Вы находитесь на странице: 1из 12

Osteoartritis pada Perempuan Usia Lanjut

Vita Paramitha Teken


102012107
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
Email: vita.teken@civitas.ukrida.ac.id
PENDAHULUAN
Osteoartritis atau yang umumnya disebut pengapuran sendi, merupakan salah satu
masalah kesehatan yang banyak dijumpai di masyarakat belakangan ini. Hal ini dapat
diakibatkan oleh adanya perubahan pola hidup dan peningkatan usia harapan hidup penduduk
Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman, pola hidup masyarakat juga ikut mengalami
perubahan. Perubahan gaya hidup yang ingin semua serba cepat, baik dalam hal transportasi
maupun pola makan, juga menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya osteoartritis. Aktivitas
fisik yang kurang disertai kelebihan berat badan berpotensi menimbulkan pembebanan sendi
yang semakin besar, terutama pada sendi-sendi penyangga tubuh, khususnya sendi lutut.
Keadaan ini akan semakin buruk bila terjadi pada usia lanjut akibat terjadinya perubahan
hormonal yang memicu semakin cepatnya proses degenerasi struktur persendian.1
Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degeneratif dan bersifat progresif.
Penyakit ini sangat sering dijumpai pada pasien dengan usia di atas 50 tahun. Gambaran
radiologis osteoartritis di Indonesia cukup tinggi, mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada
wanita. Gangguan fungsional akan sangat memberatkan penderita osteoartritis, dimana
penderita mengalami kesulitan pada saat bangkit dari duduk, jongkok, berdiri, ataupun
berjalan, naik-turun tangga, dan berbagai aktivitas yang membebani lutut. Sesuai dengan
skenario, seorang seorang perempuan 60 berobat dengan keluhan nyeri pada kedua lutut sejak
2 tahun yang lalu. Perempuan tersebut diduga mengalami osteoartritis.
Blok 14 Osteoartritis | 1

ANAMNESIS
Anamnesis yang dapat dilakukan pada pasien di skenario adalah sebagai berikut:1,2

Anamnesa Umum
Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan. Umur dan pekerjaan disini
merupakan hal penting yang harus ditanyakan pada pasien.
Keluhan Utama
Nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu
Pelengkap: Nyeri pada lutut terutama bertambah saat berjalan, menekuk kaki,
bangun dari duduk yang lama dan saat sholat. Pasien mengatakan saat bangun
tidur lututnya sering terasa kaku juga sekitar 30 menit dan pada lututnya sering

berbunyi kretek-kretek
Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah sedang mengalami suatu penyakit tertentu atau tidak
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebaiknya, ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama seperti
sekarang
Pola Makan
Sehari-hari makan apa saja
Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah di keluarganya pernah ada yang mengalami hal yang sama
Riwayat Pengobatan
Sudah mengkonsumsi obat apa saja, atau sudah mendapat pengobatan apa

PEMERIKSAAN FISIK
Pada skenario ini, pemeriksaan fisik dilakukan dengan pemeriksaan fisik otot dan
sendi terutama pada bagian lutut. Pemeriksaan fisik otot dan sendi ini berupa:1,2

Inspeksi
- Posisi lutut saat berdiri dan berbaring
- Warna kulit, vaskularisasi, pembengkakan, massa di bagian anterior
-

/posterior, lateral/medial
Ada tidaknya luka, fistel atau ulkus

Palpasi
- Massa/pembengkakan, nyeri ada/tidak
- Vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah lutut
- Posisi patella (ada dislokasi atau tidak)
Pergerakan
- Fleksi ekstensi dengan ROM: 0-120
- Ada krepitasi atau tidak saat bergerak/digerakan
Selain itu, pemeriksaan fisik juga dilakukan dalam bentuk pemeriksaan tanda-tanda
vital pasien.
Blok 14 Osteoartritis | 2

Hasil pemeriksaan didapat sebagai berikut:


