Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Fisika Dasar 1 - 12
Anggota:
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 2
ISI .............................................................................................................................................. 3
2.1 Landasan Teori ................................................................................................................. 3
2.1.1 Dinamika Gerak......................................................................................................... 3
2.1.2 Gaya Gravitasi ........................................................................................................... 5
2.1.3 Energi Mekanik ......................................................................................................... 6
2.1.4 Gaya Gesek ................................................................................................................ 6
2.1.5 Gaya Sentripetal ........................................................................................................ 7
2.2 Cara Kerja Roller Coaster ............................................................................................... 7
PENUTUP ............................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gerakan Roller Coaster dari Puncak Lintasan sampai Puncak Loop....................... 7
Gambar 2. Arah Percepatan, Berat Sesungguhnya, dan Gaya Berat saat Berada di Loop ...... 10
PENDAHULUAN
ISI
V=
Dimana :
v = kecepatan (m/s)
s = jarak tempuh (m)
t = waktu tempuh (s)
percepatan suatu benda selalu konstan tetapi besar percepatan selalu berubah maka
percepatan benda tidak konstan.
Karena arah percepatan benda selalu konstan maka benda pasti bergerak pada lintasan
lurus. Arah percepatan konstan = arah kecepatan konstan = arah gerakan benda konstan
= arah gerakan benda tidak berubah = benda bergerak lurus. Besar percepatan konstan
bisa berarti kelajuan bertambah secara konstan atau kelajuan berkurang secara konstan.
Ketika kelajuan benda berkurang secara konstan, kadang kita menyebutnya sebagai
perlambatan konstan. Pada gerakan satu dimensi (gerakan pada lintasan lurus), kata
percepatan digunakan ketika arah kecepatan = arah percepatan, sedangkan kata
perlambatan digunakan ketika arah kecepatan dan percepatan berlawanan.
Dimana:
vo = kecepatan awal (m/s)
vt = kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan
t = selang waktu (s)
(2) =
(3) as =
= 2 =
2
= 2
Perubahan sudut, kecepatan sudut, dan percepatan sudut dapat dicari menggunakan pola
persamaan GLBB :
m1
Massa (kilogram)
m2
Massa (kilogram)
Jarak (meter)
Gravitasi (m/s2)
Energi Mekanik
EP
Energi Potensial
EK
Energi Kinetik
Massa benda
Kecepatan benda
Konstanta gravitasi
Koefisien gesekan
FN
Gaya gesek dibedakan menjadi dua macam yaitu gaya gesek statis (fs) dan gaya gesek
kinetis (fk). Gaya gesek statis adalah gaya yang bekerja pada dua permukaan benda yang
masih diam. Jika nilai gaya gesek statis lebih dari atau sama dengan gaya luar yang
diberikan pada benda, maka benda akan tetap diam. Sementara itu, gaya gesek kinetis
merupakan gaya yang bekerja pada dua permukaan benda yang bergerak. Besar gaya
gesek statis selalu lebih kecil dari gaya luar yang bekerja pada benda dan nilai koefisien
gesekan kinetis selalu lebih kecil dari koefisien gesekan statis.
2
=
Dimana:
Fs
gaya sentripetal
kecepatan linier
massa benda
jari-jari lintasan
Gambar 1. Gerakan Roller Coaster dari Puncak Lintasan sampai Puncak Loop
Roller coaster merupakan kendaraan tanpa mesin yang menggunakan ban berjalan
(conveyor belt) untuk naik ke puncak bukit A melalu lintasan yang tidak terlalu curam.
7
Puncak bukit A sengaja dirancang lebih tinggi daripada puncak loop C, hal tersebut
memungkinkan energi potensial di A yang lebih besar sehingga mampu berjalan melalui
lintasan menuju puncak C dengan baik.
Disini kita mengunakan model ideal, di mana gaya gesekan, baik gesekan udara maupun
gesekan pada permukaan lintasan diabaikan. Pada ketinggian titik A, roller coaster
memiliki energi potensial maksimum sedangkan energi kinetiknya nol, karena roller
coaster belum bergerak.
