Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Kelompok 1
Fatmawati Amalia Agustin
(141710101039)
(141710101064)
Yuliani
(141710101084)
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan dan berkat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Trend LGBT dalam Pandangan
Masyarakat Indonesia ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas
mata kuliah umum Ilmu Sosial dan Kebudayaan Dasar (ISBD). Makalah ini
menjelaskan dan membahas lebih dalam mengenai kasus Lesbian, Gay, Biseksual dan
Transgender (LGBT) dengan bahasa yang lebih mudah untuk di cerna dan di pahami.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Ilmu Sosial dan Kebudayaan
Dasar, skripsi yang membahas tentang LGBT, serta infomasi dari media massa yang
berhubungan dengan kasus LGBT yang popular sekarang ini.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai trend LGBT yang
marak di perdebatkan saat ini. Akhir kata, mungkin dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan. Kritik dan saran tentunya sangat kami harapkan demi
perbaikan dan kesempurnaan. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB 2. LANDASAN TEORI
11
BAB 4. PENUTUP i
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
14
BAB 1. PENDAHULUAN
Zaman sekarang ini sangat marak sekali kaum homo seksual yang terjadi yang
terjadi di dalam masyarakat, baik masyarakat Indonesia maupun masyarakat di luar
Indonesia. Mereka pada saat ini sudah tidak malu-malu dan sembunyi-sembunyi
untuk melakukan hubungan mereka, bahkan mereka sedang berusaha agar sesama
jenis maupun transjender ini dilegalkan di seluruh dunia, karena mereka beranggapan
bahwa hubungan yang merek jalankan adalah merupakan bagian dari hak asasi
manusia juga. Di negara Indonesia sendiri para kaum homo seksual telah mencoba
untuk membuat legal atau diakuinya hubungan mereka oleh pemerintah, karena
mereka menganggap hal tersebut sebagai hal asasi manusia. Selain itu di Indonesia
marak pula kasus yang diberi nama LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender). Kasus ini sama dengan kasus homo seksual, yang mana mereka samasama memperjuangkan diakuinya keberadaan mereka di masyarakat.
Tentu saja hal tersebut tidak mungkin dapat berjalan dengan mudah, karena hal
tersebut tidak tidak benar dan mayoritas penduduk Indonesia beragama muslim
tentunya melarang hal tersebut, karena hal tersebut telah dilarang di dalam kitab suci
umat Islam yaitu Al-Quran. Selain itu tentunya agama-agama lain selain Islam di
Indonesia tentunya juga melarang hal tersebut, karena pada umumnya berbagai
agama akan mengajarkan hal-hal yang baik untuk umatnya.
Secara keseluruhan bangsa Indonesia sendiri telah melarang hal tersebut yang
tercermin dalam hukum adat dan UU tentang perkawinan di Indonesia yang telah
diatur dalam pasal 1 nomor 1 tahun 1974 yang berbunyi: perkawinan ialah ikatan
lahir batin antara seseorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Di dunia sendiri homo seksual telah ada semenjak beribu tahun yang lalu dan
menjadi perbincangan, saat mereka ingin melegalkan hubungan mereka di mata
hukum. Saat ini banyak terjadi kasus mengenai homo seksual tersebut, namun di
kemas dalam nama LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan membahas mengenai kasus LGBT yang terjadi Indonesia.
4
Adanya kenyataan bahwa manusia itu adalah seibu tidak bisa atau sebegai
makhluk lemah. Karena itu mendesak atau mencari kekuatan bersama yang
terdapat dalam perserikatan dengan orang lain sehingga mereka berlindung
bersama sama dan mengejar kebutuhan hidup sehari hari.
atau menyamakan antara HAM dengan hak-hak yang dimiliki warga negara.
HAM dimiliki oleh siapa saja, sepanjang ia bisa disebut sebagai manusia.
Alasan di atas pula yang menyebabkan HAM bagian integral dari kajian
dalam disiplin ilmu hukum internasional. Oleh karenannya bukan sesuatu yang
kontroversial bila komunitas internasional memiliki kepedulian serius dan nyata
terhadap isu HAM di tingkat domestik. Malahan, peran komunitas internasional
sangat pokok dalam perlindungan HAM karena sifat dan watak HAM itu sendiri
yang merupakan mekanisme pertahanan dan perlindungan individu terhadap
kekuasaan negara yang sangat rentan untuk disalahgunakan, sebagaimana telah
sering dibuktikan sejarah umat manusia sendiri. Contoh pelanggaran HAM:
1.