Suhu

: 36,4oC

Nadi

: 88x/menit

RR

: 20x/menit

Tekanan darah

: 130/80 mm Hg

Kesadaran

: compos mentis

BB/TB

: 80kg / 165cm

Krepitasi

:+

Status lokalisasi

Genu sinistra
Genu dekstra

Udem
-

Kalor
-

Nyeri tekan
-

Nyeri gerak
+
+

Deformitas
-

Beberapa tanda yang dapat ditemukan pada penderita osteoartritis adalah perubahan
gaya berjalan dan postur tubuh, kenaikan suhu sekitar sendi, bengkak sendi, nyeri raba,
krepitus, penurunan kekuatan otot, nodul, dan gangguan fungsi. Pada perabaan dengan
menggunakan punggung tangan akan dirasakan adanya kenaikan suhu disekitar sendi yang
mengalami inflamasi. Bengkak sendi dapat disebabkan oleh cairan, jaringan lunak atau
tulang. Cairan sendi yang terbentuk biasanya akan menumpuk di sekitar daerah kapsul sendi
yang resistensinya paling lemah dan mengakibatkan bentuk yang khas.2
Krepitus merupakan bunyi berderak yang dapat diraba sepanjang gerakan struktur
yang terserang. Krepitus halus merupakan krepitus yang dapat didengar dengan
menggunakan stetoskop dan tidak dihantarkan ke tulang di sekitarnya. Keadaan ini
ditemukan pada radang sarung tendon, bursa atau sinovia. Pada krepitus kasar, suaranya
dapat terdengar dari jauh tanpa stetoskop dan dapat diraba sepanjang tulang. Keadaan ini
disebabkan kerusakan rawan sendi atau tulang. Pada waktu palpasi lutut, dapat teraba
krepitus pada waktu lutut difleksikan atau diekstensikan. Hal ini menunjukkan rawan sendi
misalnya pada osteoartritis.2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita Osteoartritis adalah:
1. Artrosentesis dan Analisis Sendi Lutut
Artrosentesis (aspirasi cairan sendi) dan analisis cairan sendi merupakan
pemeriksaan

yang sangat penting di bidang reumatologi, baik untuk diagnosis maupun

Blok 14 Osteoartritis | 3

tatalaksana penyakit reumatik. Analisis cairan sendi terdiri dari pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik, dan beberapa pemeriksaan khusus sehingga dapat dikelompokkan menjadi tipe
non-inflamasi, inflamasi, purulen, dan haemoragik.
Pemeriksaan makroskopis berupa warna, kejernihan, viskositas, potensi terbentuknya bekuan,
dan volume. Cairan sendi pada penyakit sendi inflamasi bisa membeku dan kecepatan
terbentuknya bekuan berkorelasi dengan derajat inflamasinya. Cairan sendi normal sangat
kental kerena tingginya konsentrasi polimer hyaluronat. Pada penyakit sendi inflamasi, asam
hyaluronat rusak dan menurunkan viskositas cairan sendi. Penilaian cairan sendi dapat
dilakukan dengan string test atau menggunakan viscometer. Cairan sendi normal tidak
berwarna seperti air atau putih telor. Pada sendi inflamasi, jumlah leukosit dan eritrosit
meningkat. Semakin tinggi jumlah leukosit, cairan sendi akan berwarna putih atau krem.
Pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan berupa hitung jumlah leukosit, hitung jenis
leukosit, dan pemeriksaan kristal.1,3
2. CT Scan
Pemeriksaan CT Scan bertujuan untuk melakukan penilaian pada tumor tulang
sebelum dilakukan tindakan pembedahan, evaluasi fraktur, dan pemeriksaan kolumna
spinalis. Walaupun tidak dapat memberikan hasil pemeriksaan yang lebih baik dibandingkan
MRI, namun CT Scan merupakan alternatif yang baik dan bermanfaat pada situasi jika
diperlukan keterangan lebih lanjut tentang osteofit dan dapat memperlihatkan kelainan
jaringan lunak lebih baik daripada Foto Polos. Dosis radiasi CT Scan relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan satu foto polos pada daerah sama. Berhubung sejumlah penyakit
reumatik berkaitan dengan kelainan paru-paru, cukup beralasan bahwa pemeriksaan CT Scan
dengan resolusi tinggi pada paru-paru dapat memperlihatkan detil penyakit ang tidak dapat
dilihat dengan CT Scan irisan tebal.1,3
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami pasien, pasien bias
dicurigai menderita beberapa penyakit seperti:
a. Reumatoid Artritis (RA)
Suatu penyakit autoimun dimana persendian secara simetris mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi. Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses
fagositosis yang menghasilkan enzimenzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga
terjadi edema proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut

