Вы находитесь на странице: 1из 23

MODUL PANDUAN

PRAKTIKUM
PENENTUAN STATUS GIZI
SEMESTER III

Disusun Oleh
Tim Dosen Penilaian Status Gizi
Prodi S1 Ilmu Gizi UPNVJ

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UPN VETERAN JAKARTA
TAHUN 2014

BAB I

INFORMASI UMUM
Mata Kuliah Penilaian Status Gizi termasuk kelompok mata kuliah inti untuk keahlian
sarjana S1 Ilmu Gizi dengan beban 3 SKS yang terdiri dari teori, praktikum Laboratorium,
dan praktik lapangan. Fokus mata kuliah ini adalah penerapan konsep dasar dan prosedur
Penilaian Status Gizi pada tingkat individu, keluarga, dan masyarakat kaitannya dengan
kecukupan status gizi baik zat gizi makro maupun mikro serta ketersediaan pangan dalam
pemenuhan gizi masyarakat. Kegiatan praktikum Penilaian Status Gizi dilaksanan di
Laboratorium Gizi untuk materi Antropometri , Analisis Komposisi Tubuh, dan Biokimia.
Sementara untuk materi Dietetik, dan Faktor Ekologi, dilaksanakan dengan Group Discussion
dibantu oleh Tutor. Untuk Kegiatan praktik lapangan akan dilaksanakan dengan melakukan
pengukuran antropometri dan dietetik pada kelompok masyarakat dan penilaian status gizi
secara klinis pada kelompok kasus di Therapeutic Feeding Centre Depok. Evaluasi hasil
praktikum dan praktik lapangan dilakukan dengan menilai hasil laporan keseluruhan dari
praktikum dan praktik lapangan dengan mempertimbangkan pemantauan supervisi saat
dilaksanakannya praktikum dan praktik tersebut oleh tutor.

BAB II

SASARAN PEMBELAJARAN

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:


Setelah mengikuti kegiatan praktikum dan praktik lapangan Penilaian Status Gizi,
mahasiswa harus menguasai prosedur pengukuran PSG antropometri, Dietetik,
dan Klinis pada pasien dan pada masyarakat.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (KOMPETENSI):
Setelah menyelesaikan mata kuliah Penilaian Status Gizi, mahasiswa harus
mampu untuk menguasai prosedur :
1. Pengukuran antropometri : pengukuran tinggi badan, berat badan, dll serta
menganalisis hasil pengukuran tersebut sesuai dengan indikator status gizi
per kelompok umur
2. Pengukuran dietetik : merancang dan menggunakan alat pengukuran status
gizi dietetik yang sesuai bagi individu, keluarga, dan kelompok
masyarakat untuk menilai adanya ketidakseimbangan asupan makanan
3. Pengukuran Klinis : melakukan penilaian status gizi klinis pada kelompok
kasus dan menganalisis pemeriksaan tersebut .
4. Pengukuran komposisi tubuh : melakukan pemeriksaan komposisi tubuh
dengan alat BIA untuk mengetahui persen lemak tubuh.
5. Penilaian Faktor Ekologi: melakukan studi kasus untuk analisis faktor
ekologi kaitannya dengan status gizi pada masyarakat.
C. SASARAN PEMBELAJARAN :
1. Dalam Praktik Lapangan , mahasiswa mampu melakukan penilaian status gizi
secara tepat sesuai prosedur masing-masing pengukuran
2. Peserta / mahasiswa selama praktikum mengaplikasikan prosedur pengukuran
PSG sesuai dengan teori

BAB III
TATA TERTIB PRAKTIKUM
Mahasiswa program Studi Gizi harus mematuhi tata tertib praktikum:
1. Praktikum dibagi dalam kelompok
2. Praktikum akan difasilitasi oleh tutor

