Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obstruksi intestinal

merupakan

kegawatan

dalam

bedah

abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh


kasus akut abdomen yang bukan appendisitis akut. Penyebab yang
paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/ streng, sedangkan
diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri-ginekologik
makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh kemajuan di
bidang diagnostik kelainan abdominalis.
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus
dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007). Setiap tahunnya 1 dari
1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di
Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap
tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus
paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024
pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen
Kesehatan Indonesia.
Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah.
Penentuan waktu kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses
ileus obstruktif.

Operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan

dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien.


B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan memahami patofisiologi dan asuhan
keperawatan gangguan sistem endokrin pada anak.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui
2. Mengetahui
3. Mengetahui
4. Mengetahui
5. Mengetahui
6. Mengetahui
7. Mengetahui

dan memahami pengertian Ileus obtruktif


dan memahami anatomi dan fisiologi Ileus obtruktif
dan memahami etiologi Ileus obtruktif
dan memahami klasifikasi Ileus obtruktif
dan memahami manifestasi klinis Ileus obtruktif
dan memahami komplikasi Ileus obtruktif
dan memahami patofisiologi Ileus obtruktif
1

8. Mengetahui dan memahami WOC Ileus obtruktif


9. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik Ileus
obtruktif
10. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan Ileus obtruktif
11. Mengetahui dan memahami pengakajian pada klien Ileus
obtruktif
12. Mengetahui dan memahami diagnosa keperawatan pada klien
Ileus obtruktif
13. Mengetahui dan memahami intervensi pada klien

Ileus

obtruktif

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP PATOFISIOLOGI PENYAKIT ILEUS OBSTRUKTIF
2.1 Pengertian
Ileus obtruktif adalah segala sesua yang mengganggu aliran
normal isi usus sepanjang aliran usus. Obstruksi usus dapat bersifat
akut atau kronis, parsial maupun total. Obstruksi kronis biasanya
mengenai kolon akibat adanya karsinoma atau pertumbuhan tumor,
dan perkembangannya lambat. Sebagian besar obstruksi mengenai
usus halus. Obstruksi usus halus merupakan keadaan gawat yang
2

memerlukan diagnose dini dan tindakan pembedahan darurat bila


penderita ingin tetap hidup. (Slyvia, A. price 2005 )
2.2 Anatomi & Fisiologi
- Anatomi usus halus
A. Usus halus
Usus halus merupakan suatu tabung yang komplek berlipatlipat, dan membentang dari vilorus himgga katub ileusekal.
Panjang usus halus pada orang hidup sekitar 12 kaki (3,6 m) dan
hampir 22 kaki (6,6 m) pada kadever (akibat relaksasi ) usus ini
mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Ujung
peroksimalnya berdiameter sekitar 3.8 cm, tetapi makin ke bawa
h garis tengahnya makin berkurang sampai menjadi sekitar 2,5
cm. (Slyvia, A. price 2005 )
Usus halus di bagi menjadi :
1. Duodenum
Panjang duodenum adalah sekitar 25 cm, mulai dari vilorus
sampai jejunum
2. Jejenum
Sekitar 2/5 dari sisa usus adalah jejenum. jejenum terletak
di regiomidabdominalis sinistra
3. Ileum
Ileum terletak 3/5 bagian akhir usus, ileum cendrung terletak
di region abdominalis dekstra sebelah bawah. . (Slyvia, A. price
2005 )
Masuknya kimus ke dalam usus halus di atur oleh sfingter
pylorus, sedangkan pengeluaran zat yang tercerna ke dalam usus
besar diatur oleh katup ileosekal. Katup ileosekal juga mencerna
refluksi isi usus besar ke dalam usus halus. .