Blok 14 Osteoartritis | 4

akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
Reumatoid artritis kira-kira 2 kali lebih sering menyerang perempuan dari pada lakilaki. Insidens meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada perempuan, insidens
puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun.3,4
Gejala yang ditimbulkan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kekakuan pagi hari (lamanya paling tidak 1 jam)


Arthritis pada tiga atau lebih sendi
Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan
Arthritis yang simetris
Nodul reumatoid
Faktor reumatoid dalam serum
Perubahan-perubahan radiologic (erosi atau dekalsifikasi tulang)
Pada RA juga bisa disertai dengan demam, lemah, dan nafsu makan berkurang

b. Artritis Pirai (Gout)


Secara klinis, gout ditandai dengan timbulnya artritis, tofi, dan batu ginjal yang
disebabkan karena terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium urat. Tofi seringkali
terbentuk pada daerah telinga, siku, lutut, dorsum pedis, dekat tendo Achilles pada
metatasofalangeal digiti I, dan sebagainya. Serangan seringkali terjadi pada malam hari.
Daerah khas yang paling sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki sebelah
dalam, disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan, dan nyeri sekali bila
disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu minggu namun kemudian
menghilang. Sendi lutut sendiri juga merupakan predileksi kedua untuk serangan ini.
Manifestasi klinik selanjutnya adalah tofi, tofi merupakan penimbunan asam urat yang
dikelilingi reaksi radang pada sinovia, tulang rawan, bursa, dan jaringan lunak. Tofi itu
sendiri tidak sakit tapi dapat merusak tulang. Sering timbul di tulang rawan telinga sebagai
benjolan keras. Tofi ini merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun
setelah serangan arthritis pertama. Tofi sering pecah dan agak sulit disembuhkan dengan obat
sehingga

dapat

menyebabkan

infeksi

sekunder.

Penetapan diagnosis gout berdasarkan Subkomite The American Rheumatism Association:3,4


a) Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
b) Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan
mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.
c) Diagnosis lain, seperti :
1. Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut
2. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari
3. Oligoarthritis (jumlah sendi meradang kurang dari 4)
Blok 14 Osteoartritis | 5

4. Kemerahan di sekitar sendi yang meradang


5. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak
6. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)
7. Tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago artikular
(tulang rawan sendi) dan kapsula sendi
8. Hiperurisemia
9. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja)
WORK DIAGNOSIS
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dapat disimpulkan kalau pasien perempuan
tersebut menderita osteoartritis. Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degeneratif atau
artritis hipertrofi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar
yang menangung beban. Seringkali berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang
berulang ulang, obesitas, stres oleh beban tubuh, dan penyakit-penyakit sendi lainya. Gejala
utama OA ialah : adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya
timbul secara perlahan-lahan, mula-mula terasa kaku , kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan . lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi
dan krepitasi tulang. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul
belakangan , mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan
gerak, hangat yang yang merata dan warna kemerahan.3,4
ETIOLOGI
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik,
berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi
rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendiaan. Etiologi
Osteoartritis masih belum dapat diketahui secara jelas. Beberapa faktor yang dianggap
sebagai pemicu timbulnya osteoartritis diantaranya faktor umur, jenis kelamin, suku bangsa,
genetik, kegemukan, dan penyakit metabolik, cedera sendi, dan jenis pekerjaan. Gangguan
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, terutama wanita berusia
lebih dari 45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab
insidens bertambah dengan meningkatnya usia. Sendi yang paling sering terserang adalah
Blok 14 Osteoartritis | 6

sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan
servikal, dan sendi-sendi pada jari.5
EPIDEMIOLOGI
Osteoartritis adalah bentuk penyakit sendi tersering di dunia. Mengenai sekitar 7%
populasi Amerika Serikat; 60% sampai 70% orang berusia lebih dari 65 tahun. Osteoartritis
merupakan salah satu dari penyakit sendi yang paling sering dijumpai di Indonesia, lebih dari
85% pasien osteoarthritis tersebut terganggu aktivitasnya terutama untuk kegiatan jongkok,
naik tangga dan berjalan. Arti dari gangguan jongkok dan menekuk lutut sangat penting bagi
pasien osteoarthritis di Indonesia. Oleh karena banyaknya kegiatan sehari-hari yang
tergantung kegiatan ini khususnya sholat dan buang air besar.
. Terdapat peningkatan risiko seiring dengan pertambahan usia; prevalensi meningkat
dengan cepat pada populasi lansia. Pola penurunan autosomal dominan telah teridentifikasi
pada kelompok osteoartritis tertentu. Faktor resiko osteoartritis primer meliputi peningkatan
usia, obesitas, penggunaan sendi yang berlebihan berulang kali, imobilisasi, dan peningkatan
densitas tulang. Prevalensi keseluruhan 12-15% pada paling sedikit satu sendi, lebih banyak
pada kelompok usia > 65 tahun. Terdapat peningkatan yang seiring dengan bertambahnya
usia, contohnya adalah lebih dari 80% pasien berusia > 75 tahun memiliki bukti radiologis
adanya osteoartritis. Kecenderungan wanita sedikit lebih tinggi secara keseluruhan.5

PATOFISIOLOGI
Osteoartritis berdasarkan patogenesisnya dapat dibagi menjadi dua: primer dan
sekunder. Osteoarthritis primer disebut OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui
dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,
metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama.
Gambaran patologisnya adalah kerusakan progresif pada kartilago dengan
terbentuknya fisura-fisura dan kemudian bisa sampai denudasi tulang. Hipertrofi tulang
reaktif yang terjadi setelah hilangnya kartilago akan menimbulkan pembentukan osteofit yang
khas. Tulang subkondral di bawahnya mengalami remodelisasi dan mungkin menyebabkan
pembentukan kista dan sklerosis. Tonjolan-tonjolan tulang pada osteofitosis, sklerosis
subkondral, dan kista tampak jelas pada foto rontgen polos dan mnjadi temuan radiologis
utama OA.6,7
Blok 14 Osteoartritis | 7

Komponen kartilago mengalami disorganisasi dan degradasi pada OA. Faktor


mekanis yang menyebabkan pelepasan enzim (kolagenase dan stromelysin) menyebabkan
pemecahan proteoglikan dan gangguan kolagen tipe II. Terdapat kehilangan matriks
kartilago, terutama pada permukaan medial kartilago. Sitokin inflamasi (interleukin-1),
prostaglandin E2, factor nekrosis tumor , interleukin-6 meningkatkan inflamasi sendi dan
degradasi kartilago. Kartilago artikular menjadi overhidrasi dan membengkak. Degradasi
matriks dan overhidrasi mengakibatkan kehilangan kekakuan dan elastisias kompresif pada
transmisi yang memberikan tekanan mekanis besar ke tulang subkondral. Nyeri OA dipercaya
diakibatkan oleh tiga penyebab mayor: nyeri akibat gerakan dari factor mekanis, nyeri saat
istirahat akibat inflamasi synovial, dan nyeri malam hari akibat hipertensi intraoseus.
Mungkin pengaruh yang terpenting adalah efek penuaan dan efek mekanis. Meskipun
osteoartritis bukan suatu proses wear-and-tear, tidak diragukan lagi bahwa stress mekanis
pada sendi berperan penting dalam pembentukannya. Bukti yang mendukung antara lain
meningkatnya frekuensi osteoarthritis seiring dengan pertambahan usia; timbulnya di sendi
penahan beban; dan meningkatnya frekuensi penyakit pada kondisi yang menimbulkan stress
mekanis abnormal, seperti obesitas dan riwayat deformitas sendi.6,7

MANIFESTASI KLINIK
Gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri
yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi tulang. Tempat predileksi osteoartritis adalah sendi
karpometakarpal I, metatarsophalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut dan paha. Pada
phalang distal timbul nodus Heberden dan pada sendi interphalang proksimal timbul nodus
Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan.5,6
FAKTOR-FAKTOR RISIKO OSTEOARTRITIS
1) Umur
Blok 14 Osteoartritis | 8

Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur.


