Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep tentang gangguan pada sistem pendengaran yakni OMA, OMK dan
mastoiditis serta asuhan keperawatan pada ketiga gangguan tersebut.
1.4. Manfaat
Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk dapat mengetahui macam- macam gangguan pada telinga khususnya
telinga tengah yakni OMA, OMk dan mastoiditis dan asuhan keperawatan dari ketiga gangguan tersebut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
a.
Otoscope
Pemeriksaan diagnostik melalui otoskop dilakukan dengan menekan balon berisi udara yang dihubungkan ke
otoskop. Bolus kecil udara dapat diinjeksikan ke dalam telinga luar. Mobilitas membran timpani dapat diobservasi
oleh pemeriksa melalui otoskop, tampak adanya penonjolan membran timpani dan mobilitas membran timpani
berkurang (Corwin, 2009). Pada pemeriksaan otoskopis, kanalis auditorius eksternus sering tampak normal, dan tak
terjadi nyeri bila aurikula digerakkan.
1.
b.
Timpanometri
1.
c.
Timpanometri adalah pemeriksaan atau pengukuran fungsi telinga tengah, antara lain
yaitu mobilitas gendang telinga, fungsi tuba eustachius, kondisi kavum timpani.
Manfaat dari timpanometri untuk screening/menilai kondisi liang telinga.
Timpanometri memunculkan timpanogram yaitu sebuah grafik yang mengaitkan
tekanan telinga tengah dan complience. Pada timpanogram tidak didapatkan puncak/
flat, biasanya disebabkan karena adanya cairan di telinga tengah. Selain itu bisa
timpanogram menunjukkan adanya puncak namun bergeser ke kiri yang
menunjukkan adanya tekanan negatif disebabkan karena disfungsi tuba.
Kultur dan uji sensitifitas dilakukan untuk mengidentifikasi organisme pada sekret telinga.
1.
d.
Pengujian Audiometrik
Pengujian audiometrik menghasilkan data dasar atau mendeteksi setiap kehilangan pendengaran sekunder akibat
infeksi berulang.
Antibiotik
Antibiotik spektrum luas dan awal, otitis media dapat hilang tanpa gejala sisa yang serius. Bila terjadi pengeluaran
cairan, biasanya perlu diresepkan preparat otik antibiotika. Kondisi bisa berkembang dengan subakut dengan
pengeluaran cairan purulen menetap dari telinga. Jarang sekali terjadi kehilangan pendengaran permanen. Antibiotik
yang efektif digunakan adalah amoksilin. Amoksilin menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam. Dalam 24 jam
pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 4872 jam, kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai. Dalam kasus seperti ini
dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua, misalnya amoksisilin dengan klavulanat. Amoksisilin dengan
klavulanat diberikan kepada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan Haemophilus
influenzae dan Moraxella catarrhalis.
1.
Selain antibiotik, penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia). Analgesia yang umumnya
digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol atau ibuprofen. Namun perlu diperhatikan bahwa pada
penggunaan ibuprofen, harus dipastikan bahwa klien tidak mengalami gangguan pencernaan seperti muntah atau
diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna.
1.
2.
Miringotomi (Timpanotomi)
Insisi pada membran timpani dikenal sebagai miringotomi. Membran timpani dianestesi menggunakan anestesi lokal
seperti fenol atau menggunakan iontoforesis. Anestesi ini membuat liang telinga dan membran timpani kebas.
Prosedur ini tidak menimbulkan nyeri dan berlangsung tidak sampai lima belas menit. Di bawah mikroskop
kemudian dibuat insisi melalui membran timpani untuk mengurangi tekanan dan mengalirkan cairan serosa atau
purulen dari telinga tengah. Insisi akan menyembuh dalam 24 atau 72 jam. Bila otitis media akut terjadi berulang dan
tidak ada kontraindikasi, dapat dipasang tabung ventilasi atau penyeimbang tekanan. Tabung ventilasi secara
temporer mengambil alih tugas tuba eustachii dalam menyeimbangan tekanan dan dipertahankan selama 16-18
bulan. Tabung ventilasi lama kelamaan akan diekstrusi oleh migrasi kulit normal membran timpani, dan lubang
dapat sembuh dalam setiap kasus.