(Slyvia, A. price

2005 )
Dinding usus halus terdiri dari empat lapisan dasar
1. Peritoneum
Peritoneum mempunyai lapisan visceral dan parietal, dan
ruang yang terletak di antara lapisan-lapisan ini di sebut
rong peritoneum.
2. Mesenterium
Mesenterium merupakan

lipatan

tperitonium

lebar

menyerupai kipas yang mengantung jejenum dan ileum


dari dinding posterior abdomen.
3. Omentumajus
3

Omentumajus merupakan lapisan ganda peritoneum yang


menggantung

dari

kurvatura

major

lambung

yang

berjalan turun di depan visera abdomen menyerupai


celemek.
4. Omentuminus
Omentominus

merupakan

lipatan

verotenium

yang

terbentang dari kurvatura minor lambung dan bagian atas


duodenum, menuju ke hati, membentuk ligamentum
suspensorium
-

hepatogastrika

dan

ligamentum

hepatoduodenale. (Slyvia, A. price 2005 ).


Fisiologi
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu :
1. Pencernaan
Yaitu proses pemecahan makanan menjadi bentuk yang
dapat tercerna melalui kerja berbagai enzim dalam saluran
gastrointestinal. Proses pencernaan di mulai dari mulut dan
lambung oleh kerja pteialin, HCL, pepsin, mukus, enin dan
lifase lambung terhadap makanan yang masuk. Proses ini
berlanjut dalam duodenum terutama oleh kerja enzimenzim pancreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak,
dan protein menjadi zat-zat lebih sederhana. Mukus juga
memberikan perlindungan terhadap asam. Sekresi empedu
dari

hati

membentuk

proses

pencernaan

dan

mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan


yang lebih luas bagi kerja lipase pancreas.
Proses pencernaan di sempurnakan oleh enzimyang
terdapat dalam getah usus. Dua hormone yang berperan
penting dalam pengaturan penvcernaan usus
a. Klosestokinin
Fungsinya
untuk
memperantarai
lemak

yang

bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan


kontraksi kantong empedu.
b. Pankreozimin
Fungsinya memperantarai hasil-hasil pencernaan protein
tak

lengkap

yang

bersentuhan

dengan

mukosa

duodenum merangsang sekresi getah pancreas yang


kayak enzim. (Slyvia, A. price 2005 )
4

2. Absorsi
Yaitu tempat penyerapan bahan-bahan nutrisi dan air. Yang
di absorsi adalah hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat,
lemak, dan protein melalui dinding uus ke dalam sirkulasi
darah dan limfe untuk di gunakaan oleh sel-sel tubuh.
Selain itu juga di absorsi air, elektrolit dan vitamin. Besi
dan kalsium sebagian besar di absorsi dalam duodenum
dan jejenum, dan absorsi kalsium membutuhkan vitamin D.
vitamin larut lemak (A,D,E dan K) di absorsi dalam
duodenum dan untuk absorsi di butuhkan garam-garam
empedu.
B. Usus besar
- Anatomi
Usus besar ataau kolon b erbentuk tabung muscular
berongga dengan panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang di
bentuk dari selkum hingga kanalis ani . diameter usus besar
sudah pasti lebih besar dari pada usus kecil yaitu sekitar 6.5
cm (2,5 inci), tetapi makin dekat anus diameternya semakin
kecil. Usus besar di bagi menjadi sekum, colon, dan rectum.
Colon di bagi menjadi colon asenden, transpersum, desenden,
-

dan sigmoid.
Fisiologi
Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan
dengan prose akhir isi usus. Fungsi usus besar paling penting
adalah absorsi air dan elektrolit, yang hampir sudah selesai
dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir
yang menampung masa feses yang sudah terhidrasi hingga
berlangsungnya defekasi. Kolon mengabsorsi sekitar 800 ml/air
perhari.
Sejumlah kecil pencernaan dalam usus besar terutama di
sebabkan oleh bakteri dan bukan karena kerja enzim. Usus
besar mensekresikan mukus alkali yang tidak mengandung
enzim. Mukus ini bekerja untuk melumas dan melindungi
mukosa.