Umumnya, penderita OA berumur di atas 60 tahun. Namun, OA juga dapat terjadi pada
orang yang berusia di bawah 40 tahun yang diakibatkan oleh faktor lainnya.
2) Jenis kelamin
Di bawah usia 45 tahun, frekuensi OA pada pria dan wanita kurang lebih sama. Tetapi di
atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria
dengan perbandingan wanita : pria = 4 : 1.
3) Suku bangsa
OA paha lebih jarang di antara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA
lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit
putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
4) Genetik
Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen structural lain untuk unsur-unsur
tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan
dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan familia pada OA tertentu (terutama
OA banyak sendi).
5) Kegemukan
Berat badan berlebih akan meningkatkan beban mekanis yang harus ditopang tubuh.
6) Cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga
Beban benturan yang berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orangorang yang mempunyai predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan
beratnya OA.
7) Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit Perthes dan dislokasi
kongenital paha) dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda.
8) Kepadatan tulang
Tulang yang lebih padat (keras) tak membantu mengurangi benturan beban yang diterima
oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.6,7
KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi apabila osteoartritis tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua
macam komplikasi yaitu:6,7
Blok 14 Osteoartritis | 9

1) Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah
terjadi kelumpuhan
2) Komplikasi Akut
- Micrystaline arthrophy
- Osteonekrosis
- Bursitis
PENATALAKSANAAN
Pengobatan dibagi atas atas medica mentosa (menggunakan obatobat yang di
minum) dan juga non-medica mentosa (tidak mengonsumsi obat).8
a.Medica mentosa
1. Analgesik Oral Non Opiat
Obat-obat ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi secara simtomatik.
Golongan obat analgesik ini antara lain salisilat (aspirin/asetosal), para amino fenol
(asetaminofen dan fenasetin), dan pirazolon.
2. Analgesik Topikal

3. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)


Apabila dengan analgesik oral non opiat dan anagesik topikal tidak berhasil, dokter
akan memberikan OAINS karena obat golongan ini mempunyai sifat analgesik juga
mempunyai efek anti inflamasi. Semua AINS merupakan iritan mukosa lambung
walaupun ada perbedaan gradasi antar nobat. Golongan AINS yang dapat diberikan
antara lain asam mefenamat, diklofenak, ibuprofen, ketoprofen, naproksen,
indometasin, piroksikam, meloksikam, namubuton, dan nimesulide.
4. Steroid Intra-Artikuler
Inflamasi kadang dijumpai pada pasien OA. Oleh karena itu, kortikosteroid intra
artikuler dapat mengurangi rasa sakit walaupun hanya dalam waktu singkat. Steroid
dapat menyebabkan kerusakan rawan sendi secara langsung.8
b.

Non-medica mentosa
Terapi Non-medica mentosa untuk OA meliputi; diet dan olahraga, terapi fisik, dan

pembedahan. Pengaturan diet dan olahraga diperlukan untuk mencegah kelebihan berat badan
yang seringkali menjadi penyebab memburuknya nyeri sendi, terutama pada sendi-sendi yang
harus menopang berat badan. Terapi fisik biasa dilakukan dengan berendam pada air hangat,
atau alat penghangat lain untuk mengurangi nyeri dan kaku pada sendi. Pembedahan

Blok 14 Osteoartritis | 10

dilakukan Apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah terlalu kuat, akan
dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan, dapat memperbaiki bagian dari tulang.8
PROGNOSIS
Umumnya baik. Sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konservatif.
Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan operasi.6,7
KESIMPULAN
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul pada pasien, dan setelah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita osteoartritis.
Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh
adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.
Osteoartritis akan sangat mengganggu aktivitas pasien, terutama bila menyerang sendi lutut.
Namun, dengan penanganan yang baik dan teratur, penyakit ini dapat segera diatasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2005.h.33.
2. Bickley LS. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi ke-8.
Jakarta: EGC; 2009.h.365-9.
3. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke4 Jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.h.1195-291.
4. Patel PR. Lecture Notes Radiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga; 2007.h.168-70.
5. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6
Volume 2. Jakarta: EGC; 2012.h.1380-9.
6. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi: pemeriksaan dan manajemen. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC; 2008.h.351-4.
7. Corwin EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. 3th ed. (Diterjemahkan oleh : Subekti
NB). EGC: Jakarta. P.332-46
8. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.h.535-7.

