Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ULTRASONIC TEST
Disusun Oleh :
Rizki Indana
(6512040098)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Pada percobaan ini, siswa diharapkan dapat menggunakan pesawat
ultrasonic dalam memeriksa ketebalan suatu bahan ataupun cacat pada suatu
bahan atau material yang tidak dapat dilihat secara visual/langsung.
1.2 Dasar Teori
Gelombang Ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti gelombang suara
yang frekuensinya lebih besar dari 20kHz. Gelombang ini dapat dihasilkan dari
probe yang berdasarkan perubahan energi listrik menjadi energi mekanik.
Sebaliknya probe juga dapat mengubah energi mekanik menjdi energi listrik.
Selama perambatannya di dalam material, gelombang ini dipengaruhi oleh sifatsifat bahan yang dilaluinya missal masa jenis, homogenitas, besar butiran,
kekerasan dan sebagainya. Sehingga gelombang ini dapat dipakai untuk
mengetahui jenis bahan, tebal dan ada tidaknya cacat di dalam bahan tersebut.
Gelombang Ultrasonic dapat dipantulkan dan dibiaskan oleh permukaan batas
antara dua bahan yang berbeda. Berdasarkan sifat pantulan tersebut dapat
ditentukan tebal bahan, lokasi cacat serta ukuran cacat.
1. Prinsip dasar ultrasonic.
Pemeriksaan tebal bahan atau adanya cacat dalam bahan dengan
gelombang ultrasonic dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : teknik
resonansi, teknik tranmisi dan teknik gema. Dari ketiga teknik tersebut, teknik
gema kontak langsung paling sering digunakan terutama pada pemeriksaan di
lapangan.
Pantulan/Gema
Pada teknik ini, probe secara bergantian mengeluarkan dan menerima
getaran. Tebal bahan dan letak cacat ditentukan dari letak getaran/gema pada
layar osiloskop, sedangkan besarnya ditentukan dari simpangan tinggi getaran
yang diterima kembali.
Timer
osiloskop
AMPLIFIER
Penguat/
Pembangkit pulsa
probe
Benda uji
2. Gelombang Ultrasonic.
Gelombang ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti suara, yang
frekuensinya lebih besar dari pada 20 kHz. Gelombang ini mempunyai
besaran fisis seperti pada suara yakni panjang gelombang ( ), kecepatan
rambat (v), waktu getar (T), amplitudo (A), frekuensi (f), fasa ( ) dan
sebagainya. Formula yang berlaku bagi gelombang suara berlaku pula pada
gelombang ultrasonic, missal :
v
f
s v.t
sin v1
sin v2
(snellius)
I1 r22
I 2 r12
If
= I 0 e t
(attenuation)
Mode Longitudinal.
2.
Mode Transversal
Mode Permukaan.
baik
dalam
bentuk
gelombang
simetris
atau
Gambar1.4.Mode Pla
5. Kemampuan deteksi.
1
2
7. Transmisi.
tergantung
pada
koefisien
transmisi
atau
refleksinya.
R
W2 W1
W2 W1
D= 1-R
W1 1V1
dimana :
R = Koefisien refleksi
D = Koefisien transmisi
W = Impedansi akustik
= Massa jenis
V = Kecepataqn rambat.
8. Probe (Transducer)
Dalam suatu probe dapat berisi suatu kristal yang disebut probe tunggal, tetapi
dapat pula berisi dua kristal yang identik (probe kembar). Bila bidang
permukaan kristal sejajar dengan bidang permukaan probe, maka disebut
probe normal. Dalam probe normal gelombang yang keluar dari probe adalah
gelombang longitudinal dan arah tegak lurus terhadap permukaan probe. Bila
bidang permukaan tidak sejajar dengan probe maka disebut probe sudut.
Gelombang yang masuk ke benda uji adalah gelombang transversal dan
membentuk sudut tertentu terhadap garis normal permukaan probe. Jadi ada
empat macam probe yakni :
1. Probe normal : - tunggal
- kembar
2. Probe sudut : - tunggal
- kembar
BAB II
METODOLOGI
2.1
2.2
Peralatan
Bahan
2.3
Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat (memasang, menyalakan alat)
2. Menentukan besar range yang akan digunakan (100 atau 125), range >
dari pada benda yang diukur. Pada percobaan ini menggunakan range =
100 (4 titik indikasi).
3. Kalibrasi awal, yaitu dengan menekan tombol on call dan meletakkan
probe di atas suatu material (tebal = 25 mm) yang khusus digunakan
untuk kalibrasi. Kemudian mengatur tombol pada alat sehingga muncul
4 garis sebagai indikasi (pada titik skala 2, 4, 6, 8, dan 10), dimulai dari
skala paling kanan display.
4. Jika garis sudah tarbentuk dan tebal material kalibrasi telah ditemukan,
selanjutnya menekan tombol call lagi agar kalibrasi tidak berubah.
5. Meletakkan probe di atas material yang akan diuji. Mencari angka
yang paling stabil.
6. Mencatat data laporan sementara.
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Kalibrasi probe normal
Setiap kali digunakan, pesawat ultrasonic harus dikalibrasi dengan
bantuan blok kalibrasi, misal blok kalibrasi V1 stepwedge dan sebagainya.
300 mm
25 mm
30 mm
85 mm
100
mm
100 mm
35 mm
Bentuk Indikasi
Panjang
spesimen
(mm)
Lebar
spesimen
(mm)
Tebal
spesimen
(mm)
Diameter
lubang
(mm)
Balok 1
50,80
25,00
18,08
Tabung 2
19,85
35,00
Balok 3
40,00
40,00
25,29
Pada pengujian digunakan range 100 dan pulsa muncul pada jarak 3,1 dari kurva
awal sehingga diketahui tebal benda uji adalah 31 mm yang diketahui dari 3,1/10
x 100 = 31,0 mm
Indikasi 1
Pada Display pesawat ultrasonik muncul gelombang pada absis (divisi) yakni
pada skala 1,808
D = 18,08 mm
D = 15 mm
D = 25,29 mm
BAB IV
PENUTUP
4.1
Analisa kesalahan
Ketidaktepatan data hasil percobaan dengan hasil perhitungan dapat
disebabkan oleh terjadinya kesalahan pada pembacaan skala yang nampak
pada display ataupun kesalahan pada kalibrasi awal.
4.2
Kesimpulan
Ultrasonic Test merupakan salah satu uji NDT (Non Destructive Test) yang
menggunakan gelombang Ultrasonic untuk mengetahui indikasi pada bagian
dalam benda uji. Indikasi yang dihasilkan dalam pengujian NDT ini dapat
berbentuk persegi panjang, garis, dan tabung. Untuk dapat mengetahui letak
dari indikasi pada bagian dalam
DAFTAR PUSTAKA
ASME Section V Article 7. Ultrasonic Examination Methods for Materials, 2010 Edition.
ASME Section VIII Division 1. Mandatory Appendix 12 Ultrasonic Examination of Welds
Pradya Paramita
Metode Ultrasonic, 1997, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Sri Widharto. 2004. Inspeksi Teknik Buku 5. Jakarta: PT Padnya Paramita.