Вы находитесь на странице: 1из 19

1.

SEJARAH PEMBENTUKAN BUMI

Pada awalnya, Bumi hanya terbentuk satu benua besar yang


disebut Pangaea dan dikelilingi satu samudera Panthalassa. Sekitar 200
juta tahun yang lalu benua ini terbelah menjadi dua yakni Gondwanaland
dan Laurasia. Gondwanaland kemudian terbelah membentuk benua afrika,
antartika, australia, Amerika Selatan, dan sub benua India. Sedangkan
Laurasia terbelah menjadi Eurasia dan Amerika Utara. Pada saat benua ini
terbelah-belah beberapa samudera baru muncul di sela-selanya.
Diperlukan waktu berjuta-juta tahun untuk membentuk posisi daratan yang
seperti sekarang ini.
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta
isinya. Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas
beberapa lapisan bumi, bahan-bahan material pembentuk bumi, dan
seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan
bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan, perbun,
danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang
termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti
apa yang perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran
pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi)
sebagai pusat sistem tata surya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
siang malam dan pasang surut air laut. Oleh karena itu, proses
terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya
Bumi terdiri dari beberapa lapisan, lapisan luar Bumi disebut
Lithosphere dan terdiri dari 30 lapisan. Masing-masing lapisan terdiri dari
bagian yang keras dan mantel bagian atas, lapisan keras ini bergerak di
atas sebuah lapisan batu yang sangat panas di dalam lapisan mantel yang
disebut asthenosphere. Pada saat lapisan-lapisan ini bergerak mereka juga
membawa benua-benua dan lantai dasar samudera bergerak bersamanya.
Berikut ini beberapa teori mengenai pembentukan bumi yang
umum dikenal.
1. Teori Kant Laplace

Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah banyak berfikir dan
melakukan analisis terhadap gejala-gejala alam. Mulai abad ke 18 para ahli
telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah satunya adalah teori kabut
(nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere de
Laplace (1796) dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori nya
dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul
menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk
kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam
proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa
terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang
terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.
2. Teori Planetesimal

Pada awal abad ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi
Amerika bersama rekannya T.C Chamberlain, seorang ahli geologi,
mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan matahari
terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, pada suatu saat didekati oleh
sebuah bintang lain yang melintas dengan kecepatan tinggi di dekat
matahari.
Pada waktu bintang melintas di dekat matahari dan jarak keduanya
relatif dekat, maka sebagian massa gas matahari ada yang tertarik ke luar
akibat adanya gravitasi dari bintang yang melintas tersebut. Sebagian dari
massa gas yang tertarik ke luar ada yang pada lintasan bintang dan
sebagian lagi ada yang berputar mengelilingi matahari karena gravitasi
matahari. Setelah bintang melintas berlalu, massa gas yang berputar
mengelilingi matahari menjadi dingin dan terbentuklah cincin yang lama
kelamaan menjadi padat dan di sebut planetisimal. Beberapa planetisimal
yang terbentuk akan saling tarik menarik bergabung menjadi satu dan
pada akhirnya membentuk planet, termasuk bumi.

3. Teori Bintang Kembar


Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton.
Menurut teori nya, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah
satu bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena
bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat,
maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang
tidak meledak. Bintang yang tidak meledak itu adalah matahari, sedangkan
pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
3. Teori Pasang Surut Gas (Tidal)

Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada
tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam
jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh
matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya
pasang surut air laut yang kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil.
Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke
Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang
bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekat, maka akan
terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh
matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung
tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam
lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang
ke arah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya
kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda
tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan penarikan
pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat
raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap-planet yang
3

berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari dan


mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan
lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan
pada planet-planet kecil seperti Bumi , pendinginan berjalan relatif lebih
cepat.
Sementara pendinginan berlangsung, planet-planet itu masih
mengelilingi matahari pada orbit berbentuk elips, sehingga besar
kemungkinan pada suatu ketika meraka akan mendekati matahari dalam
jarak yang pendek. Akibat kekuatan penarikan matahari, maka akan terjadi
pasang surut pada tubuh-tubuh planet yang baru lahir itu. Matahari akan
menarik kolom-kolom materi dari planet-planet, sehingga lahirlah bulanbulan (satelit-satelit) yang berputar mengelilingi planet-planet. Peranan
yang dipegang matahari dalam membentuk bulan-bulan ini pada
prinsipnya sama dengan peranan bintang besar dalam membentuk planetplanet, seperti telah dibicarakan di atas.
4. Teori Big Bang

Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal


dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan
kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut
memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan
bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat,
gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang
kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu
lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan
membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti,
kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang
terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk

gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalangumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses
secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap
dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
1. Pertama, bumi masih merupakan planet homogen dan belum
mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya
diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan
tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak
ke permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel
dalam, mantel luar, dan kerak bumi

Masih banyak teori-teori yang lainnya yang dikemukakan oleh para ahli
seperti:
Teori Buffon dari ahli ilmu alam Perancis George Louis Leelere
Comte de Buffon. Beliau mengemukakan bahwa dahulu kala
terjadi tumbukan antara matahari dengan sebuah komet yang
menyebabkan sebagian massa matahari terpental ke luar. Massa
yang terpental ini menjadi planet.
Teori Weizsaecker dimana pada tahun 1940, C.Von Weizsaecker,
seorang ahli astronomi Jerman mengemukakan tata surya pada
mulanya terdiri atas matahari yang dikelilingi oleh massa kabut
gas. Sebagian besar massa kabut gas ini terdiri atas unsur ringan,
yaitu hidrogen dan helium. Karena panas matahari yang sangat
tinggi, maka unsur ringan tersebut menguap ke angkasa tata surya,
sedangkan unsur yang lebih berat tertinggal dan menggumpal.
Gumpalan ini akan menarik unsur unsur lain yang ada di angkasa
tata surya dan selanjutnya berevolusi membentuk palnet planet,
termasuk bumi.
Teroti Kuiper dikemukakan oleh Gerald P.Kuiper mengemukakan
bahwa pada mulanya ada nebula besar berbentuk piringan cakram.
Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan massa gas yang
berputar mengelilingi promatahari adalah protoplanet. Dalam
teorinya, beliau juga memasukkan unsur unsur ringan, yaitu
hidrogen dan helium. Pusat piringan yang merupakan
protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet
menjadi dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan malia
menggumpal menjadi planet planet.

Teori Whipple oleh seorang ahli astronom Amerika Fred


L.Whipple, mengemukakan pada mulanya tata surya terdiri dari
gas dan kabut debu kosmis yang berotasi membentuk semacam
piringan. Debu dan gas yang berotasi menyebabkan terjadinya
pemekatan massa dan akhirnya menggumpal menjadi padat,
sedangkan kabutnya hilang menguap ke angkasa. Gumpalan yang
padat saling bertabrakan dan kemudian membentuk planet planet.
Secara umum yang paling populer sampai sekarang adalah Teori
Big Bang dan banyak diikuti oleh para ilmuwan walaupun
terkadang masih terdapat beberapa perbedaan.

