masyarakat
dubia ad Bonam
dubia ad Bonam
: dubia ad Bonam
XVI. Resume
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 19
Desember 2015, didapatkan bahwa pasien menderita TB. Pasien berusia 47
tahun. Pasien dan keluarganya mempunyai kesadaran yang baik akan
kesehatan, perhatian akan kesehatan juga baik dilihat dari kesadaran mencari
pertolongan ke Bidan kemudian mau langsung dirujuk ke puskesmas ketika
sakit. Rumah pasien tergolong rumah yang kurang sehat dilihat ventilasi
kurang sehingga pertukaran udara sulit terjadi. Penerangan cahaya kurang,
baik dari lampu maupun dari matahari. Sinar matahari sulit masuk ke dalam
rumah karena ventilasi tertutup. Kebersihan rumah pasien kurang. Terdapat
daur di dalam rumah dan cukup layak. Kamar mandi terletak diluar rumah
dan jamban kurang layak berada di samping irigasi. Pasien mencuci piring di
dengan mengunakan air sumur.Pasien dan keluarganya menggunakan air
sumur sebagai sumber air minum dan mandi.. Sistem pembuangan sampah
dan air limbah tidak jelas. Rumah pasien tidak terdapat pekarangan yang
dapat dimanfaatkan.
Ditinjau dari spiritual keluarga keluarga pasien merupakan keluarga
yang taat beribadah dimana pasien dan keluarganya beragama Islam.
Keluarga pasien juga keluarga merupakan yang sehat dan tidak mengidap
penyakit apapun baik yang diderita secara perorangan maupun yang
memungkinkan untuk diturunkan.
Saat ini kondisi pasien kurang baik.
24
Daftar Pustaka
1. Istiantoro YH, Setiabudy R. Farmakologi dan terapi.Edisi V. Jakarta:Balai
Penerbit FKUI;2009.h.613-33.
2. Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcelius SK, Siti S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2006
3. Sutedjo AY. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium.
Yogyakarta: Amara books; 2009 h.116
25
LAMPIRAN
26
27
28