Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
akuntansi keuangan; pengembangan dan penegakkan kode etik akuntan; pemberian konsultasi
untuk pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi; publikasi; hubungan internasional;
menjadi pusat pengetahuan dan pengembangan akuntansi; menjaga dan meningkatkan
kompetensi akuntan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan; melaksanakan sertifikasi di
bidang akuntansi sebagai tolak ukur standar kualitas keprofesian; serta menjaga kepercayaan
pemakai jasa dan masyarakat luas atas hasil kerja profesi akuntan yang tergabung dalam IAI.
Saat ini IAI merupakan satu-satunya wadah yang mewakili profesi akuntan Indonesia secara
keseluruhan. IAI merupakan anggota International Federation of Accountants, organisasi profesi
akuntan dunia yang merepresentasikan lebih 2,5 juta akuntan yang bernaung dalam 167 asosiasi
profesi akuntan yang tersebar di 127 negara. Sebagai anggota IFAC, IAI memiliki komitmen
untuk melaksanakan semua standar internasional yang ditetapkan demi kualitas tinggi dan
penguatan profesi akuntan di Indonesia. IAI juga merupakan anggota sekaligus pendiri ASEAN
Federation of Accountants (AFA). Saat ini IAI menjadi sekretariat permanen AFA.
Kewajiban zakat berdampak pada pendirian Baitulmal oleh Rasulullah, yang berfungsi sebagai
lembaga penyimpan zakat beserta pendapatan lain yang diterima negara. Pada masa
pemerintahan Rasulullah memilik 42 pejabat yang digaji dan terspesialisasi dalam peran dan
tugas tersendiri. Praktik akuntansi pada zaman Rasulullah baru berada pada tahap penyiapan
personal yang menangani fungsi-fungsi lembaga keuangan negara. Pada masa tersebut, harta
kekayaan yang diperoleh negara langsung didistribusikan setelah harta tersebut diperoleh.
Dengan demikian, tidak terlalu diperlukan pelaporan atas penerimaan dan pengeluarannya.
Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, penerimaan negara meningkat secara signifikan.
Dengan demikian, kekayaan negara yang disimpan juga semakin besar. Para sahabat
merekomendasikan perlunya pencatatan untuk pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran
negara. Kemudian, Khalifah Umar bin Khattab mendirikan unit khusus bernama Diwan yang
bertugas membuat laporan keuangan sebagai bentuk akuntabilitas Khalifah atas dana Baitulmal
yang menjadi tanggungjawabnya. Selanjutnya, reliabilitas laporan keuangan pemeritahan
dikembangkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz berupa praktik pengeluaran bukti penerimaan
uang. Kemudian, Khalifah Al Walid bin Abdul Malik mengenalkan catatan dan register yang
terjilid dan tidak te
Evolusi perkembangan pengelolaan buku akuntansi mencapai tingkat tertinggi pada masa
Daulah Abbasiah. Akuntansi diklasifikasikan pada beberapa spesialisasi, antara lain; akuntansi
peternakan, akuntasi pertanian, akuntansi bendahara, akuntansi konstruksi, akuntansi mata uang,
dan pemeriksaan buku (auditing). Pada masa itu, sistem pembukuan telah menggunakan model
buku besar, yang meliputi :
a. Jaridaj al-Kharaj (mirip receivable subsidiary ledger), merupakan pembukuan pemerintah
terhadap piutang pada individu atas zakat tanah, hasil pertanian, serta hewan ternak yang belum
dibayar dan cicilan yang telah dibayar. Piutang dicatat disatu kolom dan pembayaran cicilan
dikolom yang lain.
b. Jaridah an-Nafaqat (jurnal pengeluaran), mencatat pengeluaran
c. Jaridah al-Mal (jurnal dana), mencatat penerimaan dan pengeluaran
d. Jaridah al-Musadareen, pembukuan yang digunakan untuk mencatat penerimaan denda atau
sita dari individu yang tidak sesuai syariah, termasuk dari pejabat yang korup.
Adapun untuk pelaporan, telah dikembangkan berbagai laporan akuntansi, antara lain :
a. Al-Khitmah, menunjukkan total pendapatan dan pengeluaran yang dibuat perbulan