3. Setiap mahasiswa wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum yang sudah dijadwalkan.
4. Bila mahasiswa tidak dapat melaksanakan praktikum wajib mengganti praktikum
dimaksud dengan biaya sendiri dan melapor kepada tutor atau dosen mata kuliah
5. Datang sepuluh (10) menit sebelum praktikum
6. Wajib berpakaian sopan dan mengenakan sepatu. Dianjurkan tidak mengenakan
perhiasan seperti cincin dan gelang.
7. Tidak diperkenankan merokok didalam laboratorium atau lingkungan belajar Prodi Gizi
FKM UPNVJ
8. Menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan ruang praktikum. Membuang sampah
pada tempat yang disediakan.
9. Sebelum meninggalkan ruang praktikum peralatan sudah dibereskan dan dibersihkan.
Setiap praktikum mahasiswa wajib mengisi buku daftar hadir
10. Pada akhir praktikum mahasiswa wajib membuat laporan praktikum

BAB IV
INSTRUMEN PRAKTIKUM
INSTRUMEN PRAKTIKUM PSG
1. ANTROPOMETRI
ALAT PENGUKUR BERAT BADAN
1. Detectometer
Pasang alat bantu Detecto meter (sarung detecto, besi pengait dan tali
penggantung)

Kaliberasi alat detecto meter sampai jarum detecto meter menunjukan


angka nol 0.
Pakaian yang digunakan oleh anak seminimal mungkin
Anak dinaikan ke sarung detecto meter
Baca dan catat angka penunjukan jarum

2. Bathroom Scale
Letakkan alat timbangan injak tersebut pada lantai yang datar
Kaliberasi alat dengan memutar alat kaliberasi yang ada pada bagian
belakang alat
Mintalah anak untuk naik di atas timbangan tersebut dengan
Pembaca hasil penimbangan harus berada tepat sejajar dengan jarum
penunjuk hasil penimbangan
Catat hasil penimbangan pada kertas

2. Baby Scale

Letakkan alat timbangan baby scale pada meja

Kaliberasi alat dengan memutar alat kaliberasi yang ada pada bagian
belakang alat

Posisikan anak dalam keadaan tidur/berbaring dan usahakan tidak terlalu


banyak gerak

Pembaca hasil penimbangan harus berada tepat sejajar dengan jarum


penunjuk hasil penimbangan

Perhatikan pada bayi dengan berat lebih dari 10 kg maka yang dibaca
jarum warna biru

Catat hasil penimbangan pada kertas

ALAT PENGUKUR TINGGI DAN PANJANG BADAN


1. Microtoise
Microtoise ditarik sampai 2 meter, lalu dipasang di dinding dengan
perekat atau pasang permanen
Subyek yang diukur diminta berdiri di bawah microtoise, dengan
tidak menggunakan alas kaki dan berdiri tegak lurus, telapak kaki
menempel pada tembok
Pengukuran dilakukan saat mengambil nafas dalam
Pengukur menarik microtoise sesuai tinggi badan subyek yang
diukur
Pengukur membaca hasil pengukuran dengan mata tepat lurus di

depan microtoise
2. Lengthboard

Lengthboard/ papan pengukur panjang badan diletakkan di lantai/


meja
Subyek yang diukur dibaringkan lalu dipegang oleh rekan lain
kakinya supaya lurus
Pengukur menarik papan bagian bawah menyesuaikan dengan
tinggi subyek terukur, lalu membaca hasil ukur pada bagian papan
lengthboard
LINGKAR KEPALA
Mencerminkan volume intrakranial
Mendeteksi apabila ada kelainan pertumbuhan dan perkembangan otak
(e.g : hidrosefalus)
Hanya untuk mengukur pertumbuhan otak s/d 2 thn
Alat : pita meter fiberglass/baja fleksibel
Syarat dan Cara Pengukuran :
Anak melihat posisi lurus ke depan, dagu membentuk 90 derajat
dengan leher
Lingkar diambil pada protubernia, posisi alis dan melalui belakang
daun telinga