Bakteri usus besar menyintesis vitamin K dan vitamin D.


pembusukan oleh bakteri dari sisa protein menjadi asam amino
dan zat yang lebih sederhana seperti peptida, indol, skatol,
peno, dan asam lemak.
Permentasi bakteri pada sisa karbohidrat juga melepaskan
CO2,H2, DAN CH4 yang berran dalam pembebntukan flatus
dalam kolon. Pada umumnya usus besar bergerak secara
lambat. Gerakan usus yang khas adalah gerakan pengadukan
haustral

propulsi

feses

ke

dalam

rectum

menyebabkan

terjadinya disensi dinding rectum dan merangsang reflek


defekasi.
2.3 Etiologi
a. Ileus adinamik
1. Pasca Pembedahan abdomen karena adanya reflex
penghambatan peristaltic akibat visera abdomen yang
tersentuh tangan.
2. Peritonitis
3. Atoni usus
4. Peregangan gas yang sering timbul menyertai berbagai
kondisi traumatic, terutama setelah fraktur iga, traunma
medulla spinalis dan fraktur tulang belakang. (Slyvia, A.
price 2005 )
b. Obstruksi mekanis
1. Kelompok usia tua yang terjadi akibat pelekatan yang di
sebabkan oleh pembedahan
2. Tumor ganas
3. Vulvulus
4. Inkarserasi lengkung usus pada hernia inguinalis atau
femoralis(Slyvia, A. price 2005 )
2.4 Klasifikasi
1. Non mekanis (mis, ileus paralitik atau ileus adinamik), peristaltic
usus

dihambat

oleh

pengaruh

toksin

atau

trauma

yang

memngaruhi pengendalian otonom motilitas usus


2. Mekanis, terjadi obstruksi didalam lumen usus atau obstruksi
murak yang disebabkan oleh tekanan ekstrinsik. (Slyvia, A. price
2005 )
2.5 Manifestasi Klinik
6

1.
2.
3.
4.
5.

Peregangan abdomen
Nyeri
Muntah
Konstipasi absolute
Terdapatnya udara dalam usus halus (Slyvia, A. price 2005 )

2.6 Komplikasi
1. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama
pada organ intra abdomen.
2. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan
baik dan cepat.
3. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume
plasma. (Slyvia, A. price 2005 )

4. Patofisiologi
Terdapat kemiripan proses patofisiologis yangt erjadi setelah
obstruksi

usus,

tanpa

memandang

penyebab

obstruksi

yang

disebabkan oleh mekanis atau fungsional. Perbedaan utamanya


adalah pada obstruksi paralitik, peristaltic di hambat sejak awal,
sedangkan pada obstruksi mekanais, awalnya peristaltic di perkuat,
kemudian timbul intermiten, dan akhirnya menghilang. (Slyvia, A.
price 2005 )
Perubahan patofisiologi utama terjadi pada obstruksi usus.
Dinding usus yang terletak di sebelah proksimal dari segment yang
tersumbat secara progresif akan teregang oleh penimbunan cairan
dan gas (70% dari udara yang tertelan) dalam lumen. Distensi berat
pada dinding usus akan mengurangi pengaliran air dan natrium dari
lumen usus ke darah. Sekitar 8Lcairan disekresikan kedalam saluran
cerna setiap hari, sehinga tidak adanya absopsi dapat menyebabkan
penimbunan dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah
dimulainya pengobatan merupakan penyebab utama kehilangan
cairan dan elektrolit. Pengaruh kehilangan ini adalah pengerutan
ruang

cairan

ekstra

sel

yang
7

mengakibatkan

syok

hipotensi,

berkurangnnya curah jantung, berkurangnya perfusi jaringan, dan


asidosis metaboli. Peregangan usus yang terjadi secara terusmenerus

mengakibatkan

timbulnya

lingkaran

setan

penurunan

absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan di dalam usus. Efek


local

peregangan

usus

adala

iskemia

akibat peregangan dan

peningkatan permeabilitas yang disebabkan oleh nekrosis disertai


dengan absorpsi toksin bakteri di dalam rongga peritonieum dan
sirkulasi sistemik(Slyvia, A. price 2005 )