Lubang pada membran timpani yang disebabkan oleh tekanan telinga tengah negatif dan kronis, inflamasi, atau
trauma.
1.
Mastoiditis
2.
3.
Keterlambatan bicara
4.
Tromboflebitis serebral
5.
6.
7.
8.
Tuli
9.
Sakit kepala
2.
3.
4.
Stadium I : inflamasi
Stadium inflamasi merupakan peradangan pada telinga tengah, yang ditandai oleh Rubor (redness), Kalor (panas ),
Tumor (benjol), Dolor (bengkak), Fungsiolaesa (Penurunan fungsi tubuh) atau sering disebut dengan (RKTDF).
Stadium inflamasi atau disebut juga stadium kataral akan terjadi keluhan telinga terasa penuh dan pendengaran
menurun yang diawali oleh terjadinya rhinitis akuta. Tanda klinis pada membran timpani adalah warna mulai
hiperemi, posisi retraksi atau kadang kadang tampakair fluid level. Bila penderita datang pada stadium ini maka
terapi yang diberikan adalah antibiotika Amoksilin / kotrimoksasol dan obat simtomatik.
1.
Stadium II : supurasi
Stadium supurasi merupakan pembentukan push yang akan terjadi bila penyakit terus berjalan akan terjadi stadium
supurasi. Keluhan utama adalah otalgi hebat. Pada anak anak yang belum dapat menyampaikan keluhan, maka
anak akan rewel kadang muntah, dan anoreksia. Gejala lain adalah demam, pada anak dapt terjadi kejang.
Pendenganran tertap kurang. Tanda klinis yang tampak adalah membrane timpani bombans dan hipremi. Terapi
sama dengan pada stadium I, dan parasintesis pada membran timpani
1.
Bila stadium II terlewati tanpa terapi yang benar maka akan terjadi stadium perforasi. Stadium perforasi merupakan
pembentukan lubang pada telinga akibat infeksi. Gejala pada stadium ini yang menonjol adalah otore yang tentu saja
didahului oleh otalgi, pendengaran tetap menurun. Tanda klinis pada membrane timpani adalah perforasi pada pars
tensa umumnya kecil dan toilet telinga yang benar. Pada stadium ini diusahakan sudah tak terjadi otore setelah
paling lama 2 minggu. Maka lebih baik dari 2 minggu masih terjadi otore harus dirujuk ke dokter THT.
1.
Stadium IV : resolusi
Apabila stadium III terlewati sebelum 2 minggu maka akan terjadi stadium IV. Pada stadium ini penderita mengeluh
pendengarannya masih belum kembali normal. Tanda klinis pada membrane timpani adalah perforasi masih tampak
tapi warna mulai kembali normal dan tidak tampak secret. Terapi pada stadium ini tidak ada. Penderita diberikan
edukasi untuk menjaga hygiene telinga dan control 2-4 minggu kemudian untuk melihat apakah membrane timpani
dapat menutup menutup secara spontan. Apabila tetap ada perforasi dapat dirujuk ke THT untuk dilakukan stimulasi
dan epitelisasi atau miringoplasti.
Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga keseterilan telinga tengah. Faktor
penyebab utamanya adalah sumbatan tuba eustachius sehingga pencegahan invasi kuman terganggu. Pencetusnya
adalah infeksi saluran napas atas. Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena ruba eustachiusnya pendek, lebar, dan
letaknya agak horizontal (Mansjoer et al, 2001).
2.1.9.
WOC OMA
Definisi OMK
Otitis media kronik merupakan kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible. OMK (Otitis Media
Kronis) ialah perforasi yang permanen dari membran timpani, dengan atau tidak dengan perubahan permanen pada
telinga tengah (merck, 2004). Sebagian besar OMK merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) dan
sebagian kecil disebabkan oleh perforasi membran timpani akibat trauma telinga. Kuman penyebab biasanya kuman
gram positif aerob, pada infeksi yang sudah berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan kuman
anaerob (Djaafar, 2002).