LINGKAR LENGAN ATAS


Untuk WUS dan Bumil, Balita menentukan resiko KEK
Mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot
Dilakukan pada tengah lengan kiri atas
Alat : pita meter
Cara pengukuran :
Pita dililitkan sesuai dengan lingkar lengan
- Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah,
murah dan cepat.
Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah
diperoleh
- Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak
bawah kulit
- Lila mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat
mencerminkan:
1. Status KEP pada balita
2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko bayi BBLR
ALAT UKUR : suatu pita pengukur dari fiber glass atau sejenismkertas tertentu
berlapis plastik.
AMBANG BATAS (Cut of Points):
LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia < 23.5 cm
Pada bayi 0-30 hari : 9.5 cm
Balita dengan KEP <12.5 cm
Kelemahan:
-

Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian


yang memadai untuk
digunakan di Indonesia
Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB
Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah),tetapi kurang
sensitif untuk golongan dewasa

LINGKAR DADA
- Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena pertumbuhan LD pesat
sampai umur 3 tahun
- Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai indikator KEP pada
balita
- Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama.Setelah umur ini lingkar
kepala tumbuh lebih
lambat daripada lingkar dada
- Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang lambat rasio
lingkar dada dan
kepala < 1
PENGKURAN JARINGAN LEMAK
SKINFOLD THICKNESS
TRICEP , BICEP, SUBSCAPULAR, SUPRAILIACA, MIDAXILARY
ALAT : Caliper
Syarat dan Cara Pengukuran :
Tentukan lokasi pengukuran, lalu jepit dengan caliper selama 2-3
detik
Lakukan 2-3 kali dan dalam keadaan rileks

CALIPER

TRICEP

SUPRAILIACA

BICEP

MIDAXILARY

SUBSCAPULAR

PENGUKURAN BIO ELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS

Untuk mengukur lemak tubuh


Cara pengukuran:
-

Aktifkan alat
Setting bb dan tb dan umur subyek yang diteliti
Lepaskan smua logam yang melekat pada tubuh
Subyek memegang alat secara lurus ke depan sesuai gambar
Tunggu hasil persen lemak tubuh keluar

LEVEL LEMAK TUBUH


Men
Essential fat
Borderline

Women

5%

10%
6-9%

11-16%

Good fitness - health

10-20%

17-28%

Marginal fitness

21-25%

29-35%

Overfatness

> 25%

> 35%

LINGKAR PINGGANG
Lingkar pinggang dapat memprediksi risiko penyakit degenerative dan
kematian lebih baik dibanding metode pengukuran antropometri lainnya pada
orang dewasa

Lingkar pinggang sendir dapat mengukur obesitas dan 2 level risiko terhadap
penyakit yang disebabkan obesitas :
LEVEL
LEVEL 1
LEVEL 2

LAKI2
> 94 cm
> 102 cm

PEREMPUAN
> 80 cm
> 88 cm

RASIO LINGKAR PINGGAN DAN PINGGUL


Menggambarkan risiko obesitas dan penyakit yang disebabkan obesitas seperti
PJK, stroke, kolesterol.

Rasio > 0, 8 lebih rentan terkena penyakit degenerative

INDEKS ANTROPOMETRI DAN INDIKATOR STATUS GIZI


Indeks antropometri :
-

Bentuk penyajian parameter antropometri dikaitkan dengan umur


atau kombinasi keduanya yang digunakan sebagai indikator status
gizi
Jenis Indikator status gizi : BB/U, TB/U, BB/TB, Lingkar Kepala / U,
IMT

ISTILAH STATUS GIZI


-

BB/ U < - 2 SD underweight

TB/ u < - 2 SD stunting


BB/ TB < - 2SD wasting

INDIKATOR YANG DIGUNAKAN


Untuk Bayi dan Balita :
- Berat Badan Per Umur (BB/U)
- Berat Badan Per Panjang/Tinggi Badan
- (BB/TB)
- Berat Badan Per Panjang/Tinggi Badan
- (BB/TB)
Untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui :
Lingkar Lengan Atas (LILA)
FORMULIR ANTROPOMETRI
NO