NUTRISI KURANG
DARI KEB TUBUH

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan sinar X: untuk menunjukkan kuantitas abnormal dari
gas atau cairan dalam usus
b. Pemeriksaan laboratorium (mis pemeriksaan elektrolit dan jumlah
darah lengkap)
c. Pemeriksaan radiogram

abdomen

sangat

penting

untuk

menegakkan diagnose obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus


halus ditandai oleh udara dalam usus halus , tetapi tidak ada gas
adalam usus. Bila foto focus tidak member kesimpulan, dilakukan
radiogram barium untuk mengetahui tempat obstruksi
6. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan usus adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan melakukan
intubasi dan dekompresi, memperbaikai peritonitis dan syok (bila
ada) dan menghilangkan obstruksi untuk memulihkan kontinuitas dan
fungsi usus kembali normal.
Banyak kasus ileus adinamik yang dapat sembuh hanya dengan
dekompresi intubasi saja. Obstruksi usus halus jauh lebih berbahaya
dan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan obstruksi kolon.
Mortalitas obstruksi tanpa strangulasi adalah 5-8% asalakan dapat
segera dilakukan operasi. Ketrlambatan pembedahan atau timbulnya
strangulasi atau penyulit lain akan menimbulkan mortalitas sampai
sekitar 35 atau 40%.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ILEUS OBSTRUKSI


1. Pengkajian
a. Identitas : nama, No MR, usia, jenis kelamin, pekerjaan, agama,
tanggal

masuk

RS,

pendidikan,

penanggung

jawab

sebagai

penanda identitas klien.


1) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien dengan gangguan ileus obstruktif biasanya
pernah memiliki riwayat Pembedahan, Peritonitis dan Atoni
usus
10

b. Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya mengeluhkan Peregangan abdomen, nyeri abdomen,
muntah dan konstipasi
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien dengan gangguan ileus obstruktif bukan
gangguan yang merupakan penyakit keturunan.
2. Pemerisaan fisik
1. Keadaan umum klien
a) Tingkat kesadaran
Biasanya klien dengan ileus obstruktif tidak mengalami
penurunan tingkat kesadaran namun kadang mengalami
penurunan kedsadaran bagi klien post laparostomi.
b) Berat badan
Biasanya klien ileus obstruktif ini tidak mengalami
penurunan berat badan, kecuali masa feses dalam tubuh.
c) Tinggi badan
Biasanya tidak ada mengalami perubahan pada tinggi
badan.
d) Teperatur
Biasanya
perubahan

klien
dan

dengan

ileus

peningkatan

obstruktif

pada

suhu

mengalami
pada

post

laparostomi. (36 derjat C- 37 derjat C).


e) Nadi
Biasanya nadi klien mengalami perubahan yaitu lemah
karena

kehilangan

akibat

kompensasi

asidosis

(60-

100x/menit).
f) Tekanan darah
Biasanya tekanan darah klien mengalami peningkatan
( 110-140mmHg).
g) Pernapasan
Distensi abdomen menimbulkan tekanan diafragma,
menghambat pengembangan rongga dada sehingga sering
ditemukan sesak nafas pada pasien dengan obstruksi usus.
Pasien
hipoksia

dengan

post

sekunder

komplikasi

dari

laparostomi

karena
reseksi

(Kushariyadi,2011).
2. Kepala
a. Rambut
11

inefektif
intestinal

dapat

menunjukan

ventilasi
(

sebagai

16-24x/menit)