Kuman penyebab OMK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%), Pseudomonas aeruginosa (19,3%),
Streptococcus epidermidimis (10,3%), gram positif lain (18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien
mendapat infeksi telinga ini setelah menderita saluran napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui
saluran yang menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran napas atas yang tidak
diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga. (kalbefarma, 2002).
Otitis Media Kronik diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu :
1.
Tipe ini ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan
penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi ini terbatas pada mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang,
umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain
yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, kegagalan pertahanan
mukosa terhadap infeksi pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah, campuran bakteri aerob dan
anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa serta migrasi sekunder dari epitel squamosa. Sekret mukoid
berhubungan dengan hiperplasi sel goblet, metaplasi dari mukosa telinga tengah
OMK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2 jenis,yaitu :
1)
OMK aktif adalah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif
2)
OMK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering.
1.
Tipe ini ditandai dengan perforasi tipe marginal atau tipe atik, disertai dengan kolesteatom dan sebagian besar
komplikasi yang berbahaya dan fatal timbul pada OMK tipe ini.
2.2.2
Etiologi OMK
Biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media akut. Sering berhubungan dengan perforasi menetap
membran timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membran timpani tetapi juga
dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid.
Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada
anak dengan cleft palate dan Downs syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang
merupakan faktor insiden OMK yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia)
dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.
Penyebab lain OMK diantaranya adalah:
1.
Lingkungan
2.
Genetik
3.
4.
Infeksi
5.
6.
Autoimun
7.
Alergi
8.
2.2.3
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorea interminet atau
persisten yang berbau busuk. Kolesteatoma biasanya menyebabkna nyeri. Evaluasi otoskopik membrana timpani
memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih dibelakang membrana
timpani atau keluar ke kanalis eksternus melalui lubang perforasi. Hasil audiometri pada kasus kolesteatoma sering
memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.
Kolesteatom adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu
menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar. Banyak teori mengenai patogenesis terbentuknya kolesteatom
diantaranya adalah teori invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi, dan teori implantasi. Kolesteatom merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan kuman (infeksi), terutama Proteus dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi akan
memicu proses peradangan lokal dan pelepasan mediator inflamasi yang dapat menstimulasi sel-sel keratinosit
matriks kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruksi, dan mampu berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat
menekan dan mendesak organ disekitarnya sehingga dapat terjadi destruksi tulang yang diperhebat oleh
pembentukan asam dari proses pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi
seperti labirinitis, meningitis dan abses otak.
Gejala berdasarkan tipe Otitis Media Kronis adalah:
1)
Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk,ketika pertama kali ditemukan bau busuk
mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge
mukoid dapat konstan atau intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian tergantung beratnya kerusakan
tulang-tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal penyakit.
Perforasi membrane timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada bagian
tepinya . Proses peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga membrane mukosa menjadi
berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang
suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus menghalangi pandangan membrane
timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut diangkat . Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan
orifisium tuba eustachius yang mukoid dan setelah satu atau dua kali pengobatan local bau busuk berkurang.
2)
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor
purulen dapat juga terlihat keping-keping kecil, berwarna putih mengkilat.
Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat
penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena
kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom.
2.2.4
1.
Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli
sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar danletak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas
Derajat ketulian nilai ambang pendengaran :
Normal : -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
Tuli total : lebih dari 90 dB.
Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB
2)
Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-50 dB apabila disertai
perforasi.
3)
Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih utuh menyebabkan tuli
konduktif 55-65 dB.
4)
Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan hantaran tulang, menunjukan
kerusakan kohlea parah.
1.
1)
b.