SUBYEK

PENGUKURAN

BAYI

BB
PB
Lingkar Kepala
LILA

BALITA

BB
TB
LILA
Lingkar Kepala

ANAK
USIA
SEKOLAH

BB
TB
LILA
Skinfold :
Tricep
Bicep
Subscapular
Suprailiaca
PLT

4
REMAJA

5
DEWASA

BB
TB
LILA
Skinfold :
Tricep
Bicep
Subscapular
Suprailiaca
PLT
BB
TB
LILA
Skinfold :

HASIL
UKUR 1

HASIL
UKUR2

Selisih (s)

S2

ALAT

KET

Tricep
Bicep
Subscapular
Suprailiaca
PLT
6
LANSIA

BB
Panjang Lutut
Panjang Depa
Skinfold :
Tricep
Bicep
Subscapular
Suprailiaca
PLT

3. SURVEI KONSUMSI MAKAN


a. Recall
Mencatat JUMLAH dan JENIS
Metode 24 hours dan 7 days recall, serta repeated recall
Dibantu Food Model
Konversi URT
Cek DKBM / Nutri Survey kandungan Gizinya
Hasil Recall dibandingkan dengan AKG / kebutuhan gizi individu
KELEBIHAN RECALL :
Teliti
Bila Homogen pola makan cukup dilakukan 24 hour recall
Efektif, efisien, kapan saja di mana saja
Murah
Cepat
KEKURANGAN RECALL :
URT @ individu/kel tidak sama
Kadang responden/subyek recall LUPA baik jenis maupun jumlah
makanan
Flat slope syndrome

FORMULIR RECALL :
WAKTU MAKAN
Pagi

JENIS MAKANAN

JUMLAH/ PORSI

URT

KETERANGAN

Siang
Sore
Malam

Cara Me-Recall:
1. Jelaskan tujuan recall(untuk 1 hari/3 hari/7 hari)
2. Mendata makanan satu hari yang kemarin/ 24 jam dari waktu wawancara
3. Mencatat setiap detail komposisi, urt, cara memasak bahan yang dikonsumsi
untuk emndapatkan data yang mendekati kenyataan
b. FFQ
Melihat food habit
Frekuensi harian, mingguan, bulanan
Dapat dikonversikan menjadi jumlah konsumsi harian dengan cara yang
tepat lalu dianalisis
Sering digunakan untuk mencari faktor resiko / penyebab masalah baik
gizi kurang/lebih
KELEBIHAN
Murah dan sederhana
Dapat dilakukan oleh responden
Mendapat faktor resiko antara penyakit dan kebiasaan makan
KEKURANGAN
Kuesioner harus disesuaikan dengan kebutuhan penelitian
Responden harus jujur
FORMULIR FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE
Makanan
Hari
an
1.Makanan Pokok :
a. Nasi putih/merah *
b. Kentang
c. Gandum

FREKUENSI
Minggua Bulana
n
n

Jarang/Tid
ak Pernah

Porsi

Keterang
an

d. Ubi
e. Singkong
f. Oatmeal
g. Jagung
h. Roti Putih/Whole
wheat *
2. Sumber Protein :
a. Daging *
(sapi/kambing/dll)
b. Ayam
c. Telur
d. Susu
e. Ikan *
f. Udang
g. Cumi
h. Kepiting/Kerang *
i. Kacang Hijau
j. Kacang Merah
k. Kacang tanah
l. Kacang kedelai
m. Tahu
n. Tempe
3. Sumber
Vitamin&Mineral
Buah
a. Apel
b. Jeruk
c. Mangga
d. Pisang
e. Pepaya
f. Melon
g. Semangka
h. Buah Naga
i. Strawberry
j. Dll........
Sayuran
a. Bayam
b. Kangkung
c. Daun singkong
d. Sawi putih/hijau*
e. Bunga Kol
f. Brokoli
g. Wortel
h. Buncis

4. KLINIS
KURANG ENERGI PROTEIN

Keadaan dimana kurang gizi disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi


dan protein dalam makanan sehari-hari.