2. BAGIAN-BAGIAN BUMI
Pendahulu yang memikirkan struktur dalam bumi yang terkenal
adalah Plato. Ia berpendapat bahwa bumi terdiri dari substansi berfase cair
dilapisi oleh lapisan kerak yang tipis. Pada bagian-bagian kerak yang
lemah diterobos susbtansi dari dalam dan keluarlah magma kemudian
timbullah gunung api.Untuk mengetahui struktur dalam bumi tidaklah
mudah. Karena pemboran terdalam yang pernah dilakukan sedalam 8 km.
Akan tetapi dengan mempelajari sifat gelombang gempa bumi, dapat
diketahui lebih banyak hal mengenai struktur dalam bumi.
Dari hasil mempelajari sifat gelombang gempa bumi tersebut maka
dapat diketahui bahwa bumi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Kerak Bumi
Merupakan lapisan terluar yang tipis, terdiri dari batuan yang lebih
ringan dibandingkan dengan batu selubung di bawahnya. Dengan
densitas rata-rata 2,7 gram/cc. Ketebalannya tidak merata sehingga
menimbullkan perbedaan elavasi antara benua dan samudera.
2. Selubung Bumi
Selubung bumi terletak di bawah kerak bumi. Terdiri dari batuan,
ketebalannya 2885 km. Densitasnya berkisar 3,3 di dekat kerak dan 5,7
gram/cc dekat dengan bumi.
3. Inti Bumi
Inti bumi tersusun dari besi dan nikel yang terletak dari kedalaman
2900 km sampai pusat bumi. Sruktur inti bumi kompleks, sehingga
dapat dibagi menjadi inti bagian dalam dan inti bagian luar.
a. Inti dalam: berupa padat, jari-jari 1200 km, suhu 4800 C.
Tersusun dari kristal besi atau kristal besi nikel.
b. Inti luar: berupa zat cair yang sangat kental, ketebalan 2250
km, suhu 3900C.
Dengan perkembangan pengetahuan kegempaan dan banyaknya
stasiun gempa di bumi, yang memungkinkan mempelajari sifat
perambatan gelombang-gelombang gempa, sehingga dapat diketahui
struktur dalam bumi yang lebih rinci. Adapun struktur dalam bumi, yaitu:
1. Litosfer
Litosfer merupakan lapisan teratas bumi, termasuk kerak dan bagian
atas selubung. Unsur penyusun Litosfer adalah oksigen (46,6%),
silikon (27,7%), alumunium (8,1%), besi 5%, kalsium 3,6%, natrium
2,8%, kalium 2,6%, magnesium 2.1%. Ketebalannya ser 50 km di
bawah samudra dan di bawah benua lebih tebal berkisar 100 km.
Bersifat kaku, keras, kompak dan kuat.

2. Astenosfer
Astenosfer terdapat di bawah Litosfer, sebagian lapisan yang lunak
pada bagian atas selubung, tebalnya ser 600 km. Lapisan ini sangat
berarti karena suku dan tekanannya dalam keseimbangan yang baik
sehingga materialnya dalam keadaan mendekati titik leburnya. Karena
hampir melebur dan berstruktur lemah memungkinkan untuk mengalir.
Pergerakan dalam lapisan ini berperan sebagai penyebab aktifitas
gunung berapi dan devormasi kerak bumi.
3. Selubung
Selubung adalah lapisan yang menyelubungi inti bumi, merupakan
bagian terbesar dari bumi. 82,3% dari volume dan 67,8% dari masa
bumi. Bagian dalam selubung mulai batas dengan inti (2883 km)
sampai 350 km dibawah tekanan sangat besar, dan meskipun suhunya
sangat tinggi tetapi daya tahannya tetap besar.
4. Inti Bumi
Inti bumi merupakan pusat masa bumi, bergaris tengah 7000 km,
berfase cair dan bagian dalam berfase padat densitasnya berkisar dari
9,5 gram/cc dekat selubung dan membesar kearah pusat sampai 14,5
gram/cc.