Pemeriksaaan Radiologi
Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan
karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen
2)
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga
dapat diketahui apakah kerusakan tulang telahmengenai struktur-struktur
3)
Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelasmemperlihatkan kanalis auditorius
interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksiini menempatkan antrum dalam potongan melintang
sehingga dapat menunjukan adanyapembesaran akibat
4)
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik.
Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.
1.
c.
Bakteriologi
Bakteri spesifik
Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari 1%menurut Shambaugh). Pada orang
dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru yanglanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis
media tuberkulosa dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang tidak dipateurisasi
2)
Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa, stafilokokusaureus dan Proteus sp. Antibiotik
yang sensitif untuk Pseudomonas aeruginosa adalahceftazidime dan ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin,
sefalosporin dan makrolid.Sedangkan Proteus mirabilis sensitif untuk antibiotik kecuali makrolid. Stafilokokusaureus
resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim dan sensitif untuk sefalosforin generasi I dan gentamisin.
2.2.5
Penatalaksanaan OMK
2.
Pemberian anti mikroba topikal yang dapat mencapai lokasi dalam jumlah adekuat.
3.
Bedah
Mastoidektomi sederhana
Operasi dilakukan pada OMK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan
operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya agar infeksi tenang dan telinga
tidak berair lagi pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
2)
Mastordektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas. Tujuan operasi ini
adalah untuk membuang semua jaringan patologis dan mencegah komplikasi ke intrakranial.
3)
Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I,
rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi
telinga tengah pada OMK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.
5)
Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMK tipe benigna yang
tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit
serta memperbaiki pendengaran. (Soepardi, Arsyad, 1997, 55-57)
2.2.6
Komplikasi OMK
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologikyang menyebabkan otore. Walaupun
demikian organisme yang resisten dan kurangefektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya
komplikasi didapatkanpada pasien OMK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akutoleh
kuman yang virulen pada OMK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMK berhubungan dengan
kolesteatom.
Komplikasi ditelinga tengah:
1.
2.
3.
Fistel labirin
2.
Labirinitis supuratif
3.
Komplikasi ekstradural
1.
Abses ekstradural
2.
3.
Petrositis
Meningitis
2.
Abses otak
3.
Hindrosefalus otitis
Komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial melewati tiga macam lintasan yaitu :
1.
2.
3.
c.
2.2.7
1.
Prognosis OMK
a.
Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat eongering. Tetapi sisa perforasi sentral yang berkepanjangan
memudahkan infeski dari nasofaring atau bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga
penutupan membrane timpani disarankan.
1.
b.
Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis, abes otak, prasis fasialis atau
labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK type maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi
tulang berhenti.
2.2.8
Patofisiologi OMK
Dibagi kedalam 2 jenis yaitu benigna atau tipe mukosa, dan menigna atau tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar
dari kavum timpani secara aktif juga dikenal tipe aktif dan tipe tenang. Pada OMK benigna, pandangan terbatas pada
mukosa saja, tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan
tidak terdapat kolesteatom. OMK tipe maligna disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak marginal, subtotal,
atau di atik. Sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya atau fatal (Mansjoer et al, 2001).
2.2.9
WOC OMK
Mastoidektomi, Miringoplasti,
Timpanoplasti
MK : Nyeri
MK : Gangguan
Komunikasi
MK : Kurang
Pengetahuan
MK : Hipertermi
MK : Resiko Infeksi
Kemerahan
Penurunan kemampuan
melihat kearah samping
Paralisis N VI
Paralisis N VII
Mulut mencong
MK : Resiko Cidera
Penurunan
pendengaran
Gangguan konduksi suara
Kolersteatoma
Destruksi tulang
pendengaran
Penghancuran sel epitel skuamosa
Maligna
Benigna
Otitis Media Kronis
OMA berlanjut sampai lebih
dari 3 bulan
OMA yang tidak
diatasi dengan
tepat
2.3
2.3.1
MASTOIDITIS
Definisi Mastoiditis
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Mastoiditis
terjadi karena Streptococcus hemoliticus / pneumococcus. Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada
telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan
infeksi traktus respiratorius. Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang berbau busuk
akibat infeksi traktus respiratorius.
telinga tengah. Kulit dari membran timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak
dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid.
a.