Pada penderita KEP ringan dan sedang gejala klinisnya hanya tampak
kurus. Namun pada penderita KEP secara berat dapat dibedekan menjadi
3, yaitu marasmus, kwarsiorkor dan marasmic-kwarshiorkor.

1. Marasmus
Tanda-tanda klinis:
*

Anak tampak sangat kurus

Wajah seperti orang tua

Cengeng dan rewel

Iga seperti piano

Sering disertai dengan penyakit kronik

Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang

2. Kwarsiorkor
Tanda-tanda klinis:
*

Oedem, umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum pedis)

Wajah membulat dan sembab

Otot-otot mengecil

Cengeng, rewel terkadang apatis

Pembesaran hati

Biasanya disertai dengan infeksi, anemia dan diare

Rambut kusam dan mudah dicabut

Gangguan pada kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah
menjadi hitam terkelupas

3. Marasmic-kwarshiorkor

Tanda-tanda klinis pada anak penderita marasmic-kwarshiorkor


merupakan gabungan dari tanda-tanda marasmus dan kwarsiorkor.

ANEMIA GIZI BESI


Anemia Gizi Besi
Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin darah kurang daripada
nilai normal
Tanda-tanda klinis:
*

Lelah, letih, lesu, lemah, lalai (5L)

Bibir tampak pucat

Nafas pendek

Lidah licin

Peningkatan denyut jantung

Susah buang air besar

Nafsu makan berkurang

Terkadang disertai dengan pusing

Mudah mengantuk

GAKY
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
GAKY tidak hanya menyebabkan pembesaran tyroid (gondok) tetapi juga
berbagai macam gangguan lain. Pada ibu hamil, kekurangan yodium dapat
mengakibatkan abortus, lahir mati, kelainan bawaan dan peningkatan
kematian prenatal seta melahirkan bayi kretin.
Pada anak, kekurangan yodium mengakibatkan pembesaran kelenjar tyroid,
gangguan fungsi mental dan terhambatnya pertumbuhan fisik.
Pada orang dewasa kekurangan yodium menyebakan hipotyroid, pembesaran
kelenjar tyroid dan gangguan mental.

KURANG VITAMIN A
Kekurangan Vitamin A
Penyakit mata akibat kekurangan vitamin A disebut dengan xerophtalmia
Gejala pada xerophtalmia:
a. Keadaan yang reversibel yaitu yang dapat sembuh
*

Buta senja (hemerolopia)

Xerosis conjunctiva

Xerosis kornea

Bercak bitot

b. Keadaan yang ireversibel yaitu keadaan yang sulit sembuh


*

Ulserasi kornea

Keratomalsia

Klasifikasi Kekurangan Vitamin A


1. XN: Buta senja
2. X1A: konjung tiva mengering (conjunctiva xerosis) yaitu terdapat satu atau
lebih bintik-bintik konjungtiva yang kering dan tidak dapat dibasahi.
3. X1B: bercak bitot dan konjungtiva mengering adalah suatu bentukan
warna abu-abu kekuningan yang bentuknya seperti busa sabun.
4. X2; Kornea mengering (cornea xerosis) yaitu keadaan kekurangan vitamin
A yang makin parah, bintik-bintik luka menjadi bertambah padat dan
tersebar hinggga mungkin meliputi kornea
5.