Gambar 1. Penampang Bumi

3. TEORI TEKTONIK LEMPENG


Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris,
Mc Kenzie dan Robert Parker(1967). Kedua ahli itu menjadikan teoriteori sebelumnya sebagai satu kesatuan konsep yang lebih sempurna
sehingga diterima oleh para ahli geologi.
Teori lempeng tektonik diyakini oleh banyak ahli sebagai teori
yang menerangkan proses dinamika bumi, antara lain gempa bumi
dan pembentukan jalur pegunungan. Menurut teori ini kulit bumi
(kerak bumi) yang disebut litosfer terdiri dari lempengan yang
mengambang di atas lapisan yang lebih padat yang disebut astenosfer.
Ada dua jenis kerak bumi, yaitu kerak samudra dan kerak benua.
Kerak samudra tersusun atas batuan yang bersifat basa, sedangkan
kerak benua tersusun atas batuan yang bersifat asam.
Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi. Namun, akibat
adanya aliran panas yang mengalir di astenosfer menyebabkan kerak
bumi pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian
itulah yang disebut lempeng kerak bumi (lempeng tektonik). Aliran panas
tersebut untuk selanjutnya menjadi sumber kekuatan terjadinya pergerakan
lempeng. Lempeng tektonik; merupakan dasar dari terbangunnya
system kejadian gempa bumi, peristiwa gunung berapi, pemunculan
gunung api bawah laut, dan peristiwa geologi lainnya.

Gambar 1. Lempeng tektonik

Pergerakan lempeng tektonik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu


pergerakan lempeng yang saling mendekat, saling menjauh, dan saling
melewati.

a. Pergerakan Lempeng Saling Mendekat


Pergerakan lempeng yang saling mendekat dapat menyebabkan
terjadinya tumbukan yang salah satu lempengnya akan menunjam ke
bawah tepi lempeng yang lain. Daerah penunjaman tersebut
membentuk palung yang dalam dan merupakan jalur gempa bumi yang
kuat. Sementara itu di belakang jalur penunjaman akan terjadi aktivitas
vulkanisme dan terbentuknya cekungan pengendapan. Contoh
pergerakan lempeng ini di Indonesia adalah pertemuan Lempeng IndoAustralia dan Lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng tersebut
menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa, jalur gunung
api di Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara, serta berbagai cekungan di
Sumatra dan Jawa.
Batas antarlempeng yang saling mendekat hingga mengakibatkan
tumbukan dan salah satu lempengnya menunjam ke bawah lempeng
yang lain (subduct) disebut batas konvergen atau batas lempeng
destruktif.
b. Pergerakan Lempeng Saling Menjauh
Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan
penipisan dan peregangan kerak bumi hingga terjadi aktivitas
keluarnya material baru yang membentuk jalur vulkanisme. Meskipun
saling menjauh, kedua lempeng ini tidak terpisah karena di belakang
masing-masing lempeng terbentuk kerak lempeng yang baru. Proses
ini berlangsung secara kontinu. Contoh hasil dari pergerakan lempeng
ini adalah terbentuknya gunung api di punggung tengah samudra di
Samudra Pasifik dan Benua Afrika.
Batas antarlempeng yang saling menjauh hingga mengakibatkan
terjadinya perluasan punggung samudra disebut batas divergen atau
batas lempeng konstruktif.
c. Pergerakan Lempeng Saling Melewati
Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak
lempeng sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan
antarlempeng. Pada pergerakan ini kedua perbatasan lempeng hanya
bergesekan. Oleh karena itu, tidak terjadi penambahan atau
pengurangan luas permukaan. Namun, gesekan antarlempeng ini
kadang-kadang dengan kekuatan dan tegangan yang besar sehingga
dapat menimbulkan gempa yang besar. Contoh hasil dari pergerakan
lempeng ini adalah patahan San Andreas di Kalifornia. Patahan

