Вы находитесь на странице: 1из 14

RETARDASI MENTAL

Batasan
Merupakan suatu sindrom yang ditandainoleh

terjadinya hendaya keterampilan selama masa


perkembangan, yang ditandai oleh:
Fungsi intelektual di bawah rata-rata yang bermakna.
Defisit atau gangguan dalam fungsi adaptif.
Timbul sebelum usia 18 tahun.

Menurut PPDGJ III dibagi menjadi 4 subtipe:


Retardasi mental ringan

: IQ 50-69
Retardasi mental sedang : IQ 35-49
Retardasi mental berat
: IQ 20-34
Retardasi mental sangat berat : IQ <20

Epidemiologi
Kebanyakan penelitian melaporkan tingkat

prevalensi retardasi mental antara 1,8-2%.


Sekitar 85% memiliki IQ dalam kisaran
retardasi mental ringan.
Retardasi mental sedang berkisar 10%.
Retardasi mental berat sekitar 3-4%.
Retardasi mental sangat berat sekitar 12%.

Etiologi
Faktor Biologi
Kelainan kromosom: Sindrom Down (trisomi

21).
Kelainan metabolik: fenilketonuria, Sindrom
Hurler, Penyakit Tay-Sach, dsb.
Gangguan prenatal: infeksi ibu hamil (rubella,
sifilis, parotitis epidemika, infeksi sitomegalo
virus, dsb).
Gangguan perinatal atau postnatal: trauma
kepala (karena kelahiran atau kecelakaan),
infeksi (meningitis, ensefalitis, septikemia),
tumor intrakranial, malnutrisi.

Faktor Psikososial
Deprivasi psikososial (kurangnya stimulasi sosial,

bahasa, intelektual) dapat terjadi pada keadaan:


Kehidupan keluarga yang tidak harmonis.
Sering berpindah-pindah tempat tinggal.
Sering berganti pengasuh disertai pengasuhan yang tidak

adekuat.
Tingkat pendidikan orang tua rendah.
Orang tua yang sakit-sakitan, termasuk sakit jiwa
(skizofrenia, gangguan afektif).
Salah satu orang tua atau saudara juga menderita
retardasi mental.

Kombinasi antara dua faktor di atas.

Pemeriksaan dan Diagnosis


Anamnesis
Riwayat kehamilan dan persalinan.
Riwayat keluarga yang mengalami retardasi mental atau

penyakit keturunan lainnya.


Adanya hubungan darah antara kedua orang tuanya.
Riwayat perkembangan anak.
Latar belakang sosialkultural.
Pemeriksaan psikiatri
Perhatikan kesan umum penderita.
Kemampuan verbal, termasuk bahasa reseptif dan ekspresif.
Kesadaran, psikomotor, perilaku, atensi/ perhatian,

emosi,kemauan, proses pikir, intelegensia dan daya adaptasi


dengan lingkungannya.

Pemeriksaan fisik
Melihat adanya kelainan yang sering ada, misalnya

mikrosefali, hidrosefalus dan Sindrom Down.


Melihat warna dan bentuk dari kulit dan rambut,
ukuran glandula tiroid, ukuran ekstremitas dan
lainnya.
Pemeriksaan neurologi
Memeriksa adanya gangguan pendengaran,

penglihatan dan abnormalitas neurologi lainnya


(kejang, gangguan motorik, refleks dan lainnya)
Dapat dilakukan EEG, rontgen cranial, CT Scan dan
MRI bila perlu.

Pemeriksaan laboratorium
Analisis kromosom, urine dan darah untuk

melihat adanya gangguan metabolik.


Pemeriksaan psikologik
Evaluasi psikologik diperlukan untuk menilai

kemampuan persepsi, motorik, linguistik dan


kognitif.

Kriteria Diagnosis (PPDGJ-III)


IQ <70 yang didapat dari tes intelegensia.
Adanya hendaya dalam perilaku adaptif

(efektivitas seseorang untuk memenuhi standar


mandiri serta bertanggung jawab sosial sesuai
dengan umur dan latar belakang budayanya.
Timbul sebelum usia 18 tahun.
Terdapat gejala-gejala penyerta seperti
iritabilitas, agresivitas, gerakan-gerakan
stereotipik, gangguan neurologik seperti
gangguan pendengaran, penglihatan, kejang
dan lainnya.

Diagnosis Banding
Kelainan sensorium terutama ketulian dan

kebutaan.
Gangguan bicara dan cerebral palsy.
Penyakit fisik kronis (misalnya kejang).
Sindrom otak kronik yang menimbulkan aleksia,
agrafia, afasia dan lainnya.
Gangguan belajar (muncul bersama dengan
retardasi mental).
Gangguan perkembangan pervasif, autisme
infantil, skizofrenia yang timbul pada masa
kanak.

Penyulit
Ketidak mampuan untuk berfungsi secara

mandiri menyebabkan pasien


membutuhkan pengawasan dan bantuan
keluarga yang terus menerus.

Pencegahan dan Penatalaksanaan


Pencegahan primer
Pencegahan primer dilakukan untuk

mengurangi atau menghilangkan kondisi yang


berhubungan dengan retardasi mental, yaitu:
Edukasi untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat dan kesadaran tentang retardasi


mental.
Memperkuat pengetahuan profesional kesehatan.
Konseling keluarga dan genetik.
Perbaikan sosial ekonomi.

Pencegahan sekunder
Jika ditemukan kelainan yang berhubungan dengan retardasi

mental, kelainan harus ditangani untuk memperpendek perjalanan


penyakitnya.
Pencegahan tersier
Dilakukan untuk mengurangi sekuele atau kecacatan yang dapat

ditimbulkan lebih lanjut.


Program komprehensif untuk keterampilan adaptif, keterampilan sosial

dan kerja.
Terapi perilaku untuk mengontrol dan mengurangi perilaku agresif dan
destruktif.
Edukasi untuk keluarga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
penderita.
Pendekatan farmakologi untuk mengobati gejala psikologis dan perilaku,
misalnya pemberian metylphenidate bagi mereka yang gelisah dan
hiperaktif dengan dosis yang disesuaikan.

Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal

Pelayanan Medik. 1993. Pedoman


Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III, hal. 292-3000.
Sadock BJ & Sadock VA. 2007. Synopsis of
Psychiatry. Behavioural Science/ Clinical
Psychiatry, tenth edition. Lipincott Williams &
Wilkins, Philadelphia. p. 1138-1157.
Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa, Cetakan II. Airlangga
University Press. Surabaya, hal. 358-398.

Вам также может понравиться