Ketika roller coaster mulai berjalan dari titik A ke B karena adanya gaya gravitasi, maka
terjadi konversi energi dari potensial ke kinetik. Sehingga energi potensial semakin
berkurang sedangkan energi kinetik semakin bertambah, tetapi energi mekanik selalu
konstan di posisi mana saja.
Ketika tiba di titik B, roller coaster memiliki laju maksimum, sehingga pada posisi ini
energi kinetiknya bernilai maksimum. Oleh karena pada titik B laju roller coaster
maksimum maka ia terus bergerak ke titik C. Pada titik C, roller coaster tidak berhenti
tetapi sedang bergerak dengan laju tertentu, sehingga pada titik ini roller coaster masih
memiliki sebagian energi kinetik. Sebagian energi kinetik telah berubah menjadi energi
potensial karena roller coaster berada pada ketinggian maksimum di lintasan lingkaran.
Roller coaster terus bergerak kembali ke titik paling bawah di lintasan lingkaran. Pada
titik ini, energi kinetik roller coaster kembali bernilai maksimum, sedangkan energi
potensialnya bernilai nol. Lalu, roller coaster akan terus bergerak lagi ke lintasan
seterusnya.
Ketika roller coaster berada di titik tertinggi dari lintasan loop, yaitu di titik C. Gaya
sentripetal adalah resultan gaya normal (N) dan besar gaya berat penumpang (mg),
sehingga
Fs = N + mg = m
vc min =
Lintasan loop roller coaster sengaja dibuat seperti tetesan air terbalik. Jika loop berupa
lingkaran penuh, akan diperoleh bobot penumpang 6 kali bobot normalnya saat roller
coaster berada di posisi terendah. Kondisi ini dapat menyebabkan pusing lalu pingsan.
Lintasan loop yang seperti tetesan air hanya memberikan bobot maksimum 3,7 kali bobot
normalnya. Pada bobot tersebut penumpang masih merasakan kenyamanan.
Gambar 2. Arah Percepatan, Berat Sesungguhnya, dan Gaya Berat saat Berada di Loop
merupakan gaya gesek yang berlawanan arah dengan arah bergeraknya kereta akibat
gesekan antara lintasan dengan kereta yang bergerak. Setiap roller coaster tentunya
memiliki rem layaknya sebuah kereta, namun pada roller coaster sistem rem dibuat pada
lintasan, bukan pada keretanya. Sistem rem yang digunakan adalah dengan menggunakan
klem dan diatur oleh komputer dengan hydraulic fluid system. Ketika kereta di rem,
maka friction akan bertambah akibat sistem rem tersebut dan energi kinetik juga
berkurang karena dikonversikan ke dalam energi panas yang dihasilkan dari gesekan
antara kereta, lintasan, dan sistem rem.
Roller coaster adalah wahana terbuka pada umumnya, oleh sebab itu kita perlu
memperhitungkan keadaan cuaca pada saat wahana roller coaster dijalankan. Berikut
adalah pengaruh keadaan cuaca terhadap roller coaster:
Pada cuaca dingin (dibawah 400 F)
Kecepatan roller coaster berkurang karena cuaca dingin meningkatkan friction pada
roda kereta. Cuaca dingin dapat membuat beberapa komponen pada lintasan dan
kereta menysusut sehingga berbahaya. Cuaca dingin dapat merusak hydraulic fluid
brake system yang diatur oleh komputer.
Pada cuaca angin kencang (kira-kira 30 mph)
Angin yang kencang menyebabkan deselerasi dari kereta lebih cepat sehingga
dibutuhkan energi yang lebih besar.
Pada cuaca hujan
Hujan deras dapat merusak sensor sistem rem dan dapat merusak rem sehingga
berbahaya. Hujan kecil tidak mempengaruhi roller coaster.