X3A: Ulserasi kornea + kornea mengering yaitu keadaan kekurangan


vitamin A yang lbh parah lg dari kornea mengering

6. X3B: Keratomalasia pada fase ini semua kornea dan konjungtiva menjadi
satu dan menebal sehingga dapat menyebabkan kerusakan bentuk bola
mata
7. XS: Parut kornea
8. XF: Xerophtalmia fundus, terjadi noda-noda putih yang menyebardi
seluruh fundus

5. BIOKIMIA
1. Pemeriksaan Fe secara Hb
Menentukan kadar Fe secara Hb :
Tujuan : untuk mengetahui ada kekurangan Fe atau tidak
Jika kadar transferin saturation << maka Hb rendah
Transferin 30-50% mengangkut Fe; usia tr 8-10 hari
Asumsi: transferin diukur karena merupakan alat transport Fe dan Fe
selalu terdapat di pembuluh darah melihat anemia akut
KELEMAHAN PEMERIKSAAN Hb
1. Pemeriksaan Hb dipengaruhi :
Umur 10 thn >> s/d puber lalu turun lagi
Jenis Kelamin pd remaja laki2 >>
Ras Hb org Africa << kaukasia
2. Kurang sensitif kalau Hb turun, kadar Fe dalam tubuh sudah pada
tahapan parah
3. Spesifisitas rendah, kekurangan Hb belum tentu Anemia ; << Hb < vit
B12, fase kehamilan, over dehidrasi, kehilangan darah
4. faktor lain : merokok/ tidak merokok
perbedaan yg merokok lebih tinggi 0,3- 0,5 gr/dL,
waktu pengambilan Hb (selisih pengambilan Hb siang dengan
malam 1 gr/dL malam lebih <<
2.

3.

Pemeriksaan Hematokrit
Tujuan : mengukur volume butir darah merah
Asumsi : bila anemia ukuran hematokrit mengecil dan volume berkurang
Kelemahan :
1. Sensitivitasnya hematokrit rendah kalau Hb rendah
2. Spesifisitas nya jika cara pengukuran salah :
1. Kadar alkohol terlalu banyak pada jarum sterilisasi
2. Pengambilan di ujung jari Serum darah ikut terambil,
mempengaruhi kadar hematokrit
Pemeriksaan Mean Cell Volume (MCV)
Tujuan : mengetahui diameter butir SDM
Kelemahan : Spesifisitas rendah
Cara : MCV = Besar hematokrit
o jumlah SDM/ liter

4. Pemeriksaan Mean Cell Haemoglobin Concentration(MCHC)


Cara :
MCHC = Hb (gr/dL darah)
hematokrit
5. Pemeriksaan Mean Cell Haemoglobin (MCH)
Cara:
MCH = Hb/gr/dL darah
Jumlah SDM / liter
Catatan :
- Anemia Fe MCV rendah; MCHC rendah, MCH rendah
- Anemia Asam Folat MCV tinggi, MCHC normal, MCH tinggi
- Anemia peny. Kronis MCV normal, MCHC normal, MCH normal
STANDAR Hb
WHO :
0-6 th

11 gr/dL

6-14 th

12 gr/dL

14 th Male

13 gr/dL

14 th Female
Bumil

12 gr/dL
11 gr/dL

Penilaian Status Gizi Besi


1. Hemoglobin: parameter yang digunakan secara luas untuk menentukan
prevalensi anemia
2. Hematokrit: volume eritrosit
3. Serum besi
4. Free erythocyte protophorphyrin (FEP): terjadi peningkatan bila persediaan
zat besi tidak cukup untuk membentuk sel darah merah di sumsum tulang.
5. Transferin saturation: melihat kadar zat besi di dalam serum.
6. Serum ferritin: menilai status besi di dalam organ hati

Alat:

Cara Penggunaan Alat :


1. Subyek yang diukur, dipilih satu jari tangan yang kurang aktif (biasanya kiri)
antara jari tengah / jari manis/ kelingking (pilih salah satu)
2. Usap ujung jari dengan alkohol steril (70%)
3. Tusuk ujung jari terpilih dengan jarum pinset hingga mengeluarkan darah
4. Sentuhkan strip dengan darah lalu masukkan ke dalam alat pengukur Hb

Referensi :
Supariasa, PSG

WHO, 2005, Body Composition


Gibson, Nutritional Assessment
Berbagai sumber

Вам также может понравиться