10

tersebut terbentuk karena Lempeng Amerika utara bergerak ke arah


selatan, sedangkan Lempeng Pasifik bergerak ke arah utara.
Batas antarlempeng yang saling melewati dengan gerakan yang
sejajar disebut batas menggunting (shear boundaries).
Lempeng kerak bumi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lempeng
mayor (lempeng besar) dan lempeng minor (lempeng kecil). Perhatikan
tabel berikut.
Lempeng mayor Lempeng minor
1. Lempeng Eurasia Lempeng Filipina
2. Lempeng Amerika Utara Lempeng Juan de Fuka
3. Lempeng Amerika Selatan Lempeng Lempeng Karibia
4. Lempeng Afrika Lempeng Kokos
5. Lempeng Indo-Australia Lempeng Nazca
6. Lempeng Pasifik Lempeng Skotia
7. Lempeng Antartika Lempeng Arabia
Pergerakan lempeng tektonik tersebut ternyata menimbulkan
berbagai fenomena di permukaan bumi, misalnya terjadinya gempa bumi.
Gempa bumi yang terjadi akibat pergeseran lempeng tektonik disebut
gempa bumi tektonik. Gempa tektonik terjadi di daerah subduksi, yaitu
batas pertemuan lempeng yang bertumbukan
Berlandaskan pada teori lempeng tektonik, kerak bumi terpecahpecah menjadi lempengan-lempengan yang mengapung di atas lapisan
yang lebih cair. Lempeng tektonik tebalnya dapat mencapai 80 km, tetapi
ada juga yang lebih tipis dengan luas yang beragam. Jika lempenglempeng tersebut bergerak saling bertumbukan, maka akan terjadi
penunjaman. Sesuai dengan hukum fisika sederhana, lempengan yang
berat jenis atau massanya lebih besar akan menunjam dan menyusup ke
bawah lempeng yang lebih ringan. Pergerakan lempeng tektonik tersebut
sangat lambat, yaitu antara 1 dan 10 cm per tahun. Namun, pergerakan
yang sangat lambat tersebut ternyata mengumpulkan energi yang sangat
kuat secara pelan-pelan di kedalaman ser 80 km. Apabila tekanan dan
regangan tumbukan lempeng mencapai titik jenuh, biasanya akan terjadi
gerakan lempeng tektonik secara tiba-tiba. Gerakan tersebut menimbulkan
getaran di muka bumi yang disebut gempa.
Jika lempeng tektonik saling memisah, maka terjadi aktivitas
magmatis yang mengakibatkan penambahan landas samudra. Di daerah

11

pemisahan tersebut terdapat rekahan-rekahan yang menjadi jalan untuk


keluarnya cairan dari dalam bumi. Cairan yang keluar dari dalam bumi
tersebut kemudian mendingin menjadi batuan basalt. Banyaknya basalt
yang terus terbentuk mendorong lempeng tektonik ke arah yang saling
berlawanan. Akibatnya, lempeng tektonik terpisah dengan jarak yang
makin jauh.
Salah satu contoh lempeng yang saling memisah adalah antara
Lempeng Australia dan Antartika. Kedua lempeng tersebut memisah
hingga membentuk pematang tengah samudra. Gerakan saling menjauh
kedua lempeng tersebut menyebabkan lempeng India-Australia terdorong
ke arah utara hingga bertumbukan dengan lempeng Eurasia. Lempeng
India-Australia yang merupakan lempeng samudra selanjutnya menunjam
dan menyusup ke bawah lempeng Eurasia.
Daerah ser penunjaman lempeng antara lain terbentuk palung di
selatan Pulau Jawa, jalur gunung api Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara,
serta cekungan Sumatra dan Jawa. Daaerah penunjaman juga merupakan
jalur gempa bumi yang kuat.

12

Pada setiap daerah penunjaman, kira-kira pada kedalaman 150 km,


terjadi pelelehan batuan yang disebut pelelehan sebagian (partial melting).
Pelelehan terjadi karena adanya gesekan batuan dengan massa yang sangat
padat dan berat secara terus menerus. Melalui rekahan atau celah yang ada,
lelehan tersebut akan menyusup dan berusaha menembus kerak bumi. Jika
lelehan tersebut berhasil menembus kerak bumi berarti di tempat tersbut
muncul gunung api. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa gunung api