Biasanya rambut tampak tidak hitam atau beruban,


tampak berminyak, lepek, dan tidak ada edema disekitar
kepala.
b. Wajah
Biasanya diwajah klien tidak terdapat edema, tidak ada
perlukaan diwajah, simetris kiri dan kanan.
c. Mata
Biasanya mata klien simetris kiri dan kanan, reflek
cahaya positif, diameter pupil biasanya 3mm, bentuknya
bulat gerakan bola mata nistagamus, kondisi pupil isokor,
konjungtiva tidak anemis, palpebra tida udema dan sclera
tidak eterik.
d. Hidung
Biasanya keadaa hidung simetris kiri dan kanan, tidak
ada pembenggakan pada hidung, septum nasi biasanya
normal, lubung hidung biasanya tidak ada secret, serta
tidak ada cupping hidung.
e. Bibir
Biasanya mukosa bibir terlihat kering, pucat dan tidak
adanya idema.
f. Gigi
Biasanya keadaan gigi klien dengan gangguan ileus
obstruk post laparostomi giginya kotor karena puasa dan
terpasang NGT.
g. Lidah
Biasanya klien dengan gangguan ileus obstruktif post
laparostomi memilki keadaan mulut dan lidah kotor akibat
puasa dan terpasang NGT.
h. Telinga
Biasanya simetris kanan dan kiri dan mungkin tidak
terjadi penurunan pendengaran.
3. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, kelenjer
getah bening serta deviasi trakea, pergerakan leher tidak
terganggu, tidak ada perlukaan pada leher klien dan JVP
normal 5-2 cm air (Kushariyadi,2011).
4. Thorak
a. Inspeksi : Biasanya rongga dada simetris kiri dan kanan,
bentuknya normal, frekunsi nafas normal sedikit meningkat
12

(16-24kali/menit),

irama

pernapasan

biasanya

kurang,

tidak adanya perlukaan, ictuscordis tidak terlihat dan tida


ada terlihat pembenggakan.
b. Palpasi : Biasanya gerakan antara paru-paru kiri dan kanan
sama, tidak ada nyeri tekan dan udema.
c. Perkusi : Biasanya suara nafas terdengar normal yaitu
sonor.
d. Auskultasi : Biasanya suara nafas terdengar cepat karena
terjadi distensi abdomen sehingga meningkatkan tekanan
diafragma
5. Jantung
a. Inspeksi : biasanya ictus kordis tidak terlihat
b. Palpasi : biasanya ictus kordis teraba
c. Perkusi : biasanya batas jantung dalam batas normal,
yaitu :
Kanan atas SIC II line para sternalis dextra
Kanan bawah SIC IV line para dextralis dextra
Kiri atas SIC II line para sternalis sinistra
Kiri bawah SIC IV medioklavikula sinistra.
d. Auskultasi: biasanya irama jantung terdengar normal.
6. Abdomen
a. Inspeksi : biasanya terjadi pembesaran rongga
abdomen,
b. Auskultasi : biasanya mengalami peningkatan bunyi
bising usus normal 5-35x/menit
c. Palpasi : biasanya ketegangan kulit baik meningkat
masa, dan tidak ada pembesaran hepar.
d. Perkusi : biasnya bunyi abdomen klien mengalami
gangguan, bunyi yang yaitu terdengar bisa saja pekak
karena masa feses yang memadat.
7. Ekstremitas
Biasanya klien dengan gagguan ileus obstrusi tidak
memiliki gangguan pada ekstremitas
8. Genitourinaria
Terdapat retensi perkemihan pada pasien obstruksi usus dan
terpasang kateter setelah laparotomi
9. System integumen
10.
Obstruksi usus dan laparotomi dapat menimbulkan
turgor kulit menurun apabila terjadi kekurangan cairan
11.
Aktivitas sehari-hari
1) Pola kebiasaan makan dan minum
a. Makan
13

Sehat : biasanya klien makan 3x sehari, porsi habis


Sakit : biasanya makan klien berkurang 1-2x sehari
b. Minum
Sehat: biasanya 6-7 gelas sehari (air putih dan teh )
Sakit :biasanya 6-7 gelas sehari
2) Eliminasi
a. Miksi
Sehat : biasanya 4-5 kali sehari
Sakit : biasanya tidak ada gangguan kecuali post
laparotomi.
b. Defekasi
Sehat : biasanya 1 kali sehari
Sakit : biasanya sulit untuk