2.
Hukum (aturan dan/atau UU) diperlakukan tidak adil dan tidak manusiawi.
3.
Manipulatif dan membuat aturan pemilu sesuai dengan penguasa dan partai
tiran/otoriter.
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Perkembangan LGBT di Indonesia
Sinyo (2014) menjelaskan kaum homoseksual mulai bermunculan di kota-kota
besar pada zaman Hindia Belanda. Di Indonesia terdapat komunitas kecil LGBT
walaupun pada saat zaman Hindia Belanda tersebut belum muncul sebagai
pergerakan sosial. Pada sekitar tahun 1968 istilah wadam (wanita adam) digunakan
sebagai pengganti kata banci atau bencong yang dianggap bercitra negatif. Sehingga
didirikan organisasi wadam yang pertama, dibantu serta difasilitasi oleh gubernur
DKI Jakarta, Bapak Ali Sadikin. Organisasi wadam tersebut bernama Himpunan
Wadam Djakarta (HIWAD). Pada tahun 1980 karena Adam merupakan nama nabi
bagi umat islam maka sebagian besar tokoh Islam keberatan mengenai singkatan dari
Wadam sehingga nama Wadam diganti menjadi waria (wanita-pria). Organisasi
terbuka yang menaungi kaum gay pertama berdiri di Indonesia tanggal 1 Maret 1982,
sehingga merupakan hari yang bersejarah bagi kaum LGBT Indonesia. Organisasi
tersebut bernama Lambda. Lambda memiliki sekretariat di Solo. Cabang-cabang
Lamda kemudian berdiri dikota besar lainnya seperti Yogyakarta, Surabaya, dan
Jakarta. Mereka menerbitkan buletin dengan nama G: Gaya Hidup Ceria pada tahun
1982-1984.
Pada tahun 1985 berdiri juga komunitas gay di Yogyakarta mendirikan
organisasi gay. Organisasi tersebut bernama Persaudaraan Gay Yogyakarta
(PGY). Tahun 1988 PGY berubah nama menjadi Indonesian Gay Society (IGS).
Tanggal 1 Agustus 1987 berdiri kembali komunitas gay di Indonesia, yaitu
10
Yayasan ini bergerak dalam bidang pencegahan dan penyuluhan tentang penyakit
HIV/AIDS dikalangan komunitas gay di Indonesia (Sinyo, 2014).
3.2 Perspektif Masyarakan Indonesia Tentang LGBT
Homoseksualitas merupakan sebuah rasa ketertarikan secara perasaan dalam
bentuk kasih sayang, hubungan emosional baik secara erotis atau tidak, di mana ia
bisa muncul secara menonjol, ekspresif maupun secara ekslusif yang ditujukan
terhadap orang-orang berjenis kelamin sama. Kata homoseksual berasal dari 2 kata,
yaitu homo dan seksual yang berarti mengacu pada hubungan kelamin, hubungan
seksual mengacu pada kata yang sama (Hatib, 2007). Terjadinya orientasi seks
homoseksual, heteroseksual, ataupun biseksual tersebut dipengaruhi oleh lingkungan,
khususnya lingkungan masa kecilnya bersama kedua orang tua (Kartono, 1989).
Fenomena LGBT di masyarakat modern saat ini mulai berubah dari hal tabu
menjadi hal yang tidak tabu. Kaum gay membuat komunitas-komunitas sendiri, ada
yang tertutup dan ada pula yang terang-terangan. Bahkan di Bandung sendiri, di
tempat-tempat tertentu banyak dijumpai pasangan gay yang tidak segan
lagi
menunjukkan identitas diri mereka sebagai gay dengan berperilaku mesra, seperti
berpegangan tangan, saling membelai dan lain sebagainya.
Di beberapa negara bahkan membuat UU yang melegalkan pernikahan sesama
jenis ini, di antaranya Belanda, Belgia, Swedia, dan Portugal. Hal ini menunjukkan
betapa fenomonena LGBT bukan merupakan hal tabu saat ini.
Pandangan
masyarakat heteroseksual terhadap kaum homoseksual saat ini sudah mulai terbuka.
Batas toleransi masyarakat heteroseksual semakin meluas. Mereka melihat kaum
homoseksual sebagai seseorang yang mempunyai kesamaan di masyarakat. Namun
jika kembali lagi pada agama, perilaku LGBT ini tidak bisa dibenarkan.