dapat muncul di daerah terjadinya gesekan lempeng tektonik


Zona subduksi lempeng tektonik yang terkenal berada di Sirkum
Pasifik. Kawasan ini dikenal dengan sebutan lingkaaran api Pacific (Ring
of Fire) karena di sepanjang kawasan ini muncul serangkaian gunung api.
Lingkaran api Pasifik membentang di antara subduksi dan pemisahan
lempeng Pasifik dengan lempeng-lempeng India-Australia, Eurasia, dan
Amerika Utara, serta tumbukan lempeng Nazca dengan lempeng Amerika
Selatan.
Zona lingkaran api Pasifik ini sangat luas, yaitu membentang mulai
dari pantai barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika Utara,
melingkar ke Kanada, semenanjung Kamchatka, Kepulauan Jepang,
Indonesia, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik Selatan.
Selain menjadi tempat munculnya gunung api, zona subduksi di
lingkaran api Pasifik juga merupakan tempat terjadinya gempa bumi.
Menurut United State Geological Survey (USGS), ser 90% gempa bumi di
dunia terjadi di sepanjang jalur lingkaran api Pasifik. Gempa bumi yang

13

terjadi di lingkaran api Pasifik lebih sering diakibatkan oleh gerakan


lempeng tektonik daripada aktivitas gunung apinya.

4. KOMPOSISI BUMI
Keadaan dalam bumi selama ini hanya dikemukakan berdasarkan
hipotesis-hipotesis. Penyelidikan tentang isi bumi sebenarnya hanya
meliputi daerah dengan kedalaman tidak lebih dari dalamnya terowongan
tempat pengeboran atau kedalaman sungai bawah tanah.
Salah seorang ahli yang yang pertama kali mengemukakan
pendapatnya tentang materi dan bentuk dalam bumi adalah Plato.
Menurutnya, bumi terdiri dari masa cair yang pijar dan dikelilingi oleh
lapisan batuan yang keras yang disebut kerak bumi. Masa cair yang pijar
itu berasal dari dalam bumi dan kadang-kadang ke luar mencapai
permukaan bumi dalam bentuk lava melalui pipa-pipa gunung api.
Namun, penyelidikan tentang gempa bumi (seismologi)
memberikan pandangan yang lain tentang keadaan dalam bumi.
Berdasarkan penyelidikan seismologi diketahui bahwa perambatan
geolombang gempa dipengaruhi oleh zat-zat penyusun bumi. Penyelidikan
seismologi juga membuktikan bahwa bumi terdiri dari lapisan-lapisan
yang dibatasi oleh lapisan yang tidak bersambung (diskontinu).
Secara struktur bumi dibagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu kerak
bumi (crush), selimut (mantle), dan inti (core). Struktur bumi seperti itu
mirip dengan telur, yaitu cangkangnya sebagai kerak, putihnya sebagai
selimut, dan kuningnya sebagai inti bumi.
1. Kerak Bumi (Crush)
Kerak bumi merupakan lapisan kulit bumi paling luar (permukaan bumi).
Kerak bumi terdiri dari dua jenis, yaitu kerak benua dan kerak samudra.
Lapisan kerak bumi tebalnya mencapai 70 km dan tersusun atas batuanbatuan basa dan masam. Namun, tebal lapisan ini berbeda antara di darat
dan di dasar laut. Di darat tebal lapisan kerak bumi mencapai 20-70 km,
sedangkan di dasar laut mencapai ser 10-12 km. Lapisan ini menjadi
tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak
bumi mencapai 1.100 C.
2. Selimut Bumi (Mantle)
Selimut atau selubung bumi merupakan lapisan yang letaknya di bawah
lapisan kerak bumi. Sesuai dengan namanya, lapisan ini berfungsi untuk
melindungi bagian dalam bumi.Selimut bumi tebalnya mencapai 2.900 km