mengeluarkan

feses

sehingga bisa saja tidak mengalami defekasi


3) Istirahat dan tidur
Sehat : biasanya 7-8 jam sehari
Sakit : sulit untuk tidur karena begah yang dialami diperut.
4) Kebersihan diri
1. Mandi
Sehat : biasanya 2 kali sehari
Sakit : biasanya 2 kali sehari
2. Mencuci rambut
Sehat : biasanya 1 kali sehari
Sakit : biasanya 1 kali sehari dan tidak mengalami
perubahan klien.
5) Berpakaian
Sehat: biasanya 2 kali sehari
Sakit : biasanya 2 Kali sehari
7. Data social ekonomi
Biasanya penyakit ileus obstruksi

terjadi

pada

semua

golongan
12.
Data psikososial
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan, emosi yang labil dan
marah yang tidak tepat kesedihan, kegembiraan, kesulitan,
berekpresi diri, gangguan dalam memutuskan , perhatian sedikit
dalam keamanan, berkurangnya kesadaran diri, rasa takut,
bermusuhan dan marah.
13.
Spiritual
Biasanya tidak ada perubahan spiritual pada klien baik sehat
maupun sakit dan biasanya klien tidak mengalami kesulitan atau
beibadah (wijaya,2013)
3. Pemeriksaan diagnostic
1) Pemeriksaan sinar X: untuk menunjukkan kuantitas abnormal dari
gas atau cairan dalam usus
14

2) Pemeriksaan laboratorium (mis pemeriksaan elektrolit dan jumlah


darah lengkap)
3) Pemeriksaan
radiogram

abdomen

sangat

penting

untuk

menegakkan diagnose obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus halus


ditandai oleh udara dalam usus halus , tetapi tidak ada gas adalam
usus. Bila foto focus tidak member kesimpulan, dilakukan radiogram
barium untuk mengetahui tempat obstruksi
4) Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1) Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
ketidakefektifan penyerapan usus halus
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrisi.
3) Ketidak efektifan

pola

abdomen
4) Gangguan

eliminasi:

pola

nafas

berhubungan

konstipasi

dengan

distensi

berhubungan

dengan

disfungsi motilitas usus.


5) Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
6) Intervensi Keperawatan
No
1.

Diagnosa
Keperawatan
Kekurangan
volume
dan

NOC
Hydration

cairan elektrolit

ketidakefektifan
penyerapan
usus halus

Manajemant cairan

Tekanan darah, nadi, suhu


tubuh

berhubungan
dengan

NIC

dalam

batas

normal
Tidak ada tanda tanda
dehidrasi,
turgor

membran

akurat
Monitor

status

hidrasi

( kelembaban membran

baik,

mukosa,

mukosa

tekanan

lembab, tidak ada rasa

nadi

adekuat,
darah

ortostatik

haus yang berlebihan

),

jika

diperlukan
Monitor vital sign
Monitor
masukan
makanan
hitung

15

catatan

intake dan output yang

Elastisitas
kulit

Pertahankan

cairan

intake

dan
kalori

harian
Lakukan terapi IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Berikan cairan IV pada
suhu

ruanganBerikan

penggantian
-

sesuai output
Kolaborasi dokter
tanda

2.

Perubahan
nutrisi
dari

kurang

berat

b/d gangguan

cairan

berlebih

tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi
peningkatan Manajement nutrisi
-

Kaji

dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai

makanan
Kolaborasi

dengan tinggi badan


Mampu mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda tanda

malnutrisi
Tidak terjadi penurunan

absorbsi nutrisi.

jika

muncul meburuk
Atur
kemungkinan

sesuai

kebutuhan

tubuh

Adanya

nesogatrik

badan

gizi

adanya

alergi

dengan

untuk

ahli

menentukan

jumlah kalori dan nutrisi


-

yang dibutuhkan pasien.


Berikan substansi gula
Yakinkan
diet
yang
dimakan

berat badan yang berarti

tinggi
-

mengandung
serat

untuk

mencegah konstipasi
Ajarkan
pasien
bagaimana

membuat

catatan makanan harian.