11
Gravitasi pada roller coaster berfungsi untuk menetralkan gaya akibat percepatan, yakni
gaya yang membuat penumpangnya terdorong ke depan. Selain itu, gaya gravitasi
bekerja pada roller coaster yang membuat roller coaster mengalami perubahan
kecepatan. Saat roller coaster bergerak naik menuju suatu puncak, gravitasi menarik
roller coaster tersebut dan mengurangi percepatan pada roller coaster. Pada saat itu
energi kinetik akan berubah menjadi energi potensial. Setelah roller coaster mencapai
puncak, energi potensial pada roller coaster akan diubah menjadi energi kinetik dan
gravitasi akan menarik roller coaster ke bawah. Hal ini menyebabkan roller coaster akan
mengalami percepatan.
12
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu fisika dapat diterapkan pada pembuatan wahana roller coaster, dari pembuatan
lintasan hingga kereta pada roller coaster. Perhitungan dengan menggunakan ilmu fisika
merupakan suatu hal yang penting karena menyangkut kenyamanan, keamanan serta
efisiensi dari wahana roller coaster. Lebih dari itu, ilmu fisika dapat digunakan untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang ada pada wahana. Maka dari itu ilmu fisika dirasa
penting dalam pembuatan suatu roller coaster.
Pada roller coaster, teori dasar fisika yang dipakai adalah teori mengenai energi, gaya
gesek, gaya sentripetal, gravitasi, dan dinamika gerak. Energi yang dibutuhkan roller
coaster untuk melaju pada lintasan perlu diperhitungkan agar kecepatan dari kereta tidak
terlalu besar maupun terlalu kecil. Jika kecepatan roller coaster terlalu kecil, maka hal ini
akan mengganggu perjalanan roller coaster, sedangkan kecepatan yang terlalu besar juga
dapat membahayakan penumpangnya. Gaya sentripetal dan konsep dinamika gerak
berpengaruh pada gerakan roller coaster saat berada pada loop. Gaya gesek dan gravitasi
juga berpengaruh pada pergerakan kereta roller coaster. Selain dari itu, faktor cuaca
seperti hujan dan angin yang kencang juga menjadi bahan pertimbangan dalam
pembuatan wahana roller coaster. Cuaca yang buruk dan tidak sesuai dapat mengganggu
pergerakan kereta dan membahayakan penumpangnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Berry, Nick. 2014. Why Roller Coaster Loop Never Circular. [ONLINE] Available at:
http://gizmodo.com/why-roller-coaster-loops-are-never-circular-1549063718. [Accessed 15
May 15].
Harris,
Tom.
2015.
How
Roller
Coasters
Work.
[ONLINE]
Available
at:
http://science.howstuffworks.com/engineering/structural/roller-coaster.htm.
[Accessed
15
May 15].
Hukum Kekekalan Energi. 2015. Hukum Kekekalan Energi. [ONLINE] Available at:
http://www.scribd.com/doc/48694397/Hukum-Kekekalan-Energi#scribd. [Accessed 16 May
2015].
Indrajit, Dudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika. Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Kamajaya. 2007. Cerdas Belajar Fisika. Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Teach Engineering. 2015. Lesson: Physics of Roller Coasters. [ONLINE] Available at:
https://www.teachengineering.org/view_lesson.php?url=collection/duk_/lessons/duk_rollerco
aster_music_less/duk_rollercoaster_music_less.xml. [Accessed 15 May 15].
The Physics Classroom. 2015. Amusement Park Physics . [ONLINE] Available at:
http://www.physicsclassroom.com/class/circles/Lesson-2/Amusement-Park-Physics.
[Accessed 17 May 2015].
The Physics Classroom. 2015. Roller Coaster G-Forces . [ONLINE] Available at:
http://www.physicsclassroom.com/mmedia/circmot/rcd.cfm. [Accessed 17 May 2015].
The Physics Classroom. 2015. Uniform Circular Motion . [ONLINE] Available at:
http://www.physicsclassroom.com/mmedia/circmot/ucm.cfm. [Accessed 17 May 2015].
Travel Tips. 2015. How Cold Weather, Wind, Rain & Lightning Affect Roller Coasters.
[ONLINE] Available at: http://travel.thefuntimesguide.com/2015/04/roller-coasters.php.
[Accessed 15 May 15].
14