14

dan merupakan lapisan batuan yang padat yang mengandung silikat dan
magnesium. Suhu di bagian bawah selimut mencapai 3.000 C, tetapi
tekananannya belum mempengaruhi kepadatan batuan.
Selimut bumi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu litosfer, astenosfer, dan
mesosfer.
a. Litosfer merupakan lapisan terluar dari selimut bumi dan tersusun atas
materi-materi padat terutama batuan. Lapisan litosfer tebalnya
mencapai 50-100 km. Bersama-sama dengan kerak bumi, kedua
lapisan ini disebut lempeng litosfer.
Litosfer tersusun atas dua lapisan utama, yaitu lapisan sial (silisium dan
aluminium) serta lapisan sima (silisium dan magnesium).
1) Lapisan sial adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam
silisium dan alumunium. Senyawa dari kedua logam tersebut
adalah SiO2 dan Al2O3. Batuan yang terdapat dalam lapisan sial
antara lain batuan sedimen, granit, andesit, dan metamorf.
2) Lapisan sima adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam
silisium dan magnesium. Senyawa dari kedua logam tersrsebut
adalah SiO2 dan MgO. Berat jenis lapisan sima lebih besar jika
dibandingkan dengan berat jenis lapisan sial. Hal itu karena lapisan
sima mengandung besi dan magnesium.
b. Astenosfer merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan litosfer.
Lapisan yang tebalnya 100-400 km ini diduga sebagai tempat formasi
magma (magma induk).
c. Mesosfer merpakan lapisan yang terletak di bawah lapisan astenosfer.
Lapisan ini tebalnya 2.400-2.700 km dan tersusun dari campuran
batuan basa dan besi.
3.

Inti Bumi (Core)

Inti bumi merupakan lapisan paling dalam dari struktur bumi. Lapisan inti
dibedakan menjadi 2, yaitu lapisan inti luar (outer core) dan inti dalam
(inner core).
a. Inti luar tebalnya ser 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang
suhunya mencapai 2.200 C.
b. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter
ser 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi (NiFe) yang
suhunya mencapai 4.500 C.

15

Gambar 3. Skema Lapisan Dalam Bumi

5. MINERAL DAN SKALA KEKERASAN MINERAL


Mineral adalah bahan alamiah yang bersifat organik atau suatu
bahan hasil dari proses-proses fisis dan kimia khusus secara alami,
biasanya berbentuk kristal, terdiri dari satu unsur dengan komposisi kimia
tetap dan memiliki sifat-sifat fisik tertentu. Batubara, minyak bumi,
endapan kersik dan mineral buatan manusia tidak dapat dikategorikan
sebagai mineral. Dalam mineral, oksigen terikat kuat dengan unsur lain
seperti SiO2, Al2O3, FeO ataupun Fe2O3, MgO, CaO, Na2O, K2O, dan
sebagainya
Sifat - Sifat Mineral
Di antara sifat-sifat mineral yang penting adalah : bentuk kristal,
bidang belah (Cleavage), warna, coret (Streak), kilap (Lustre), berat jenis,
kekerasan dan pecahan-pecahan mineral.
A. Bidang Belah (Cleavage)
Bidang belah adalah bidang di mana mineral cenderung membelah dengan
arah tertentu. Berkaitan dengan keteraturan atom-atom yang menyusun
mineral, di mana atom lemah atau relatif sedikit maka di situlah mineral

16

cenderung membelah. Ada minteral yang mempunyai satu saja, ada yang
dua, ada yang tiga dan ada pula yang tidak mempunyai bidang belah.
B. Warna
Warna mineral merupakan sifat fisik mineral yang palin berkesan.
Tatapi warna mineral sangat bervariasi karena adanya pengotoran dari
unsur lain. Misalnya kuarsa ada yang putih, ungu, hitam dan kuning.
Meskipun demikian beberapa mineral memperlihatkan warna khas,
misalnya muskovit berwarna putih atau tidak berwarna, kebanyakan
mineral ferromagnesia berwarna hijau atau hitam.
C. Coret (Streak)
Yang dimaksud dengan coret adalah warna mineral yang telah
ditumbuk halusatau warna mineral yang terlihat pada porselin bila
mencoretkan mineral tersebut pada permukaan porselin. Warna serbuk
mineral lebih konstan sehingga lebih mantap digunakan dalam
mengidentifikasi mineral. Sebagai contoh, hematit dapat berwarna coklat,
hijau atau hitam, tetapi coretnya selalu coklat kemerahan.