Monitor jumlah nutrisi

dan kandungan kalori


Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien
untuk

mendapatkan

nutrisi yang dibutuhkan


Nutrition Monitoring
16

BB pasien dalam batas

normal
Monitor

penurunan berat badan


Monitor tipe dan jumlah

adanya

aktivitas
-

orangtua

makan
Jadwalkan
dan

pengobatan

perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor
kekeringan,

kusam,

protein,

kadar Ht
Monitor
kekeringan

dan

mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin,

kemerahan,

Hb,

dan

pucat,
dan
jaringan

konjungtiva
Monitor kalori dan intake

nuntrisi
Manajeme usus

b.d Eliminasi feses

motilitas usus.

tidak

total

disfungsi

selama

selama jam makan


Monitor kulit kering dan

Konstipasi

anak

tindakan

rambut

3.

biasa

dilakukan
Monitor interaksi
atau

yang

1. Control buang air besar


1. Catat pergerakan terakhir
2. Konsistensi feses
2. Memantau gerakan usus
3. Kemudahan mengandan
termasuk
frekuensi,
feses
konaiatensi,
bentuk,
4. Otot untuk mengevakusi
volume dan warna yang
feses
5. Mengandan feses tanpa
sesuai
3. Evaluasi
untuk
alat bantu
inkontinensia feses
4. Memulai
pelatihan
17

program usus yang sesuai


5. Berikan
cairan
hangat
4.

Nyeri
peningkatan
distensi
abdimen

setelah makan.
Pemberian analgesic

b.d Control nyeri


1. Menilai lamanya nyeri
2. Menilai factor penyebab
3. Penggunaan nonanalgesik
untuk mengurangi nyeri
4. Penggunaan
analgesic
yang disarankan
5. Melaporkan tanda

atau

gejala nyeri pada teenage


kesehatan
6. Menilai gejala nyeri

1. Tentukan

lokasi

karakteristik dann drajat


nyeri sebelum pemberian
obat
2. Cek

instruksi

dokter

tentang jenis obat, dosis,


dan frekuensi
3. Pilih
analgesic

yang

diperlukan
4. Pilih rute pemberian IV,
IM

untuk

pengobatan

nyeri secara teratur


5. Melaksanakan
tindakan
dari

efek

yang

tidak

diinginkan dari analgesic


6. Berkolaborasi
dengan
dokter jika obat, dosis,
cara

pemberian,

atau

interval [erubahan ayng


ditunjukkan
7. Ajarkan
penggunaan

tentang
analgesic,

strategi

untuk

mengurangi
samping
untuk
5.

Hipotermi
penurunan

harapan

terlibat

dalam

keputusan tentang nyeri


Terapi hipotermia

b.d Termoregulasi

laju 1.
2.
metabolisme
3.
4.

dan

efek

Penurunan suhu tubuh


Perubahan warna kulit
Menggil sat kedinginan
Merinding
saat
kedinginan
18

1. Monitor

suhu

menggunakan

pasien
alat

rute yang tepat


2. Pindahkan pasien

dan
dari

5. Laporan

suhu

nyaman

yang

lingkungan dingin
3. Kurangi stimulasi
pasien
4. Berkan

pemanas

dari
pasif

(selimut, penutup kepala


dan baju hangat)
5. Pemberian obat

sesuai

aturan
6. Monitor tanda shok
7. Monitor warna kulit dan
suhu
8. Kenali obat, lingkungan
dan

factor

mungkin
hipotermi

19

lain

yang

meningkatkan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ileus obtruktif adalah segala sesua yang mengganggu aliran
normal isi usus sepanjang aliran usus. Obstruksi usus dapat bersifat
akut atau kronis, parsial maupun total. Obstruksi kronis biasanya
mengenai kolon akibat adanya karsinoma atau pertumbuhan tumor,
dan perkembangannya lambat. Sebagian besar obstruksi mengenai
usus halus. Obstruksi usus halus merupakan keadaan gawat yang
memerlukan diagnose dini dan tindakan pembedahan darurat bila
penderita ingin tetap hidup. (Slyvia, A. price 2005 )
3.2 SARAN
Penulis menyarankan bagi keluarga sebaiknya

memahami

bagaimana tatalaksana terapeutik untuk pasien Ikeus Obstruktif.

20

21

Вам также может понравиться