Adapun faktor penyebab tejadinya homoseksualitas atau LGBT bisa bermacammacam,seperti karena kekurangan hormon lelaki selama masa pertumbuhan, karena
mendapat pengalaman homoseksual yang menyenangkan pada masa remaja atau
sesudahnya, karena memandang perilaku heteroseksual sebagai sesuatu yang
12
tetap tidak berubah, dan tidak mengikuti hawa nafsu kaum homo atau pendukungnya
(Akbar, 2000).
Tidak ada ulama atau dosen agama yang berani menghalalkan tindakan
homoseksual, seperti yang dilakukan oleh Prof. Siti Musdah Mulia dari UIN
Jakarta tersebut. Nabi Muhammad saw bersabda, Siapa saja yang menemukan
pria pelaku homoseks, maka bunuhlah pelakunya tersebut. (HR Abu Dawud,
at-Tirmizi, an-Nasai, Ibnu Majah, al-Hakim, dan al-Baihaki). Imam Syafii
berpendapat, bahwa pelaku homoseksual harus dirajam (dilempari batu sampai
mati) tanpa membedakan apakah pelakunya masih bujangan atau sudah menikah
(Akbar, 2000).
3.3 Hukum Perkawinan Sesama Jenis di Indonesia
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
UU Perkawinan, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri.
Pasal 1
Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha esa.
Selain itu, di dalam Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan dikatakan juga
bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya. Ini berarti selain negara hanya mengenal
perkawinan antara wanita dan pria, negara juga mengembalikan lagi hal tersebut
kepada agama masing-masing.
14
Kemudian, dari sisi agama Islam, perkawinan antara sesama jenis secara
tegas dilarang. Hal ini dapat dilihat dalam Surah Al-Araaf (7): 80-84, yang
artinya sebagai berikut:
"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (keji)
itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka),
bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab
kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikutpengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang
berpura-pura mensucikan diri. Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikutpengikutnya (yang beriman) kecuali istrinya (istri Nabi Luth); dia termasuk orangorang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan
(batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu."
Jadi, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan peraturan perundangundangan di Indonesia perkawinan sesama jenis tidak dapat dilakukan karena
menurut hukum, perkawinan adalah antara seorang pria dan seorang wanita.
Pada sisi lain, hukum agama Islam secara tegas melarang perkawinan sesama
jenis.
15
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Kasus LGBT di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak tahun 1968, namun dengan
nama yang berbeda dan bersifat tertutup sehingga media tidak banyak meliput
tentang perkembangan LGBT di Indonesia.
2. LGBT bukan merupakan kebutuhan dari manusia sebagai makhluk individu dan
sosial. Sebagai makhluk individu manusia memerlukan makan, tempat tinggal dan
hidup, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain untuk
berinteraksi dalam kehidupannya.
16
3.
Masyarakat menganggap LGBT merupakan hal yang tabu dan perilaku yang
menyimpang. Hal ini dikarenakan LGBT menyalahi aturan agama dan norma sosial
yang berlaku di massyarakat. Di Indonesia sudah terdapat Undang-Undang tentang
perkawinan No. 1 Tahun 1974 yaitu perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri. Selain itu Islam secara tegas
melarang perkawinan sesama jenis yang terdapat di Al-Quran
4.2 Saran
Sebaiknya pemerintah bertindak lebih tegas dan berani mengatakan bahwa
LGBT merupakan perilaku yang dilarang di Indonesia karena LGBT bukan
merupakan HAM dan telah menyalahi aturan dalam konteks agama dan norma
yang berlaku di masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Ahmadi. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Akbar, Ali. 2000. Seksualitas ditinjau dari Hukum Islam. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Effendi, Ridwan. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
Hartomo. 1997. Seksualitas Ditinjau dari Hukum Islam. Jakarta: Ghalia Indonesia
17
Hatib, Abdul Kadir. 2007. Tangan Kuasa dalam Kelamin Telaah Homoseks, Pekerja
Seks dan Seks Bebas di Indonesia. Yogyakarta: Insist Press
Kartono, K. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Bandar
Maju.
Landgren .1980. Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender Youth. New York: GLSEN.
Moertihko. 2001. Transeksual dan Waria. Solo: Surya Murti Publishing.
Ramali, Ahmad. 2003. Memelihara Kesehatan dalam Hukum Islam. Jakarta: Balai
Pustaka.
Sapriya. 2006. Konsep Dasar IPS. Bandung: UI Press.
Sinyo. 2014. Anakku Bertanya Tentang LGBT. Jakarta: PT. Elex Media
Sumantri, Mulyani. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Universitas
Terbuka.
18