CT scan
Mendiagnosis kelainan telinga tengah, mastoid dan telinga dalam. Biasanya memperlihatkan penebalan mukosa
dalam rongga telinga tengah di samping dalam rongga mastoid.
1.
b. Pemeriksaan radiologis
Mengetahui adanya apasifikasi sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya trabekulasi normal dan sel-sel
tersebut.
2.
Jika pasien tidak membaik dengan antibiotic maka dilakukan operasimastoidektomy. Tindakan ini untuk
menghilangkan sel sel tulang mastoid yang terinfeksi dan untuk mengalirkan nanah. Beberapa struktur
telinga bagian tengah (inkus dan maleus) mungkin perlu dipotong.
3.
Tympanoplasty yang merupakan pembedahan rekonstruksi telinga bagian tengah untuk memelihara
pendengaran.
2.3.8
Patofisiologi Mastoiditis
Mastoiditis disebabkan menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah. Infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel
udara mastoid. Umumnya ini jarang terjadi karena otitis media didiagnosis dan diobati pada tahap awal. Tetapi
dengan berulangnya infeksi telinga bagian tengah, infeksi dapat menyebar ke mastoid. Mastoiditis dapat terjadi 2-3
minggu setelah otitis media akut (Reeves, 1999).
BAB 3
PROSES KEPERAWATAN
3.1.
3.1.1 Pengkajian
1. Pengumpulan Data
1.
Identitas Pasien : Nama pasien, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat
2.
Riwayat Penyakit Sekarang : Riwayat adanya kelainan nyeri pada telinga, penggunaan minyak, kapas lidi,
peniti untuk membersihkan telinga
3.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat infeksi saluran atas yang berulang, riwayat alergi, riwayat OMA
berkurang, riwayat penggunaan obat( sterptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin ), riwayat operasi
4.
Riwayat penyakit keluarga : Apakah keluarga klien pernah mengalami penyakit telinga, sebab dimungkinkan
OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetic
2. Pengkajian Persistem
1.
2.
B1 (Breath)
:-
3.
B2 ( Blood )
:Nadi meningkat
1.
B3 (Brain)
2.
B4 (Bladder)
:-
3.
B5 (Bowel)
:Nausea vomiting
4.
B6 (Bone)
:Malaise, alergi
3. Pengkajian Psikososial
1.
Aktivitas terbatas
2.
4. Pemeriksaan diagnostik
1.
5. Pemeriksaan pendengaran
1.
2.
Tes garputala
3.1.2
1.
Diagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
1.
2.
Perubahan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah
atau kerusakan di syaraf pendengaran
3.
4.
Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya
fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
5.
3.1.3
1.
Tujuan :
Nyeri yang dirasakan klien berkurang
Kriteria hasil :
1.
2.
Intervensi :
Intervensi
Rasional
1.
2.
Tujuan :
Gangguan komunikasi berkurang / hilang
Kriteria hasil :
1.
2.
Klien menerima pesan melalui metode pilihan (misal: komunikasi lisan, bahasa lambang, berbicara dengan
jelas pada telinga yang baik)
Intervensi :
Intervensi
Rasional
1.
Perubahan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau
kerusakan di syaraf pendengaran
Tujuan :
Persepsi / sensori baik
Kriteria hasil :
Klien akan mengalami peningkatan persepsi / sensoris pendengaran sampai pada tingkat fungsional
Intervensi:
Intervensi
Rasional
1.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi cidera
Kriteria Hasil :
Pasien tidak mengalami cidera fisik
Intervensi :
Intervensi
Rasional
Berhubungan dengan
kehilangan pendengaran
http://rifaaprillia-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-72727-Umum-ASUHAN
%20KEPERAWATAN%20PADA%20KLIEN%20DENGAN%20OMA,%20OMK,%20DAN
%20MASTOIDITIS.html