Blok 14 Osteoartritis | 11

Blok 14 Osteoartritis | 12

Вам также может понравиться

  • Sken 8 A4
    Sken 8 A4
    Документ11 страниц
    Sken 8 A4
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Sken 6 A4
    Sken 6 A4
    Документ12 страниц
    Sken 6 A4
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Sken 5 C5
    Sken 5 C5
    Документ16 страниц
    Sken 5 C5
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Makalah Pleno Sken 11 - KEL E6
    Makalah Pleno Sken 11 - KEL E6
    Документ16 страниц
    Makalah Pleno Sken 11 - KEL E6
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Sken 12 A4
    Sken 12 A4
    Документ8 страниц
    Sken 12 A4
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Makalah Sken 2 D4
    Makalah Sken 2 D4
    Документ14 страниц
    Makalah Sken 2 D4
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Kelompok C4 - Skenario 9
    Kelompok C4 - Skenario 9
    Документ18 страниц
    Kelompok C4 - Skenario 9
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Sken 4 A4
    Sken 4 A4
    Документ14 страниц
    Sken 4 A4
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Sken 1 A4
    Sken 1 A4
    Документ18 страниц
    Sken 1 A4
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • C5 - Skenario 9
    C5 - Skenario 9
    Документ20 страниц
    C5 - Skenario 9
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Skenario 3 - E6
    Skenario 3 - E6
    Документ19 страниц
    Skenario 3 - E6
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Sken 2 C5
    Sken 2 C5
    Документ12 страниц
    Sken 2 C5
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Sken 11 E2
    Sken 11 E2
    Документ16 страниц
    Sken 11 E2
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Sken 10 - C6
    Sken 10 - C6
    Документ17 страниц
    Sken 10 - C6
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Sken 6 E2
    Sken 6 E2
    Документ18 страниц
    Sken 6 E2
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Sken 7 E2
    Sken 7 E2
    Документ9 страниц
    Sken 7 E2
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Skenario 3 - E6
    Skenario 3 - E6
    Документ19 страниц
    Skenario 3 - E6
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Sken 10 E2
    Sken 10 E2
    Документ12 страниц
    Sken 10 E2
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Sken 3 E2
    Sken 3 E2
    Документ18 страниц
    Sken 3 E2
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Makalah Pleno Sken 11 - KEL E6
    Makalah Pleno Sken 11 - KEL E6
    Документ16 страниц
    Makalah Pleno Sken 11 - KEL E6
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • GOUT SENDI
    GOUT SENDI
    Документ16 страниц
    GOUT SENDI
    kela
    Оценок пока нет
  • Makalah Pleno Sken 10 - Kel E6
    Makalah Pleno Sken 10 - Kel E6
    Документ13 страниц
    Makalah Pleno Sken 10 - Kel E6
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Blok 15 Kelompok E6 Skenario 8
    Blok 15 Kelompok E6 Skenario 8
    Документ25 страниц
    Blok 15 Kelompok E6 Skenario 8
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Makalah Pleno Sken 7 - Kel E6
    Makalah Pleno Sken 7 - Kel E6
    Документ14 страниц
    Makalah Pleno Sken 7 - Kel E6
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Pleno Skenario 11 E5
    Pleno Skenario 11 E5
    Документ23 страницы
    Pleno Skenario 11 E5
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Makalah Sken 14 D4
    Makalah Sken 14 D4
    Документ8 страниц
    Makalah Sken 14 D4
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Makalah Pleno Sken 6 - Kel E6
    Makalah Pleno Sken 6 - Kel E6
    Документ16 страниц
    Makalah Pleno Sken 6 - Kel E6
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Blok 15 Kelompok E6 Skenario 5
    Blok 15 Kelompok E6 Skenario 5
    Документ20 страниц
    Blok 15 Kelompok E6 Skenario 5
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Blok 15 Kelompok E6 Skenario 11
    Blok 15 Kelompok E6 Skenario 11
    Документ24 страницы
    Blok 15 Kelompok E6 Skenario 11
    Ahmad
    Оценок пока нет
  • Makalah Sken 14
    Makalah Sken 14
    Документ10 страниц
    Makalah Sken 14
    Ahmad
    Оценок пока нет