D. Kilap (Lustre)
Kilap berkenaan dengan kemampuan permukaan mineral dalam
memantulkan cahaya. Biasanya dibedakan atas metalik dan nonmetalik.
Kilap metalik seperti permukaan logam memantulkan cahaya. Kilap non
metalik dapat dibedakan lagi atas: vitreous (seperti kaca), resinous (seperti
damar), greasi (kotor seperti lemak), silky (seperti sutra), dan pearly
(seperti mutiara).
E. Berat Jenis
Setiap mineral mempunyai berat tiap unit volume tertentu. Berat
jenis biasanya diperoleh dengan membandingkan berat mineral dengan
berat air tawar yang volumenya sama pada temperatur 40C.
F. Kekerasan
Kekerasan mineral berkenaan dengan ketahanan mineral terhadap
goresan. Kekerasan mineral diperoleh dengan membandingkan tingkat
kekerasan mineral tersebut dengan suatu standar yang telah disusun oleh
Mohs yang terbagi atas 10 tingkatan, mewakili mineral yang paling lunak
sampai mineral yang paling keras.
17

6. SIKLUS BATUAN
Siklus batuan terdiri dari serangkaian proses yang konstan di mana
batuan berubah dari satu bentuk ke bentuk lain dari waktu ke waktu. Sama
halnya dalam siklus air dan siklus karbon, beberapa proses dalam siklus
batuan ada yang terjadi selama jutaan tahun dan ada juga yang terjadi
secara singkat.

Mekanisme Siklus
Perhatikan gambar siklus dari batuan di bawah ini. Berdasarkan
mekanisme daur atau siklus batuan di alam, siklus pembentukam batuan
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut

18

Pada gambar tersebut, magma mengalami proses siklus pendinginan maka


terjadilah kristalisasi membentuk batuan beku pada siklus tersebut. Ketika
batu di dorong jauh ke bawah permukaan bumi, maka batuan dapat
melebur kembali menjadi magma.
Siklus selanjutnya, batuan beku mengalami pelapukan. Tererosi terangkut
dalam bentuk latutan ataupun tidak larut, kemudian diendapkan dam
terjadilah sedimentasi. Adapula yang langsung mengalami perubahan
bentuk menjadi metamorf saat siklus berlangsung,
Setelah terbentuk batuan sedimen, batuan sedimen tersebut dapat
mengalami perubahan baik secara kontak, dinamo serta hidrotermik dan
akan mengalami perubahan bentuk menjadi metamorf.
Siklus berikutnya, batuan metamorf yang telah mencapai lapisan bumi
pada suhu sangat tinggi akan berubah menjadi magma kembali melewati
proses magmatisasi.

19

Вам также может понравиться

  • Metopen TNS
    Metopen TNS
    Документ7 страниц
    Metopen TNS
    yohannes batubara
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ5 страниц
    Bab I
    yohannes batubara
    Оценок пока нет
  • Ssss
    Ssss
    Документ35 страниц
    Ssss
    yohannes batubara
    Оценок пока нет
  • Surat Pernyataan Kesanggupan
    Surat Pernyataan Kesanggupan
    Документ1 страница
    Surat Pernyataan Kesanggupan
    yohannes batubara
    Оценок пока нет
  • Cover PT. Kuarsa Abadi
    Cover PT. Kuarsa Abadi
    Документ2 страницы
    Cover PT. Kuarsa Abadi
    yohannes batubara
    100% (1)
  • Wajib Pergaulan
    Wajib Pergaulan
    Документ29 страниц
    Wajib Pergaulan
    yohannes batubara
    Оценок пока нет
  • New Isi Makalah
    New Isi Makalah
    Документ30 страниц
    New Isi Makalah
    yohannes batubara
    Оценок пока нет
  • Fish Bond
    Fish Bond
    Документ6 страниц
    Fish Bond
    yohannes batubara
    Оценок пока нет